SKRIPSI
Oleh
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
dapat terselesaikan dengan baik, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada Jurusan Ilmu Hukum Bagian Hukum Pidana Fakultas Universitas Halu
Oleo.
tua saya, Ayahanda penulis La Ngkumae dan Ibunda Waode Fatimah yang telah
mendidik dan membesarkan dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus,
Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan baik secara langsung maupun secara tidak
Hidayat, S.H., M.H., dan Pembimbing II Ibu Sitti Aisah Abdullah, S.H., M.H.:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, S.Si., M.Si., M.Sc, selaku Rektor
2. Bapak Dr. Herman, S.H., LL.M, selaku Dekan Fakultas Fakultas Hukum
3. Bapak Dr. Guasman Tatawu, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Bagian
vi
4. Ibu Heryanti S.H.,M.H., selaku Wakil Dekan Bidang Umum, Perencanaan,
6. Ibu NurIntan, S.H., M.H., Selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
7. Bapak Iksan Rompo, S.H., M.H., Selaku Ketua Bagian Hukum Pidana pada
9. Ibu Dr. Sabrina Hidayat, S.H., M.H., selaku pembimbing I dan Ibu Sitti Aisah
skripsi
10. Dosen dan staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo secara
11. Buat saudaraku tercinta teman-teman yang telah banyak memberikan bantuan
baik moril dan materi serta perhatian dan motivasi sehingga penulis dapat
12. Teristimewa penulis mengucapkan terimah kasih kepada Syari Menarti selaku
Istri saya dan anak buah hati kami Aulia Izzatunisa Nisif yang telah
vii
13. Serta seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2013 fakultas hukum yang
tidak bias penulis sebutkan satu persatu namanya terima kasih atas motivasi
Penulis menyadari bahwa apa yang telah tertuang dalamSkripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun dari penyajiannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
Penulis
viii
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................64
B. Saran .........................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang harus
ditangani dengan cara-cara yang luar biasa (extra judicial action). Perlakuan dan
penanganan hukumnya pun harus dengan tindakan yang tegas dan berani dari
perkara tindak pidana korupsi masih jauh dari rasa keadilan masyarakat. Salah
satunya adalah vonis hakim terhadap pelaku tindak pidana korupsi masih ringan,
peran yang sangat penting dalam usahanya untuk memberantas suatu kejahatan
tindak pidana korupsi. Hakim tidak hanya memberi sanksi bagi para koruptor
tetapi juga mempunyai peran untuk memberikan efek jera bagi pelanggar hukum
karena kredibilitas dan moralitas seorang hakim sebagai aparat penegak hukum
peningkatan tindak pidana korupsi sebab korupsi telah merasuki berbagai sendi-
yudikatif.2
Munculnya vonis ringan dan bebas kita bisa lihat dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indonesia Corruption Watch selanjutya di sebut ICW pada tahun
1
Adami Chazawi, 2005. Hukum Pidana Materil dan Formil Korupsi di Indonesia,
Bayumedia Publishing, Malang Jawa Timur, Hal. 51.
2
Ibid., Hal. 52.
2
terdakwa (2,46%).3
Dari beberapa jenis tindak pidana korupsi yang marak terjadi di Indonesia
3
www.hukum online di akses Pada 15november 2019, jam 08.00 Wita.
3
pemerintahan pusat tetapi juga dilakukan oleh penyelenggara negara dalam hal
Salah satu kasus tindak pidana korupsi yang telah diputuskan bebas pada
penuntut umum. Hal ini menurut penulis, tidak sesuai dengan bukti di dalam
berdasarkan bukti persidangan terdakwa telah melanggar Pasal 2 ayat (1) dan
Pasal 3 jounto Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
diajukan oleh penuntut umum, akan tetapi judex facti justru membebaskan
terdakwa dari segala tuntutan, hal ini kemudian timbul ketidakadilan dalam
putusan tersebut.
4
Murtir Jeddawi. 2011, Negara Hukum, Good Governance Dan Korupsi Di Daerah,
Total Media, Yogyakarta. Hal. 81.
4
Hakim Terhadap Vonis Bebas Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan
B. Rumusan Masalah
/2015/PN.Kdi)?
C. Tujuan Penelitian
/2015/PN.Kdi)
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis :
b. Manfaat Praktis :
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
Menurut Andi Hamzah, istilah korupsi berasal dari bahasa latin yaitu
berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua yang
mempunyai banyak arti tergantung dari mana kita menyorotinya, apakah ditinjau
dari segi asal kata, hukum, sosiologis, ekonomi, dan lain-lain6. Arti harfiah dari
menghina atau memfitnah seperti dapat dibaca dalam the lexicon Webster
Menurut Mahrus Ali, korupsi merupakan suatu istilah yang sangat luas
5
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, Hal. 91.
6
Ibid., Hal. 95.
7
Ibid., Hal. 97.
7
hal yang buruk dengan bermacam ragam artinya, bervariasi menurut waktu,
tempat, dan bangsa. Lebih lanjut di jelaskan korupsi merupakan suatu tindak
rakyat/umum. 8
pemungutan suara dengan cara penyuapan, intimidasi, atau campur tangan yang
dengan cara antara lain tidak memberikan pelajaran yang wajar sehingga si
yang punya hubungan darah atau keturunan daripada berdasarkan kinerja), dan
pribadi.10
untuk melakukan sesuatu yang ia bisa lakukan dalam tugas jabatanya padahal ia
dapat berarti menjalankan kebijaksanaannya secara sah untuk alasan yang tidak
Terdapat pula pengertian tentang korupsi yang tidak bertolak dari ukuran
petugas (fungsionaris) dan penguasa kantor telah diberi hadiah uang atau yang
10
Wijayanto. Korupsi Mengorupsi Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,
2009Hal. 23.
11
Ibid., Hal. 25.
12
Ibid., Hal. 30.
9
4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12,
Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal
20.13
2. Tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi Sebagaimana
dapat dilihat dari pengertian tindak pidana korupsi atau rumusan delik yang
13
Evi Hartanti. Tindak Pidana Korupsi (Edisi Kedua), Sinar Garfika, Jakarta, 2007, Hal.
102.
14
Ibid., Hal. 103.
15
Djaja Ermansyah. Memberantas Korupsi Bersama KPK,Sinar Grafika, Jakarta, 2009,
Hal. 63.
10
yang memenuhi criteria atau rumusan delik diatas, maka kepadanya dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Harus diingat dan dipahami bahwa
unsur-unsur tindak pidana sangat penting untuk diketahui karena denhgan tidak
16
Ibid.,Hal. 65.
17
Ibid., Hal. 68.
11
terpenuhinya unsure suatu tindak pidana, maka pelaku kejahatan dapat bebas
dari dari segala tuntutan hukum dan dalam kenyataan penyebab sehingga
seorang terdakwa korupsi bebas dari jeratan hukum karena tidak dapat
kekuasaan atau pengaruh yang melekat pada seorang pegawai negeri atau
umum yang secara tidak patut atau menguntungkan diri sendiri maupun orang
yang menyuap sebagai dikualifisir sebagai delik (tindak pidana) korupsi dengan
Berdasarkan UUPTK jenis pidana korupsi, jenis pidana yang dapat dilakukan
a. Pidana Mati
Dapat dipidana mati kepada setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
sebagaimana ditentukan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
yang dilakukan dalam "keadaan tertentu". Adapun yang dimaksud dengan
"keadaan tertentu" adalah pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila
tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya
sesuai dengan undang-undang yang berlaku, padawaktu terjadi bencana alam
nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada saat negara
dalam keadaan krisis ekonomi (moneter).20
18
Ibid., Hal. 70.
19
Nurdjana. 2010.Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Lataen Korupsi “Perspektif
Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hal. 112.
20
Ibid., Hal. 114
12
b. Pidana Penjara
21
Ibid., Hal. 115
13
paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi
setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 418 KUHP. (Pasal 11).
10. Pidana penjara seumur hidup dan/atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp. 200:000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
l.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423
Pasal 425, Pasal 435 KUHP. (Pasal 12).22
11. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. l50.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 bagi setiap orang yang
dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung
atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan terhadap tersangka .
c. Pidana Tambahan
22
Ibid., Hal. 117.
23
Ibid,. Hal. 120.
14
penuntutannya diajukan oleh Penuntut Umum dan atau oleh jaksa dan perkara-
perkara korupsi yang dituntut oleh Penuntut Umum non (KPK), diadili oleh
ini menimbulkan dua alur pemeriksaan tindak pidana korupsi oleh Pengadilan.
24
Krisna Harahap. Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Jalan Tiada Ujung. Grafiti,
Bandung, 2009, hal. 95.
15
Alur pertama oleh Pengadilan Negeri biasa dan alur kedua oleh Pengadilan
Independen
pencucian uang dan tindak pidana yang sudah ditentukan pada undang-undang.
Pengadilan pada umumnya terletak pada : materi tindak pidana yang menjadi
Undang Hukum Pidana sedangkan materi tindak pidana yang menjadi wewenang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (khusus) diatur di luar KUHP. Dan dalam
pengadilan khusus ada hakim karir dan hakim ad hoc untuk duduk bersama-
25
Ibid., hal. 97.
26
Ibid.
16
dan dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau
setiap pengadilan perkara tindak pidana, hal tersebut sesuai dengan bunyi UU
Tuhan Yang Maha Esa, tanggung jawab kepada bangsa dan negara, tanggung
jawab kepada diri sendiri, tanggung jawab kepada hukum, tanggung jawab
kepada masyarakat. Putusan harus dapat menimbulkan efek yang positif bagi
yurisprudensi yang dapat menjadi dasar dan alasan bagi para hakim yang lain
para pihak yang berperkara dan setiap orang yang disebutkan secara
27
Indriyanto Seno Adji. Korupsi dan Penegakan Hukum,Diadit Media, Jakarta, 2009,
Hal. 121.
28
Abdi Kurnia. Politik Hukum Pemberantasan Korupsi Tiga Zaman : Orde Lama, Orde
Baru dan Era Reformasi. Masyarakat Transparansi Indonesia. Jakarta,2010, Hal. 36.
17
tegas dalam isi putusan dengan tanpa mengurangi hak-hak bagi para pihak untuk
mengajukan upaya hukum kepada badan peradilan yang lebih tinggi jika ia
merasa tidak puas terhadap isi putusan yang dijatuhkan. Sedangkan secara
sosiologis putusan juga mengikat setiap orang, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung, karena pada hakikatnya dalam setiap putusan yang
dijatuhkan tersirat kewajiban bagi setiap orang untuk menghormati isi putusan
berlaku.29
dari 4 (empat) bagian yaitu kepala putusan, identitas para pihak, pertimbangan
dan amar.30
ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1984 yang selanjutnya disebut KUHAP
yang mengatur mengenai syarat yang harusdipenuhi agar hakim sah dan sesuai
dengan Pasal 197 ayat (2) KUHAP.Kalau ketentuan tersebut tidak terpenuhi,
kecuali pada huruf g dan huruf i maka putusan akan batal demi hukum. Banyak
namun darisegi teknis ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu bagaimana
29
Ibid., Hal. 39.
30
Ibid., Hal. 41.
18
menerapkan hukum yang tepat sesuai dengan rasa keadilan individu (pelaku),
Suatu Putusan Pemidanaan memuat seperti apa yang disebutkan Pasal 197
Merumuskan:
31
Lilik Mulyadi. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana: Teori, Praktik, Tehnik
Penyusunan dan Permasalahannya. Citra Adtya Bakti, Bandung, 2010, Hal. 125.
32
Ibid.
19
secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus secara bebas”. Dakwaan
tidak terbukti artinya apa yang disyaratkan dalam Pasal 183 KUHAP tidak
terpenuhi. Rumusan Pasal 183 sebagai berikut: “Hakim tidak boleh menjatuhkan
Menurut Pasal 191 ayat (3) KUHAP, dalam putusan yang mengandung
seketika itu juga, kecuali ada alasan lain yang sah terdakwa tetap berada dalam
tahanan. Selanjutnya menurut Pasal 192 ayat (1) KUHAP, perintah untuk
disebut dengan “Putusan Bebas murni” , artinya terdakwa diputus bebas karena
kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak
33
Ibid.
34
Ibid.,Hal. 127.
20
pelepasan, terletakpada kenyataan, apa yang didakwakan dan yang telah terbukti
Pasal 193 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Pasal 193.36
Prinsip atau asas dalam hukum acara pidana diperlukan untuk menjadi
1) Asas Legalitas. Legalitas berasal dari kata legal (Latin), aslinya legalis
tegas disebut dalam konsideran KUHAP seperti yang dapat dibaca pada
35
Ibid.,Hal. 128.
36
Ibid., Hal. 129.
21
menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga
wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan baik tidak ada
kecualinya”.
Pelaksanaan KUHAP harus bersumber pada titik tolak the rule of law.
dituntut, dan/ atau dihadapkan di muka sidang pengadilan wajib dianggap tidak
Asas praduga tak bersalah yang dianut KUHAP, memberi pedoman kepada
37
Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hal. 107.
22
yang wajib dihormati dan dilindungi pihak aparat penegak hukum. Dengan
perisai hak-hak yang diakui hukum, secara teoritis sejak semula tahap
yang digariskan dalam KUHAP seperti yang dapat dilihat pada Bab VI. 38
sebelum ada keputusan hakim) merupakan bagian dari hak asasi manusia.
Begitu pula peradilan bebas, jujur, dan tidak memihak yang ditonjolkan dalam
a) Pasal 24 ayat (4), Pasal 25 ayat (4), Pasal 26 ayat (4), Pasal 27 ayat (4), dan
bahwa jika telah lewat waktu penahanan seperti tercantum dalam ayat
sendirinya hal ini mendorong penyidik, Penuntut Umum, dan hakim untuk
apa yang disangkakan kepadanya pada waktu dimulai pemeriksaan, ayat (1),
38
Ibid. Hal. 109.
23
c) Pasal 102 ayat (1) mengatakan penyelidik yang menerima laporan atau
diperlukan;
e) Pasal 107 ayat (3) mengatakan bahwa dalam hal tindak pidana selesai disidik
oleh penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b, segera menyerahkan
f) Pasal 110 mengatur tentang hubungan Penuntut Umum dan penyidik yang
g) Pasal 140 ayat (1) dikatakan ”Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa
tahapan pemeriksaan yang dilaluinya memiliki batas waktu yang terukur dan
dijamin undang-undang.39
39
Ibid. Hal. 110.
24
4) Asas Oportunitas
dari itu demi kepentingan umum seseorang yang melakukan delik tidak dituntut.
itu tidak diperiksa di sidang pengadilan. A.Z. Abidin Farid, seperti yang dikutip
oleh Andi Hamzah memberi perumusan tentang asas oportunitas sebagai berkut:
menuntut atau tidak menuntut dengan atau tanpa syarat seseorang atau korporasi
hukum kepada tersangka/terdakwa, tidak ada dan tidak boleh dirahasiakan segala
kepadanya. Pasal yang mengatur tentang asas ini adalah Pasal 153 ayat (3)
25
membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara
Law)
Asas ini merupakan konsekuensi logis dari sikap Negara Indonesia sebagai
negara yang berdasarkan hukum dan bukan atas kekuasaan belaka. Di dalam
pelaksanaan penegakan hukum semua orang harus diperlakukan sama dan tidak
ketentuan di dalam KUHAP mendasarkan pada asas ini, sehingga tidak ada satu
pasal pun yang mengarah pada pemberian hak-hak istimewa pada suatu
bahwa: “Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan
Perlakuan yang sama ini tidak bisa hanya ditafsirkan sebagai diskriminasi
tersangka dan terdakwa berdasarkan status sosial atau kekayaan, tetapi juga
40
Ibid. Hal. 111.
41
Ibid. Hal. 112.
26
tersangka/ terdakwa mendapat kebebasan yang sangat luas antara lain sebagai
berkut:
a. Bantuan hukum dapat diberikan sejak saat tersangka ditangkap atau ditahan;
penyidik dan Penuntut Umum kecuali pada delik yang menyangkut keamanan
negara;
e. Turunan berita acara diberikan kepada tersangka atau penasihat hukum guna
kepentingan pembelaan;
terdakwa.
pemeriksaan:
a. Adalah subjek, bukan sebagai objek pemeriksaan, karena itu tersangka atau
pemeriksaan ditujukan.42
HIR, sama sekali tidak memberi hak dan kesempatan yang wajar bagi
pada proses penegakan hukum yang diimbangi dengan menggunakan ilmu bantu
terdakwa dan para saksi dan secara lisan, artinya bukan tertulis antara hakim
42
Ibid., Hal. 117.
28
dengan terdakwa dan saksi. Rumusan Pasal 154, Pasal 155 KUHAP dan
oleh hakim secara langsung kepada terdakwa dan para saksi secara lisan
bukan tertulis.43
yang terjadi atau tidak. Dengan perkataan lain apakah terdakwa akan dipidana
pembuatnya tidak dicela. Pada hal yang pertama, maka si pembuatnya tentu
43
Ibid., Hal. 109.
44
Wirjono Prodjodikoro. Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia. PT. Refika Aditama,
Bandung, 2009, Hal. 17.
29
dipidana, sedangkan dalam hal yang kedua si pembuatnya tentu tidak dipidana.
itu memberi sistem dalam bahan-bahan yang banyak dari hukum itu yaitu asas-
asas dihubungkan satu dengan yang lain sehingga dapat dimasukkan ke dalam
pelanggaran atas delik. Dilihat dari segi hukum, kejahatan dapat didefinisikan
perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah hukum, dan
bertempat tinggal.46
pidana. Sedangkan jika orang tersebut tidak memenuhi salah satu unsur-unsur
45
Ibid.
46
Ibid., Hal. 19.
30
menurut KUHP adalah: Kurang sempurnanya akan atau adanya sakit yang
berubah akalnya (pasal 44 ayat (1) KUHP). Asas yang dipergunakan dalam
Sedangkan bentuk dari kesengajaan menurut teori ini terdiri dari tiga corak,
yaitu:
dilakukan akan berakibat pecahnya kaca itu. Kesadaran akan pecahnya kaca
47
Ibid.,Hal. 22.
31
kue yang ada racunnya. Setelah kue tersebut dikirimkan ke orang tersebut
ternyata kue itu dimakan oleh istrinya yang berakibat kematian. Dengan
pembunuhan.48
dapat dibatalkan demi hukum jika terdapat alasan pemaaf. Yang dimaksud
pemaaf), maka masih ada perbuatan pidana, maka orang tersebut tidak dapat
dipidana. Dampak yang terjadi dengan adanya alasan pemaaf yang terjadi pada
oleh orang tersebut tetaplah merupakan perbuatan yang melawan hukum, akan
tetapi perbuatan tersebut tidak dapat dipidana karena tidak ada kesalahan.
48
Tri Andriman. Hukum Pidana, Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia. Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2010, Hal. 102.
49
Ibid.,Hal. 105.
32
hukum, namun meskipun dia melakukan perbuatan pidana, tidaklah dia selalu
berikut :
yang mana keadaan jiwa orang yang melakukan perbuatan pidana haruslah
sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan normal, sehat inilah yang dapat
mengatur tingkah lakunya sesuai dengan ukuran-ukuran yang dianggap baik oleh
masyarakat.
Sementara bagi orang yang jiwanya tidak sehat dan normal maka ukuran-
ukuran tersebut tidak berlaku baginya dan tidak ada gunanya untuk diadakan
50
Ibid., Hal. 109.
33
disalurkan dari alasan-alasan khusus seperti tersebut dalam Pasal 44, pasal 48,
pasal 49, pasal 50 dan pasal 51 KUHP. Jadi bagi Andi Hamzah, yang tidak
cacat atau karena gangguan penyakit, tetapi karena umumnya masih muda.51
undang dan tidak dibenarkan karena hal tersebut belum memenuhi syarat
penjatuhan pidana. Untuk itu pemidanaan masih perlu adanya syarat, yaitu
bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau bersalah
(geen straf zonder schuld) atau Nulla Poena Sine Culpa.52Dari apa yang telah
disebutkan diatas , maka dapat dikatakan bahwa kesalahan terdiri dari beberapa
unsur ialah :
b. Tidak adanya alasan yang mengahapus kesalahan atau tidak ada alasan
pemaaf.53
51
Andi Hamzah.Op.Cit.Hal. 86.
52
Ibid., Hal. 91.
53
Ibid., Hal. 90.
34
pidana, sehingga bisa dipidana. Sekalipun kesalahan telah diterima sebagai unsur
Lebih lanjut dijelaskan oleh Andi Hamzah bahwa “ kesalahan dalam suatu delik
keadaanphyschis yang tertentu pada orang yang melakukan tindak pidana dan
Kedua hal diatas mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan yang
pertama merupakan dasar bagi adanya unsur yang kedua, atau dengan kata lain
54
Ibid., Hal. 91.
55
Ibid., Hal. 93.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 56Selain itu
sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya pada kepustakaan karena akan
penelitian hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dari berbagai aspek seperti
umum dan penjelasan pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu
dapat kita simpulkan pada penelitian hukum normatif mempunyai cakupan yang
luas.57
B. Metode Pendekatan
antara lain :
56
Peter Mahmud Marzuki.Penelitian Hukum. Kencana, Jakarta, 2009, Hal. 11.
57
Ibid., Hal 12.
36
Undang lainnya.
konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan ilmu hukum.
terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang
putusan hakim. Bahan hukum primer yang penulis gunakan didalam penulisan
ini yaitu:
Korupsi
Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan hukum yang tidak
hasil pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang
tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk kepada penulis. Yang
dengan masalah yang diteliti dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Utara untuk bantuan penanganan darurat bencana angin puting beliung dengan
nilai dana sejumlah Rp. 390.000.000,- (tiga ratus sembilan puluh juta rupiah),
untuk mengelola dana tersbut kemudian terdakwa Maida SE. diangkat selaku
September 2013.
yang hendak menerima dana bantuan langsung tunai akibat dari bencana alam
selaku Staf Pengelola Dana Siap Pakai dan Munir, S.Pd selaku Kepala Badan
40
tujuh puluh sembilan juta lima ratus tujuh puluh enam ribu empat ratus tujuh
ayat (1) huruf a, huruf b, ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 31 tahun
Undang-Undang Nomor. 31 tahun 1999 jounto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
beberapa unsur pidana yang terkadung dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 jounto
Pasal 18 ayat (1) huruf a., huruf b., ayat (2) dan ayat (3) UUPTK jounto Pasal 55
dakwaan jaksa penuntut umum yaitu 1) unsur Setiap orang. 2) Secara Melawan
41
Hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, atau orang lain atau
Negara. 4) Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut
serta melakukan.
umum hal itu harus dibuktikan dengan terpenuhinya unsur-unsur lain dari
bantuan yang dilakukan oleh Rahmatullah, S.T. sehingga hal tersebut menambah
karena salah satu unsur dari dakwaan jaksa penuntut umum tidak terpenuhi maka
terhadap unsur lain dalam dakwaan jaksa tidak perlu dipertimbangkan dan
subsider tersebut.
unsur tindak pidana koruosi tidak terpenuhi maka majelis hakim kemudian
menyatakan Terdakwa Maida, S.E., tersebut diatas, tidak terbukti secara sah dan
42
dakwaan primer dan subsider. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari
keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu
pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila
pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang
Tinggi/Mahkamah Agung.58
pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu akan digunakan sebagai bahan
pemidanaan, hakim harus benar-benar menghayati dan meresapi arti amanat dan
58
Tri Andrisman, Hukum Acara Pidana, Universitas Lampung, Lampung, 2010. hlm. 88.
59
Ibid., hlm. 98.
43
tujuan dari hukum itu sendiri yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum
pertimbangan yuridis dari delik yang didakwakan, hakim juga harus menguasai
bagian yaitu kepala putusan, identitas para pihak, pertimbangan dan amar
merupakan mahkota bagi hakim dan inti mahkotanya terletak pada pertimbangan
60
Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Penegakan Hukum, Diadit Media, Jakarta, 2009,
hlm. 81.
44
perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur tindak pidana korupsi seperti yang
terdapat beberapa poin yang menjadi alasan majelis hakim diantaranya yaitu :
oleh jaksa pada unsur “Setiap Orang“; menurut Majelis terdakwa adalah
pertimbangan diatas maka unsur setiap orang telah terpenuhi menurut hukum
unsur “setiap orang” dalam perkara ini ditujukan tehadap orang secara pribadi
sebagai subyek hukum, pendukung hak dan kewajiban setiap perbuatannya yang
dalam perkara ini sudah jelas bahwa yang dimaksud setiap orang yaitu seorang
dicantumkan baik dalam surat dakwaan maupun surat tuntutan ini, serta identitas
45
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
Korupsi. Pada unsur ini majelis hakim mempertimbangkan bahwa tidak ada
Negara tersebut.
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi majelis hakim
menerangkan, bahwa bentuk “memperkaya diri sendiri, atau orang lain atausuatu
dinikmati oleh diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yaitu diatas
“menguntungkan”;
46
yang merupakan salah satu bentuk dari kesalahan yang merupakan salahsatu
unsur dari tindak pidanakesengajaan merupakan salah satu bentuk dari kesalahan
disamping adanya kelalaian di mana seseorang baru dapat dipidana jika terdapat
unsurkesalahan yang dikenal dengan prinsip/adagium “actus non facit reum, nisi
mens sitrea” atau dalam bahasa Belanda dikenal dengan “Geen straf zonder
schuld” atau diIndonesia dikenal dengan istilah “tiada pidana tanpa kesalahan”.
(dolus, intent, opzet vorsatz) terdapat dalam MvT (Memorie van Toelichting)
dengan demikian unsur tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain atau
pada unsur memperkaya diri sendiri, atau orang lain atausuatu korporasi” karena
dengan sengaja yang oleh stafnya yaitu Rahmatulah ST, disalah gunakan untuk
keinsyafan) yang tidak dilihat oleh majelis hakim karena Rahmatulah setelah
penyaluran dana bantuan angin puting beliung di Kabupaten Kolaka Utara yang
alam angin putting beliung tersebut dilakukan oleh Rahmatullah, S.T., sendiri
atas perintah Sdr. Munir, S.Pd. yang secara administrasi seharusnya menjadi
tugas Terdakwa.
dalam kaitannya unsur tindak pidana korupsi yaitu unsur memperkaya diri
sendiri, atau orang lain atau suatu korporasi, telah terpenuhidisebabkan terdakwa
laporan pertanggung jawaban yang dibuat oleh Rahmatullah, S.T. dan malah ikut
administrasi adalah tanggung jawab Terdakwa. Oleh karena itu, dalam fakta
untuk memperkaya diri sendiri, akan tetapi memperkaya orang lain atau suatu
kelebihan dana tersebut yang digunakan oleh Rahmatullah, S.T. untuk itu
seharusnya unsur “dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
serta pertanggungjawaban.
Staf Pengelola DSP dan Munir, S.Pd selaku Kepala BPBD Kabupaten Kolaka
Utara, yang telah membayarkan anggaran Dana Siap Pakai tahun 2013 tersebut
masing-masing sehingga telah memperkaya diri Terdakwa dan orang lain yaitu
(BNPB) sejumlah Rp. 179.576.476,- (seratus tujuh puluh sembilan juta lima
ratus tujuh puluh enam ribu empat ratus tujuh puluh enam rupiah), sesuai
karena ada kesalahan terdakwa yang menimbulkan kerugian Negara seperti yang
7.000.000,- (tujuh juta rupiah) sedangkan penerima dana tersebut bukan korban
bencana angin putting beliung dan bukan warga desa ponggiha, sehingga baik
Kedua anggaran DSP bantuan bencana angin puting beliung yang tidak
saudara Munir, S.Pd sejumlah Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah)
yang digunakan untuk biaya operasional pribadi MUNIR, S.Pd dan selebihnya
dana bantuan bencana alam angin puting beliung yang secara administrasi
51
merupakan tanggung jawab Terdakwa, hal inilah yang kemudian secara tidak
langsung menurut analisa penulis memenuhi tindak pidana korupsi seperti yang
penjelasan diatas, tindak pidana korupsi yang didakwakan oleh jaksa benar-
dalam undang-undang tindak pidana korupsi seperti, disamping itu dalam fakta-
bantuan sebesar Rp. 179.576.476,- (seratus tujuh puluh sembilan juta lima ratus
tujuh puluh enam ribu empat ratus tujuh puluh enam rupiah), untuk kepentingan
berkekuatan hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan
hukum haruslah diperkuat dengan sanksi. Sanksi yang untuk memperkuat norma
hukum adalah dengan sanksi pidana, sebab pemidanaan dirasakan mampu untuk
karena pelaku kejahatan dianggap layak menerima sanksi pidana atas kejahatan
yang dilakukannya. Selain itu dalam teori peidanaan juga dikenal dengan teori
terhadap hak-hak dan kepentingan pelaku dan korban tindak pidana, masyarakat
dan negara, sehingga dewasa ini dikenal dengan adanya peradilan restoratif
tidak semata-mata berupa perlakuan yang menghargai hak-hak asasi para korban
61
PAF Lamintang dan Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP menurut Ilmu
Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 39.
62
Ibid., hlm.39.
53
kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan pelaku tindak pidana
menyangkut proses peralihan hukuman yang ada pada tindak pidana kepada
meneruskan hukuman yang secara objektif ada pada perbuatan pidana secara
63
Ibid., hlm. 40.
64
KrisnaHarahap,Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Jalan Tiada Ujung. Grafitri,
Bandung, 2009, hlm. 60.
54
Menurut Chairul Huda bahwa dasar adanya tindak pidana adalah asas
legalitas, sedangkan dapat dipidananya pembuat adalah atas dasar kesalahan, hal
telah melakukan perbuatan yang salah dan bertentangan dengan hukum. Pada
diciptakan untuk berekasi atas pelanggaran suatu perbuatan tertentu yang telah
disepakati.66
Dalam hal adanya perbuatan terdakwa yang memenuhi unsur secara melawan
hukum dan unsur dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
maka perlu dikaji bentuk perbuatan sipelaku dalam kedudukannya sebagai wakil
jabatan.
65
Chairul Huda, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggung jawab Pidana Tanpa Kesalahan, Cetakan ke-2, Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 81.
66
Ibid., hlm. 82.
55
atas kesalahan atau akibat dari perbuatannya secara pribadi. Secara hukum
wewenang, prosedur dan substansi. Setiap tindakan pejabat termasuk dalam hal
pengadaan barang dan jasa harus bertumpu pada wewenang yang sah.
tiada pidana tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld). Sehingga berkaitan
dengan tindak pidana korupsi pembagian dana bantuan yang tidak sesuai
seseorang atas kesalahan atau akibat dari perbuatannya secara pribadi. Apabila
dalam diri sipelaku terdapat unsur kesalahan, barulah si pelaku tersebut dapat
dipidana tetapi apabila dalam diri si pelaku tidak terbukti ada unsur kesalahan
SKPD.
anggaran Dana Siap Pakai tahun 2013 tersebut,akan tetapi penyalurannya tidak
sebagai penerima bantuan tetapi nama tersebut merupakan nama fiktif disamping
itu, terdakwa juga bersama Rahmatullah, ST. memberikan dana bantuan kepada
(BNPB) sejumlah Rp. 179.576.476,- (seratus tujuh puluh sembilan juta lima
ratus tujuh puluh enam ribu empat ratus tujuh puluh enam rupiah), sesuai
Menurut penulis, berdasarkan penjelasan diatas dan apa yang tertera dalam
Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang
Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, serta perbuatan Terdakwa bersama
Kabupaten Kolaka Utara, melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 ayat (1) huruf a, huruf b,
ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang
diberikan kepada terdakwa adalah dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah)
58
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) (Pasal 2 Undang-
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
Bukti Kas (TBK) yang dibuat oleh Rahmatullah, S.T. sementara Terdakwa yang
keuangan tersebut, ternyata tidak sesuai dengan dana yang disalurkan oleh
Rahmatullah, S.T.
dana bantuan yang tidak semestnya, atau dengan kata lain memberikan kepada
orang yang tidak layak menerima bantuan disamping itu sisa pembayaran dana
Rahmatulah, ST. hal ini tentunya merupakan perbuatan yang telah memenuhi
59
orang lain atau suatu korporasi” sama artinya dengan mendapatkan untung untuk
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Di dalam ketentuan tentang
tindak pidana korupsi yang terdapat dalam ketentuan Pasal 3 diatas, unsur
“menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi” tersebut
adalah tujuan dari pelaku tindak pidana korupsi. Untuk itu jika melihat sesuai
dengan apa yang telah disebutkan dalam Putusan Pengadilan Negeri Kendari
BPKP.
Siap Pakai yang telah diterima oleh BPBD Kabupaten Kolaka Utara tersebut
semestinya dibayarkan kepada warga korban bencana angin puting beliung yang
Terdakwa telah mencairkan anggaran Dana Siap Pakai dari rekening bendahara
Dana Siap Pakai di Bank BRI Unit Ranteangin atas perintah saudara MUNIR,
60
Kolaka Utara yaitu tahap pertama pada tanggal 17 Oktober 2013 sejumlah Rp.
230.000.000,- (dua ratus tiga puluh juta rupiah) dan tahap kedua pada tanggal 05
Desember 2013 sejumlah Rp. 160.000.000,- (seratus enam puluh juta rupiah).
Sifat melawan hukum dalam hukum pidana dikenal dengan istilah dalam
hukum sangat penting karena unsur inilah yang akan menentukan apakah
seseorang layak dijatuhkan pidana atau tidak. Perbedaan pengertian hukum dan
melawan hukum berarti bertentangan dengan hukum atau tidak sesuai dengan
dilindungi oleh hukum. Dari penjelesan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
61
konsep sifat melawan hukum dalam hukum pidana itu dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu :
melawan hukum, tidak hanya didasarkan pada hukum positif tertulis, tetapi
juga berdasar pada asas-asas umum hukum, pula berakar pada norma-norma
yang tidak tertulis. Sebagaimana yang diatur dengan Pasal 1 ayat (1) KUHP,
Para penganut sifat melawan hukum formil mengatakan, bahwa pada setiap
dilihat dari sudut perbuatanya. Hal ini mengandung arti perbuatan yang
melawan hukum materil ini dengan sendirinya melekat pada delik-delik yang
dirumuskan secara materil. Kedua. Sifat melawan hukum materil dilihat dari
hukum tidak tertulis atau hukum yang hidup dalam masyarakat, asas-asas
seperti yang dilakukan terdakwa Maida S.E, dalam perkara tersebut, dapat dilihat
didalam unsur Pasal 3 UUPTPK yang merupakan aturan hukum pidana, yang
terdakwa, dengan demikian jika melihat putusan tersebut, sifat melawan hukum
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
atau orang lain atau suatu korporasi, tidak terpenuhi sebagaimana dimaksud
Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 3 UUPTPK. Pada unsur ini majelis hakim
Rahmatulah ST.
Keuangan sejumlah Rp. 179.576.476,- (seratus tujuh puluh sembilan juta lima
ratus tujuh puluh enam ribu empat ratus tujuh puluh enam rupiah).
65
B. Saran
1. Diharapkan Mahkamah Agung dalam hal ini majelis hakim, dapat memahami
Buku-Buku:
Abdi Kurnia. Politik Hukum Pemberantasan Korupsi Tiga Zaman : Orde Lama,
Orde Baru dan Era Reformasi. Masyarakat Transparansi Indonesia. Jakarta,
2010.
Evi Hartanti. Tindak Pidana Korupsi (Edisi Kedua). Sinar Garfika, Jakarta, 2007.
Indriyanto Seno Adji. Korupsi dan Penegakan Hukum. Diadit Media, Jakarta, 2009.
Lilik Mulyadi. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana: Teori, Praktik, Tehnik
Penyusunan dan Permasalahannya. Citra Adtya Bakti, Bandung, 2010.
Mahrus Ali. Asas Teori dan Praktek Hukum Pidana Korupsi. UII Press,
Yogyakarta, 2013.
Internet
Diakses melaui, www. hukumonline.go.id. Pada 25 Sebtember 2018, jam 08.00
Wita.