Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SEDIAAN STERIL
PERCOBAAN I
“SALEP MATA KLORAMFENIKOL”
Disusun Oleh :
NIM : 61608100817020
• Parafin Cair
Parafin cair merupakan campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan
yang diperoleh dari minyak tanah. Tujuan penambahan bahan ini karena
Parafin cair berguna untuk memperbaiki konsistensi basis sehingga lebih lunak
dan memudahkan penggunaan.
• Vaselin Kuning
Karena kloramfenikol mempunyai stabilitas stabil dalam basis minyak
dalam air, basis adeps lanae, oleh karena itu dipilih basis dasar hidrokarbon
seperti Vaselin Flavum (Vaselin Kuning).
Pemilihan basis Vaselin Flavum karena Vaselin ini tidak mengalami
pemutihan (bleaching) yang dikhawatirkan masih mengandung sesepora bahan
pemutih yang tertinggal dalam masa Vaselin tersebut. Vaselin yang digunakan
harus mengandung pengotor seminimal mungkin dengan demikian
kemungkinan teroksidasinya senyawa ini menjadi lebih kecil. Oleh karena itu
tidak diperlukan penambahan antioksidan, sedangkan jika digunakan Vaselin
Album, Vaselin Album sudah mengalami proses pemutihan (bleaching) yang
ditambahkan asam kuat dan juga masih mengandung banyak sesepora bahan
pemutih sehingga masih banyak mengandung pengotor.
V. URAIAN BAHAN
• Kloramfenikol (Farmakope Indonesia edisi IV halaman 189 ;FI III hal 144).
Rumus molekul :
C11H12Cl2N2O
5
Berat molekul : 323,13
Rumus struktur :
Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan
udara sehingga tidak menjadi tengik
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat, setil alkohol
bekerja untuk menurunkan titik leleh ibuprofen, yang hasil
dalam kecenderungannya selama proses lapisan flim
ibuprofen kristal
Kegunaan : Sebagai emolien dan pengemulsi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat yang sejuk dan kering
• Parafin Cair (Farmakope Indonesia edisi ketiga 1979. Hal 474 -475 Martindale edisi
28 halaman 1064).
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berflourecens, tidak
berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut
dalam kloroform P, dan dalam eter P.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P;
larut dalam kloroform P dan dalam eter P, dan dalam eter
minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah.
VI. PERHITUNGAN
Penimbangan bahan :
Kloramfenikol = 1% x 10 gram = 1 gram
Penimbangan bahan :
Kloramfenikol = 1 gram
Penimbangan Bahan :
Setil alkohol = 0,371gram
Penimbangan bahan :
Vaselin Album = 2,8 gram
Penimbangan bahan :
Adeps Lanae = 0, 891 gram
IX. PEMBAHASAN
Sediaan salep mata kloramfenikol merupakan sediaan steril yang tidak tahan
terhadap panas, sehingga tidak dapat dilakukan sterilisasi akhir terhadap sediaan ini.
Dengan demikian untuk menjamin sterilitas dari sediaan salep mata kloramfenikol,
maka selama proses produksi harus dilakukan secara aseptis, dimana semua alat-alat
dan bahan-bahan yang akan digunakan saat proses pembuatan salep mata harus
disterilisasi terlebih dahulu kemudian dalam pengerjaannya dijaga seminimal mungkin
dari kontaminasi mikroba.
Basis salep yang terdiri dari adeps lanae, vaselin flavum dan paraffin cair
dapat disterilisasi sekaligus dilebur dengan cara melebur basis salep dengan
menggunakan oven selama 30 menit pada suhu 60oC. Peleburan ini juga berfungsi
untuk sterilisasi bahan di mana vaselin yang mengandung kolesterol (lemak
bulu domba) dapat disterilkan menggunakan udara panas tanpa mengurangi
kualitasnya (Voigt, 1994). Penggunaan Kain kasa steril berfungsi sebagai penyaring
(filter) basis salep agar diperoleh basis salep yang halus dan bebas dari
partikelpartikel pengotor sehingga pada pemakaiannya tidak akan menimbulkan
iritasi pada jaringan mata.
Mortir dan stamper disterilisasi dengan cara pembakaran langsung dengan
alkohol 96%. Zat aktif kloramfenikol sendiri secara teoritis dapat disterilisasi
dengan metode radiasi, namun hal ini tidak dapat dilakukan karena keterbatasn
alat dan bahaya dari radiasi. Selain itu, tube salep sekaligus tutupnya yang akan
digunakan juga perlu disterilisasi dengan cara dioven pada suhu 180oC selama 30
menit. Metode sterilisasi ini dilakukan untuk menjamin sterilitas sediaan salep
mata kloramfenikol dan mencegah kontaminasi mikroba dan pirogen
X. LAMPIRAN
Kemasan Salep Mata
PERCOBAAN II
“TETES MATA KLORAMFENIKOL”
Disusun Oleh :
NIM : 61608100817020
• NaCl
Sodium klorida digunakan sebagai suatu osmotic agent dan untuk sediaan non
parenteral digunakan untuk larutan isotonik, kadar ≤ 0,9% (Excipient; 637).
NaCl banyak digunakan dalam berbagai formulasi farmasetik paranteral
dan nonparanteral dimana khususnya digunakan untuk menghasilkan larutan
isotonis dalam formulasi obat-obat intravena atau obat-oba yang ditujukan untuk
mata sebesar ≤ 0,9%. ΔTf-nya terhadap air= 0,52, konsentrasinya sesuai dengan
larutan 0,9% NaCl (Raymond; 2006).
Pada formulasinya ditambahakan zat tambahan Natrium Cloridum (NaCl),
karena jika tidak ditambahkan NaCl obat tetes mata tidak memenuhi syarat
yaitu hipotonis. Agar obat tetes mata dan cuci mata nyaman dan tidak pedih
dimata saat digunakan maka harus dibuat isotonis dengan penambahan NaCl.
• Aqua Pro Injeksi
Pembuatan sediaan obat tetes kloramfenikol dibuat dengan menggunakan pelarut air.
Pembawa air yang digunakan adalah a.p.i (Aqua Pro Injeksi).
V. URAIAN BAHAN
• Kloramfenikol (Farmakope Indonesia edisi IV halaman 189 ;FI III hal 144).
Rumus molekul :
C11H12Cl2N2O
5
Berat molekul : 323,13
Rumus struktur :
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, dalam
3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P,
mudah larut dalam eter P.
pH : 4,5-7
kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh.
• Water For Injection (FI IV hal 112, FI III hal 97)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan
VI. PERHITUNGAN
Volume sediaan : 10 mL
Jumlah sediaan : 1 botol
Kloramfenikol
4) Coron
g
gelas
VII. PROSEDUR KERJA
5) Kerta
A. Alat dan Bahan s
Alat saring
1) Gelas ukur 6) Batan
g
2) Pipet tetes
penga
3) Beaker glass duk
Bahan B. Cara Kerja
1) Kloramfenikol Pembuatan Dapar Fosfat
2) Metil paraben 7) Labu Ukur
3) NaCl 8) Sendok tanduk
4) NaOH 9) Botol drop tetes mata
5) KH3PO4 10) Erlenmeyer
6) Aquadest 11) Spuit Injeksi
IX. PEMBAHASAN
Dalam pembuatan obat tetes ini terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan
disterilkan terkecuali bahan karena dalam hal ini tidak tahan pemanasan dan zat aktif bisa di
anggap (dispensasi) steril. Pada pembuatan obat tetes mata dengan metode sterilisasi aseptis
kemungkinan sediaan terkontaminasi dengan mikroorganisme harus diperkecil untuk menjaga
agar sediaan yang dihasilkan nantinya tetap dalam keadaan steril. Semua larutan untuk mata
harus dibuat steril dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk
menjamin sterilitas selama pemakaian
Dalam pembuatan obat tetes ini juga, pH harus diperhatikan agar tetap dalam rentang
kestabilan bahan. Obat tetes mata tidak boleh mengandung partikulat sehingga sebelum
dimasukkan ke dalam botol obat tetes mata, sediaan harus terlebih dahulu disaring,
penyaringan dilakukan untuk menghilangkan partikel atau endapan yang ada pada larutan.
Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam botol obat tetes mata. Dalam
memasukkan larutan kedalam botol tetes mata menggunakan jarum suntik. Sedapat mungkin
obat tetes mata yang dibuat harus isotonis dengan cairan tubuh ataupun hipertonis dalam
keadaan tertentu. Perlunya sediaan obat tetes mata ini dibuat isotonis ataupun hipertonis agar
pada saat penyuntikan tidak menimbulkan rasa nyeri. Untuk membuat obat tetes mata yang
isotonis dapat dibuat dengan menamabahkan NaCl dalam jumlah tertentu yang telah dihitung
dari perhitungan tonisitas sediaan, evaluasi sediaan yang dapat dilakukan setelah sediaan obat
tetes mata selesei dibuat adalah evaluasi penampilan sediaan obat tetes mata yang dihasilkan
diperoleh larutan bening.
X. LAMPIRAN
CARA PEMAKAIAN
1 tetes setiap 2 jam, selama 2 hari
pertama. Setelah itu, kurangi dosis
menjadi 1 tetes, 3-4 kali per hari,
selama 3 hari. No. Reg : DKL1211000247A1
No. Batch : L110002
INDIKASI Tgl. Produksi : 31 Okt 2020
Untuk pengobatan infeksi pada Exp. Date : 31 Okt 2022
mata.
Diproduksi oleh:
Kontraindikasi PT. BUNDA FARMA
Hipersensitif terhadap golongan BATAM - INDONESIA
obat ini.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN
STERIL
PERCOBAAN III
“INJEKSI VITAMIN C”
Disusun Oleh :
Hari/Tanggal : Sabtu / 31 oktober 2020
NIM : 61608100817020
V. URAIAN BAHAN
• Vitamin C/Asam Askorbat (DIRJEN POM, 1979)
Nama Resmi : Acidum Ascorbicum
Berat molekul : 176,13
Rumus molekul : C6H8O6
Kelarutan : mudah larut dalam ai agak sukar larut dalam etanol (95%) praktis tidak larut
dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen
Pemerian : serbuk atau hablur putih atau agak kuning, tidak berbau rasa asam
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya Kegunaan :
sebagai sampel
• NaHCO3 (Ditjen POM edisi III 1979 : 424)
Nama Resmi : NATRII SUBCARBONAS
Nama Lain : Natrium bikarbonat
RM/BM : NaHCO3 / 84.01
Pemerian : serbuk putih atau hablur monoklin kecil, buram, tidak
berbau, rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air, praktis tdak larut dalam etanol
(95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai antasidum
• Natrium Metabisulfit (FI IV, hal 596, Martindale 2005 hal 1193, Excipient hal 451)
Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau
belerang dioksida
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam
etanol
Kegunaan : Antioksidan
Konsentrasi : 0,01-1 % (Excipient ed. 2nd, hal. 451)
pH : 3,5 – 5
Stabilitas : Stabil pada suhu dibawah 40oC
Sterilisasi : Filtrasi
• Dinatrium edetat/Na₂EDTA (Dirjen POM IV 1979 :1955) .
Nama resmi : ETILEN DIAMINA TETRA ASETAT
Nama lain : EDTA
RM/BM : C2H8N2/ 98,96
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna atau agak kuning, bau seperti
amoniak, bereaksi alkali kuat.
VI. PERHITUNGAN
Volume yang akan dibuat
V = ( N+2 ) X V = ( 1+2 ) X ( 5,0 + 0,3) =15,9 ml ~ 15 ml
*N = jumlah vial yang akan dibuaut
V = volume yang akan dibuat ditambahkan kelebihan volume yang akan dianjurkan
NO Nama Bahan Jumlah Perhitungan Penimbangan
1 Asam Askorbat 10 % 10/100 x 15 ml 1500 mg
= 1,5 gram
2 Natrium EDTA 0,1 % 0,1/100 x 15 ml 15 mg
= 0,015 gram
3 Natrium Betabisulfit 0,5 % 0,5/100 x 15 ml 75 mg
= 0,075 gram
4 NaHCO3 1,39 % 1,39/100 x 15 ml 208 mg
= 0,208 gram ~ 200 mg
5 Aqua Pro Injeksi Ad 100 % ad 15 ml ad 15 ml
Pengenceran EDTA 6) Batang
Bobot zat 50 mg 50 mg ~ 10 ml pengaduk
Penimbangan bahan
IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan injeksi vitamin C yang merupakan sediaan
steril berupa injeksi yang mengandung 10% asam askorbat yang diberikan melalui intravena,
sehingga zat aktif dapat segera masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai penambah vitamin C.
Suatu bahan dapat dinyatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif
(spora) (Anief, 2005). Pirogen merupakan produk metabolisme dari suatu mikoorganisme.
Secara kimiawi, pirogen merupakan suatu zat lemak yang berhubungan dengan molekul
pembawa yang biasanya polisakarida. Efek adanya pirogen ini menghasilkan kenaikan tubuh
yang nyata, demam, sakit badan, vasokonstriksi pada kulit dan kenaikan tekanan dalam arteri
(Lachman dkk, 2008).Formulasi yang akan digunakan mengacu pada formulasi yang ada di
literatur dan dipilih formula mana yang lebih baik dan lebih mudah untuk dikerjakan. Formula
yang digunakan adalah: R/ Asam Askorbat 10% Na EDTA 0,1%
Na metabisulfit 0,5%
NaHCO3 1,39 %
Aqua P.I ad 5 ml
Dalam pembuatan sediaan injeksi ini, digunakan Vitamin C sebagai bahan aktif dari
sediaan. Vitamin C diindikasikan sebagai pencegahan dan pengobatan skorbut atau defisiensi
Vitamin C. Eksipien yang digunakan pada sediaan ini berupa Na EDTA, Na Bisulfat, dan
Natrium Asetat, dengan variasi konsentrasi yang berbeda untuk Na EDTA dan NaHCO3 .
Adanya ion logam pada vial mampu mengkatalis reaksi penguraian vitamin c menjadi bentuk
yang tidak stabil. Oleh karena itu, ditambahkan Na EDTA sebagai bahan penghelat untuk
mengikat ion logam yang kemungkinan berasal dari botol vial dan membentuk senyawa
kompleks. Natrium metabisulfat berfungsi sebagai antioksidan supaya bahan obat tidak mudah
teroksidasi. Sedangkan natrium NaHCO3 berfungsi dalam mengatur ph sediaan untuk berada
dalam rentang stabil yaitu 5,5-7. Vitamin C merupakan substansi obat yang sangat tidak stabil
pada larutan air (mudah teroksidasi) membentuk asam dihiroaskorbat. Untuk alasan tersebut,
digunakanlah Aqua Pro Injection bebas oksigen. Berdasarkan perhitungan tonisitas, diketahui
jika sediaan vitamin C dengan dosis 0,64% yang akan dibuat bersifat hipertonis. Artinya,
penambahan natrium klorida sebagai tonicity adjustment tidak diperlukan.
Pertama-tama sebelum dilakukan formulasi sediaan steril injeksi vitamin C terlebih
dahulu dilakukan proses sterilisasi alat-alat yang akan digunakan dalam proses formulasi.
Alat-alat yang digunakan seperti gelas beaker, corong gelas, kertas saring, vial, batang
pengaduk, erlenmeyer dan penutup karet vial disterilisasi terlebih dahulu dengan
menggunakan metode sterilisasi panas basah dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC
selama15 menit dengan tekanan 15 psi. Alat-alat tersebut disterilisasi dengan menggunakan
metode sterilisasi panas basah dengan menggunakan autoklaf karena alat yang disterilisasi
tahan terhadap panas dan lembab (Rachmawati, 2010). Proses sterilisasi ini dilakukan pada
ruangan sterilisasi (grey area).
Kemudian setelah alat-alat yang akan digunakan dalam formulasi telah disterilisasi
dilanjutkan dengan proses pembuatan sediaan injeksi vitamin C. Pembuatan sediaan dilakukan
dengan menimbang bahan yang diperlukan seperti asam askorbat sebanyak 6 gram, Na EDTA
sebanyak 0,006 gram , Na Metabisulfit 0,3 gram,dan NaHCO3 0,83 gram pengambilan bahan
ini digunakan untuk 1 sediaan yang akan dibuat. Penimbangan bahan dilebihkan sebesar 5 %
untuk mengantisispasi terjadinya kehilangan kadar zat aktif akibat proses penjerapan pirogen
oleh karbon aktif dan akibat proses penyaringan. Proses penimbangan ini dilakukan pada
ruangan penimbangan (Grey Area).
Kemudian untuk mencampurkan bahan-bahan tersebut dilakukan dengan menggunakan
erlenmeyer, ditara terlebih dahulu aqua pro injeksi sebanyak 5 ml. menggunakan gelas ukur
karena jumlah sediaan yang akan dibuat adalah sebanyak 5 ml untuk 1 sediaan. Dimaskkan Na
EDTA kedalam kedalam erlenmeyer kemudian diencerkan dengan Aqua Pro Injeksi. Kemudia
larutan Na EDTA ditambahkan dengan Na metabisulfit.dimasukkan asam askorbat kedalam
erlenmeyer kemudian diencerkan menggunakan aqua pro injeksi hingga larut. Selanjutnya
dicampurkan larutan vitamin C dengan larutan Na EDTA dan Na Metabisulfit dikocok hingga
homogen. Ditambahkan NaHCO3 ditambahkan aqua pro injeksi, lalu pengecekan pH.
Kemudian ad kan aqua pro injeksi sampai 6 ml. Dilakukan penyaringan menggunakan kertas
saring, larutan dimasukkan kedalam botol vial sebanyak 5 ml. Vial ditutup dengan karet dan
alumunium cup. Proses pencampuran ini dilakukan di ruang pencampuran grade C (white
area).
Selanjutnya sterilisasi sediaan yang telah dibuat disterilisasi menggunakan sterilisasi C
(penyaringan) yaitu wadah disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah.
Wadah disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah akhir yang steril,
kemudian ditutup kedap dengan teknik aseptis.
Sterilisasi ini dilakukan di ruang sterilisasi (grey are).
Selanjutnya sediaan diberi etiket, brosur dan dikemas diddalam wadah sekunder.
Pengemasan dan pemberian etiket ini dilakukan di grey area.
X. LAMPIRAN
Disusun Oleh :
NIM : 61608100817020
V. URAIAN BAHAN
• Dextrose
(FI IV hal. 300, Martindale 28 hal. 50, DI hal. 1427, Excipient hal. 154)
Nama resmi : D Glukosa Monohidrat
Bobot molekul : 198,17
Rumus molekul : C6H12O16.H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau
rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam
etanol mendidih, sedikit larut dalam alkohol
VI. PERHITUNGAN
Tonisitas
Diketahui : Larutan 0,9% NaCl, BM = 58,5
Na+NaCl + Cl- jumlah ion = 2 M
osmolarita NaCl = ?
Jawab : Larutan 0,45% NaCl = 0,45 g/100 ml = 4,5 g/L m
osmole/liter = 4,5 x 1000 x 2: 58,5 = 153,84 (HIPOTONIS)
Osmolaritas glukosa anhidrat 5%
5 % glukosa anhidrat = 5 g/100 ml = 50 g/L BM =
198,17 ; n = 1
mosM/L = 50/198,17 x 1 x 1000 = 252,3 ( HIPOTONIS ) Hubungan
Antara Osmolarita Dan Tonisitas
Osmolarita (m osmole / liter) Tonisitas > 350 Hipertonis
329-350 Sedikit hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit Hipotonis
0-249 Hipotonis
4) Erlenmeyer 1 L
VII. PROSEDUR KERJA 5) Corong
A. Alat dan Bahan
Alat 6) Spatula
Bahan
1) Dextrose
2) NaCl
3) Aqua Pro Injeksi
B. Cara Kerja
1. Zat aktif ditimbang dalam kaca arloji (penimbangan dilebihkan 5 %)
2. Masukkan ke dalam gelas piala steril yang sudah dikalibrasi sejumlah volume Kaca
Arloji Batang Pengaduk Gelas ukur 1000 ml Erlenmeyer 1 L Corong Spatula Kertas
saring Botol infus flakon 1000 ml Karet tutup flakom infus yang akan dibuat
3. Tuangkan aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif dan untuk membilas kaca arloji,
tuangkan sampai tanda batas
4. Siapkan Erlenmeyer, corong, dan kertas saring rangkap 2 yang telah terlipat dan telah
dibasahi air bebas pirogen (air bebas pirogen telah dibuat sebelumnya).
Airnya ditampung di Erlenmeyer lain (disiapkan 2 Erlenmeyer).
5. Saring larutan hangat-hangat ke dalam Erlenmeyer
6. Ukur volume larutan dalam gelas ukur tepat sesuai volume infus per botol.
Kekurangan volume di ad dengan aqua bidestilata bebas pirogen (yang telah
disiapkan) yang terlebih dahulu digunakan untuk membilas gelas piala dan kemudian
disaring ke dalam Erlenmeyer.
7. Tuang larutan ke dalam kolom G3 dengan bantuan pompa penghisap (pori-pori kertas
Whattman 0,22 µm) kemudian dimasukkan ke dalam botol infus yang sudah ditara
8. Botol ditutup dengan flakon steril, kemudian diikat dengan simpul champagne
9. Sterilisasi akhir dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit
10. Sediaan diberi etiket dan dikemas dalam dus dan disertakan brosur informasi obat
VIII.
HASIL PENGAMATAN
LAMPIRAN KETERANGAN
Alat yang sudah disterilisasi
Penimbangan bahan
PEMBAHASAN
Infus merupakan sediaan dalam volume besar yang digunakan untuk satu kali
pakai, dengan kecepatan pemberian yang diatur. Untuk pembuatan sediaan infus, tidak
perlu ditambahkan pengawet Tidak ditambahkan pengawet dan cukup di sterilkan
dengan autoklaf. Pada sediaan steril harus dipenuhi syarat sterilisasi. Dipilih cara
sterilisasi yang sesuai dengan stabilitas zat aktif
• Sterilisasi A : Sterilisasi akhir yang menggunakan autoklaf
• Sterilisasi C
Pada pembuatan produk steril dibedakan 4 Kelas kebersihan:
• Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah
tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya
kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow)
di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan
kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam
ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga hendaklah dibuktikan
dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat digunakan
pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
• Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona Kelas A.
• Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang
mengandung risiko lebih rendah (PerBPOM, 2018)
Komponen, setelah dicuci, hendaklah ditangani di lingkungan minimal Kelas D.
Penanganan bahan awal dan komponen steril, kecuali pada proses selanjutnya untuk
disterilisasi atau disaring dengan menggunakan filter mikroba, hendaklah dilakukan di
lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi hendaklah
dilakukan di lingkungan Kelas C; bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan bahan dan
produk hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah dilakukan di
lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B. Transfer wadah setengah-tertutup,
yang akan digunakan dalam proses beku- kering (freeze drying) hendaklah, sebelum
X.
proses penutupan dengan stopper selesai, dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar
belakang Kelas B atau dalam nampan transfer yang tertutup di lingkungan Kelas B.
LAMPIRAN
Label Kemasan Infus NaCl-D5%
PT YEPO FARMA
NO. REG : GKL9230500449A1
NaCl D-5%
STERIL DAN BEBAS PIROGEN 100 ml LARUTAN
INFUS UNTUK PEMAKAIAN INTRAVENA
Setiap 100 ml larutan mengandung :
Dextrose 5%
NaCl 0,34%
Aqua Pro injection ad. 100 ml
Osmolaritas : 274 mosm/l
Simpan pada suhu di bawah 30’c
Diproduksi oleh PT Via Farma, Palmatak, Anambas, Kepulauan Riau
Batch :
Exp. Date :