Chapter III-VI PDF
Chapter III-VI PDF
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
tingkat depresi pada usia lanjut laki-laki maupun perempuan dimana variabel
depresi.
Keterangan:
: Diteliti
Inkontinensia urin merupakan salah satu perubahan fisik pada usia lanjut yang
inkontinensia urin ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan depresi
antara lain, status ekonomi dan dukungan sosial, penyakit fisik, jenis kelamin,
tertangani secara baik maka dampaknya yaitu: terjadinya bunuh diri, produktivitas
22
Variabel Defenisi
Alat ukur Hasil ukur Skala
Independen operasional
Inkontinensia Inkontinensia Kuesioner Total skor: ordinal
urin urin adalah International Tipe Stres: Bila
pengeluaran Consultation pertanyaan 1,2 dan 3
urin tanpa
on skornya ≥ 4
Incontinence
disadari Questionnaire Tipe Urge : Bila
Urinary pertanyaan 4,5 dan 6
Incontinence skornya ≥ 6
Short Form
(ICIQ-UI Tipe Campuran
Short form) (Mixed) : Kombinasi
bila stres skor ≥ 4
Kuesioner ini dan urgen skor ≥ 6
terdiri dari 6 ( Skala ordinal /
item Variabel Kategorik )
pertanyaan
Rendah = 1-10
Sedang = 11-20
Berat = 21-30
Variabel Definisi
Alat ukur Hasil ukur Skala
dependen operasional
Tingkat Depresi adalah Kuesioner 1. 0-4 = Tidak ada Ordinal
depresi suasana hati Geriatric depresi
yang buruk Depression 2. 5-8 = Depresi
dalam kurun Scale (GDS) ringan
waktu tertentu 3. 9-11 = Depresi
Kuesioner ini sedang
terdiri dari 15 4. 12-15 = Depresi
item berat
pertanyaan
dengan pilihan
jawaban “Ya”
dan “Tidak”
penelitian ini adalah ada hubungan antara inkontinensia urin dengan tingkat
BAB IV
METODE PENELITIAN
penelaahan hubungan antara dua variabel atau lebih pada situasi atau kelompok
penelitian ini adalah cross sectional, yaitu meneliti suatu kejadian pada titik waktu
dimana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat yang
4.2.1 Populasi
2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut yang berusia ≥ 60
tahun di Yayasan Guna Budi Bakti Medan dengan jumlah populasi 45 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2007). Sampel yang
diambil dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi yaitu, usia lanjut
yang berusia ≥60 tahun, tidak mengalami demensia dan bersedia menjadi
25
responden. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu, berusia <60
pengambilan sampel menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2017 di Yayasan Guna
Budi Bakti Medan yang berada di Jl. Yos Sudarso Km 16 No. 14 Desa Martubung
Kecamatan Labuhan Deli. Alasan peneliti memilih Yayasan Guna Budi Bakti
Medan sebagai lokasi penelitian karena kejadian inkontinensia urin cukup sering
dengan tingkat depresi pada usia lanjut di Guna Budi Bakti Medan.
Waktu penelitian ini telah dilakukan mulai bulan September 2016 sampai
Juli 2017.
Penelitian dilakukan setelah peneliti lulus uji etik dari Komisi Etik
Sumatera Utara serta izin dari Yayasan Guna Budi Bakti Medan. Prosedur
penelitian yang dijelaskan adalah bahwa penelitian ini dilakukan setelah mendapat
yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada
manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar
dari pada resiko maka penelitian boleh dilaksanakan. Selain itu, penelitian yang
manusia.
kesediaannya mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent. Hal ini juga
merupakan bentuk kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut serta dalam
penelitian
Instrumen dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang terdiri
dari 3 bagian. Bagian pertama kuesioner berisi data demografi yang meliputi usia,
jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan terakhir, dan minuman yang
dikonsumsi.
masing skor ( mulai dari skor 0 sampai skor 5 ) dan dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu tipe stres bila pertanyaan 1, 2 dan 3 skornya ≥ 4, tipe urge bila pertanyaan 4,
5 dan 6 skornya ≥ 6, tipe campuran (mixed) kombinasi bila stress skor ≥ 4 dan
Geriatric Depression Scale (GDS) bentuk singkat oleh Brink dan Yesavage
pada nomor 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 16, yang akan diberi skor 1 apabila
menjawab“ Ya” dan untuk jawaban “tidak” diberi skor 0. Sedangkan untuk 5
pertanyaan dengan pernyataan negatif pada nomor 1, 6, 8, 12, dan 14, untuk setiap
jawaban “ tidak” diberi skor 1, untuk skor jawaban “Ya” diberi skor 0. Untuk
jumlah Skor 0-4 dikatakan normal, untuk jumlah skor 5-8 dikatakan ringan, untuk
jumlah skor 9-11 dikatakan sedang, dan untuk jumlah skor 12-15 dikatakan berat.
4.6.1 Validitas
atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti
sudah melakukan uji validitas isi (content validity index) dalam versi Bahasa
Short Form (ICIQ-UI SF). Uji validitas dilakukan dengan mengajukan kuesioner
dan proposal penelitian kepada penguji validitas oleh dosen ahli Keperawatan
Universitas Sumatera Utara, yang mana peneliti tidak mengalami kesulitan dalam
uji validitas instrumen tentang tingkat inkontinensia dan tingkat depresi. Penilaian
validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen sudah mewakili
atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli. Sehingga hasil uji validitas isi yang
mayoritas 4. Peneliti juga telah melakukan penghitungan hasil uji validitas kedua
dikatakan valid.
4.6.2 Reliabilitas
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik
depresi telah dilakukan peneliti di Yayasan Sosial Karya Kasih Medan pada bulan
April 2017 terhadap usia lanjut yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
Cronbach’s Alpha dengan nilai α = 0,799 dimana α > 0,7 artinya reliabilitas
Dimana:
= Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = Banyaknya item
1 = Bilangan konstan
= Mean total (rata-rata hitungan dari skor total)
= Standart deviasi dari tes (standart deviasi adalah akar varians)
Menurut Arikunto (2016) varians dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
= Varians total
n = Banyaknya item
∑X2 = Jumlah kuadrat skor total
(∑X)2 = Jumlah skor total dikuadratkan
Adapun menurut Arikunto (2010) kriteria reabilitas suatu tes dapat dilihat
pada table 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Interprestasi Nilai r
Besarnya nilai r Interprestasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak Rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah (Tak berkorelasi)
Dari hasil perhitungan di peroleh bahwa nilai Rhitung = 0,98 > Rtabel = 0,444
dengan α = 0,05 dan N = 20, kuesioner secara keseluruhan adalah reliabel atau di
0,799 dan instrumen tingkat depresi adalah adalah 0,89 maka kedua instrumen
Tujuan dilakukan dengan metode wawancara terstruktur adalah agar data yang
didapat dari responden lebih akurat dan valid sehinga hasil yang didapatkan lebih
menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian
pertanyaan dari peneliti yang tidak dimengerti, dan selanjutnya seluruh data
dikumpulkan.
semua jawaban telah diisi. Kemudian data diberi kode (coding) untuk
meliputi usia, jenis kelamin, agama, status perkawinan dan pendidikan terakhir
bentuk tabel.
dilakukan analisa bivariat. Sebelumnya telah dilakukan uji normalitas data dimana
data tidak terdistribusi normal sehingga digunakan uji analisa spearman. Teknik
kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil
variabel independen dengan variabel dependen, dan apabila nilai p value > 0,05
berarti perhitungan hasil statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Uji korelasi spearman adalah uji
statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua atau lebih variabel
BAB V
urin dengan tingkat depresi pada usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan,
urin, distribusi frekuensi tingkat depresi dan hubungan inkontinensia urin dengan
penelitian ini adalah usia lanjut dengan usia ≥ 60 tahun, mengalami inkontinensia
urin, dan tidak mengalami demensia dan bersedia menjadi responden. Adapun
Mayoritas responden lanjut usia di Yayasan Guna Budi Bakti Medan dari
45 total sampel termasuk kategori usia 75-90 tahun 28 orang (62,2%). Mayoritas
34
Universitas Sumatera Utara
35
Dari tabel 5.2 dapat dilihat persentase terbesar tingkat inkontinensia urin
yang terjadi pada responden adalah tingkat inkontinensia urin ringan yaitu
sebanyak 25 orang (55,6%) dan tipe inkontinensia urin yang dominan terjadi pada
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat dan tipe inkontinensia urin
Inkontinensia Urin Frekuensi Persentase (%)
Tingkat inkontinensia urin
Inkontinensia urin ringan 25 55,6
Inkontinensia urin sedang 19 42,2
Inkontinensia urin Berat 1 2,2
Tipe inkontinensia urin
Inkontinensia urin stres 16 37,8
Inkontinensia urin urgensi 21 46,6
Inkontinensia urin campuran 8 15,6
5.1.4 Hubungan Inkontinensia Urin dengan Tingkat Depresi pada Usia Lanjut di
Yayasan Guna Budi Bakti Medan
Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini, didapatkan nilai
5.2 Pembahasan
dengan tingkat depresi di Yayasan sosial Dharma Guna Budi Bakti Medan.
inkontinensia urin di Yayasan Guna Budi Bakti Medan, didapatkan paling banyak
responden pada tingkat inkontinensia urin rendah (55,6%). Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti
Medan mengalami inkontinensia urin tingkat ringan. Sudah sewajarnya usia lanjut
mengalami inkontiensia urin dan dalam yayasan tersebut usia lanjut masih
melakukan aktivitas sosial bersama dan sebagian besar usia lanjut tidak berada
dalam kondisi sakit fisik atau mental berat yang mengharuskan untuk
bersih, sehat dan kondusif ikut memberikan andil dalam tingkat kesehatan
kesehatan atau sosial. Inkontinensia urin juga memiliki efek terhadap kualitas
Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa usia lanjut yang
tinggal di Yayasan sosial Guna Budi Bakti Medan rata-rata berada pada usia 75-
sebanyak (73,3%). Menurut Suratini (2007), bahwa inkontinensia urin lebih sering
terjadi pada perempuan karena kehilangan tonus otot dasar panggul, rolaps pelvis
seperti sistokel, uretra lebih pendek secara anatomis dan kelemahan spingter. Pada
pria prevalensi inkontinensia urin lebih rendah dari wanita yaitu kurang lebih
yaitu sebanyak (71,1%). Lebih dari setengah responden statusnya tidak menikah
sebanyak (55,6%) di karenakan usia lanjut di yayasan Guna Budi Bakti Medan
sebagian besar bersekolah di pendidikan masa jepang dan hanya sampai tingkat
sekolah dasar.
Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase tipe inkontinensia urin pada
usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan menunjukkan sebagian besar
sering terjadi pada usia lanjut di panti wreda. Inkontinensia urin urgensi
atau menahan keinginan untuk berkemih. Usia lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti
Medan mengatakan tidak dapat menahan rasa berkemih mereka sampai masuk
kedalam toilet. Urin akan keluar pada saat mereka dalam perjalanan menuju toilet
dan disaat membuka celana dan pakaian saat sudah sampai didalam toilet.
Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase tingkat depresi pada usia
lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan menunjukkan bahwa lebih dari
pada kategori depresi sedang (55,5%), diikuti dengan depresi ringan (20%),
depresi berat (8,9%) dan tidak mengalami depresi sebanyak (15,6%). Hal ini dapat
dilihat dari usia lanjut yang tinggal di Yayasan Guna Budi Bakti Medan
semangat, dan merasa tidak berdaya,merasa gagal dan rasa bersalah, tidak merasa
keadaan sedih. Penelitian Reborn (2008) menunjukkan bahwa faktor genetik yang
depresi, yaitu : faktor genetik, faktor neurobiologi dan faktor lingkungan. Kondisi
menimbulkan depresi pada usia lanjut. Depresi pada usia lanjut di Yayasan Guna
Budi Bakti Medan lebih banyak terjadi pada wanita. Ada dugaan bahwa wanita
lebih sering mencari pengobatan sehingga depresi lebih sering terdiagnosis, dan
menyatakan bahwa wanita lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan
ambangnya terhadap stressor lebih rendah dibandingkan pria (Amir, 2005). Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Septiana (2010) bahwa dari 50 responden
terdapat 43 orang perempuan dan 7 orang laki-laki, dari 43 orang tersebut terdapat
23 (46%) yang mengalami depresi dan dari 7 orang laki-laki terdapat 3 (6%)
sebanyak (66,6%). Depresi juga lebih sering pada orang yang tinggal sendiri
dibandingkan dengan yang tinggal bersama keluarga dan kerabat lain (Amir,
2005). Pendidikan terakhir responden sebagian besar adalah lulusan sekolah dasar
dan usia lanjut tidak bekerja karena tinggal di yayasan usia lanjut. Hal ini
membuat usia lanjut mudah merasa bosan sehingga timbulnya sikap sedih,
murung, pesimis dan lainnya. Dengan demikian wajar saja jika responden yang
mengalami depresi di Yayasan Guna Budi Bakti Medan sangat tinggi (84,4%).
terdapat hubungan antara inkontinensia urin dengan tingkat depresi pada usia
lanjut di Yayasan Guna Budi Bakti Medan. Hal itu ditunjukkan dengan nilai p
pada spearman sebesar 0,014 < 0,05 dimana nilai p lebih kecil dari 0,05 sehingga
hubungan yang signifikan antara inkontinensia urin dengan tingkat depresi. Dari
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aneesah
diperkuat juga dengan penelitian yang dilakukakan oleh Onat at.all (2014) tentang
dengan tingkat depresi pada usia lanjut. Untuk usia lanjut inkontinensia urin
hanya merupakan gangguan pada waktu-waktu tertentu atau yang lebih signifikan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara inkontinensia urin dengan tingkat
depresi pada wanita usia lanjut. Hal ini dikarenakan selain dipengaruhi
inkontinensia urin dan usia, dapat juga dipengaruhi status perkawinan dan
Yayasan Guna Budi Bakti Medan mengalami rasa malu untuk bersosialisasi
dengan orang lain dikarenakan timbulnya bau yang tidak menyenangkan dari
tubuh akibat inkontinensia urin, sehingga usia lanjut menarik diri untuk
bersosialisasi, tidak percaya diri, merasa tidak dibutuhkan, merasa tidak berguna
tingkat depresi sedang. Dalam tingkat kejadian depresi sedang, inkontinensia urin
yang paling banyak terjadi pada responden adalah inkontinensia urin rendah. Hal
ini terjadi karena di Yayasan Guna Budi Bakti Medan usia lanjut dilakukan
mengalami depresi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa usia lanjut masih memiliki
koping dan pengetahuan yang cukup baik untuk dirinya. Sehingga disaat usia
bertambah dan terjadi perubahan pada tubuhnya, usia lanjut dapat memahami
keadaannya bahwa proses yang terjadi adalah normal pada pertumbuhan yang
dialami sesuai dengan peningkatan usia. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme
Tipe inkontinensia urin yang terjadi pada tingkat inkontinensia urin sedang
tidak jauh berbeda dengan tipe stres, urgensi dan campuran. Hal ini terjadi karena
hanya sedikit perbedaan yang terjadi antara tipe inkontinensia urin. Pada
sedang. Memperhatikan kategori yang diperoleh dari hasil penelitian ini, sesuai
bahwa inkontinensia urin mempunyai hubungan dengan tingkat depresi pada usia
lanjut. Hasil penelitian ini telah membuktikan teori bahwa inkontinensia urin
merupakan salah satu gejala fisik yang apabila tidak tertangani dengan baik akan
Selain itu instrument yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk
kuesioner, dimana ada kerugian dan keuntungan yang didapatkan oleh peneliti.
Kerugian yang terjadi jika memakai instrumen dalam bentuk kuesioner ini adalah
kuesioner tersebut.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
dialami responden dalam kategori rendah dan tingkat depresi yang dialami
6.2 Rekomendasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang baru tentang
hubungan inkontinensia urin dengan tingkat depresi pada usia lanjut dan dapat
tentang informasi kesehatan usia lanjut yang benar dan meluruskan informasi
44
fasilitas kesehatan dengan meletakkan kamar mandi di setiap kamar usia lanjut
yang lebih besar dan diperlukan alat ukur yang lebih baik lagi untuk mendiagnosis
inkontinensia urin.