Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Keperawatan "Tumor Abdomen"

A.     Konsep Dasar Tumor Abdomen

a.    Pengertian

1.    Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk

oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan

jaringan di sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma Budi 2001 ).

2.    Tumor adalah : benjolan di sebabkan oleh pertumbuhan sel

dengan pertumbuhan yang terbatas dan lonjong.

(E. Oswari, 2000).

3.    Tumor Abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,

yang di sebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara

uotonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda

dengan sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah

terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau

vena cava interior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang

di bentuknya tetapi tidak menginvasinya.

( Elizabet. j. Corwin. 2000)

b.    Anatomi fisiologi sistem pencernaan

1.  Mulut

Mulut atau orsis adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu

bagian luar yang senpit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir, dan pipi.

Bagian rongga mulut bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oeh tulang

malsilaris, platum dan mandibularis, di belakang bersambung dengan faring.


a)     Gigi

Gigi dewasa berjumlah 32 yang terdiri dai gigi seri untuk memotong makanan, gigi

taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk

menguyah makanan yang sudah dipotong-potong.

b)     Lidah

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini

dapat digerakkan keseluruh arah. Fungsi lidah itu sendiri yaitu mengaduk makanan,

membentuk suara, sebagai alat pengecap, dan menelan, serta merasakan makanan.

c)     Kelenjar ludah

Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama wartoni dan

duktus stensoni. Kelenjar ludah ada dua yaitu kelenjar submaksilaris dan subblingualis.

2.  Faring

Merupakan organ berhubungan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus). Di

dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang

banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tekak

terdiri dari bagian superior ( bagian yang sama tinggi dengan hidung ) bagian media

( bagian yang sama tinggi dengan laring ). Bagian superior di sebut nasofaring, pada

nasofaring bermuara tuba yang memghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.

3.  Esofagus

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung panjangnya

25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di baeah lambung. Lapisan

dinding dari dalam keluar: melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanang longituginal.

Esofgus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah melalui

toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.


4.  Lambung

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling

banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri

berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pirolok, terletak di bawah diafragma di

depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri funtus uteri.

Bagian lambung terdiri dari :

a)     Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum kardium

dan biasanya penuh berisi gas.

b)     Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah

kurvatura minor.

c)     Antrum pilorius, bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang tebal

membentuk sfingter pilorius.

d)     Kurvantura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum kardiak

sampai ke pilorus.

e)     Kurvantura mayor, terdapat lebih panjang dari kurvantura minor, terbentang dari sisi

kiri osteum melalui fundus vebtrikuli menuju ke kanan sampai bagian atas kurvanturi

mayor sampai ke limpa.

f)      Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke lambung, pada

bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan

mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rangsangan kimiawi

yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang di sebut getah lambung.

Getah lambung di halangi oleh sitem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu

gangguan emosi seperti, arah dan rasa takut.


5.  Usus halus

Usus halus atau intestium minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang

berpangkal pada piloris dan berakhir pada sekum panjangnya 6m, merupakan saluran

paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri

dari lapisan usus halus ( lapisan mukosa [sebelah dalam], lapisan pencernaan terdiri

dari lapisan otot melingkar [m. Sirkuler], lapisan otot memanjang [m. Longi tudinal]

dan lapisan serosa [sebelah luar] ).

a)     Duedenum

Duedenum di sebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda

melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan

deudenum terdapat selaput lendir, yang membukit di sebut papila vateri yang bermuara

di saluran empedu. Dinding deudenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak

mengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut Brunnern berfungsi untuk memproduksi

getah intestinum.

b)     Jejenum dan ileum

Jejenum dan ileum memiliki panjang sektar 6 meter. Dua perlima sebagian atas adalah

(jejenum) dengan panjang 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan

jejenum dam ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan

lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.

6.  Usus besar

Usus besar atau intestum mayor panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus besar

dari dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,

jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dan makanan. Tempat tinggal

bakteri koli, tempat feces.


a)     Sekum

Dibaeah sekum terdapat apendiks, vermiformis yang berbentuk seperti cacing,

panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun

tidak mempunyai mesintrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang

yang masih hidup.

b)     Kolon asendens

Pajangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebalah kanan. Membujur ke atas dari

ileum ke bawah hati. Di bawa hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura

hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.

c)     Apendiks ( usus halus)

Bagian dari usus halus yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai pintu

keluar yang sempit tetapi memungkinkan dapat di lewati oleh beberapa isi usus.

Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis

minor, terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap

infeksi, kadang apendiks beraksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan

peforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.

d)     Kolon trasversum

Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sanapai desendens berada di bawah

abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura linealis.

e)     Kolon desendens

Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah

dan fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.

f)      Kolon sigmoid


Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam rongga

pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan

dengan rektum.

7.  Rektum

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinium mayor dam

anus, terletak di dasar pelvis, dindingnnya di perkuat oleh 3 sfingter :

a)     Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.

b)     Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c)     Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak. (Syaifuddin. 2003)

Anatomi fisiologi yang berhubungan

Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh bentuknya lonjong dan meluas dari atas

diafragma sampai pelvis di bawah.

Anatomi rongga abdomen

Rongga abdomen di batasi oleh :

1)     Atas : Diafragma

2)     Bawah : Pelvis

3)     Depan : Dinding depan abdomen

4)     Leteral: Dinding lateral abddomen

5)     Belakang : Dinding belakang abdomen serta tulang belakang.

Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung, usus halus, dan

usus besar.

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak.

Terletak di epigastrik, dan sebagian sebelah kiri hipokhodriak dan umbilical. Lambung
terletak di bawah diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri

fundus.

Hati menempati bagian kanan atas terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung

bagian pertama usus halus, kandung empedu terletak di dekat ujung pankreas.

Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dnding posterior abdomen dari ginjal.

Aorta abdominalis, vena cava interior, reseptakulum khili dan sebagian dari saluran

torasika terletak di dalam abdomen.

Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak juga di jumpai di dalam

rongga ini. ( Evelyn Pearce, 2002)

Diafragma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam ronga toraks. Diafragma ini di

turut dalam pernafasan. Pada insfirasi akan turun ke bawah pada ekspirasi akan naik ke

atas. Pada saat ekspirasi maksimal akan berada setinggi kira-kira 4 garis pada

midklavikularis, yang kurang lebih sama dengan palpila mammae pada laki-laki.

Dengan demikian pada trauma toraks, baik tumpul maupun tajam, bila di

temukan sampai setinggi palpila mammae (pada laki-laki) harus diwaspadai adanya

trauma abdomen juga.

Organ yang terlindungi dalam pelvis adalah rektum, buli-buli dan uterus, dengan

demikian organ yang tidak terlindungi adalah usus halus dan sebagian besar kolon. Ke-

2 ginjal karen aletaknya yang di daerah belakang (dorsal) relatif terlindungi.

Hepar dan lien tidak mempunyai lumen atau solid, dan terutama pada ke-2

organ ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam rongga

peritoneum. Keadaan ini di kenal dengan hemopertorium. Robekan juga dapat

menimbulkan perdarahan intra-peritonial.


Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan demikian bila

terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritonium dan menimbulkan

peritonitis. Bila yang masuk rongga peritonium adalah asam lambung maka rangsangan

kimia akan segera menimbulkan gejala peritonitis, sedangkan bila yang masuk rongga

peritonium adalah isi usus halus atau kolon. Gejala yang timbul akan lambat.

( Syaifuddin, 2003).

c.      Etiologi

Penyebab terjadinya tumor abdomen karena terjadinya pembelahan sel yang

abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam

bentuk dan fungsi autonominya dalam perubahan kemampuannya mengadakan

infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Banyak kondisi yang menimbulkan tumor

abdomen. Secara garis besar, keadaan tersebut dapat dikelompokkan dalam lima hal

yaitu :

1.  Proses peradangan bacterial – kimiawi

2.  Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia atau pelengketan.

3.  Neoplasma/tumor : karsinoma, polypus atau kehamilan ektopik.

4.  Kelainan vaskuler : emboli, tromboemboli, perforasi dan fibrosis.

5.  Kelainan kongenital.

Adapun penyebab tumor abdomen akut :

a.    Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendicitis, infeksi usus halus

dan usus besar, hernia strangulate, perforasi ulkus peptic, perforasi usus, diverticulitis

meckel, sindrom boerhaeve, kelainan inflamasi usus, indrom Mallory weiss,

gatroienteritis, gastritis akut, adenitis mesenterika.

b.    Kelainan pancreas : pancreatitis akut.


c.    Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis akut, sistisis akut,

infark renal.

d.    Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolestitisis akut kolangitis akut, abses hati,

ruptur tumor hepar ruptur spontan limpa, kolik bilier, hepatitis akut.

e.    Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium, salpingitis akut,

dismenorea, endometriosis.

f.     Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan visceral, iskemia kilitis akut, trombosis

mesenterika.

g.    Kelainan peritoneal : abses intraabdomen, peritonitis primer, peritonitis TBC.

h.    Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal.

( Ibnu Zainal Ar-rosyad, 2010 )

d.     Insiden

Tumor abdomen saat ini sudah diklasifikasikan sesuai dengan lokasi

tumor. Tumor pada daerah abdomen dapat meliputi kanker lambung yang dilaporkan

insidennya 10 per 100.000 populasi di Amerika Serikat, neoplasma usus halus yang

merupakan 1% dari malignasi gastrointestinal. Perkiraan jumlah penderita tumor

abdomen selama tahun 2009 adalah 1.300, yang akan mengakibatkan kematian 250

orang.

( Smelszer, Suzanne C. 2001)

e.    Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah

oleh mutasi ganetic dari DNA selular. Sel abormal ini membentuk kolon dan

berpopliferasi secara abnormal, mengatakan sinyal mengatur pertumbuhan dalam

lingkungan sekitar sel tersebut.

Sel-sel eoplasma mendapat energi terutama dari anaerob karena

kemanpuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap

atau oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang

biak yang membutuhkan energi untuk anabolisme daripada untuk berfungsi yang

menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.

Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk

protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat

mengalahkan sel-sel ormsl dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma, Budi

drg. 2001)

Ketika dicapai suatu tahap diman sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan

terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan

sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui

pebuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke arah lain alam tubuh untuk

membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.

Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah

digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal:

tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase,

pengobatan dan prognosa yang berbeda. (Smelstzer, Suzanne C.2001).

f.     Manifestasi Klinik

1)     Hiperplasia
2)     Konsistensi tumor umumnya padat atau keras

3)     Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari

masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau lunak.

4)     Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.

5)     Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi epembuluh limfe.

6)     Nyeri

7)     Anoreksia, mual, muntah.

8)     Penurunan berat badan.

g.    Test diagnostik

Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi:

1)     Marer tumor

Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk oleh tubuh

dalam berespon terhadap tumor.

2)     Pencitraan resonansi magnetic (MRI)

Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi radio untuk menghasilkan gambaran

berbagai struktur tubuh.

3)     CT Scan

Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk meminai susunan lapisan jaringan

untuk memberikan pandangan potongan melintang.

4)     Flouroskopi

Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan ketebalan antar jaringan, dapat mencakup

penggunaan bahan kontras.

5)     Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,

digunakan untuk mengkaji jaringan yang dalam didalam tubuh.

6)     Endoskopi

Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukkan suatu kedalam

rongga tubuh atau ostium tubuh, memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan,

aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.

7)     Pencitraan kedokteran nuklir

Menggunakan suntikn intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti dengan

pencitraan yang menkaji tempat berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer, Suzanne

C.2001).

h.    Penatalaksanaan medik

1)     Pembedahan

Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gastereksoni subtotal atau

total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.

Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus

menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus

menjalani prosedur kuratif atau faliatif. Konflikasi yang berkaitan dengan tindakan

adalah injeksi, pendarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne

C.2001).

2)     Radioterapi

Penggunaan partikel energi tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan

tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy

yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam

spektrum elektromagnetik.
3)     Kemoterapi

Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor,

untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi

dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang

tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.

4)     Bioterapi

Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker

dengan menstimulasi system imun (biologic response modifiers/BRM) berupa antibody

monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.

(Danielle Gale. 2000).

B.    Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tumor Abdomen

1.     Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan proses keperawatan

diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien dapat memberikan

rah tindakan keperwatan.

Keberhasilan keperawatan semangat tergantung kepada kecermatan dan

ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajan ini terdiri dari empat komponen antara

lain :

Pengolompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.

Data dasar pengkajian klien :

a.      Aktivitas istirahat

Gejala : kelemahan dan keletihan

b.      Sirkuasi

Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengrahan kerja.

Kebiasaan : perubahan pada TD

c.      Integritas ego

Gejala : alopesia. Lesi cacat pembedahan

Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah

d.      Eliminasi

Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feses, nyeri pada defekasi.

Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri tau ras terbakar pada saat berkemih,

hematuria, sering berkemih.

Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.


e.      Makanan/cairan

Gejala : kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet). Anoreksia,

mual/muntah.

Intoleransi makanan

Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkurangnya massa

Tanda : perubahan pada kelembapan/turgor kulit edema.

f.       Neurosensori

Gejala : pusing, sinkope

g.      Nyeri/kenyamanan

Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai berat

( dihubungkan dengan proses penyakit).

h.     Pernafasan

Gejala : merokok (tembakau, hidup denagn serumah dengan yang merokok)

i.       Keamanan

Gejala : pemajanan bahan kimia toksik Karsinogen

Pemajanan matahari lama/berlebihan

Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.

j.        Seksualitas

Gejala : masalah seksualitas misakya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat kepuasan.

Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun

Nuligravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.

k.      Interaksi sosial


Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung.

Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan).

2.     Diagnosa Keperawatan

Penentuan diagnosa kepeawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil

pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi

diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat. 2002)

Berdasarkan dignosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan timor

abdomen antara lain :

Pre operasi

a)     Ansietas b/d perubahan status kesehatan

b)     Nyeri (akut) b/d adanya benjolan pada abdomen

c)      Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat

d)     Kurang pengetahuan tentang pengobata b/d kurangnya informasi.

Post operasi

a)     Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan pembedahan

b)     Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi

c)      Resiko infeks b/d adanya luka opersai

d)     Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidk adekuat

e)     Kerusakan integritas kuit/jaringan b/d insisi bedah

3.     Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperwatan, dibuat rencana tindakan

untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien. (Budianna Keliet,

2002)

Pre operasi

a)     Ansietas b/d perubahan status kesehatan

kemungkinan dibuktikan oleh : peningkatan ketegangan, gelisah mengekspresikan

masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.

Hasil yang diharapkan :

1)     Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut

2)     Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi

3)     Mendemonstrasikan pengunaan mekanisme kping efektif dan partisipasi aktif dalam

pengturan obat.

Intervensi Rasional
1)   Dorong klien untuk 1)    Memberikan kesempatan untuk

mengungkapkan pikiran dan memeriksa takut realistis serta

perasaan. kesalan konsep tentang diagnosis.

2)   Membantu klien untuk merasa

2)   Berikan lingkungan terbuka diterima pada adanya kondisi

dimana klien merasa aman tanpa perasaan dihakimi dan

untuk mensdiskusikan meningkatkan rasa terhormat.

perasaannya. 3)   Memberikan keyakinan bahwa

3)   Pertahankan kontak sesering klien tidak sendiri atau ditolak.

mungkin dengan klien. 4)   Dukungan dan konseling seserig

4)   Bantu klien/keluarga dalam diperlukan untuk memungkinkan


mengenali dan individu mengenal dan

mengklarifikasikan rasa takut menghadapi rasa takut.

untuk memulai

mengembangkan strategi

koping.

b)     Nyeri (akut) b/d adanya benjolan pada tumor abdomen.

kemungkinan dibuktikan dengan oleh : keluhan nyeri, respon autonomic gelisah,

perilaku berhati-hati.

Hasil yang diharapkan :

1)     Melaporkan nyeri yang dirasakan menuran atau menghilang

2)     Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan

Intervensi Rasional
1)     Kaji tingkat nyeri     Mengetahui tingkat nyeri yang

dapat memudahkan untuk

melakukan tindakan

selanjutnya.

2)     Observasi tanda-tanda vital 2)     Untuk mengetahui keadaan umum

klien.

3)     Ajarkan tehnik relaksasi nafas 3)     Untuk merelaksasikan otot

dalam sehingga mengurangi nyeri.

4)     Berikan posisi yang 4)     Posisi yang menyenangkan dapat

menyenangkan bagi klien memberi rasa nyaman sehingga

mengurangi rasa nyeri.


c)      Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat

tujuan : mempertahankan pola defekasi umum

Intervensi Rasional
1)     Kaji tingkat usus dan 1)    Mengidentifikasi masalah misalnya

pantau/catat gerakan usus diare, konsipasi

termasuk frekuensi

konsistensinya

2)     Dorong masukan cairan adekuat2)    Dapat menurunkan potensial

2000 ml/jam dan peningkatan terhadap konstipasi dengan

memperbaiki konsistensi feces dan

merangsang peristaltic : dapat

3)     Menberikan makanan mencegah dehidrasi

3)    Menurunkan iritasi gaster.

sedikit tapi sering dengan

makanan rendah serat (bila 4)    Penggunaan makanan rendah serat

tidak dikonraindikasikan) dan dapat menurunkan iritabilittas dan

mempertahankan kebutuhn membeerikan istirahat pada usus

protein kabohidrat. bila ada diare.

4)     Pastikan diet yang tepat hindari5)    Stimulasi GI yang dapat

makanan tinggi lemak meningkatkan motilitas/frekuensi

5). Pantau pemeriksaan defekasi

laboraturium sesuai indikasi 6)    Ketidakseimbangan elektrolit

mungkin akibat dari/pemberat

unuk mengubah fungsi GI


d)     Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi

Tujuan : dapat menggunakan informasi akurat tentang

diagnose dan aturan pengoatan

Intervensi Rasional
1)    Tinjau ulang dengan klien/orang
1)    Memvalidasi tingkat pemahaman

terdekat pemahaman diagnose saat ini mengidentifikasi

khusus, alternatif pengobatan kebutuhan belajar dan

dan sifat harapan memberikan dasar pengobatan

dimanan klien membuat

keputusan berdasarkan informasi.

2)    Tentukan persepsi klien tentang2)    Membantu identifikasi ide, sikap,

tumor dan pengobatan tumor rasa takut, kesalahan konsepsi dan

kesenjangan pengetahuan tentang

3)    Berikan informasi akurat dan tumor

jelas dalam cara yanng nyata 3)    Membantu penilain diagnosa

tetap sensitive tumor, memberika informasiyang

diperluka selama waktu

4)    Tinjau ulang aturan pengobatan menyerapnya

khusus dan penggunaan obat 4)    Meningkatkan kemampuan untuk

yang di jual bebas. mengatur perawatan diri dan

menghindari potensial,

5)    Anjurkan meningkatkan cairan komplikasi, reaksi atau interaksi

dan serta dalam diet serta obat.

latihan teratur 5)    Meningkatkan kesejahteraan.


Memudahkan pemulihan dan

memungkinkan klien mentoleransi

pengobatan.

Post operasi

a)     Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan pembadahan

Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat dengan membrane mukosa lembab,

turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil dan haluara urine adekuat.

Intervensi Rasional
1)  Pantau tanda-tanda vital dengan1)    Tanda-tanda awal hemoraragik

sering. usus dan pembentukan hematoma

yang dapt menyebabkan syok

hepovelemik

2)    Berikan informasi tentang volume

2)  Palpasi nadi perifer. Evaluasi sirkulasi umum dan tingkat hidrasi

pengisian kapiler turgor kulit,

dan status membrane mukosa 3)    Edema dapat terjadi karna

3)  Perhatian adanya edema. perpindahan cairan berkenaan

dengan penurunan kadar albumin

(protein).
4)   Indikator langsung dari hidrasi

4)  Pantau masukan dan haluaran. organ dan fungsi. Memberikan

pedoman untuk penggatian cairan.

5)   Demam rendah umum selama 24-

5)  Pantau suhu tubuh. 48 jam pertama dan dapat

menambah kehilngan cairan.

b)     Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi

Tujuan : nyeri hilang dan terkontrol, ekspresi wajah rileks

Intervensi Rasional
1)     Kaji tingkat nyeri 1)   mengetahui tingkat nyeri yang

dapat memudahkan untuk

melakukan tindakan selanjutnya

2)     Observasi TTV 2)   untuk mengetahui keadaan umum

klien

3)     Ajarkan tehnik reklasasi nafas 3)   untuk merelaksasi otot sehingga

dalam mengurangi nyeri

4)     Beri posisi yang menyenangkan 4)   posisi yang menyenangkan dapat

bagi klien. memberi rasa nyaman sehingga

mengurangi rasa nyeri

c)      Resiko infeksi b/d adanya luka operasi

Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi


Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tdak basah dan tidak ada tanda infeksi

( kalor, dolor, rubor, tumor)

Intervensi Rasional
1)    Kaji tanda-tanda infeksi dan 1)    Mengetahui tanda-tanda infeksi

vital sign dan menentukan intervensi

selanjutnya.

2)    Gunakan tehnik septik dan 2)    Dapat mencegah terjadinya

antiseptik kontaminasi dengan kuman

penyebab infeksi

3)    Ganti Verban 3)    Verban yang basah dan kotor dapat

menjadi tempat berkembang

biaknya kuman penyebab infeksi.

4)    Memberikan pengertian kepada

4)    Berikan penyuluhan tentang kien agar dapat mengetahui

cara pencegahan infeksi tentang perawatan luka.

5)    Obat antibiotik dapat membunuh

5)    Penatalaksanaan pemberian kuman penyebab infeksi.

obat antibiotik

d)     Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidak adekuat

Tujuan : nutrisi klien dapat terpenuh.

Kriteria : klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan HB normal.
Intervensi Rasional
1)    Kaji intake dan output klien 1)    Untuk mangetahui kebutuhan

nutrisi dan merupakan dalam

tindakan selanjutnya.

2)    Timbang berat badan sesuai 2)    Mengedentifikasi status cairan

indikasi serta

memastikan metabolime.

3)    Identifikasi 3)    Meningkatkan kerja sama klien

kesukaan/ketidaksukaan dien dengan aturan diet.

dai klien.Anjurkan pilihan Protei/vitamimn C adalah

makanan tinggi protein dan contribular utama untuk

vitamin C. memelihara jaringan dan

perbaikan.

4)    Berikan cairan IV 4)    Memperbaiki keseimbangan cairan

elektrolit, kehilangan plasma :

penurunan albumin serum

( edema) dan dapat

memperpanang penyembuhan

luka.

5)    Berikan obat-obat sesuai 5)    Mencegah muntah dan

indikasi menetralkan atau menurunkan

pembentukan asam untuk

mencegah erosi mukosa.

e)     Kerusakan intregritas kulit/jaringan b/d dengan insisi bedah.


Tujuan : mencapai pemulihan luka tepat waktu tanda komplikasi.

Intervensi Rasional
1)  Pantau tanda-tanda vital, 1) Pembentukan

perhatikan demam, periksa luka hematoma/terjadinya infeksi, yang

dengan sering terhadap bengkak menunjang lambatnya pemulihan

insisi berlebihan luka dan meningkatkan resik

pemisahan luka.

2) Jaringan lemak sulit menyatuh,

2)  Berikan pengikat atau dan garis jahitan lebih udah

penyokong untuk klien gemuk terganggu.

bila di indikasikan 3) Penggantian baluta sering dapat

3)  Gunakan plester kertas untuk mengakibatkan kerusakan kulit

balutan sesuai indikasi karena perlekatan yang kuat.

4) Anemia dan pembentukan edema

4)  Tinjau ulang nilai laboraturium dapat memenuhi pemulihan.

terhadap anemia dan

penurunan albumin serum.


(Marlyn.E. Doenges 2000)

4.     Implementasi

Implementasi disesuaikan degan intervensi yang tercantum pada rencana keperawatan

yang menetapkan waktu dan respnn klien.

5.     Evaluasi

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan semua tahap

proses keperawatan harus dievaluasi.

Hasil asuhan keperawatan dengan tujuan yang telah ditetapkan.


Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada

klien. Adapun sasaran evaluasi dengan tumor abdomen.

Hasil pre opersi :

a)     klien dapat menunjukkan perubahan perilaku yang diharapkan dalam pernyataan

tujuan.

b)     Rasa nyeri yang dirasakan klien hilang.

Hasil post operasi :

a)     Tidak terjadi kekurangan volume cairan.

b)     Tidak terdapat rasa nyeri

c)      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

d)     Nutrisi terpenuhi

e)     Tidak terdapat gangguan integritas kulit.

Anda mungkin juga menyukai