Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI GLAUKOMA
Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokular.( Barbara C Long, 2000 : 262 )
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optic (neoro
pati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan ocular pad
a papil saraf optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya taj
am penglihatan jika lapang pandang sentral terkena. (Bruce James. et
al  2006 : 95)
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa,
neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya
diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal. (Sidarta Ilyas, 2002 :
239)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak
normal (N = 15-20mmHg). (Sidarta Ilyas, 2004 : 135)
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh
peningkatan abnormal tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg).
(Elizabeth J.Corwin, 2009 : 382)
Glaukoma adalah kelainan yang disebabkan oleh kenaikan tekanan
didalam bola mata sehingga lapang pandangan dan visus mengalami ganggauan
secara progresif. (Vera H . Darling, 1996 : 88 ).
B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI GLAUKOMA
Glukoma diklasifikasikan dalam 2 kelompok sudut terbuka dan sudut
tertutup. Pada glaucoma sudut terbuka, humor aquos mempunyai akses bebas
ke jaringan trabekula dan ukuran sudut normal. Pada glaucoma sudut tertutup
iris menutup jaringan trebekula dan membatasi aliran humor aquos keluar
kamera anterior. Kategori ini dibagi lebih lanjut menjadi glaucoma primer
(penyebab tak diketahui, biasanya bilateral dan mungkin diturunkan) dan
glaukoma sekunder (penyebab diketahui).
 Klasifikasi glaucoma meliputi yang berikut:
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi
kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat.
Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke
jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan
trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik
juga dapat terjadi. Glaukoma Sudut terbuka primer ditandai dengan atrofi saraf
optikus dan kavitasi mangkuk fisiologis dan defek lapang pandang yang khas.
Glaukoma sudut terbuka, tekanan normal ditandai dengan adanya perubahan
meskipun TIO masih dalam batas parameter normal.

b. Glaukoma Sudut Tertutup


Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular
dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris
ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di
ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul
dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata
yang berat,dan penglihatan yang kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi
pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
Dilatasi pupil dapat terjadi saat berada diruangan gelap atau obat yang
menyebabkan dilatasi akut pupil. Dilatasi bias pula terjadi akibat rasa takut atau
nyeri, pencahayaan yang kurang terang, atau berbagai obat topical atau sistemik
(vasokontriktor ,bronkodilator, penenang, anti Parkinson).
Aktifitas seperti membaca yang memerlukan gerakan ensa kedepan
dan terapi miosis juga dapat merupakan factor presipitasi.
2. Glaukoma sekunder
a. Glaukoma sudut terbuka
Peningkatan TIO disebabkan oleh peningkatan tahanan aliran keluar
humor akuos melalui jarring-jaring trabekuler,kanalis schlemm, dan system
evissklerar.pori-pori trabekula dapat tersumbat oleh setiap jenis debri,darah ,pus
atau bahan lainnya.peningkatan tahanan tersebut dapat diakibatkan oleh
penggunaan kortikosteroid jangka lama,tumor intra okuler uveitis akibat
penyakit seperti herpes simplek atau herpes zoster,atau penyumbatan jarring-
jaring trabekula oleh material lensa,bahan fispo elastis(digunakan pada
pembedahan katarak),darah atau pigmen.pennggian tekanan vena episklelar
akibat keadaan seperti luka bakar kimia,tumor retrobulber,penyakit teroid,fistul
a arteriovenosa,jugularis superior vena kava atau sumbatan vena pulmonal juga
dapat mengakibatkan peningkatan TIO.selain itu,glaucoma sudut terbuka dapat
terjadi setelah ekstraksi katarak,implantasi TIO (khususnya lensa kamera anteri
or,) penguncia sclera,viterktomi,kapsulotomi posterior,atau trauma.
b. Glaucoma sudut tertutup
Peningkatan tahanan aliran humor akuos disebabkan oleh penyumbatan
jaring-jaring trabekula oleh iris perifer.kondisi ini biasanya disebabkan oleh
perubahan aliran humor akuos setelah menderita penyakit atau
pembedahan.keterlibatan anterior terjadi setelah terbentuknya membrane pada
glaucoma pada neuro vaskuler,trauma,aniridia,dan penyakit endotel.penyebab
posterior terjadi pada penyumbatan pupil akibat lensa atau IQL menghambat
aliran humor akuos ke kamera anterior.
Berdasarkan  lamanya :
1. Glaukoma akut
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan
intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat
bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau
secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak
dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan
midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk
sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/ subluksasi lensa, katarak
intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan
iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1) Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan
daerah belakang kepala.
2) Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa
mual dan muntah, kadang-kadang dapat mengaburkan gejala
glaukoma akut.
3) Tajam penglihatan sangat menurun.
4) Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5) Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6) Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7) Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif,
akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8) Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9) Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat
kekeruhan media penglihatan.
10) Tekanan bola mata sangat tinggi.
11) Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan
tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan
intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi
segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit.
Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab
gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.
2. Glaukoma kronik
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan
tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang
permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian
kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit
berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal
dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut
keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih
kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri
menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan
dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan
papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna
memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang
menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne,
atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata
dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil
pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan.
Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

C. MANIFESTASI KLINIK GLAUKOMA


1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka
1) Mata tampak normal
2) Penderita pun merasa matanya normal
3) Kecuali pada stadium lanjut à Lapang pandang sudah sangat sempit
b. Glaukoma Sudut Tertutup
1) Hiperemia silier + konjungtiva à mata merah ++
2) Kornea suram à visus ¯¯
3) Halo disekitar cahaya
4) Atrofi iris sekitar pupil à reflek pupil –
5) Pupil lebar (paralise otot sfingter pupil)
6) Nyeri mata dan sekitarnya
7) Mual, muntah
2. Glukoma Sekunder
a. Pembesaran bola mata
b. Gangguan lapang pandang
c. Nyeri didalam mata
D. PATOFISIOLOGI
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi
humor aquelus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran
keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada
keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular
dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan
tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih
dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif
jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan
saraf optik juga dapat terjadi. Disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke
jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran
schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO
E. PATHWAY
Usia > 40 th DM
Kortikosterid
jangka panjang
panjang Miopi

Obstruksi jaringan Peningkatan


Trabekuler tekanan Vtreus

Hambatan Pergerakan iris


pengalaman Cairan kedepan
Nyeri
hurmon aqueous

TIO Meningkat
TIO Meningkat Glaukoma

Gangguan saraf Resiko Cedera


opik

Perubahan penglihatan
perifer

Penururan persepsi kebutaan Anxietas


sensori penglihatan

Kurang Operasi
pengetahuan Iridektomi

Gangguan
perawatan diri Nyeri
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus
untuk glaukoma.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat
cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
1) Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
2) Indentasi dengan tonometer schiotz
3) Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
a) Nonkontak pneumotonometri
b) Portable electronic applanation (co: Tonopen)
TIO Normal
1) Berkisar :10,5 – 20,5 mmHg
2) Rata-rata :15,5 + 2,75 mmHg
TIO Tinggi
1) < 21 mmHg
Hipotoni
1) < 6,5 – 7 mmHg
2. Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengann palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk  tekanan yang lebih tinggi
N – 1 : lebih rendah dari normal
N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
3. GONIOSKOPI
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
4. OFTALMOSKOPI
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan
papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.
Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
5. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah
lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan
ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum,
yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang
pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.
(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248)
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan glaucoma adalah menurunkan TIO ke tingkat
yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksanaan bias
berbeda bergantung pada klasifikasi penyakit dan responnya terhadap terapi.
Terapi obat, pembedahan laser, pembedahan konvensional dapat dipergunakan
untuk mengontrol kerusakan progresif yang diakibatka oleh glaucoma.
(Suddart & Brunner,2002)
1. Farmakoterapi
Terapi obat merupakan penanganan awal dan utama untuk penanganan
glaucoma sudut terbuka primer. Meskipun program ini dapat diganti, terapi
diteruskan seumur hidup. Bila terapi ini gagal menurunkan TIO dengan
adekuat, pilihan berikutnya pada kebanyakan pasien adalah trabekuloplasti
laser dengan pemberian obat tetap dilanjutkan.
Glaucoma sudut tertutup dengan sumbatan pupil biasanya jarang
merupakan kegawatan bedah. Obat digunakan untuk mengurangi TIO
sebelum iridektomi laser.
Penanganan glaucoma sekunder ditujukan untuk kondisi yang
mendasarinya begitu pula untuk menurunkan. Misalnya glaucoma yang
disebabkan oleh terapi kortikosteroid ditangani dengan menghentikan
pengobatan kortikosteroid. Uveitis dengan glaucoma diterapi dengan bahan
anti inflamasi. Penggunanan obat dilator pupil (midriatikum) merupakan
kontraindikasi pada pasien glaucoma.
Kebanyakan obat mempunyai efek samping, yang biasanya
menghilang setelah satu sampai dua minggu. Namun pada beberapa kasus
obat perlu dihentikan karena pasien tidak dapat mentoleransinya. Efek
samping yang biasa terdapat pada pemakaian obat topical adalah pandangan
kabur, pandangan meremang, khususnya menjelang malam dan kesulitan
memfokuskan pandangan. Kadang-kadang frekuens denyut jantung dan
respirasi juga terpengaruh.
Obat sistemik dapat menyebabkan rasa kesemutan pada jari dan jari
kaki, pusing, kehilangan nafsu makan, defekasi tidak teratur, dan terkadang
terjadi batu ginjal. Pasien harus diberitahu mengenai kemungkinan efek
samping tersebut. Antagonis Beta adrenergic merupakan obat topical yang
paling banyak digunakan karena efektifitasnya pada berbagai macam
glaucoma dan tidak menyebabkan efek samping yang biasa disebabkan oleh
obat lain. Antagonis Beta adrenergic menurunkan TIO dengan menguragi
pembentukan humour aquous. Bahan kolinergik topical (missal pilokartin
hidroklorida, 1%-4%, asetilkolin klorida, karbakol) digunakan dalam
penanganan glaucoma jangka pendek dengan penyumbatan pupil akibat efek
langsungnya pada resptor parasimpatis iris dan badan silier. Sebagai
akibatnya, sfingter pupil akan berkontriksi, iris mengencang, volume jaringan
irisan pada sudut akan berkurang. Dan iris perifer tertarik menjauhi jarring-
jaring trabekula. Perubahan ini memungkinkan humour aquous mencapai
saluran keluar dan akibatnya terjadi penurunan TIO.
Pada glaucoma sudut terbuka digunakan obat golongan agonis
adrenergic topical yang berfungsi menurunkan IOP dengan meningkatkan
aliran keluar humour aquous, memperkuat dilatasi pupil, menurunkan
produksi humour aquous, dan menyebabkan kontriksi pembluh darah
konjungtiva. Contoh bahan perangsang adrenerik adalah epinefrin dan
fenileprin hidriklorida. Tetes mata epinefrin (larutan 0,1%) banyak digunakan
untuk menangani glaucoma sudut terbuka. Fenileprin (1%,2,5%) sering
digunakan untuk mendilatasi mata sebelum pemerikasaan fundus ovuli dan
menangani uveitis.
Inhibitor anhydrase karbonat missal asetalzolamid (Diamox) diberikan
secara sistemik untuk menurunkan IOP dengan menurunkan produksi humour
aquos. Digunakan untuk menangani glaucoma sudut terbuka jangka panjang
dan menangani glaucoma sudut tertutup jangka pendek dan glaucoma yang
sembuh sendiri, seperti yang terjadi setelah tauma. Juga dibutuhkan setelah
iridektomi untuk mengontrol glaucoma residual. Dapat diberikan secara oral
atau intravena selama serangan akut glaucoma.
Diuretika osmotic. Bahan osmotic oral (gliserol atau intravena) misal
manitol dapat menurunkan TIO dengan meningkatkan osmolaritas plasma dan
menarik air dari mata ke dalam pembuluh darah. Obat hiperosmotik sangan
berguna penanganan jangka pendek glaucoma akut. Digunakan untuk
menurunkan TIO preoperative sehingga pembedahan dapat dilakukan dengan
tekanan mata yang lebih normal. Juga dapat menghindari perlunya
pembedahan pada glaucoma transien. (Suddart & Brunner,2002)
2. Bedah Laser
Pembedahan laser untuk memperbaiki aliran humour aquous dan
menurunkan TIO dapat diindikasikan sebagai penanganan primer untuk
glaucoma, atau bias juga dipergunakan bila terapi obat tidak bisa ditoleransi,
atau tidak dapat menurunkan TIO dengan adekuat. Laser dapat digunakan
pada berbagai prosedur yang berhubungan dengan penanganan glaucoma.
(Suddart & Brunner,2002)
3. Bedah Konvesional
Prosedur bedah konvesional dilakukan bila teknik laser tidak berhasil
atau peralatan laser tidak tersedia, atau bila pasien tidak cocok untuk
dilakukan bedah laser (misal pasien yang tak dapat duduk diam atau
mengikuti perintah). Prosedur filtrasi rutin berhubungan dengan keberhasilan
penurunan TIO pada 80-90% pasien. Iridektomi perifer atau sektoral
dilakukan untuk mengangkat sebagaian iris untuk memungkinkan aliran
humor aqueus dari kamera prosterior ke kamera anterior di indikasikan pada
penanganan glaucoma dengan penyumbatan pupil bila pembedahan laser tidak
berhasil atau tidak tersedia.
Trabulectomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran
pengaliran baru melalui sclera. Dilakukan dengan melakukan diseksi flap
ketebalan setengah (half-tickness) sclera dengan engsel di limbus. Satu
sekmen jaringan trabekula diangkat, flap sclera ditutup kembali, dan
konjungtiva dijahit rapat untuk mencegah kebocoran cairan aqueus.
Trabulectomi meningkatkan aliran keluar humor aqueus dengan memintas
struktur pengaliran yang alamiah. Ketika cairan mengalir melalui saluran baru
ini, akan terbentuk bleb (gelembung). Dapat diobservasi pada pemeriksaan
konjungtiva. Komplikasi ditengah prosedur filtrasi meliputi hipotoni (TIO
rendah yang tidak normal), hifema (darah dikamera anterior mata), infeksi
kegagalan filtrasi.
Prosedur seton meliputi penggunaan berbagai alat pintasan aqueus
sintesis untuk menjaga kepatenan fistula pengaliran. Tabung terbuka
diimplementasikan ke kamera anterior dan menhubungkan ke mean
pengaliran episklera. Alat ini sering digunakan pada TIO tinggi, pada mereka
yang prosedur filtrasi gagal. Kemungkinan komplikasi implant meliputi
pembentukan katarak, hipotoni, diskompensasi kornea, dan erosi alparatus.
(Suddart & Brunner,2002.)

Anda mungkin juga menyukai