Anda di halaman 1dari 15

TRANSMISI DAN DISTRIBUSI PADA PLTU, DAN PENTINGNYA DISTRIBUSI TENAGA

LISTRIK DI INDONESIA

Perkembangan teknologi dan pemanfaatan energi telah memegang peranan penting


dalam aspek sosial dan ekonomi baik skala kecil hingga besar, dari skala rumah tangga hingga
taraf nasional dan internasional. Akan tetapi persoalan energi tidak berdiri sendiri, karena selalu
terkait dengan persoalan lingkungan dan dampaknya. Hingga saat ini negara – negara di dunia
masih tergantung pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan enargi listrik, terutama bahan bakar
minyak dan batubara. Selain persoalan lingkungan yang diakibatkan pembangkit listrik dengan
bahan bahar fosil juga persoalan ketersediaannya. Maka para ahli dari berbagai negara telah
melakukan terobosan – terobosan baru dengan pengelolaan sumber energi terbarukan untuk
membangkitkan energi listrik, diantaranya energi angin, air, surya, biomassa, dan lain – lain.
Namun kapasitas yang dihasilkan oleh pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan
tergolong masih rendah dibandingan dengan pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil.

Salah satu cara paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah
melalui bentuk energi listrik. Energi listrik dapat dikirimkan dari satu tempat ke tempat lain yang
jaraknya berjauhan dalam suatu sistem tenaga listrik. Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan
dari komponen – komponen listrik seperti generator, transformator, transmisi, distribusi, dan
beban yang dihubungkan membentuk suatu sistem.

Energi listrik merupakan energi yang sangat bermanfaat. Tidak dipungkiri lagi bahwa
memiliki ketergantungan dengan listrik. . Pemanfaatan energi listrik dari zaman ke zaman telah
digunakan secara luas dan peranannya pun sangat vital di kehidupan manusia. Seperti digunakan
untuk kebutuhan rumah tangga, komersial, instansi, pemerintah, industri dan sebagainya. Begitu
juga di Indonesia. Konsumsi listrik di Indonesia meningkat dengan semakin bertambahnya
populasi. Adapun konsumsi listrik terbesar di Indonesia yaitu di pulau Jawa , sehingga sebagian
besar pembangkit listrik terpusat di pulau Jawa . Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah
Indonesia melaksanakan program percepatan pembangkitan listrik sebesar 10.000 MW dengan
mendirikan beberapa pembangkit listrik.. yaitu pembangkit tenaga listrik seperti pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listik tenaga gas (PLTG), pembangkit listrik tenaga gas –
uap (PLTGU), pembangkit listik tenaga air (PLTA), dan lain – lain.
Untuk menyalurkan listrik dari pembangkit, maka memerlukan saluran Tenaga Listrik.
Saluram Tenaga Listrik merupakan proses penyaluaran tenaga listrik dari tempat pembangkit
tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga
dapat disalurkan sampai pada konsumen pengguna listrik. Suatu sistem tenaga listrik harus bisa
melayani pelanggan secara baik, dalam arti sistem tenaga listrik tersebut harus aman dan handal.
Aman disini mempunyai pengertian bahwa sistem tenaga listrik ini tidak membahayakan
manusia dan lingkungannya dan handal mempunyai arti bahwa sistem tenaga listrik ini dapat
melayani pelanggan secara memuaskan misalnya dalam segi kontinyuitas dan kualitasnya. Ada
tiga bagian penting dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu: Pembangkitan, Penyaluran
(transmisi) dan distribusi seperti pada gambar berikut

a. Pembangkit
Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi
dan membangkitkan tegangan listrik dengan cara mengubah suatu energi tertentu menjadi
energi listrik. Beberapa contoh pembangkit seperti PLTU, PLTG, PLTGU, PLTA, PLTD,
dll. Adapun komponen utama dari pembangkit yang berfungsi untuk membangkitkan
tegangan listrik yaitu generator yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik
dengan menggunakan prinsip medan magnet. Adapun nialai tegangan yang dihasilkan
generator umumnya relative rendah yaitu sekitar 6 kV sampai 24 kV.

b. Transmisi
Transmisi adalah Penyaluran energi listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik
(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga dapat
disalurkan sampai pada konsumen pengguna listrik. Transmisi juga bisa diartikan sebagai
penyaluran energi listrik dari pembangkit ke gardu Induk Transmisi Tegangan. Tegangan
listrik pada jaringan Transmisi menggunakan tegangan yang sangat besar, mencapai ratusan
ribu Volt. Adapun komponen yang berfungsi untuk menaikkan tegangan yaitu
transformator step-up. Jenis - jenis nilai tegangan pada Jaringan Transmisi yaitu sebagai
berikut :

1) SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) dengan besar tegangan listrik 200 KV
sampai 500 KV.
Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit
dengan kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang
kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh

Operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi terdapat permasalahan


mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower) yang besar dan
tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga
memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah
masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan.

2) SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dengan besar tegangan listrik 30 KV sampai
150 kV
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai 150kV.
Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri
dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya
diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan
besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat
(Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh
yang paling efektif dari.

3) Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV


Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang
menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran
seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota, karena berada didalam tanah
maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat
kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal
dalam instalasi dan investasi serta sulitnya menentukan titik gangguan dan
perbaikkannya.

Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa
pertimbangan :
a. ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit
mendapatkan tanah untuk tapak tower.
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit karena padat bangunan dan banyak gedung-
gedung tinggi.
c. Pertimbangan keamanan dan estetika.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

Adapun alasan nilai tegangan pada jaringan transmisi harus dinaikan, yaitu sebagai
berikut :
 Untuk mencegah kerugian tegangan (Drop Voltage).
 Untuk mencegah kerugian daya.
 Untuk memperkecil kebutuhan diameter penampang kawat atau kabel penghantar.
Pada umumnya lokasi sumber pembangkit listrik yang digunakan memiliki jarak
yang sangat jauh sebelum sampai pada konsumen atau ke rumah-rumah kita.
Jarak yang sangat jauh ini akan menyebabkan kerugian tegangan (Drop Voltage) yang besar
pula. Sehingga untuk mencegah kerugian daya dan tegangan yang diakibatkan lokasi
jaringan transmisi dan jaringan distribusi listrik yang sangat jauh, maka dibutuhkan tegangan
dari pembangkit listrik yang besar agar kerugian tegangan tersebut dapat diatasi.
Disamping itu, agar ukuran diameter penampang kawat atau kabel penghantar yang
digunakan tidak terlalu besar, maka tegangan listrik dari sumber pembangkit menggunakan
tegangan yang besar. Besarnya tegangan listrik sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
besar kecilnya ukuran penampang kawat atau kabel penghantar. Hal ini sesuai dengan
hubungan antara tegangan dam arus berdasarkan rumus daya dibawah ini :

P=V.I

"Dengan besar beban atau daya yang sama, maka semakin besar tegangan listrik akan
semakin kecil arus yang dihasilkan, dan semakin kecil arus yang mengalir tentunya akan
semakin kecil diameter penampang penghantar yang dibutuhkan".

Oleh karena itu, agar ukuran atau diameter penampang penghantar listrik yang
dibutuhkan sebagai penghantar pada jaringan Transmisi tidak menggunakan ukuran
penghantar yang sangat besar, maka caranya adalah dengan menggunakan tegangan listrik
yang lebih besar bahkan mencapai ratusan ribu volt.

Gardu Induk

Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran transmisi
distribusi listrik.Dimana suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat berisi
saluran transmisi dan distribusi,perlengkapan hubung bagi,transfomator, dan peralatan
pengaman serta peralatan control. Sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 Jumlah
Gardu Induk sebanyak 435 dengan 24 Gardu Induk tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 500
kV, 310 GI 150 kV, 101 GI 70 kV.

Fungsi utama dari gardu induk :

1. Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi
lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen
2. Sebagai tempat control
3. Sebagai pengaman operasi system
4. Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi

Oleh karena itu, jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk itu
sendiri,maka peralatan dan komponen dari gardu induk harus memiliki keandalan yang tinggi
serta kualitas yang tidak diragukan lagi,atau dapat dikatakan harus Optimal dalam kinerjanya
sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak merasa dirugikan oleh kinerjanya.Oleh karena
itu,sesuatu yang berhubungan dengan rekonstruksi pembangunan gardu induk harus memiliki
syarat-syarat yang berlaku dan pembanguna gardu induk harus diperhatikan besarnya beban.

Maka prencanaan suatu gardu induk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut

1. Operasi,yaitu dalam segi perawatan dan perbaikan mudah


2. Flexsibel
3. Konstruksi sederhana dan Kuat
4. Memiliki tingkat keandalan dan daya guna yang tinggi
5. Memiliki tingkat keamanan yang tinggi

c. Distribusi
Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen
(beban), merupakan hal penting untuk dipelajari. Mengingat penyaluran tenaga listrik ini,
prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi
listrik, disalurankan ke jaringan transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu
induk tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu
distribusi langsung ke jaringan distribusi sekuder (SUTR), tenaga listrik dialirkan ke
konsumen. Dengan demikian sistem distribusi tenaga listrik berfungsi membagikan
tenaga listrik kepada pihak pemakai melalui jaringan tegangan rendah (SUTR),
sedangkan suatu saluran transmisi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik
bertegangan ekstra tinggi ke pusat-pusat beban dalam daya yang besar (melalui jaringan
distribusi).
Distribusi Listrik adalah proses penyaluran listrik dari Jaringan Transmisi ke
pelanggan pengguna energi listrik. Jaringan Distribusi ini dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
1) Jaringan Distribusi Primer
Jaringan Distribusi Primer yaitu jaringan distribusi yang berasal dari Jaringan
Transmisi yang di turunkan tegangannya di Gardu Induk menjadi tegangan
menengah (TM) dengan nominal tegangan 20 kV ) menggunakan Transformator
penurun tegangan (Trafo Step-Down).
2) Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan Distribusi Sekunder yaitu jaringan distribusi dari Gardu Distribusi untuk
di salurkan ke pelanggan. Pada jaringan distribusi, mulai dilakukan pembagian –
pembagian beban daya listrik sesuai dengan lokasi dan kebutuhan, kemudian
pembagian jaringan distribusi ini. Sebelum sampai pada konsumen di rumah-rumah,
tegangan 20.000 Volt (20 KV) diturunkan lagi menjadi 380 Volt (Phase – Phase)
atau 220 Volt (Phase – Netral), menggunakan Transformator penurun tegangan
(Trafo Step-Down). Tegangan listrik inilah yang sampai ke rumah-rumah
kita.dengan klasifikasi tegangan rendah yaitu 220 V atau 380 V (antar fasa).

Dua jenis tegangan pada Jaringan Distribusi yaitu sebagai berikut :

1) JDTM (Jaringan distribusi Tegangan menengah) dengan besar tegangan sekitar 6


KV sampai 20 KV.
2) JDTR (Jaringan distribusi tegangan rendah) dengan besar tegangan sekitar 380
Volt (Fasa - fasa) dan 220 Volt (Fasa - Netral).

Perbedaan Jaringan Distribusi dengan Jaringan Transmisi

No. Dari segi Distribusi Transmisi


1 Letak lokasi jaringan Dalam kota Luar kota
2 Tegangan sistem < 30 kV > 30 kV
3 Bentuk jaringan Radial, loop, parallel, Radial dan loop
interkoneksi
4 Sistem penyaluran Sistem udara dan sistem Sistem udara dan sistem
bawah tanah bawah laut
5 Kontruksi jaringan Lebih rumit dan beragam Lebih sederhana
6 Analisis jaringan Lebih kompleks Lebih sederhana
7 Komponen rangkaian yang Komponen R dan L Komponen R, L, dan C
diperhitungkan
8 Penyangga jaringan Tiang jaringan Menara jaringan
9 Tinggi penyangga jaringan Kurang dari 20 m 30 – 200 m
10 Kawat penghantar BCC, SAC, AAC, dan ACSR dan ACAR
AAAC
11 Kawat tikaran Dengan kawat tikaran Tanpa kawat tikaran
12 Isolator jaringan Jenis pasak (pin), jenis Jenis gantung
post (batang), jenis
gantung, dan jenis cincin
13 Besarya andongan 0–1m 2–5m
14 Fungsi Menyalurkan daya ke Menyalurkan daya ke gardu
konsumen induk
15 Bahan penyangga Baja, besi, dan kayu Baja
16 Jarak antar tiang 40 – 100 m 150 – 350 m

Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik

Sistem jaringan tenaga listrik merupakan penyaluran energi listrik dari pembangkit
tenaga listrik hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada tingkat tegangan yang
diperlukan. Sistem tenaga listrik ini terdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan unit
distribusi.

Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak langsung.

1. Sistem Pendistribusian Langsung

Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang


dilakukan secara langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, dan tidak melalui
jaringan transmisi terlebih dahulu. Sistem pendistribusian langsung ini digunakan jika
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik berada tidak jauh dari pusat-pusat beban, biasanya
terletak daerah pelayanan beban atau dipinggiran kota.

2. Sistem Pendistribusian Tak Langsung

Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik


yang dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat beban,
sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan transmisi sebagai jaringan
perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan distribusi yang langsung menyalurkan
tenaga listrik ke konsumen.

Struktur Jaringan Distribusi

Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian, yaitu :


1) Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara
langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik. Biasanya Pusat Pembangkit Tenaga Listrik terletak di
pingiran kota dan pada umumnya berupa Pusat Pembangkit Tenaga Diesel (PLTD).
Untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat beban (konsumen) dilakukan dengan
jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.
Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak langsung, maka
bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu Induk yang
berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan menyalurkan tenaga
listrik melalui jaringan distribusi primer.
2) Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung.
Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya
dari jaringan transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.
Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) memiliki
tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak
diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona
yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon.
Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen yang
harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda. Sistem distribusi
harus dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan
konsumen di daerah terpencil. Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen
perumahan dan konsumen dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri
dari saluran udara dan saluran bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan
pada pertimbangan sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis,
alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan
sesuai jenis konsumen.
3) Gardu Pembagi/Gardu Distribusi

Gardu pembagi/Gardu distribusi berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan


distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan untuk konsumen dan
disebut sebagai jaringan distribusi skunder. Kapasitas transformator yang digunakan
pada Gardu Pembagi ini tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas
daerah pelayanan beban. Bisa berupa transformator satu fasa dan bisa juga berupa
transformator tiga fasa.
4) Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR)
merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen.
Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini 130/230 V
dan 130/400 V untuk sistem lama, atau 230/400 V untuk sistem baru. Tegangan 130
V dan 230 V merupakan tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400 V
merupakan tegangan fasa dengan fasa.
d. Konsumen (Beban)

Sebelum energi listrik disalurkan ke pelanggan (masyarakat/industri), energi


listrik dari pembangkit listrik tenaga termal akan menyupply pasokan listrik ke PLN.
Seperti pada PLTU Cirebon dengan bahan bakar batubara pada beban 1 x 660 MW
dengan tegangan generator 23 kV dan tegangan step up 150 kV akan menyupply pasokan
listik ke PLN untuk jaringan Jamali (Jawa, Madura, dan Bali). Dibagi menjadi dua gardu
induk yaitu daerah Jawa Tengah (Brebes) dan Jawa Barat (Sunyaragi/Cirebon).

Dan pada PLTU indramaya dengan bahan bakar batubara pada 3 x 330 MW.
Menyupply pasokan listrik ke PLN untuk jaringan Jawa - Bali. Gardu induk dari PLTU
Indramyu yaitu pada daerah Sukamandi dan Kosambi Baru. Dengan mengahsilkan
tegangaan generator 24 kv dan tegangan step up 150 Kv.

Konsumen dari tenaga listrik diantaranya sebagai berikut:

1) Masyarakat
2) Masyarakat yang memiliki usaha kecil atau menengah
3) Industri

Dikutip dari Republika.co.id, pelanggan listrik PLN diserhanakan jadi tiga


golongan. Menurut kementrian ESDM dan PLN yang sedang merumuskan
peyederhanaan golongan daya dan tariff listrik. Dari 37 golongan yang nantinya ESDM
dan PLN hanya akan merumuskan menjadi tiga golongan saja. Dadan Kusdiana,
menjelaskan bahwa penyederhanaan golongan akan berlaku pada para pelanggan PLN
nonsubsidi, diantaranya pelanggan dengan kapasitas 900 VA, 1300 VA, 2200 VA, dan
3300 VA akan dikelompokkan menjadi satu golongan yaitu dengan kapasitas 4400 VA.

Dengan demikian, para pelanggan dengan kapasitas di bawah 4.400 VA akan


ditambah dayanya menjadi 4.400 VA. Sementara golongan 4.400 VA hingga 12.600 VA
dinaikkan dan ditambahkan dayanya menjadi 13.000 VA, dan golongan 13.000 VA ke
atas dayanya akan di-loss stroom.

Dadan menjelaskan kenaikan dan penambahan daya tersebut tidak akan


berpengaruh pada pengeluaran biaya listrik masyarakat karena tidak akan dikenakan
biaya apa pun, dan besaran tarif per KWH tidak akan berubah.

Penyederhanaan golongan pelanggan listrik ini bertujuan untuk tenaga listrik lebih
bisa diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan kebijakan ini nantinya juga akan
menguntungkan masyarakat yang memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Hal itu karena selama ini UMKM rata-rata adalah pelanggan golongan 1.300 VA hingga
3.300 VA.

Dengan kenaikan daya tanpa tambahan biaya dan tanpa kenaikan tarif per KWH,
UMKM dapat berkembang karena bisa memperoleh daya listrik yang lebih besar tanpa
mengeluarkan biaya tambahan.

Selain itu, program penambahan dan pembangunan pembangkit listrik yang


sedang dikerjakan oleh pemerintah juga akan bisa dinikmati secara langsung oleh
masyarakat. Selama ini, keterbatasan daya listrik akibat pembatasan golongan
mengakibatkan daya listrik lebih banyak dinikmati oleh dunia usaha besar dan pelanggan
golongan industri saja.

Mengapa listrik sangat diperlukan di zaman modern? Karena listrik layaknya


“oksigen” dalam kehidupan masyarakat modern ini. Contohmya ketika seorang bekerja
menggunakan komputer itu sangat memudahkan pekerjaannya namun ketika terjadinya
pemadaman listrik itu akan menghambat suatu pekerjaan dan akan merugikan perusahaan
tersebut.
Selain pada sector industri listrik sangat diperlukan dalam pendidikan. Ada sebuah
filosofi, “Sekolah itu merupakan peradaban yang harus maju duluan kalau sekolahnya
seperti itu, ya susah untuk maju”.

Bisa dibayangkan, di era modern seperti sekarang, sekolah tanpa listrik bagaikan
kehilangan berbagai metode pembelajaran. Alat peraga seperti LCD Proyektor, komputer,
internet dan alat laboratorium sekolah memerlukan suplai energi yang tidak lain
diperoleh hanya dari aliran listrik. Tanpa alat peraga seperti itu, kegiatan sekolah
memang masih bisa berjalan hanya mengandalkan buku ajar, papan tulis dan kapur atau
whiteboard. Namun jika dibiarkan lama, mindset siswa akan kurang berkembang karena
banyak sekali ide yang dapat disampaikan melalui alat peraga. Hal ini akan berpengaruh
kepada kemampuan siswa dalam menggali informasi hingga menyebabkan ketertinggalan
dengan sekolah-sekolah lain. Selain itu, ketersediaan listrik di rumah juga berperan
penting bagi kemudahan siswa mengulang pelajaran yang telah disampaikan di sekolah.
Inilah salah satu faktor penyebab begitu banyaknya siswa dan mahasiswa berbondong-
bondong ke Pulau Jawa untuk melanjutkan pendidikan.

Kondisi di atas adalah salah satu dari pentingnya listrik dalam kehidupan. Dan
perlu diingat, baru salah satu. Masih banyak berbagai kegunaan listrik bagi kehidupan
manusia di samping untuk menunjang sektor pendidikan. Beberapa di antaranya adalah
dalam membangun sektor pariwisata melalui penerangan dan sarana penunjang lainnya,
investasi, hingga produksi barang dan jasa baik skala kecil, menengah dan besar yang
nantinya mampu menyerap tenaga kerja. Lebih jauh lagi, dengan pasokan listrik yang
memadai, seluruh sektor yang dibangun pemerintah akan mampu beroperasi maksimal
secara efektif dan efisien. Ujungnya, Indonesia akan memiliki daya saing di tingkat
regional maupun internasional. Terkait dengan hal tersebut, suplai listrik menjadi sebuah
syarat mutlak dalam pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai