Anda di halaman 1dari 5

KUALITAS FISIK DAGING SAPI DARI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN

DI BANDAR LAMPUNG

Physical Quality of Beef from Slaughterhouses in Bandar Lampung

Nikodemus Prajnadibya Kurniawana, Dian Septinovab, Kusuma Adhiantob


a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347

ABSTRACT

The research was conducted in April 2014 in slaughterhouses in Bandar Lampung. This study
aims to determine the physical quality of the beef that is in Bandar Lampung by pH, water holding
capacity and cooking loss. The meat is taken from the back of the thigh meat obtained from
slaughterhouses in Bandar Lampung. This study uses survey were analyzed descriptively.
The results showed that the physical quality of the beef that is in Bandar Lampung is still
within the normal range. Average pH of 6.0, while the average value of 30.14 water holding capacity,
and the average value of 42.53 cooking shrinkage. Based on these results it can be concluded that
(1)the physical quality of the beef slaughtering place is normal and (2)good to eat.

Keywords: Beef hamstrings, the physical quality of meat.

PENDAHULUAN kualitas sifat fisik yang bagus tentunya akan


memberikan produk pengolahan yang bagus
Pertambahan jumlah penduduk dan akan mempermudah selama proses
Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengolahannya. Sifat fisik daging meliputi
pengetahuan dan tingkat kesadaran pH, daya ikat air (DIA), dan susut masak.
masyarakat tentang kebutuhan gizi Sampai saat ini belum ada informasi
menyebabkan terjadinya peningkatan mengenai sifat kualitas fisik daging sapi yang
konsumsi daging. Daging merupakan salah ada di Bandar Lampung. Sehingga
satu bahan pangan sumber protein hewani masyarakat belum mengetahui kualitas fisik
yang memiliki gizi yang lengkap. daging sapi yang berasal dari TPH di Bandar
Daging adalah bahan pangan yang Lampung.
bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein, Berdasarkan uraian tersebut maka perlu
lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dilakukan penelitian terhadap kualitas daging
dibutuhkan tubuh. Daging juga merupakan sapi dari tempat pemotongan hewan di Bandar
bahan pangan yang sangat baik bagi Lampung.
pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroorganisme sehingga dapat menurunkan
kualitas daging. Daging mudah sekali MATERI DAN METODE
mengalami kerusakan mikrobiologi karena
kandungan gizi dan kadar airnya yang tinggi.
Pada tiap TPH terdapat manajemen Pelaksanaan penelitian dimulai dari
pemotongan hewan sesuai dengan standarisasi survei TPH yang ada di Bandar Lampung,
masing-masing TPH, sehingga diduga kemudian mengambil sample tiap TPH yaitu
berpengaruh pada kualitas fisik daging sapi 0,5 kg daging paha belakang sapi.
pada tiap TPH. Daging kemudian di analisis di
Daging sapi diharapkan mempunyai Laboratorium Hasil Pertanian di Politeknik
kualitas yang layak untuk dikonsumsi. Negeri Lampung untuk mengukur nilai pH,
Kualitas daging dapat ditentukan secara kimia, daya ikat air, dan susut masak.
mikrobiologi, organoleptik, dan fisik.
Kualitas fisik daging mempengaruhi kualitas
pengolahan daging. Daging yang memiliki

133
Pengujian pH Susut masak = Berat awal - Berat akhir x 100 %
Berat awal
Pengukuran pH dilakukan dengan pH
meter sesuai petunjuk Wooton (1975). Prinsip
pengukuran pH yaitu mengetahui kondisi HASIL DAN PEMBAHASAN
asam dan basa. Pengujian pH menggunakan
pH meter elektronik. Metode yang digunakan
yaitu menghidupkan ON/OFF, sebelumnya Nilai pH daging
membersihkan katoda indikator dengan
aquades sehingga netral (pada pH tertera 7). Nilai pH daging dari TPH di
Kemudian membersihkan dengan tisu. Bandarlampung dapat dilihat pada Tabel 1
Menyiapkan daging yang telah dicampur
dengan aquades sampai 50 ml pada gelas Tabel 1. Nilai pH daging sapi
beker. Mengulang pengukuran sebanyak 3
kali kemudian hasil dirata-rata. Nilai pH Daging
TPH pH1 pH2 pH3 Rata
rata
Pengujian DIA
Ibu Mul 5,4 5,5 5,7 5,3
Nilai DIA dapat ditentukan dengan Bapak 6,3 6,2 6,4 6,3
metode Hamm (1972). Pertama-tama Bustomi
meletakkan sampel sebanyak 0,3 g di atas Bapak 6,4 6,5 6,4 6,4
kertas saring Whatman 42 dan kemudian H. Udin
Bapak 5,8 5,9 5,8 5,8
meletakkan diantara 2 plat kaca yang diberi Ampan
beban 35 kg selama 5 menit. Menandai dan Rata rata 6,0
menggambar luasan area yang tertutup sampel
daging yang telah menjadi pipih dan basah
disekeliling kertas saring pada kertas grafik
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
dengan bantuan alat candling dan dari gambar
bahwa nilai rata – rata pH daging sapi di
tersebut diperoleh area basah setelah dikurangi
Bandar Lampung adalah 6,0. Dengan kisaran
area yang tertutup sampel (dari total area).
Kandungan air sampel (pada area basah) dapat nilai 5,3, -- 6,0. Hasil ini menunjukkan bahwa
di ukur dengan menggunakan rumus: nilai pH daging dari TPH di Bandar Lampung
adalah normal karena masih berada di kisaran
area basah = luas area basah – luas area daging pH post mortem. Hal ini sesuai dengan
pendapat Buckle et al., (1987) bahwa pada
mgH2O = area basah (cm2) – 8,0 beberapa ternak, penurunan pH terjadi satu
0,0948 jam setelah ternak dipotong dan pada saat
tercapainya rigormortis. Nilai pH daging sapi
DIA = %kadar air – mgH2O x 100 % setelah perubahan glikolisis menjadi asam
300 laktat berhenti berkisar antara 5,1 -- 6,2.
Hal tersebut disebabkan karena glikogen
Pengujian susut masak sebagai sumber energi otot akan mengalami
proses glikolisis setelah hewan dipotong dan
Pengujian susut masak dilakukan secara enzimatis akan menghasilkan asam
dengan memotong daging dengan potongan laktat sehingga pH daging menurun.
steak kemudian daging ditimbang. Daging Nilai pH merupakan salah satu kriteria
kemudian dimasukkan kedalam oven dalam penentuan kualitas daging. Proses
Penelitian ini dilakukan pada bulan penurunan pH pada daging dimulai dari
April 2014 secara bertahap di TPH yang ada pemotongan hewan (hewan telah mati), maka
di Bandar Lampung. terjadilah proses biokimiawi yang sangat
Alat dan bahan yang digunakan dalam kompleks di dalam jaringan otot dan jaringan
penelitian ini adalah : Wadah, plastik, pH lainnya sebagai konsekuen tidak adanya aliran
meter, timbangan digital, blender, kaca 2 lapis, darah ke jaringan tersebut, karena terhentinya
oven, panci, kompor gas, pemberat kamera, pompa jantung. Salah satu proses yang terjadi
alat tulis, dan daging paha belakang sapi dari dan merupakan proses yang dominan dalam
TPH di Bandar Lampung. bersuhu 1700C jaringan otot setelah kematian (36 jam
selama 5 menit. Daging kemudian ditimbang pertama setelah kematian atau postmortem)
lagi dan diukur susut masak dengan rumus adalah proses glikolisis anaerob atau glikolisis
postmortem. Dalam glikolisis anaerob ini,

134
selain dihasilkan energi maka dihasilkan juga Sebaliknya pada TPH milik H. Udin,
asam laktat. Asam laktat tersebut akan sebelum sapi disembelih sapi dipingsankan
terakumulasi di dalam jaringan dan dahulu menggunakan Stunning Gun . Namun,
mengakibatkan penurunan nilai pH jaringan karena sapi yang berasal dari TPH H. Udin
otot (Nurwanto et al., 2003). sudah menempuh jarak yang cukup jauh
Hasil penelitian ini menunjukkan dengan lama istirahat yang singkat (hanya 6
bahwa nilai pH daging ada yang tetap tinggi jam) diduga sapi yang dipotong di TPH H.
yaitu sekitar 6,3 -- 6,4, namun ada juga yang Udin mengalami stres akibat kelelahan.
mengalami penurunan dengan sangat cepat Sehingga cadangan glikogen hampir habis.
yaitu mencapai 5,3 -- 5,9. Nilai pH terendah Akibatnya pada saat pemotongan hanya
adalah 5,3 sedangkan nilai pH tertinggi adalah sedikit glikogen yang dirubah menjadi asam
6,4. Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh laktat sehingga pH daging tetap tinggi. Hal
perbedaan umur, jenis sapi, teknik tersebut sesuai pendapat dari Smith et al.,
pemotongan, lama pengistirahatan, dan bobot (1978) dan Judge et al., (1989) yaitu stres
karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat sebelum pemotongan, iklim, tingkah laku
Soeparno (2005), bahwa faktor yang agresif diantara ternak sapi atau gerakan yang
mempengaruhi laju dan besarnya penurunan berlebihan mempunyai pengaruh yang besar
pH di bagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik terhadap penurunan atau habisnya glikogen
yang terdiri atas spesies, jenis otot, glikogen otot dan akan menghasilkan daging yang gelap
otot, dan variabilitas diantara ternak. dengan pH yang tinggi (lebih besar dari 5,3).
Sedangkan faktor ekstrinsik antara lain Kualitas daging dipengaruhi oleh nilai
temperatur lingkungan, perlakuan pH daging. Hal ini sesuai dengan pendapat
pemotongan, proses pemotongan dan stres dari Lukman (2010) bahwa daging dengan pH
sebelum pemotongan. akhir yang tinggi (penurunan pH yang lambat)
Pada penelitian ini, pH dengan nilai akan menghasilkan daging Dark Firm and
tertinggi adalah 6,4 (dari TPH H. Udin) dan Dry (DFD). Sedangkan daging dengan pH
nilai terendah adalah 5,3 (dari TPH Ibu Mul). akhir rendah (penurunan pH yang cepat) akan
Pada TPH milik Ibu Mul jenis sapi yang menghasilkan daging PSE. Pada penelitian ini
dipotong adalah PO (pH 5,3), sedangkan pada daging yang dihasilkan dari TPH Ibu Mul
TPH H. Udin jenis sapi yang dipotong adalah merupakan daging PSE, sedangkan daging
BX (pH 6,4). Perbedaan nilai pH tersebut dari TPH H. Udin menghasilkan daging
dapat terjadi karena perbedaan jenis sapi. Hal dengan jenis DFD.
ini sesuai dengan pendapat (Rahadja, 2009)
yang menyatakan bahwa jarak penurunan pH
tersebut tidak sama untuk semua urat dari Daya ikat air
seekor hewan dan antara hewan juga berbeda.
Menurut Soeparno (2005) tinggi atau Daya ikat air daging dari TPH di
rendahnya nilai pH daging berkaitan dengan Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.
jenis dan spesies ternak.
Selain itu hal yang dapat menyebabkan Tabel 2. Nilai Daya Ikat Air Daging
perbedaan nilai pH adalah stres, teknik
pemotongan, dan lama istirahat. Pada TPH Nilai Daya ikat Air (%)
milik Ibu Mul sapi tidak di pingsankan TPH 1 2 3 Rata
terlebih dahulu sehingga tingkat stresnya lebih rata
tinggi. Pada saat pemotongan, terjadi
perubahan glikogen yang cepat menjadi asam Ibu Mul 23,67 23,59 24,08 23,78
laktat sehingga pH daging menjadi rendah. Bapak
33,23 32,65 33,21 33,03
Hal ini juga mengacu pada pendapat Lawrie Bustomi
Bapak H. Udin 34,55 33,5 33,9 33,98
(1995), bahwa pada hewan dengan tingkat
Bapak Ampan 29,98 29,82 29,45 29,75
stres yang tinggi, kondisi stres akan memicu
Rata – rata 30,14
penurunan pH yang cepat pada kondisi
kandungan glikogen yang cukup
menyebabkan pH akhir menjadi sangat rendah
sehingga protein terdenaturasi dan dihasilkan DIA dari penelitian ini berada pada
daging PSE (Pale Soft and Exudative ). kisaran 23,78 -- 33,98 % dengan nilai rata -
Daging PSE akan menurunkan rendemen rata 30,14 %. Dilihat dari kisarannya nilai
daya ikat air daging dari TPH di Bandar
proses (cooking loss besar), daya ikat dan daya
Lampung termasuk tinggi. Hasil ini berbeda
iris rendah.
dengan pendapat dari Triatmojo (1992) yang
menyatakan bahwa kisaran daya ikat air

135
daging sapi adalah 13 -- 26 %. Hal ini dapat Pada penelitian ini DIA terendah adalah
terjadi akibat perbedaan jenis, umur, bobot 23,78 % ( TPH Ibu Mul) dan yang tertinggi
sapi, tingkat strees, teknik pemotongan, suhu, adalah 33,98 % (TPH H. Udin). Hal ini
jenis pakan, dan waktu pemotongan sehingga disebabkan oleh pH daging sapi yang dipotong
dapat mempengaruhi nilai pH, dimana nilai di TPH Ibu Mul pH rendah, sedangkan pH
pH sangat mempengaruhi nilai DIA. Hal ini daging sapi yang dipotong di TPH H. Udin pH
sesuai dengan pendapat Jamhari (2000) bahwa tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan Soeparno (2005), yang menyatakan bahwa
terjadinya variasi pada daya ikat air oleh DIA sangat dipengaruhi oleh tinggi atau
daging diantaranya: faktor pH, faktor rendahnya pH isoelektrik daging.
perlakuan maturasi, pemasakan atau
pemanasan, faktor biologik seperti jenis otot,
jenis ternak, jenis kelamin dan umur ternak. Susut masak
Demikian pula pada pendapat Soeparno
(2005), bahwa beberapa faktor dapat Rata-rata susut masak daging dari TPH
mempengaruhi daya ikat air protein daging di Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel
termasuk pH, stres, bangsa. 3.
Tingginya DIA pada penelitian ini
dipengaruhi oleh nilai pH daging. Hal ini Tabel 3. Nilai susut masak daging
sesuai dengan pendapat Jamhari (2000) bahwa
ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan Nilai Susut Masak Daging (%)
terjadinya variasi pada daya ikat air oleh TPH Rata
1 2 3
daging diantaranya: faktor pH. Pada rata
penelitian ini nilai rata – rata pH daging sapi Ibu Mul 51,25 51,39 51,16 51,27
adalah 5,9 dan pH ini lebih tinggi dari pH
Bapak 40,61 40,34 40,28 40,41
isoelektrik daging sapi. Hal ini berbanding
Bustomi
sejajar karena semakin pH mendekati nilai Bapak H. 38,27 37,86 38,41 38,18
isoelektrik daging maka DIA akan kecil Udin
sebaliknya jika nilai pH daging diatas nilai Bapak
isoelektrik maka semakin tinggi nilai DIA. Ampan 40,10 40,38 40,26 40,25
Hal ini sesuai dengan pendapat Suparno Rata - rata 42,53
(2005) bahwa pada pH lebih rendah dari titik
isoelektrik protein-protein daging, terdapat Dari penelitian menunjukan nilai susut
ekses muatan positif yang mengakibatkan masak daging sapi dari TPH di Bandar
penolakan myofilamen dan memberi lebih Lampung adalah rata – rata 42,53%. Hasil
banyak ruang untuk molekul-molekul air. Jadi dari susut masak ini termasuk normal sesuai
pada pH lebih tinggi atau lebih rendah dari dengan pendapat Soeparno (2005), pada
titik isoelektrik protein-protein daging, DIA umumnya nilai susut masak daging sapi
juga meningkat. Pengaruh nilai pH terhadap bervariasi antara 1,5 -- 54,5% dengan kisaran
nilai DIA yang dinyatakan oleh Lawrie 15 -- 40%.
(2003), yang menyatakan bahwa penurunan Seperti halnya pH dan DIA, susut
pH menyebabkan denaturasi protein. Akibat masak daging sapi yang berasal dari TPH di
denaturasi protein, maka terjadi penurunan Bandar Lampung juga sangat bervariasi.
kelarutan protein yang menyebabkan daya ikat Susut masak tertinggi (51,27%) terdapat pada
air berkurang. daging sapi yang berasal dari TPH Ibu Mul.
Nilai DIA pada setiap TPH di Bandar Sedangkan yang terendah (38,32%) berasal
Lampung sangat bervariasi yaitu dari 23,78 - dari daging sapi asal TPH H. Udin. Faktor
- 33,98 %. Hal ini dapat terjadi karena faktor penyebab perbedaan nilai susut masak
perbedaan jenis, umur, bobot sapi, jenis pakan, diantaranya adalah jenis sapi, metode
lama istirahat, stress, dan teknik pemotongan. pemotongan, berat sampel, jenis garis lintang
Hal ini mengacu pada pendapat Jamhari dan kandungan lemak
(2000) bahwa beberapa faktor dapat Hal ini sesuai dengan pendapat
mempengaruhi daya ikat air protein daging Nurwanto et al., (2003) yaitu faktor yang
termasuk pH, stress, bangsa, pembentukan mempengaruhi susut masak antara lain nilai
akto-myosin (rigormortis), temperatur dan pH, panjang sarkomer serabut otot, panjang
kelembapan, pelayuan karkas dan aging, tipe potongan serabut otot, status kontraksi
otot dan lokasi otot, spesies, umur, fungsi otot, myofibril, ukuran dan berat sampel,
pakan, dan lemak intramuskuler. penampang melintang daging, pemanasan,

136
bangsa terkait dengan lemak daging, umur,
dan konsumsi energi dalam pakan. DAFTAR PUSTAKA
Nilai susut masak dipengaruhi oleh
DIA yang, dimana DIA mempengaruhi nilai Buckle, K.A., R.A. Edwards,G.H. Fleet, dan
susut masak daging. Hal ini sesuai dengan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
pendapat Tambunan (2009) bahwa nilai susut Terjemahan: Hari Purnomo Adiono. UI
masak ini erat kaitannya dengan daya Press: Jakarta
mengikat air. Semakin tinggi daya mengikat Hamm.1972. Metode Influencing Cooking
air maka ketika proses pemanasan air dan, Losses from Meat. J.Food Scl.
cairan nutrisi akan sedikit yang keluar atau Jamhari. 2000. Perubahan sifat fisik dan
yang terbuang sehingga massa daging yang organoleptik daging sapi selama
berkurangpun sedikit. Pada penelitin ini DIA penyimpanan beku. Buletin Peternakan
daging sapi yang dipotong di TPH Ibu Mul Vol. 24 (1). 2000
adalah 23,78. Sedangkan DIA daging sapi Lawrie, R. A. 1995. Meat Science 5th Edition
yang dipotong di TPH H. Udin adalah 38,18. . Pergamon Press, New York.
Besarnya nilai susut masak daging juga Lukman. 2010. Sifat Fisik dan Palatabilitas
dipengaruhi oleh pH daging. Hal tersebut Bakso Daging Sapi dan Daging Kerbau
sesuai dengan pendapat Soeparno (2005), pada Lama Postmortem yang Berbeda.
yang menyatakan DIA sangat dipengaruhi Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut
oleh nilai pH daging. Apabila nilai pH lebih Pertanian Bogor.
tinggi atau lebih rendah dari titik isoelektrik Nurwanto, Septianingrum, Surhatayi. 2003.
daging (5,0 -- 5,3) maka nilai susut masak Buku Ajar Dasar Teknologi Hasil
daging tersebut akan rendah. Pada penelitian Ternak. Semarang: Universitas
ini nilai susut masak tertinggi berasal dari Diponegoro
TPH Ibu Mul dengan pH 5,3, sedangkan nilai Omojola, AB. 2007. Careeass and
susut masak terendah berasal dari TPH H. Organoleptic Eukariotik of Duck Meat
Udin dengan nilai pH 6,4. on Influenza by Breed and Sex.
Walaupun nilai susut masak daging di Internasional Journal of Poultry
Bandarlampung termasuk normal tetapi masih Science (6) 329-334
dalam kisaran tinggi yaitu ≥ 35%. Menurut Rahardja, Djoni P. 2009. Bahan Ajar Ilmu
Yanti (2008), daging yang mempunyai angka Lingkungan Ternak. Fakultas
susut masak rendah, ≤35% memiliki kualitas Peternakan Universitas Hasanuddin,
yang baik karena kemungkinan keluarnya Makassar
nutrisi daging selama pemasakan juga rendah. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.
Selain itu dari segi ekonomi kerugian akibat Cetakan keempat. Gajah Mada
kehilangan bobot daging akan kecil, jika susut University Press, Yogyakarta.
masak daging rendah. Smith, G. C., G. T. King dan Z. L. Carpenter,
1978. Laboratory Manual for Meat
Science. 2nd ed. American Press,
SIMPULAN DAN SARAN Boston, Massachusetts
Tambunan, R. D. 2009. Keempukan daging
dan faktor-faktor yang
Simpulan mempengaruhinya. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Lampung
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Triatmojo,H. 1992. Pengaruh proses pelayuan
disimpulkan bahwa Kualiatas fisik daging sapi terhadap kualitas daging. Disertasi
dari TPH di Bandar Lampung berada dalam Program Pasca Sarjana Institut
kondisi baik dan masih berada dalam kisaran Pertanian Bogor. Bogor.
normal. Wootton. 1975. Principles of Meat Science.
W. H. Freeman and Co., San Fransisco
Yanti, H., Hidayati, dan Elfawati. 2008.
Saran Kualitas daging sapi dengan kemasan
plastik PE (polyethylen) dan plastik PP
Pemerintah sebaiknya perlu (polypropylen) Di pasar arengka kota
mengadakan sosialisasi dan pembinaan kepada pekanbaru. Jurnal Peternakan Vol 5 No
TPH di Bandar Lampung agar mampu 1 Februari 2008 (22 – 27).
memberikan daging yang lebih baik,sehat dan
halal.

137

Anda mungkin juga menyukai