Anda di halaman 1dari 24

22

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan inkontinensia dengan

tingkat depresi pada usia lanjut laki-laki maupun perempuan dimana variabel

independen adalah inkontinensia urin dan variabel dependen adalah tingkat

depresi.

Inkontinensia urin pada Depresi


usia lanjut

Gambar 3.1 Kerangka penelitian

Keterangan:

: Diteliti

Usia lanjut akan mengalami perubahan terutama perubahan fisik.

Inkontinensia urin merupakan salah satu perubahan fisik pada usia lanjut yang

apabila tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan depresi. Selain

inkontinensia urin ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan depresi

antara lain, status ekonomi dan dukungan sosial, penyakit fisik, jenis kelamin,

status perkawinan, geografis, kepribadian, dan usia. Apabila depresi tidak

tertangani secara baik maka dampaknya yaitu: terjadinya bunuh diri, produktivitas

menurun dan dapat menguras habis emosi dan finansial.

22

Universitas Sumatera Utara


23

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi operasional

Variabel Defenisi
Alat ukur Hasil ukur Skala
Independen operasional
Inkontinensia Inkontinensia Kuesioner Total skor: ordinal
urin urin adalah International Tipe Stres: Bila
pengeluaran Consultation pertanyaan 1,2 dan 3
urin tanpa
on skornya ≥ 4
Incontinence
disadari Questionnaire Tipe Urge : Bila
Urinary pertanyaan 4,5 dan 6
Incontinence skornya ≥ 6
Short Form
(ICIQ-UI Tipe Campuran
Short form) (Mixed) : Kombinasi
bila stres skor ≥ 4
Kuesioner ini dan urgen skor ≥ 6
terdiri dari 6 ( Skala ordinal /
item Variabel Kategorik )
pertanyaan
Rendah = 1-10
Sedang = 11-20
Berat = 21-30
Variabel Definisi
Alat ukur Hasil ukur Skala
dependen operasional
Tingkat Depresi adalah Kuesioner 1. 0-4 = Tidak ada Ordinal
depresi suasana hati Geriatric depresi
yang buruk Depression 2. 5-8 = Depresi
dalam kurun Scale (GDS) ringan
waktu tertentu 3. 9-11 = Depresi
Kuesioner ini sedang
terdiri dari 15 4. 12-15 = Depresi
item berat
pertanyaan
dengan pilihan
jawaban “Ya”
dan “Tidak”

Universitas Sumatera Utara


24

3.3 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah ada hubungan antara inkontinensia urin dengan tingkat

depresi pada usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan.

Universitas Sumatera Utara


25

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi, yaitu desain penelitian atau

penelaahan hubungan antara dua variabel atau lebih pada situasi atau kelompok

sampel (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan pendekatan atau rancangan dalam

penelitian ini adalah cross sectional, yaitu meneliti suatu kejadian pada titik waktu

dimana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat yang

bersamaan (Setiadi, 2013).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti (Notoatmodjo,

2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut yang berusia ≥ 60

tahun di Yayasan Guna Budi Bakti Medan dengan jumlah populasi 45 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2007). Sampel yang

diambil dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi yaitu, usia lanjut

yang berusia ≥60 tahun, tidak mengalami demensia dan bersedia menjadi

25

Universitas Sumatera Utara


26

responden. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu, berusia <60

tahun, mengalami demensia dan menolak menjadi responden. Alasan

pengambilan sampel menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari

100 seluruhnya dijadikan sampel penelitian.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.31 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2017 di Yayasan Guna

Budi Bakti Medan yang berada di Jl. Yos Sudarso Km 16 No. 14 Desa Martubung

Kecamatan Labuhan Deli. Alasan peneliti memilih Yayasan Guna Budi Bakti

Medan sebagai lokasi penelitian karena kejadian inkontinensia urin cukup sering

dan belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan inkontinensia urin

dengan tingkat depresi pada usia lanjut di Guna Budi Bakti Medan.

4.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini telah dilakukan mulai bulan September 2016 sampai

Juli 2017.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah peneliti lulus uji etik dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU, dan kemudian mendapat

persetujuan dari Institusi Pendidikan yaitu Program Sarjana Fakultas Keperawatan

Sumatera Utara serta izin dari Yayasan Guna Budi Bakti Medan. Prosedur

penelitian yang dijelaskan adalah bahwa penelitian ini dilakukan setelah mendapat

izin penelitian kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dan menyajikan

data penelitian, dan data hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.

Universitas Sumatera Utara


27

Pelaksanaan penelitian dibuat dengan menekankan pada masalah etik

penelitian (Hidayat, 2007) meliputi:

Anonimity (Tanpa Nama), masalah etik keperawatan merupakan masalah

yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Beneficience (Asas Kemanfaatan), penelitian sangat mempertimbangkan

manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar

dari pada resiko maka penelitian boleh dilaksanakan. Selain itu, penelitian yang

akan dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus menjaga kesejahterahan

manusia.

Informed Consent, subjek dalam penelitian ini harus menyatakan

kesediaannya mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent. Hal ini juga

merupakan bentuk kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut serta dalam

penelitian

Confidentiality (Aspek Kerahasiaan), data yang diperoleh dari responden

akan dijamin kerahasiannya dan penggunaan data tersebut hanya untuk

kepentingan penelitian saja.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang terdiri

dari 3 bagian. Bagian pertama kuesioner berisi data demografi yang meliputi usia,

jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan terakhir, dan minuman yang

dikonsumsi.

Universitas Sumatera Utara


28

Bagian kedua untuk mengukur derajat inkontinensia urin menggunakan

kuesioner International Consultation on Incontinence Questionnaire Urinary

Incontinence Short Form (ICIQ-UI SF). ICIQ-UI SF terdiri dari 6 pertanyaan

dengan klasifikasi berdasarkan jawaban yang disesuaikan dengan pilihan masing

masing skor ( mulai dari skor 0 sampai skor 5 ) dan dibagi menjadi tiga kelompok

yaitu tipe stres bila pertanyaan 1, 2 dan 3 skornya ≥ 4, tipe urge bila pertanyaan 4,

5 dan 6 skornya ≥ 6, tipe campuran (mixed) kombinasi bila stress skor ≥ 4 dan

urge skor ≥ 6 (skala ordinal/variabel kategorik).

Kuesioner ketiga untuk mengukur tingkat depresi digunakan kuesioner

Geriatric Depression Scale (GDS) bentuk singkat oleh Brink dan Yesavage

(1983). Kuesioner GDS terdiri dari 16 pertanyaan, 11 pertanyaan dengan

pernyataan positif dan 5 pertanyan dengan pernyataan negatif. Pernyataan positif

pada nomor 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 16, yang akan diberi skor 1 apabila

menjawab“ Ya” dan untuk jawaban “tidak” diberi skor 0. Sedangkan untuk 5

pertanyaan dengan pernyataan negatif pada nomor 1, 6, 8, 12, dan 14, untuk setiap

jawaban “ tidak” diberi skor 1, untuk skor jawaban “Ya” diberi skor 0. Untuk

jumlah Skor 0-4 dikatakan normal, untuk jumlah skor 5-8 dikatakan ringan, untuk

jumlah skor 9-11 dikatakan sedang, dan untuk jumlah skor 12-15 dikatakan berat.

Instrumen ini diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


29

4.6 Validitas dan Reliabilitas

4.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti

sudah melakukan uji validitas isi (content validity index) dalam versi Bahasa

Indonesia dari instrumen penelitian Geriatric Depression Scale (GDS) dan

International Consultation on Incontinence Questionnaire Urinary Incontinence

Short Form (ICIQ-UI SF). Uji validitas dilakukan dengan mengajukan kuesioner

dan proposal penelitian kepada penguji validitas oleh dosen ahli Keperawatan

Medikal Bedah dan Keperawatan Jiwa Komunitas Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, yang mana peneliti tidak mengalami kesulitan dalam

uji validitas instrumen tentang tingkat inkontinensia dan tingkat depresi. Penilaian

validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen sudah mewakili

atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli. Sehingga hasil uji validitas isi yang

didapatkan peneliti mempunyai tingkat relevansi untuk kedua instrumen

mayoritas 4. Peneliti juga telah melakukan penghitungan hasil uji validitas kedua

instrumen dengan menggunakan koefisien validitas isi Aiken’s. Maka didapatkan

hasil validitas instrumen inkontinensia urin adalah 1, dan instrumen tingkat

depresi 1. Sehingga kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

dikatakan valid.

Universitas Sumatera Utara


30

4.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik

(Arikunto, 2005). Pengujian reliabilitas instrument inkontinensia urin dan tingkat

depresi telah dilakukan peneliti di Yayasan Sosial Karya Kasih Medan pada bulan

April 2017 terhadap usia lanjut yang mempunyai karakteristik yang sama dengan

responden penelitian sebanyak 20 orang.

Uji reliabilitas instrumen inkontinensia urin menggunakan analisa

Cronbach’s Alpha dengan nilai α = 0,799 dimana α > 0,7 artinya reliabilitas

mencukupi (sufficient reliability). Uji reliabilitas instrument tingkat depresi

menggunakan rumus KR-21(Kuder & Richard 21) :

Dimana:
= Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = Banyaknya item
1 = Bilangan konstan
= Mean total (rata-rata hitungan dari skor total)
= Standart deviasi dari tes (standart deviasi adalah akar varians)
Menurut Arikunto (2016) varians dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut:

Dimana:
= Varians total
n = Banyaknya item
∑X2 = Jumlah kuadrat skor total
(∑X)2 = Jumlah skor total dikuadratkan

Universitas Sumatera Utara


31

Adapun menurut Arikunto (2010) kriteria reabilitas suatu tes dapat dilihat
pada table 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Interprestasi Nilai r
Besarnya nilai r Interprestasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak Rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah (Tak berkorelasi)

Dari hasil perhitungan di peroleh bahwa nilai Rhitung = 0,98 > Rtabel = 0,444

dengan α = 0,05 dan N = 20, kuesioner secara keseluruhan adalah reliabel atau di

percaya kategori tinggi. Hasil realibilitas instrumen inkontinensia urin adalah

0,799 dan instrumen tingkat depresi adalah adalah 0,89 maka kedua instrumen

penelitian ini reliable.

4.7 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur.

Tujuan dilakukan dengan metode wawancara terstruktur adalah agar data yang

didapat dari responden lebih akurat dan valid sehinga hasil yang didapatkan lebih

representatif dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dimulai setelah penelitian

menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian

yaitu Yayasan Guna Budi Bakti Medan.

Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan judul, tujuan, dan

prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia

Universitas Sumatera Utara


32

berpartisipasi dalam penelitian diminta untuk menandatangani inform concent.

Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada

pertanyaan dari peneliti yang tidak dimengerti, dan selanjutnya seluruh data

dikumpulkan.

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan editing untuk

memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa

semua jawaban telah diisi. Kemudian data diberi kode (coding) untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya

data dimasukkan ke dalam komputer (entry) dan dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan teknik komputerisasi.

4.8 Analisa Data

Setelah dilakukan proses pengolahan dan manajemen data, langkah

selanjutnya adalah melakukan proses analisa data. Pengolahan data demografi

meliputi usia, jenis kelamin, agama, status perkawinan dan pendidikan terakhir

dilakukan dengan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase dalam

bentuk tabel.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen

dilakukan analisa bivariat. Sebelumnya telah dilakukan uji normalitas data dimana

data tidak terdistribusi normal sehingga digunakan uji analisa spearman. Teknik

analisa dilakukan dengan uji korelasi spearman dengan menggunakan derajat

kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil

perhitungan statistik bermakna (sinifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen, dan apabila nilai p value > 0,05

Universitas Sumatera Utara


33

berarti perhitungan hasil statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Uji korelasi spearman adalah uji

statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua atau lebih variabel

berskala ordinal. Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut digunakan

kriteria penafsiran (Sutja, 2002) yaitu penafsiran kolerasi Versi de Vaus.

Tabel 4.2 Tabel interpretasi koefisien korelasi Versi de Vaus

Koefisien Kekuatan hubungan


0.00 Tidak ada hubungan
0.01-0.09 Hubungan kurang berarti
0.10-0.29 Hubungan lemah
0.30-0.49 Hubungan moderat
0.50-0.69 Hubungan kuat
0.70-0.89 Hubungan sangat kuat
>0.90 Hubungan mendekat sempurna
Interpretasi tersebut berlaku sama pada hubungan positif (+) dan negatif (-)

Universitas Sumatera Utara


34

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan inkontinensia

urin dengan tingkat depresi pada usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan,

melalui pengumpulan data terhadap 45 responden. Penyajian hasil penelitian

meliputi deskripsi data demografi responden, distribusi frekuensi inkontinensia

urin, distribusi frekuensi tingkat depresi dan hubungan inkontinensia urin dengan

tingkat depresi pada usia lanjut.

5.1.1 Karakteristik Demografi Responden

Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik demografi responden dalam

penelitian ini adalah usia lanjut dengan usia ≥ 60 tahun, mengalami inkontinensia

urin, dan tidak mengalami demensia dan bersedia menjadi responden. Adapun

karakteristik responden yang dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, agama,

status perkawinan, dan pendidikan terakhir.

Mayoritas responden lanjut usia di Yayasan Guna Budi Bakti Medan dari

45 total sampel termasuk kategori usia 75-90 tahun 28 orang (62,2%). Mayoritas

jenis kelamin responden perempuan sebanyak 33 orang (73,3%). Responden

mayoritas beragama budha sebanyak 32 orang (71,1%). Sebagian besar responden

tidak menikah sebanyak 30 orang (66,7%). Mayorita responden dengan

pendidikan terakhir SD sebanyak 25 orang (55,6%).

34
Universitas Sumatera Utara
35

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi responden


(n=45)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia responden (tahun)
60-74 17 37,8
75-90 28 62,2
Jenis kelamin
Laki-laki 12 26,7
Perempuan 33 73,3
Agama
Islam 2 4,4
Kristen 11 24,4
Budha 32 71,1
Status perkawinan
Menikah 15 33,3
Tidak menikah 30 66,7
Pendidikan terakhir
SD 25 55,6
SMP 13 28,9
SMA 7 15,6

5.1.2 Inkontinensia Urin

Dari tabel 5.2 dapat dilihat persentase terbesar tingkat inkontinensia urin

yang terjadi pada responden adalah tingkat inkontinensia urin ringan yaitu

sebanyak 25 orang (55,6%) dan tipe inkontinensia urin yang dominan terjadi pada

responden adalah inkontinensia urin urgensi 21 orang (46,6%).

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat dan tipe inkontinensia urin
Inkontinensia Urin Frekuensi Persentase (%)
Tingkat inkontinensia urin
Inkontinensia urin ringan 25 55,6
Inkontinensia urin sedang 19 42,2
Inkontinensia urin Berat 1 2,2
Tipe inkontinensia urin
Inkontinensia urin stres 16 37,8
Inkontinensia urin urgensi 21 46,6
Inkontinensia urin campuran 8 15,6

5.1.3 Tingkat Depresi

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah

responden mengalami depresi sedang sebanyak 25 orang (55,5%).

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat depresi


Tingkat depresi Frekuensi Persentase (%)
Tidak mengalami depresi 7 15,6
Depresi ringan 9 20
Depresi sedang 25 55,5
Depresi berat 4 8,9
Total 45 100,0

5.1.4 Hubungan Inkontinensia Urin dengan Tingkat Depresi pada Usia Lanjut di
Yayasan Guna Budi Bakti Medan

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini, didapatkan nilai

korelasi spearman atau r sebesar 0,364. Berdasarkan penafsiran korelasi Versi de

Vaus bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan positif dengan

interpretasi moderat. Kemudian hubungan antara kedua variabel tersebut dapat

dikatakan signifikan dimana (p) 0,014 (>0,05).

Universitas Sumatera Utara


37

Tabel 5.4 Hubungan inkontinensia urin dengan tingkat depresi


Variabel 1 Variabel 2 R ρ-value Keterangan
Inkontinensia Tingkat 0,364 0,014 Hubungan
urin depresi positif dengan
interpretasi
moderat

5.2 Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan

untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan inkontinensia urin

dengan tingkat depresi di Yayasan sosial Dharma Guna Budi Bakti Medan.

5.2.1 Inkontinensia Urin

Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat

inkontinensia urin di Yayasan Guna Budi Bakti Medan, didapatkan paling banyak

responden pada tingkat inkontinensia urin rendah (55,6%). Pada penelitian ini

menunjukkan bahwa sebagian besar usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti

Medan mengalami inkontinensia urin tingkat ringan. Sudah sewajarnya usia lanjut

mengalami inkontiensia urin dan dalam yayasan tersebut usia lanjut masih

melakukan aktivitas sosial bersama dan sebagian besar usia lanjut tidak berada

dalam kondisi sakit fisik atau mental berat yang mengharuskan untuk

mendapatkan perawatan kesehatan serius. Faktor lingkungan, lingkungan yang

bersih, sehat dan kondusif ikut memberikan andil dalam tingkat kesehatan

seseorang. Kualitas pelayanan kesehatan yang terdapat di yayasan usia lanjut

semakin baik maka memudahkan untuk mengecek dan mengontrol kondisi

kesehatan usia lanjut.

Universitas Sumatera Utara


38

Inkontinensia urin merupakan pengeluaran urin tanpa disadari serta dalam

jumlah dan frekuensi yang cukup sering sehingga mengakibatkan gangguan

kesehatan atau sosial. Inkontinensia urin juga memiliki efek terhadap kualitas

hidup, bahkan pada kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, berjalan, kegiatan

interpersonal, aktivitas fisik, fungsi seksual, dan tidur (Doughlity, 2006).

Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa usia lanjut yang

tinggal di Yayasan sosial Guna Budi Bakti Medan rata-rata berada pada usia 75-

90 tahun (62,2%) dimana penggolongan umur didasarkan pada World Health

Organization (WHO). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak (73,3%). Menurut Suratini (2007), bahwa inkontinensia urin lebih sering

terjadi pada perempuan karena kehilangan tonus otot dasar panggul, rolaps pelvis

seperti sistokel, uretra lebih pendek secara anatomis dan kelemahan spingter. Pada

pria prevalensi inkontinensia urin lebih rendah dari wanita yaitu kurang lebih

separuhnya, penyebab tersering adalah kerusakan sfingter uretra eksterna pasca

prostatektomi. Mayoritas responden adalah beragama budha atau etnis tionghoa

yaitu sebanyak (71,1%). Lebih dari setengah responden statusnya tidak menikah

yaitu sebanyak (66,7%). Mayoritas responden berpendidikan terakhir SD yaitu

sebanyak (55,6%) di karenakan usia lanjut di yayasan Guna Budi Bakti Medan

sebagian besar bersekolah di pendidikan masa jepang dan hanya sampai tingkat

sekolah dasar.

Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase tipe inkontinensia urin pada

usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan menunjukkan sebagian besar

responden mengalami inkontinensia urin urgen (46,6%). Resnick, dkk. (1989)

Universitas Sumatera Utara


39

mengatakan inkontinensia urgensi merupakan tipe inkontinensia yang paling

sering terjadi pada usia lanjut di panti wreda. Inkontinensia urin urgensi

merupakan pengeluaran urin yang involunter, keluarnya urin sebelum mencapai

toilet, keinginan berkemih yang tiba-tiba muncul untuk mengeluarkan urin,

kebutuhan untuk tergesa-gesa pergi ke toilet, dan ketidakmampuan menahan urin

atau menahan keinginan untuk berkemih. Usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti

Medan mengatakan tidak dapat menahan rasa berkemih mereka sampai masuk

kedalam toilet. Urin akan keluar pada saat mereka dalam perjalanan menuju toilet

dan disaat membuka celana dan pakaian saat sudah sampai didalam toilet.

5.2.2 Tingkat Depresi

Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase tingkat depresi pada usia

lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan menunjukkan bahwa lebih dari

setengah responden mengalami depresi (84,4%). Mayoritas responden termasuk

pada kategori depresi sedang (55,5%), diikuti dengan depresi ringan (20%),

depresi berat (8,9%) dan tidak mengalami depresi sebanyak (15,6%). Hal ini dapat

dilihat dari usia lanjut yang tinggal di Yayasan Guna Budi Bakti Medan

mengalami kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada

semangat, dan merasa tidak berdaya,merasa gagal dan rasa bersalah, tidak merasa

puas dengan kehidupan, tidak berguna dan putus asa.

Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu

keadaan sedih. Penelitian Reborn (2008) menunjukkan bahwa faktor genetik yang

berinteraksi dengan faktor lingkungan dapat mencetuskan gangguan depresi.

Beberapa faktor predisposisi lain yang diketahui berkaitan dengan terjadinya

Universitas Sumatera Utara


40

depresi, yaitu : faktor genetik, faktor neurobiologi dan faktor lingkungan. Kondisi

lingkungan seperti kehilangan orang yang dicintai, penderitaan penyakit yang

kronik ( diabetes melitus, hipertensi, gagal jantung, Parkinson, Alzheimer dll ).

Dari hasil penelitian bahwa usia lanjut mengalami perubahan seperti

gangguan penglihatan dan pendengaran, keterbatasan tersebut beresiko

menimbulkan depresi pada usia lanjut. Depresi pada usia lanjut di Yayasan Guna

Budi Bakti Medan lebih banyak terjadi pada wanita. Ada dugaan bahwa wanita

lebih sering mencari pengobatan sehingga depresi lebih sering terdiagnosis, dan

menyatakan bahwa wanita lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan

ambangnya terhadap stressor lebih rendah dibandingkan pria (Amir, 2005). Hal

tersebut sesuai dengan hasil penelitian Septiana (2010) bahwa dari 50 responden

terdapat 43 orang perempuan dan 7 orang laki-laki, dari 43 orang tersebut terdapat

23 (46%) yang mengalami depresi dan dari 7 orang laki-laki terdapat 3 (6%)

orang yang mengalami depresi.

Memperhatikan status perkawinan, sebagai responden tidak menikah yaitu

sebanyak (66,6%). Depresi juga lebih sering pada orang yang tinggal sendiri

dibandingkan dengan yang tinggal bersama keluarga dan kerabat lain (Amir,

2005). Pendidikan terakhir responden sebagian besar adalah lulusan sekolah dasar

dan usia lanjut tidak bekerja karena tinggal di yayasan usia lanjut. Hal ini

membuat usia lanjut mudah merasa bosan sehingga timbulnya sikap sedih,

murung, pesimis dan lainnya. Dengan demikian wajar saja jika responden yang

mengalami depresi di Yayasan Guna Budi Bakti Medan sangat tinggi (84,4%).

Universitas Sumatera Utara


41

5.2.3 Hubungan Inkontinensia Urin dengan Tingkat Depresi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji korelasi spearman diperoleh

terdapat hubungan antara inkontinensia urin dengan tingkat depresi pada usia

lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan. Hal itu ditunjukkan dengan nilai p

pada spearman sebesar 0,014 < 0,05 dimana nilai p lebih kecil dari 0,05 sehingga

keputusan uji adalah Hₒ ditolak dan Hₐ diterima, maka disimpulkan terdapat

hubungan yang signifikan antara inkontinensia urin dengan tingkat depresi. Dari

hasil penelitian didapatkan nilai r sebesar 0,364 dengan kekuatan hubungan

moderat dan arah yang positif.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aneesah

(2015), hasilnya ditemukan bahwa depresi semakin sering ditemukan seiring

dengan meningkatnya inkontinensia urin yang terjadi. Hasil penelitian ini

diperkuat juga dengan penelitian yang dilakukakan oleh Onat at.all (2014) tentang

Relationship between urinary incontinence and elderly patients. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara inkontinensia urin

dengan tingkat depresi pada usia lanjut. Untuk usia lanjut inkontinensia urin

hanya merupakan gangguan pada waktu-waktu tertentu atau yang lebih signifikan

adalah yang menyebabkan terjadinya depresi dan isolasi sosial.

Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian Devrisa (2010)

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara inkontinensia urin dengan tingkat

depresi pada wanita usia lanjut. Hal ini dikarenakan selain dipengaruhi

inkontinensia urin dan usia, dapat juga dipengaruhi status perkawinan dan

Universitas Sumatera Utara


42

melahirkan dimana proses melahirkan dapat mengakibatkan longgar nya otot

panggul pada wanita.

Dari hasil penelitian usia lanjut yang mengalami inkontinensia urin di

Yayasan Guna Budi Bakti Medan mengalami rasa malu untuk bersosialisasi

dengan orang lain dikarenakan timbulnya bau yang tidak menyenangkan dari

tubuh akibat inkontinensia urin, sehingga usia lanjut menarik diri untuk

bersosialisasi, tidak percaya diri, merasa tidak dibutuhkan, merasa tidak berguna

dan mengakibatkan timbulnya depresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak mengalami

tingkat depresi sedang. Dalam tingkat kejadian depresi sedang, inkontinensia urin

yang paling banyak terjadi pada responden adalah inkontinensia urin rendah. Hal

ini terjadi karena di Yayasan Guna Budi Bakti Medan usia lanjut dilakukan

pemeriksaan kesehatan yang terjadwal. Pelayanan kesehatan yang baik dapat

membuat rendahnya tingkat kejadian inkontinensia pada usia lanjut. Berdasarkan

penelitian, terdapat responden yang mengalami inkontinensia urin tetapi tidak

mengalami depresi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa usia lanjut masih memiliki

koping dan pengetahuan yang cukup baik untuk dirinya. Sehingga disaat usia

bertambah dan terjadi perubahan pada tubuhnya, usia lanjut dapat memahami

keadaannya bahwa proses yang terjadi adalah normal pada pertumbuhan yang

dialami sesuai dengan peningkatan usia. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme

koping juga turut berpengaruh terhadap tingkat kejadian depresi.

Tipe inkontinensia urin yang terjadi pada tingkat inkontinensia urin sedang

tidak jauh berbeda dengan tipe stres, urgensi dan campuran. Hal ini terjadi karena

Universitas Sumatera Utara


43

hanya sedikit perbedaan yang terjadi antara tipe inkontinensia urin. Pada

deskripsi data semua responden mengalami inkontinensia urin, sedangkan pada

variabel tingkat depresi diperoleh sebagian besar responden mengalami depresi

sedang. Memperhatikan kategori yang diperoleh dari hasil penelitian ini, sesuai

bahwa inkontinensia urin mempunyai hubungan dengan tingkat depresi pada usia

lanjut. Hasil penelitian ini telah membuktikan teori bahwa inkontinensia urin

merupakan salah satu gejala fisik yang apabila tidak tertangani dengan baik akan

menimbulkan depresi pada usia lanjut.

Selain itu instrument yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk

kuesioner, dimana ada kerugian dan keuntungan yang didapatkan oleh peneliti.

Kerugian yang terjadi jika memakai instrumen dalam bentuk kuesioner ini adalah

kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan yang tercantum dalam

kuesioner tersebut.

Universitas Sumatera Utara


44

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan pembahasan, inkontinensia urin yang

dialami responden dalam kategori rendah dan tingkat depresi yang dialami

responden dalam kategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan antara inkontinensia urin dengan tingkat depresi dengan signifikansi

(p<0,05) dan dengan demikian hipotesa alternatif penelitian (Hₐ) diterima.

6.2 Rekomendasi

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang baru tentang

hubungan inkontinensia urin dengan tingkat depresi pada usia lanjut dan dapat

digunakan untuk praktek keperawatan yang berhubungan dengan usia lanjut

dalam memberikan informasi melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan

kesehatan terutama di keperawatan kesehatan komunitas, keperawatan jiwa dan

tentang kesehatan psikologis usia lanjut.

6.2.2 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan evidence yang dapat dijadikan sebagai

masukan bahan pertimbangan pada institusi terkait untuk memberikan penyuluhan

tentang informasi kesehatan usia lanjut yang benar dan meluruskan informasi

tentang kejadian depresi pada usia lanjut.

44

Universitas Sumatera Utara


45

6.2.3 Yayasan Penelitian

Diharapkan kepada Yayasan Guna Budi Bakti Medan lebih meningkatkan

fasilitas kesehatan dengan meletakkan kamar mandi di setiap kamar usia lanjut

sehingga dapat memudahkan usia lanjut dalam berkemih.

6.2.3 Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam sehubungan dengan usia

lanjut dengan inkontinensia urin yang mengalami depresi. Dibutuhkan sampel

yang lebih besar dan diperlukan alat ukur yang lebih baik lagi untuk mendiagnosis

inkontinensia urin.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai