Anda di halaman 1dari 20

METODOLOGI PENELITIAN

“SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMENT PENELITIAN”

DISUSUN OLEH:

MUAWANA

PO714241171058

TINGKAT IIIB
JURUSAN D.IV FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WarahmatullahWabarakatuh
Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul“hipotesis dan kegunaanya”Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian .Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan kepada umat manusia.

Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan dan semaksimal mungkin. Namun, saya
menyadari bahwa dalam penyusunan ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan
serta kekurangan. Maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini mohon saran dan pesan dari
semua yang membaca makalah ini terutama Dosen sebagai bahan koreksi untuk saya

Wassalamu’alaikumWarahmatullahWabarakatuh

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................4

C. Tujuan..........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. pengertian skala pengukuran.........................................................................................6


B. Macam-macam skala pengukuran……………………………………………………..7
C. instrumen penelitian………………………………………………………………….13
D. Cara Menyusun Instrumen…………………………………………………………...14
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen…………………………………………………15
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen……………………………………...16
G. Pengujian Reliabilitas Instrumen…………………………………………………….17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................19

B. Saran...........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20

3
BAB  I

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Penelitian pada dasarnya merupakan satu upaya memahami masalah-masalah yang


ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk memahami permasalahan
tersebut hanya mengandalkan pengalaman hidup sehari-hari secara sporadic dan tidak
tertata, jelas tidak cukup menjadi dasar yang kuat bagi pemahaman terhadap satu
permasalahan (Uhar, 2012:94).

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan


data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik  peneliti akan lebih banyak menjadi
instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments.

Instrumen penelitian digunakan untuk nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian,
jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrumen yang
digunakan untuk penelitian juga lima. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang
dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat oleh seorang peneliti. Karena instrumen
penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala (sugiyono,2012:92).

Teknik membuat skala, menurut Nazir (1999) serta Good dan Hatt (1952) adalah
cara mengubah fakta-fakta kualitatif yang melekat pada objek atau subjek penelitian
menjadi urutan kuantitatif. Pembuatan skala  pengukuran ini dibuat dengan mendasarkan
pada dua asumsi, yaitu ilmu  pengetahuan pada akhir-akhir ini lebih cenderung
menggunakan prinsip- prinsip matematika dan ilmu pengetahuan semakin menuntut presisi
yang lebih baik utamanya dalam hal mengukur gradasi. Dalam membuat skala,  peneliti
harus mengasumsikan bahwa fakta dalam fakta mengandung suatu kontinum yang nyata
berasal dari sifat-sifat objek yang diteliti.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Skala Pengukuran dan Instrumen penelitian?
2. Apa saja macam-macam Skala Pengukuran ?
3. Bagaimana cara menyusun Instrumen Penelitian?
4. Bagaimanakah yang dimaksud Validitas dan Reliabilitas Instrumen?
5. Bagaimanakah cara pengujian validitas dan Reliabilitas Instrumen?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian
2. Dapat mengetahui apa saja macam-macam Skala Pengukuran
3. Dapat mengetahui bagaimana cara menyusun Instrumen Penelitian
4
4. Dapat Membedakan antara Validitas dan Reliabilitas Instrumen
5. Dapat mengetahui bagaimana cara pengujian Validitas dan Reliabilitas instrumen

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian skala pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk


menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai
contoh misalnya timbangan emas akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam
satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran sebagai instrumen untuk mengukur
panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan
satuan mm. Sebuah skala pengukuran merupakan seperangkat aturan untuk
mengkuantifikasi sebuah variabel tertentu, atau pemberian skor angka padanya. Skala-
skala pengukuran dapat mengkuantifikasikan data baik secara nominal, ordinal, interval,
maupun rasio. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variable yang diukur dengan
instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat,
efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram, berat besi 100kg, suhu badan
orang yang sehat 37 derajat celcius, IQ seseorang 150, selanjutnya dalam pengukuran
sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala
sikap.

Skala pengukuran adalah penentuan atau penetapan skala atas suatu variabel
berdasarkan jenis data yang melekat dalam variable penlitian.Pengukuran merupakan
aturan-aturan pemberian angka untuk berbagai objek sedemikian rupa sehingga angka ini
mewakili kualitas atribut. Skala pengukuran merupakan acuan atau pedoman untuk
menentukan alat ukur demi memperoleh hasil data kuantitatif. Misalnya alat ukur panjang
adalah meter, berat adalah kg, ton, kuintal dan sebagainya.Dengan menentukan skala
pengukuran, maka nilai variabel yang diukur dengan instrument tertnetu dalam bentuk
angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Sebagai contoh, berat emas
19 gram, berat besi 100 kg, suhu badan orang yang sehat 37 derajat Celsius, IQ seseorang
150. Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui
termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap. Pada dasarnya skala pengukuran dapat
digunakan

Jadi, pengukuran tidak lain dari penunjukan angkaangka pada satu variabel
menurut aturan yang telah ditentukan. Yang mana aturan pertama yang perlu diketahui
seorang peneliti agar dapat mengukur atau memberikan nilai yang tepat untuk konsep
yang diamatinya adalah mengenai tingkat pengukuran. Skala pengukuran memiliki
implikasi penting untuk analisis data, seperti halnya untuk jenis penarikan kesimpulan
dari penelitian yang dibuat berdasarkan pengukuran tersebut. Prosedur statistik yang
paling sering digunakan adalah dengan mengasumsikan sebagai skala interval. Dalam

6
Pengelompokan skala memakai sistem bilangan nyata. Dasar yang paling umum untuk
membuat skala memiliki ciri-ciri bilangannya berurutan, selisih antara bilangan-bilangan
adalah berurutan, deret bilangan mempunyai asal mula yang unik yang ditandai dengan
bilangan nol.

B. Macam-macam skala pengukuran


Macam-macam skala pengukuran dapat berupa skala nominal, ordinal, interval,
dan skala rasio.
1. Skala nominal
In nominal scale, objects or individuals are assigned to categories that have
no numerical properties. Nominal scale have the characteristics of identity but
lack the order properties. Variables measured on a nominal scale are often
referred to as categorical variable because the data are divided into categories.
Some examples of categorical variables, or data measured on a nominal scale, are
ethnicity, gender, and political affiliation.
Artinya, pada skala nominal, objek atau individu diperuntukkan pada
kategori yang tidak memiliki sifat numerik. Skala nominal memiliki identitas
karakterististik tetapi tidak memiliki sifat mengurutkan. Variabel yang diukur
pada skala nominal sering disebut sebagai skala kategori karena data dibagi dalam
beberapa kategori. Beberapa contoh variabel kategori, atau data yang diukur pada
skala nominal, yaitu etnis, gender, dan afiliasi politik. Skala nominal adalah
tingkatan paling sederhana pada tingkatan pengukuran. Skala ini dipakai untuk
menggolongkan objek-objek atau peristiwa ke dalam kelompok yang terpisah
berdasar kesamaan atau perbedaan ciri-ciri tertentu dari objek yang diamati.
Kategori dalam menggolongkan ke kelompokkelompok tertentu sudah
dimasukkan dan dilambangkan dengan kata-kata, huruf, simbol atau atau angka.
Skala nominal tidak dapat dioperasikan secara matematis seperti tambah, kurang,
kali atau bagi.

Berikut ciri-ciri data berskala nominal antara lain:

a. Hanya bersifat membedakan, tidak mengurutkan mana kategori yang lebih


tinggi, mana kategori yang lebih rendah
b. Memiliki kategori yang bersifat homogen, mutually exclusive dan
exchaustive. Mutually exclusive dan exchaustive artinya setiap individu
harus dapat dikategorikan hanya pada satu kategori saja dan setiap kategori
harus mengakomodasi seluruh data.

Skala nominal disebut juga dengan frequency data atau categorical data.
Biasanya menggunakan kode berupa angka yang berguna sebagai label atau
simbol kategori untuk membedakan dan tidak memperlihatkan besaran atau

7
tingkatan. Sebagai contoh, jenis kelamin di beri angka sebagai simbol, 0=laki-
laki dan 1=perempuan. Status pernikahan, 1= menikah dan 2=tidak menikah.

2. Skala ordinal

Semua karakteristik yang ada pada skala nominal dimilik oleh skala ordinal. Yang
membedakannya adalah skala ordinal mempunyai urutan atau peringkat antar
kategori dari tingkatan yang paling rendah ke tingkatan yang paling tinggi
berdasar atribut tertentu. Angka yang digunakan hanya menentukan posisi dalam
suatu seri yang urut, bukan nilai absolut, namun angka tersebut tidak dapat
ditambahkan, dikurangi, dikalikan maupun dibagi (tidak berlaku operasi
matematika).

Dengan demikan skala ordinal merupakan data dengan memperhatikan adanya


urutan. Contoh skala ordinal yaitu tingkat kesukaan akan suatu produk makanan
dengan skala 1 sampai dengan skala 4.

1 : sangat tidak suka


2 : tidak suka
3 : suka
4 : sangat suka
3. Skala Interval
Tingkatan skala ini berada antara skala ordinal dan nominal. Karakteristik yang
ada dalam skala ordinal masuk dalam skala interval. Yang membedakannya,
skala interval memiliki satuan skala, atau satuan pengukuran yang standar dan
jarak antar kategori dapat diketahui. Skala interval tidak memiliki titik nol (0)
yang sesungguhnya, sehingga tidak berlaku operasi perbandingan, akan tetapi
berlaku operasi penjumlahan serta pengurangan.
Contoh variabel berskala interval adalah
a. IPK :
0,00 – 1,99 (1)
2,00 – 2,99 (2)
3,00 – 4,00 (3)
b. Penghasilan :
< 500 ribu (1)
500 ribu – 1,5 juta (2)
> 1,5 juta (3)

8
4. Skala Rasio

Secara mendasar skala rasio sama dengan skala interval, yang


membedakan hanyalah skala rasio mempunyai titik nol (0) yang sesungguhnya.
Dengan demikian skala rasio atau perbandingan antara kategori bisa diketahui
dengan jelas dan dapat dilakukan semua operasi matematika. Contohnya adalah
usia Andi 18 tahun sedangkan usia resa 9 tahun. Maka, dapat dinyatakan bahwa
usia Andi adalah dua kali indah. Kedua, orang yang beratnya 100 kg dua kali
lebih berat dari orang yang beratnya 50 kg.

Berbagai skala tentang sikap dan perilaku yang bisa dipergunakan dalam
penelitian Administrasi, Pendidikan, Ekonomi, Bisnis dan Sosial antara lain
adalah:

1. Skala Likert

Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur


sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu gejala atau fenomena sosial. Variabel penelitian adalah fenomena
sosial yang terjadi dan diaplikasikan secara khusus oleh peneliti dalam
penelitian. Pada skala likert, variabel diukur dijabarkan dan dijadikan
sebagai indikator variabel. Selanjutnya indikator-indikator tersebut
menjadi dasar untuk menyusun item-item instrumen yang berupa
pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata, antara lain:

A Sangat Setuju
B Setuju
C Ragu-ragu
D Tidak Setuju
E Sangat Tidak
Setuju

A Selalu
B Sering
C Kadang-Kadang
D Tidak Pernah
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi
skor, misalnya:

a. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5


b. Setuju/sering/positif diberi skor 4

9
c. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
d. Tidak setuju/hampir/tidak pernah/negatif diberi skor 2
e. Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1

Penyusunan instrumen penelitian yang memakai skala likert bisa dibuat


dalam bentuk checklist maupun pilihan ganda.

Sebagai contoh dalam bentuk checklist, berilah jawaban pertanyaan


berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ()
pada kolom yang tersedia.

N Pertanyaan jawaban
O SS ST R TS STS
G
1 Prosedur kerja yang baru 
itu akan segera diterapkan
di perusahaan anda
2 ……………

SS = Sangat Setuju diberi skor 5

S = Setuju diberi skor 4

RG = Ragu-ragu diberi skor 3

TS = Tidak Setuju diberi skor 2

STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

Selanjutnya Contoh Bentuk Pilihan Ganda Berilah salah satu


jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan
cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.

 Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda ?

a) Sangat tidak setuju


b)  Tidak setuju
c)  Ragu-ragu

10
d) Setuju
e) Sangat setuju

Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan  pada
tempat yang berbeda-beda. Untuk jawaban diatas “sangat tidak setuju”
diletakkan pada jawaban nomor 1. Untuk item selanjutnya jawaban
“sangat tidak setuju” diletakkan pada jwaban nomor terakhir”.

 Dalam penyusunan instrumen untuk variable tertentu, sebaiknya  butir-


butir pertanyaan dibuat dalam bentuk kalimat positif, netral atau negative,
sehingga responden dapat menjawab dengan serius dan konstan.

2. Skala Guttman

Tipe skala pengukuran ini adalah jawaban yang tegas yaitu, “ya-
tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif” dan
sebagainya. Data ini bisa berupa data interval atau rasio dikotomi (dua
altervatif). Dalam skala Guttman, hanya ada dua interval yaitu setuju atau
tidak setuju, hal ini berbeda dengan skala Likert. Penelitian ini
menggunakan skala Guttman apabila ingin memperoleh jawaban yang
tegas terhadap rumusan masalah yang ditanyakan.

Contoh:

 Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan


diperusahaan ini ?

a. Setuju
b. Tidak Setuju
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda,  juga dapat
dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu
dan terendah nol. Pertanyaan yang berkenaan dengan fakta benda bukan
termasuk dalam skala pengukuran interval dikotonomi.
3. Semantic Deferential

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawaban “sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban
yang “sangat negatif” terletak dibagian kiri garis. Data yang diperoleh
adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

Contoh:

11
 Beri Nilai Gaya Kepemimpinan Anda

Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat

Tepat Janji 5 4 3 2 1 Lupa Janji

Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi

Memberi Pujian 5 4 3 2 1 Mencela

Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

Responden dapat memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi


responden terhadap pemimpin itu sangat positif, sedangkan bila memberi
angka 1, maka persepsi pemimpinnya sangat negative.

4. Rating Scale

Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang dikemudian
dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh
berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus
dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban
pada setiap item instrumen.

Contoh :

Seberapa baik data ruang kerja yang ada di Perusahaan A ?

Berilah jawaban dengan angka :

4 bila tata ruang itu sangat baik

3 bila tata ruang itu cukup baik

2 bila tata ruang itu kurang baik

1 bila tata ruang itu sangat tidak baik

Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai


dengan keadaan yang sebenarnya

12
No. Pertanyaan tentang tata Interval Jawaban
Item ruang kantor
1 Penataan meja kerja 4 3 2 1
sehingga arus kerja
menjadi pendek
2 Pencahayaan alam tiap 4 3 2 1
ruangan
3 Pencahayaan buatan / 4 3 2 1
listrik tiap ruang sesuai
dengan kebutuhan
4 Warna lantai sehingga 4 3 2 1
tidak menimbulkan
pantulan cahaya yang
C. Instrumen
dapat menganggu
Penelitian pegawai
5 Sirkulasi udara setiap 4 3 2 1
Pada
ruangan
dasarnya 6 Keserasian warna alat- 4 3 2 1
kegiatan alat kantor, perabot
penelitian dengan ruangan
adalah 7 Penempatan lemari 4 3 2 1
serangkaian arsip
kegiatan untuk
mengukur sebuah fenomena alam atau sosial. Meneliti dengan menggunakan data yang
ada tersedia lebih tepatnya disebut membuat laporan. Pada skala paling rendah, laporan
bisa juga disebut sebagai bentuk penelitian. Hal ini disebabkan prinsip meneliti adalah
mengerjakan pengukuran, maka harus tersedia alat ukur yang baik pula. Dalam
penelitian, alat ukur disebut juga dengan instrument penelitian. Jadi instrumen penelitian
adalah suatu alat yang dipakai untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang
diamati. Secara spesifik, semua fenomena tersebut disebut dengan variabel penelitian.

Instrumen-instrumen yang dipakai untuk mengukur variabel dalam ilmu alam


sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Variabel variabel
dalam ilmu alam seperti panas, instrumennya adalah calorimeter. Variabel suhu, maka
instrumennya adalah thermometer. Dalam penelitian sosial memiliki instrumeninstrumen
yang umum dikenal umum dan sudah teruji kevalidan dan kereliabelitasnya. Seperti,
untuk mengukur kepandaian akademik dengan ukuran IQ. Ukuran kematangan emosional
dengan EQ. Dalam bidang sosial walaupun sudah tersedia instrumennya, apabila tidak
dipergunakan untuk tempat tertentu belum tentu pula bisa secara tepat dan valid serta
variabel.

Penyebab instrumen-instrumen tidak valid dan reliable dikarenakan gejala atau


fenomena sosial cepat berubah dan sulit dicari persamaannya. Instrumen mengenai

13
kualitas pelayanan jasa bisa jadi valid untuk kondisi Bank Umum Syariah di Surabaya,
tetapi barangkali tidak valid untuk Bank Umum Syariah di Tulungagung. Untuk itu,
peneliti dalam bidang sosial harus menguji instrument penelitian yang dibuat dengan
menguji validitas dan reliabilitasnya.

Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang


telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “Pengaruh kepemimpinan
dan iklim kerja lembaga terhadap produktivitas kerja pegawai”. Dalam hal ini ada tiga
instrumen yang perlu dibuat, yaitu:

1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan


2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja
3. Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai
D. Cara Menyusun Instrumen
Seorang peneliti harus bisa membuat dan menyususn instrument yang akan
dipakai untuk penelitian. Langkah awal dalam menyusun instrumen penelitian adalah
menetapkan terlebih dulu variable variabel penelitian yang akan diteliti. Langkah
berikutnya memberikan definisi operasional dan selanjutnya menetapkan indikator-
indikator yang akan diukur. Berdasarkan indikator yang telah dibuat, akan dijabarkan
menjadi butir-butir pernyataan atau pertanyaan. Supaya lebih mudah dalam menyusun
instrument penelitian, dibutuhkan "matrik pengembangan instrumen" atau "kisi-kisi
instrumen".
Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka
diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-
teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat
mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca
berbagai referensi, membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenisnya, dan
konsultasi pada orang yang dipandang ahli.

Contoh Judul Penelitian dan Instrumen yang di Kembangkan

Judul penelitian: Gaya dan situasi kepemimpinan serta pengaruhnya terhadap iklim
kerja organisasi

Judul tersebut terdiri atas dua variable independen dan satu variable dependen. Masing-
masing instrumennya adalah:

a. Instrumen untuk mengukur variable gaya kepemimpinan


b. Instrumen untuk mengukur variable situasi kepemimpinan
c. Instrumen untuk mengukur variable iklim kerja organisasi
Agar penyusunan instrumen lebih sistematis, sehingga mudah untuk
dikontrol,dikoreksi, dan dikonsultasikan pada orang ahli, maka sebelum instrumen
disusun menjadi instrumen-instrumen, maka perlu kisi-kisi instrumennya. Selanjutnya

14
untuk menyusun item-item instrumen, maka indicator dari variable yang akan diteliti
dijabarkan menjadi item-item instrument. Item-item instrumen harus disusun dengan
bahasa yang jelas sehingga semua pihak yang berkepentingan tahu apa yang dimaksud
dalam item instrumen tersebut. Berikut ini diberikan contoh intrumen yang diperlukan
untuk mengungkapkan variable gaya kepemimpinan, situasi kepemimpinan, dan iklim
kerja organisasi dari suatu populasi penelitan (misalnya unit kerja tertentu). Item-item
tiap intrumen merupakan muatan atau penjabaran dari indicator variable yang diteliti.
Dengan instrumen tentang gaya kepemimpinan itu, maka akan dapat digunakan
untuk mengukur kualitas gaya kepemimpinan seseorang atau kelompok orang pada
lembaga tertentu. Sebaik apa gaya yang ditampilkan oleh seseorang akan dapat diukur
dan diketahui secara kuantitatf.
1. Instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkan variable gaya kepemimpinan dari
suatu unit kerja tertentu. Sumber angketnya adalah multiple choice (pilihan ganda).
2. Instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkan variable situasi kepemimpinan dari
suatu lembaga. Sumber datanya adalah para pegawai. Bentuk instrumen nya adalah
checklist. Untuk itu dapat digunakan sebagai pedoman observasi,wawancara maupun
sebagai angket.
3. Instrumen untuk mengungkapkan iklim kerja organisasi. Bentuk instrumen
ratingscale. Dapat digunakan untuk pedoman observasi,wawancara, dan sebagai
angket. Sumber data para pegawai.
Ketiga instrument tersebut dapat dibuat dalam bentuk yang sama, misalnya pilihan ganda
semua. Rating scale semua atau checklist semua.

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi objek yang diteliti. Selanjutnya, hail penelitian
yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek
kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah. Instrumen
yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid.
Contohnya yaitu meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang
dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang. Instrumen yang reliabel
adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen berbentuk test
untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang non-test untuk mengukur sikap.
Instrumen yang berbentuk test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan
instrumen sikap jawabannya adalah “positif atau negatif”.Instrumen yang valid harus
mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal
atau eksternal, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah
mencerminkan apa yang diukur.
15
Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan
merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Misalnya meteran yang
putus dibagian ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama
(reliabel) tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut
rusak. Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan
fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan
akan menghasilkan data kepemimpinan, bukan motivasi. Penelitian yang mempunyai
validitas eksternal bila hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lainnya.
Validitas internal instrumen yang berupa test harus memenuhi construct validity dan
content validity. Sedangkan instrumen yang nontest cukup construct validity.
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Pengujian Validitas Instrumen
a. Pengujian Validitas Kontruksi (Construct Validity)
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur
sebuah konstruk sementara. Konstruk, secara definitif, merupakan suatu sifat
yang tidak dapat diobsevasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui
satu atau dua indera kita. Contoh suatu konstruk dalam lingkup pendidikan
teknologi kejuruan misalnya, implikasi orang terampil atau memiliki skill,
dapat dilihat dengan melalui tingkah laku dia ketika seseorang tersebut
melakukan pekerjaannya. Konstruk tidak lain adalah merupakan “temuan”
atau suatu pendekatan untuk menerangkan tingkah laku. Proses melakukan
validasi konstruk dapat dilakukan dengan cara melibatkan hipotesis testing
yang dideduksi dari teori yang menyangkut dengan konstruk yang relevan.
b. Pengujian Validitas Isi
Yang dimaksud dengan validitas isi adalah derajat di mana sebuah tes
mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas
isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid isi dan valid samplingnya.
Valid isi mencakup khususnya, hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-
item itu menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur.
Sedangkan validitas sampling pada umumnya berkaitan dengan bagaimanakah
baiknya suatu sampel tes merepresentasikan total cakupan isi. Validitas isi
juga mempunyai peran yang sangat penting untuk tes pencapaian. Validitas
isi pada umunya ditentukan melalui pertimbangan para ahli.
c. Pengujian validitas eksternal
Validitas eksternal insrtumen diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-
fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen utuk mengukur
kinerja kelompokpegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu
dibandingkan dengan catatan-catatan dilapangan(empiris) tentang kinerja
pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria didalam
instrument dengan fakta dilapangan, maka dapat dinyatakan instrumen
16
tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi. Instrumen penelitian yang
mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan
atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk
meningkatkan validitas eksternal penelitian selain meningkatkan validitas
eksternal instrumen. Maka dapat dilakukan dengan memperbesar jumlah
sampel.
G. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan
gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas istrumen dapat diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butit yang ada pada instrumen dengan tehnik tertentu.
a. Test-retest
Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden
ataupun derajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah hasil sebauh tes dari
waktu ke waktu. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan
waktunya yang berbeda. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.
Reliabilitas test-retest dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Selenggarakan tes pada suatu grup yang tepat sesuai dengan rencana.
2. Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu,
lakukan kembali penyelenggaraan tes yang sama dengan grup yang sama
tersebut.
3. Korelasikan hasil kedua tes tersebut.
b. Equivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja); Berapa tahun
pengalaman kerja anda di lembaga ini ?. pertanyaan tersebut dapat ekuivalen
dengan pertanyaan berikut: Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini?
pengujian reliabilitas dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya
dua, pada responden yang sama, waktu yang sama, instrumen berbeda.
Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data
instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen.

c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi ini merupakan
gabungan antara tes-retest dan equivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan
mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian
keduadan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
d. Internal consistency

17
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan
teknik belah dua dari Spearman Brown, KR 20, KR 21 dan Anova Hoyt.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam proses penelitian, tentu saja hal yang paling penting adalah apa
yang diteliti. Maka ketika kita ingin mengumpulkan data dari apa yang kita teliti
maka disinilah peran Skala Pengukuran dan instrumen penelitian. Ketika peneliti
sudah mengetahui apa tujuan dari penelitiannya dan apa yang ia teliti maka yang
harus diperhatikan adalah bagaimana memilih metode dan instrumen dalam
penelitian yang ia lakukan.
Skala pengukuran adalah penentuan atau penetapan skala atas suatu
variabel berdasarkan jenis data yang melekat dalam variable penlitian.Pengukuran
merupakan aturan-aturan pemberian angka untuk berbagai objek sedemikian rupa
sehingga angka ini mewakili kualitas atribut. Skala pengukuran merupakan acuan
atau pedoman untuk menentukan alat ukur demi memperoleh hasil data
kuantitatif. Misalnya alat ukur panjang adalah meter, berat adalah kg, ton, kuintal
dan sebagainya.Dengan menentukan skala pengukuran, maka nilai variabel yang
diukur dengan instrument tertnetu dalam bentuk angka, sehingga akan lebih
akurat, efisien dan komunikatif. Sebagai contoh, berat emas 19 gram, berat besi
100 kg, suhu badan orang yang sehat 37 derajat Celsius, IQ seseorang 150.
Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui
termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap. Pada dasarnya skala pengukuran
dapat digunakan.
Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang dipakai untuk mengukur
fenomena alam ataupun sosial yang diamati. Secara spesifik, semua fenomena
tersebut disebut dengan variabel penelitian. Instrumen-instrumen yang dipakai
untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji
validitas dan reliabilitasnya. Variabelvariabel dalam ilmu alam seperti panas,
instrumennya adalah calorimeter. Variabel suhu, maka instrumennya adalah
thermometer. Dalam penelitian sosial memiliki instrumeninstrumen yang umum
dikenal umum dan sudah teruji kevalidan dan kereliabelitasnya. Seperti, untuk
mengukur kepandaian akademik dengan ukuran IQ. Ukuran kematangan
emosional dengan EQ. Dalam bidang sosial walaupun sudah tersedia
instrumennya, apabila tidak dipergunakan untuk tempat tertentu belum tentu pula
bisa secara tepat dan valid serta variabel.
B. Saran

19
Semoga makalah ini kedepannya bisa memberikan manfaat terutama mengenai
materi yang berkaitan hipotesis dan kegunaannya.serta saran dan sumbangsi
pemikiran sangat diharapkan dari pembaca untuk perbaikan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R & D. Cet. Ke-10.
Bandung : ALFABETA.
Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. 2009.Metodelogi Penelitian Sosial.
Jakarta : Bumi Aksara.
Muhammad. 2005.Metode penelitian Ekonomi Islam, Yogyakarta: UPFEUMY.
Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie.2010. Mixed Methodology, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Zuar Juliadi, Irfan, dan Saprinal Manurung. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis
Konsep Dan Aplikasi. Medan:UMSU PRESS.
Zulfikar dan I. Nyoman Budiantara. 2014. Manajemen Riset Dengan Pendekatan
Komputasi Statistika. Yogyakarta: Deepublish.
Nanang Martono.2015. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Christionus S. 2010.Belajar Kilat SPSS 17, Yogyakarta: ANDI.
Djaali dan Pudji Muljono. 2007.Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Sugiyono. 2015.Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung:
ALFABETA.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.

20

Anda mungkin juga menyukai