Anda di halaman 1dari 11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penilitian oleh Dirmansyah (2004), tentang peran audit internal sebagai


alat bantu manajemen dalam menunjang efektivitas pengendalian internal atas
penjualan (studi kasus pada PT. Pindad Persero di Bandung. Penelitian
menggunakan kuisioner tertutup yang dibagikan ke pejabat perusahaan yang
berwenang serta pihak-pihak terkait. Analisi yang digunakana yaitu analisis
deksriptif dan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan audit internal terhadap penjualan pada PT. Pindad Persero telah
memadai karena adanya fungsi kepatuhan, fungsi pemeriksaan, dan fungsi
penilaian serta adanya internal audit yang memenuhi syarat independensi,
kompetensi, lingkup pekerjaan yang memadai, pelaksanaan tugas yang baik,
dan dukungan dari pihak manajemen.

Peneliti yang dilakukan oleh Siahaan, Nofa (2008) tentang peranan audit
internal dalam kegiatan penjualan dalam menunjang efektivitas pengendalian
internal perusahaan pada beberapa perusahaan BUMN di Bandung. Penelitian
ini menggunakan analisis deskriptif yaitu membandingkan hasil yang
diperoleh dari penelitian langsung yang diperoleh dari kuisioner yang disebar
ke pihak manajemen dan pihak-pihak terkait dengan teori yang dipelajari.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa audit internal telah dilaksanakan dengan
memadai dan demikian pula dengan pengendalian intern atas penjualan telah
efektif. Sehingga audit internal memiliki peranan dalam menunjang efektivitas
pengendalian penjualan. Sehingga hipotesis yang penulis tetapkan yaitu, bila
audit internal dilaksanakan dengan memadai akan menunjang efektivitas
pengendalian internal penjualan, dapat diterima.

Penelitian yang dilakukan oleh Widya, Rahayuningtyas (2012) tentang


peran audit internal sebagai alat bantu manajemen dalam menunjang

6
7

efektivitas pengendalian internal atas penjualan (studi kasus pada PT.


Krakatau Steel Persero). Penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif
yang membandingkan data yang diperoleh melalui kuisioner dan teori yang
ada dan selanjutnya melakukan penilaian efektivitas pengendalian internal
penjualan yang diterapkan di PT. Krakatau Steel Persero. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peran audit internal terhadap penjualan pada PT
Krakatau Steel (Persero) cukup efektif dan dibuktikan dengan pengujian
efektivitas pengendalian internal penjualan dengan menggunakan 60 sampel
faktur penjualan menunjukkan bahwa AUPL = DUPL yaitu sebesar 5%,
dimana tidak terdapat kesalahan pada 60 anggota sampel yang diuji. Pengujian
ini menggunakan DUPL 5% dan R sebesar 95%.

Dari beberapa penelitian terdahulu, keterkaitan penelitian ini terletak pada,


menggunakan kuisioner yang dipadukan dengan teori yang ada, serta analisis
yang digunakan dalam penelitian yang digunakan untuk mengetahui
keefektifan peran audit internal dalam sistem pengendalian inernal terhadap
penjualan. Perbedaan dari penelitian sebelumnya terletak di ukuran
perusahaan dan bentuk perusahaan.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Auditing

Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2008), auditing adalah proses


sistematis untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan tujuan menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Auditing merupakan kegiatan yang membandingkan kondisi yang ada
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kondisi yang dimaksud adalah
keadaan perusahaan, sedangkan kriteria adalah keadaan yang seharusnya
dapat digunakan oleh auditor sebagai pedoman untuk mengevaluasi
8

kinerja perusahaan mencakup karyawan yang selanjutnya hasil dari


periksaan tersebut disampaikan kepada manajemen dan pejabat
perusahaan terkait untuk melihat kinerja perusahaan, mengamankan aset,
dan membuat strategi ke depan untuk mencapai tujuan perusahaan.

2. Pengertian Audit Internal

Pengertian audit internal menurut Sawyer, dkk. (2009:10). Audit


internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisai untuk menentukan apakah :
a. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan.
b. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikai dan
diminimalisasi.
c. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti.
d. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.
e. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
f. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif dengan tujuan untuk
dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi
dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

3. Independensi Audit Internal


Tugiman (2006), menyatakan pengertian independensi mengenai
tanggungjawab audit internal adalah harus terbebas atau terpisah dari
berbagai aktivitas yang mereka periksa. Pengawasan internal memiliki
kebebasan apabila mereka dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas
dan objektif. Kebebasan memungkinkan pengawas internal untuk
memberikan berbagai penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka,
yang sangat penting bagi pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana mestinya.
Hal tersebut dapat dicapai melalui status organisasinal dan
9

keobjektivitasan. Berdasarkan definisi tersebut, pada prinsipnya audit


internal dapat dicapai melalui dua hal, yaitu :
a. Status organisasional
Tugiman (2006) menyatakan bahwa status organisasi unit audit
internal haruslah memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau
menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan. Audit
internal haruslah memperoleh dukungan dari manajemen senior dan
dewan, sehingga mereka akan mendapatkan pekerjaannya secara bebas
dari berbagai campur tangan pihak lain.
b. Objektivitas
Objektivitas meliputi sikap mental yang tidak memihak dan kejujuran
atas pekerjaan yang dilakukannya. Tugiman (2006) menyatakan bahwa
objektivitas adalah keadaan jiwa yang memungkinkan seseorang untuk
merasakan suatu realitas seperti apa adanya. Hal inilah yang akan
menyebabkan seseorang mampu untuk melihat realitas secara tepat.

4. Kompetensi Audit Internal


Tugiman (2006), menyatakan bahwa audit internal dilaksanakan secara
ahli dan dengan ketelitian profesional. Kemajuan professional merupakan
tanggung jawab bagian audit internal dan setiap audit internal. Pemimpin audit
internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang yang
secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan dan
berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan
secara tepat dan pantas.
Desyanti dan Ratnadi (2010) menyatakan bahwa komponen keahlian audit
internal dapat dibagi menjadi lima komponen, antara lain :
a. Komponen pengetahuan (knowledge component) yang meliputi
komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur, dan
pengalaman.
10

b. Ciri-ciri psikologis (psychological traits) yang ditujukan dalam


komunikasi, kepercayaan, kreativitas, dan kemampuan bekerja dengan
orang lain.
c. Kemampuan berpikir untuk mengakumulasikan dan mengolah
informasi.
d. Strategi penentuan keputusan, baik formal maupun informal.
e. Analisis tugas yang dipengaruhi oleh pengalaman audit yang
mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan.

5. Lingkup Pekerjaan Audit Internal


Lingkup pekerjaan audit internal harus meliputi pengujuan dan evaluasi
terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang
dimiliki organisasi dan kualitas pelaksaanaan tanggung jawab yang
diwenangkan. Empat lingkup pekerjaan audit internal menurut Tugiman
(2006), yaitu :
a. Keandalan informasi
Audit internal haruslah mengaudit keandalan (reliabilitas dan
integritas) informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dan cara-cara
yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklarifikasi, dan
melaporkan suatu informasi tersebut.
b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan
perundang-undangan
Auditor internal harulah mengaudit sistem yang telah ditetapkan untuk
meyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan,
rencana, prosedur, hokum, dan peraturan yang memiliki akibat penting
terhadap pekerjaan-pekerjaan atau operasi-operasi, laporan-laporan serta
harus menentukan apakah organisasi telah memenuhi hal-hal tersebut.
c. Perlindungan terhadap harta
Auditor internal harus mengaudit alat atau cara yang dipergunakan
untuk melindungi harta atau aktiva, dan bila dipandang perlu, melakukan
verifikasi keberadaan berbagai harta organisasi.
11

d. Penggunaan sumber daya ekonomis dan efisien


Auditor internal harus menilai keekonomian dan efisiensi penggunaan
sumber daya yang ada.
e. Pencapaian tujuan
Auditor internal harus menilai pekerjaan, operasi atau program untuk
menentukan apakah hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu pekerjaan, operasi atau
program telah dijalankan secara tepat dan sesuai dengan rencana.

6. Pelaksanaan Audit Internal


Menurut Tugiman (2006), terdapat empat langkah kerja pelaksanaan audit
internal :
a. Perencanaan audit.
1) Penetapan tujuan audit dan ruang lingkup pekerjaan.
2) Memperoleh informasi dasar tentang kegiatan yang akan diperiksa.
3) Penentuan berbagai tenaga kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan audit.
4) Pemberian kepada para pihak yang dipandang perlu.
5) Melaksanakan survey secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan
yang diperlukan, resiko-resiko dan pengawasan-pengawasan untuk
mengidentifikasi area yang ditekankan dalam audit, serta untuk
memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang akan
diaudit.
6) Penulisan program audit.
b. Pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut :
1) Informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan
audit dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan.
2) Informasi haruslah mencakup kompeten, relevan dan berguna untuk
membuat dasar yang logis bagi temuan audit dan rekomendasi.
3) Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujuan dan penarikan
contoh yang dipergunakan harus terlebih dahulu diseleksi bila
12

memungkinkan, dan diperluas atau diubah bila keadaan


menghendaki demikian.
4) Proses pengumpulan, analisis, penafsiran dan pembuktian
kebenaran informasi haruslah diawasi untuk memberikan kepastian
bahwa sikap objektif auditor terus dijaga dan sasaran audit dapat
dicapai.
5) Adanya kertas kerja audit.
c. Penyampaian hasil audit.
1) Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah
pengujian terhadap audit selesai dilakukan.
2) Auditor internal harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai
kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang
tepat, sebelum Tmengeluarkan laporan akhir.
3) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat
waktu.
4) Laporan haruslah mengemukakan tentang maksut, lingkup dan hasil
pelaksanaan audit, dan bila dipandang perlu, laporan harus pula
berisikan pernyataan tentang pendapat auditor.
5) Laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi berbagai
perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan
yang dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif.
d. Tindak lanjut hasil audit
Auditor internal dalam tindak lanjut (follow up) harus terus-menerus
meninjau untuk memastikan bahwa temuan pemeriksaannya yang
dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.

7. Pengertian Efektivitas
Pengertian efektivitas menurut Pribowo (2007), menyatakan bahwa
efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan
atau kegagalan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan efektivitas adalah tercapainya tujuan,
13

dan hasil yang dicapai sesuai dengan ketetapan yang telah disepakati oleh
perusahaan sebelumnya.

8. Konsep Pengendalian Internal


Menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:171) mengatakan bahwa struktur
penendalian internal yang digunakan dalam suatu entitas merupakan faktor
yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas.
Sebelum auditor melaksanakan audit secara mendalam atas informasi yang
tercantum dalam laporan keuangan, standar pekerjaan lapangan kedua
mengharuskan auditor memahami struktur pengendalian internal yang berlaku
dalam entitas. Hal tersebut sesuai dengan standar pekerjaan lapangan kedua
yang berbunyi : “Pemahaman yang memadai atat struktur pengendalian
internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”. Adanya pengendalian internal
menjamin kebijakan dan pengarahan manajemen menjadi cukup memadai.
Pengendalian internal yang baik merupakan faktor kunci dalam manajemen
perusahaan yang efektif.

9. Pengertian Pengendalian Internal


Menurut Pribowo (2007), menyatakan bahwa pengendalian internal adalah
suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan
pegawai lainnya, dirancang untuk mendapatkan keyakinan yang memadai
tentang pencapaian tujuan.

10. Tujuan Pengendalian Internal


Menurut Tunggal, Amin Widjaja (1995), tujuan pengendalian internal,
yaitu :
a. Untuk menjamin kebenaran data akuntansi.
b. Untuk mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya.
c. Untuk menggalakkan efisiensi usaha.
14

d. Untuk mendorong ditaatinya kebijajakan pemimpin ang telah


digarikan.
e. Penilaian.

11. Elemen Pengendalian Internal

Menurut Willson, James D. dan John B. Campbell (1986:129), terdapat


tujuh elemen pokok yang diperlukan dalam pengendalian internal, yaitu :
a. Personalia yang kompeten dan dapat dipercaya, disertai dengan adanya
garis kewenangan dan tanggungjawab yang ditetapkan dengan jelas.
b. Pemisahan tugas yang memadai :
1) Pemisahan tanggungjawab operasional dari pembukuan keuangan.
2) Pemisahan fungsi penjagaan harta dari catatan-catatan akuntansi.
3) Pemisahan fungsi pemberian otorisasi untuk transkasi dari fungsi
penjagaan.
4) Pemisahan tugas-tugas di dalam fungsi akuntansi.
c. Prosedur yang wajar untuk pemberian otorisasi terhadap transaksi
d. Adanya catatan dan dokumen yang memadai.
e. Adanya pengawasan secara fisik yang baik terhadap harta dan catatan.
f. Prosedur yang wajar untuk pembukuan yang memadai.
g. Adanya suatu sistem untuk verifikasi yang independen.

12. Sistem Pengendalian Internal Penjualan


Pengendalian internal dalam penjualan tunai bertujuan agar tidak terjadi
kesalahan atau kecurangan dalam penjualan tunai, oleh karena itu
pengendalian internal penjualan tunai harus diperhatikan. Menurut Mulyadi
(2010:471), menyatakan unsur pokok pengendalian internal penjualan tunai
yaitu :
a. Organisasi
Dalam merancang organisasi yang berkaitan dengan sistem akuntansi
penjualan tunai, dijabarkan sebagai berikut :
1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.
15

2) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.


b. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
1) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan
dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai.
2) Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi penerimaan kas dengan cara
membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan
penempelan pita registrasi kas pada faktur tersebut.
3) Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan
otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.
4) Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara
membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai.
5) Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas
dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung
lengkap.
6) Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh
karyawan yang diberi wewenang.
c. Praktik yang sehat
1) Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.
2) Jumlah kas diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke
bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau
hari kerja berikutnya.
3) Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara
periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa internal.
16

Anda mungkin juga menyukai