Anda di halaman 1dari 50

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST LAPARATOMY a/i TUMOR SYGMOID PADA STASE
KEPERAWATAN KRITIS DI RSUD DR. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh:
1. Aulia Setiana M 2019.NS.A.07.003
2. Anggi Eka P. P 2019.NS.A.07.036
3. Dea Devega 2019.NS.A.07.041
4. Eki Alpiansyah 2019.NS.A.07.010
5. Heru Hasby 2019.NS.A.07.011
6. Margareta Arfina 2019.NS.A.07.053
7. Nopianti 2019.NS.A.07.057
8. Pebri Rolando N 2019.NS.A.07.019
9. Runaca 2019.NS.A.07.023
10. Septama Yoga 2019.NS.A.07.025
11. Vini Widia P 2019.NS.A.07.065

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan disusun oleh:


Yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama : Kelompok
Program Studi : Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Pasa Ny. A Dengan Diagnosa Medis
Post Laparatomy a/i Tumor Sygmoid Pada Stase
Keperawatan Kritis Di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

Akan melaksanakan Seminar sebagai pernyataan telah melakukan


bimbingan Stase Keperawatan Kritis pada program studi Ners di STIKes Eka
Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

. Rosaniah, S.Kep.,Ners.
Takesi Arisandi, Ners.,M.Kep.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Diagnosa Medis Post Laparatomy a/i
Tumor Sygmoid Pada Stase Keperawatan Kritis Di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”
Kami menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan kasus ini
tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini pula kami mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Dr. dr. Andriansyah Arifin, MPH. Selaku Ketua Yayasan Eka Harap Palangka
Raya.
2. Maria Adelheid Ensia, S.Pd, M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya
3. Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap
4. Takesi Arisandi, Ners.,M.Kep. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses bimbingan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini
5. Rosaniah, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing Klinik yang telah memberikan
bantuan dalam proses bimbingan dan penyelesaian asuhan keperawatan dan
laporan pendahuluan ini
6. Orang tua yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan bantuan kepada
kami dalam hal material
7. Kepada keluarga Ny. A yang telah bersedia mengizinkan Ny. A sebagai
pasien kelolaan dalam asuhan keperawatan
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan
kasus ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan laporan kasus ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 05 Oktober 2020

Kelompok
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi...............................................................................
2.1.1 Anatomi..............................................................................................
2.1.2 Fisiologi..............................................................................................
2.2 Konsep Dasar Tumor Sigmoid...........................................................
2.2.1 Definisi...............................................................................................
2.2.2 Etiologi...............................................................................................
2.2.3 Patofisiologi........................................................................................
2.2.4 WOC...................................................................................................
2.2.5 Manifestasi Klinis...............................................................................
2.2.6 Komplikasi..........................................................................................
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang......................................................................
2.2.8 Penatalaksanaan..................................................................................
2.3 Konsep Dasar Laparatomy.................................................................
2.3.1 Pengertian...........................................................................................
2.3.2 Tujuan.................................................................................................
2.3.3 Indikasi...............................................................................................
2.3.4 Penatalaksanaan/Jenis-Jenis Tindakan...............................................
2.4 Konsep Dasar Manajemen Keperawatan............................................
2.4.1 Pengkajian..........................................................................................
2.4.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................
2.4.3 Rencana Keperawatan........................................................................
2.4.4 Implementasi Keperawatan................................................................
2.4.5 Evaluasi..............................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan....................................................................
3.2 Analisa Data.......................................................................................
3.3 Prioritas Masalah................................................................................
3.4 Rencana Keperawatan........................................................................
3.5 Impelentasi Dan Evaluasi Keperawatan.............................................
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Keperawatan ...................................................................
4.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................
4.3 Intervensi Keperawatan......................................................................
4.4 Implementasi Keperawatan................................................................
4.5 Evaluasi Keperawatan........................................................................
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan.............................................................................................
5.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor adalah kumpulan sel abdormal dalam tubuh yang terbentuk oleh
sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, dan tidak terkoordinasi
dengan jaringan disekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh (Kusuma, 2011).
Tumor Intra Abdomen adalah pembengkakan atau adanya benjolan yang
disebabkan oleh neoplasma dan infeksi yang berada di abdomen berupa massa
abnormal di sel-sel yang berpoliferasi yang bersifat autonom (tidak terkontrol),
progresif (tumbuh tidak beraturan), tidak berguna.
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2013, insiden
kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun
2012. Sedangkan, jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008
menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker atau tumor merupakan penyebab
kematian nomor 7 (5,7 %) di dunia. Di Indonesia prevalensi tumor atau kanker
adalah 4,3 per 1000 jiwa penduduk. Kejadian tumor abdomen memiliki
prevalensi cukup tinggi pada perawatan di rumah sakit. Berdasarkan
prevalensi kejadian tumor abdomen, yang paling sering terjadi pada pasien yaitu
menyerang bagian usus, (tumor kolon), kemudian pada limfe dan sedikit terjadi
pada pangkreas (Yoga, 2010).
Terdapat beberapa faktor pemicu kanker kolorektal, secara garis besar
dapat dibagi dua, yakni faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang
dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis
kelamin, genetic, polip kolon dan riwayat individual penyakit kronis inflamatorik
usus. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah kurangnya aktivitas fisik,
obesitas, asupan makanan, merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes mellitus.
Tingginya angka kejadian kanker diperlukan penatalaksanaan yang tepat
untuk mengatasinya. Penatalaksanaan pada kanker kolon terdiri dari
penatalaksanaan medis, bedah dan keperawatan. Penatalaksanaan bedah dilakukan
tergantung tingkat penyebaran dan lokasi tumor itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Diagnosa Medis
Post Laparatomy a/i Tumor Sygmoid Pada Stase Keperawatan Kritis Di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dari penulisan asuhan keperawatan adalah untuk mendapatkan atau
memperoleh kemampuan dalam menyusun dan menyajikan laporan pendahuluan
dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian kepada Ny. A dengan diagnosa medis Post
Laparatomy a/i Tumor Sygmoid
2. Menetapkan diagnosa kepada Ny. A dengan diagnosa medis Post
Laparatomy a/i Tumor Sygmoid
3. Merencanakan intervensi kepada Ny. A dengan diagnosa medis Post
Laparatomy a/i Tumor Sygmoid
4. Melakukan implementasi kepada Ny. A dengan diagnosa medis Post
Laparatomy a/i Tumor Sygmoid
5. Melakukan evaluasi kepada Ny. A dengan diagnosa medis Post
Laparatomy a/i Tumor Sygmoid

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi profesi keperawatan
Diharapkan laporan pendahuluan ini dapat menjadikan masukan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga mampu meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang akhirnya dapat berguna bagi profesi keperawatan dalam
memberikan keperawatan pada klien Post Laparatomy a/i Tumor Sygmoid.
1.4.2 Bagi Institusi
1.4.2.1 Rumah Sakit
Menyediakan kerangka berpikir secara ilmiah yang bermanfaat bagi
Rumah Sakit dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan
gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan kritis pada klien Post Laparatomy a/i
Tumor Sygmoid. Serta menyediakan referensi bagi perawat ruangan dalam
melakukan asuhan keperawatn pada pasien secara komprenhensif dengan
pendekatan proses keperawatan.
1.4.2.2 Pendidikan
Dengan adaya laporan pendahuluan asuhan keperawatan kritis pada klien
Post Laparatomy a/i Tumor Sygmoid dapat memberikan informasi yang nyata dan
aktual yang dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai literatur pendidikan dan
menunjang peningkatan pengetahuan khususnya tentang asuhan keperawatan anak
dengan klien Post Laparatomy a/i Tumor Sygmoid.
1.4.2.3 Bagi penulis
Sebagai salah satu pengalaman berharga dan nyata yang didapat dari
lapangan praktik yang dilakukan sesuai dengan ilmu yang didapatkan serta
sebagai acuan bagi penulis dalam menghadapi kasus yang sama sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan kritis yang lebih baik bagi klien yang
mengalami Post Laparatomy a/i Tumor Sygmoid.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi


2.1.1 Anatomi

1. Sekum merupakan kantong yang terletak dibawah muara ileum pada usus
besar. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm.
2. Bagian Ascenden (colon ascenden) merupakan bagian usus besar yang
mengarah ke atas dan berbatasan langsung dengan usus halus. Panjangnya
13cm. Untuk fungsi colon ascenden ialah untuk menyerap nutrisi yang belum
terserap usus halus, menyerap air, dan memadatkan feses.
3. Bagian Transversal (colon transversal) merupakan kelanjutan dari colon
ascenden dengan arah mendatar. Fungsi utama colon transversal ialah untuk
menyempurnakan penyerapan nutrisi, air, dan memadatkan feses.
4. Bagian Descenden (colon descenden) merupakan kelanjutan dari kolon
transversal dengan arah ke bawah. Fungsi colon descenden ialah sebagai
penampung sementara feses sebelum di masuk ke rektum.
5. Bagian sigmoid (colon sigmoid) merupakan kelanjutan dari colon
descenden, berbentuk S dan pendek sehingga dinamakan sigmoid. Panjangnya
kurang lebih 40 cm. Bagian ini memiliki kontraksi otot yang kuat dan
berfungsi dalam menekan feses agar mudah dikeluarkan menuju rektum.
6. Rektum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan
panjang 15 cm.
2.1.2 Fisiologi
Fungsi utama colon adalah absorbs air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan menjadi tinja semi padat dengan volume sekitar 200- 250 mL.
sebagian besar absorpsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan proksimal
kolon, sehingga bagian ini dinamakan colon pengabsorpsi, sedangkan kolon
bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sampai
waktu yang tepat untuk ekskresi feses dan oleh karena itu disebut colon
penyimpanan. Banyak bacterial, kasusnya berhasil colon, bahkan terdapat secara
normal pada colon pengabsorpsi. Bakteri-bakteri mampu mencernakan jumlah
kecil selulosa, dengan cara menyediakan beberapa kalori nutrisi tambahan untuk
tubuh (Swerwood, 2014).

2.2 Konsep Dasar Tumor Sigmoid


2.2.1 Definisi
Tumor merupakan suatu pertumbuhan sel tubuh yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom tanpa kendali pertumbuhan sel abnormal
sehingga memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan sel normal pada
umumnya.
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu
pada tubuh dengan pertumbuhan sel-sel baru (neoplasma) yang membelah secara
tidak terkendali dan tidak memiliki fungsi bagi tubuh. Pertumbuhan tumor dapat
bersifat jinak atau ganas dalam tubuh sehingga tumor dapat membahayakan
keselamatan hidup seseorang (Handerson, 1997 & FKUI, 2008)
Tumor sigmoid adalah pertumbuhan jaringan abnormal dalam tubuh akibat
adanya ketidakseimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel pada daerah kolon
sigmoid. Sigmoid merupakan bagian terakhir kolon desenden yang berbentuk
huruf “S” dan berlanjut membentuk rektum dengan bentuk lurus (Sherwood,
2014).
2.2.2 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini sulit diketahui. Namun, faktor pencetus
tumor diantaranya: usia, jenis kelamin, respon kekebalan dan virus. Selain itu,
penyebab tumor rektosigmoid pada usus besar telah dikenali dari beberapa faktor
predisposisi (Price & Wilson, 2005) yaitu:
1. Usia
2. Polip kolon
3. Genetika
4. Kebiasaan merokok
5. Pola makan
2.2.3 Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian
tubuh yang lain (paling sering ke hati) (Japaries, 2013).
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan
lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan.
Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya
metastase pada jaringan lain. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa
dan submukosa pada saat reseks dilakukan, dan jauh lebih jelek telah terjadi
metastase ke kelenjar limfe (Japaries, 2013).
Menurut Diyono (2013), tingakatan kanker kolorektal dari duke sebagai
berikut :
1. Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan
kolon).
2. Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.
3. Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.
4. Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ
lain.
Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh
secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui beberapa
cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan dinding usus
sampai keserosa dan lemak mesentrik, lalu sel kanker tersebut akanmengenai
organ disekitarnya. Adapun penyebaran yang lebih luas lagi didalam lumen usus
yaitu melalui limfatik dan sistem sirkulasi. Bila sel tersebut masuk melalui sistem
sirkulasi, maka sel kanker tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian
metastase ke orgab paru-paru. Penyebaran lain dapat ke adrenal, ginjal, kuli,
tulang, dan otak. Sel kanker pu dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat
akan dilakukan reseksi tumor (Diyono, 2013).
Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip adenoma jenis
villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya
jenis villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis
tubular berstruktur seperti bola dan bertangkai, sedangkan jenis villous berstuktur
tonjolan seperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis ini tumbuh
menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga massa tesebut akan menekan
dinding mukosa kolon. Penekanan yang terus-menerus ini akan mengalami lesi-
lesi ulserasi yang akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan,
maka obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma
tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh di dalam lumen luas (ascendens dan
transversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi ( feses masih
mempunyai konsentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut dengan
mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena tonjolan massa).
Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh dan berkembang di daerah lumen yang
sempit (descendens atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak
dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi
tersebut dapat menjadi total atau parsial (Diyono, 2013).
Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks.
Perubahan genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permalignan
(adenoma) untuk adenokarsinoma invasif. Rangkain peristiwa molekuler dan
genetik yang menyebabkan transformsi dari keganasan polip adenomatosa.
Proses awal adalah mutasi APC (adenomatosa Poliposis Gen) yang pertama kali
ditemukan pada individu dengan keluarga adenomatosa poliposis (FAP=
familial adenomatous polyposis). Protein yang dikodekan oleh APC penting
dalam aktivasi pnkogen c-myc dan siklinD1, yang mendorong pengembangan
menjadi fenotipe ganas (Muttaqin, 2013).
2.2.4 WOC Tumor sigmoid adalah
pertumbuhan jaringan abnormal
dalam tubuh akibat adanya
ketidakseimbangan pertumbuhan

Usia Polip kolon Genetika Kebiasaan Pola makan


merokok

Penurunan Polip jinak jadi FAB Makanan rendah


fungsi organ ganas Zat nikotin, serat, tinggi karbo,
terpapar lemak, protein
dengan sel
Autosoma Masuk ke
Penurunan Menyusup karsinogen
Penurunan abs. dominan gen dalam saluran
peristaltik usus serta merusak Material
air, vitamin, APC pd pernafasan
jaringan pembentukan feses
natrium, eksresi kromosom 5
normal tak lembut
karbohidrat,
Berdifusi
bikarbonat, Bahan makanan,
Menyebar ke Mutasi gen bersama O2
mucus, feses mineral, cairan,
dalam struktur APC dan masuk ke
sekitar elektrolit menumpuk
dalam tubuh
Tertampung di usus
dalam kolon Berikatan
Beta-cafena Menuju kolon
obstruksi usus
Terpapar dengan dan terjadi
sel karsinogen perubahan
metaplasia Menekan sel-sel
pada dinding
kolon
Menggalakan sel Terjadi Penurunan Perubahan
karsinogen akumulasi di peristaltik usus metaplasia diusus
sitosel

Penurunan abs. vit, Sel-sel ganas dalam


Transaktivasi lemak, air natrium & usus besar terinfasif
enkogen klorida

Sekresi kalsium,
Penurunan
bikarbonat, mukus,
proses
feses menurun
apoptosis

Tertumpuk dalam
Kelainan siklus kolon
sel

Terpapar dengan sel


Pertumbuhan karsinogen
dsyplasia

Menggalakkan sel
kanker
Metaplasia

Hyperplasia
TUMOR KOLON

Tindakan pembedahan Peningkatan usaha nafas Gangguan neuromuskuler Insisi pembedahan


laparatomi (ketidakmampuan sistem
saraf & otot bekerja)
Penggunaan otot bantu Terdapat bekas luka
Adanya insisi bedah dan pernapasan operasi & drainase
luka operasi Penurunan tingkat
kesadaran
Ekspirasi dan inspirasi
Masalah Keperawatan: Masalah Keperawatan:
tidak adekuat
kerusakan Integritas Tidak mampu melakukan Resiko Infeksi
Kulit ADL
Gangguan ventilasi

Masalah Keperawatan:
Gagal napas Defisit Perawatan Diri

Masalah Keperawatan:
Gangguan Ventilasi
Spontan
2.5.5 Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi tumor, tahap penyakit dan fungsi
segmen usus tempat tumor berlokasi tekanan (Smeltzer & G.Bare, 2001)
1. Adanya perubahan dalam defekasi
2. Baik mucus maupun darah segar sering terihat pada feses
3. Konstipasi
4. Perubahan dalam penampilan feses
5. Tenesmus
6. Anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi
akibat kehilangan darah kronik
7. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,
pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai
atau perineum
8. Nyeri piggang/abdomen bagian kiri bawah
2.5.6 Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses. Peritonitis dan/atau sepsis dapat menimbulkan syok ( Smeltse
& G.Bare, 2001)
2.5.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2015), Beberapa pemeriksaan pada
tumor rektosigmoid diantaranya:
1. Laboratorium
1) Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis
2) Kimia darah
3) Tumor marker CEA
2. Pemeriksaan Radiologi
1) Endoskopi
2) CT Scan dan MRI
3) Barium Enema
4) CEA (Caecinoembrionik Antigen) Screening
2.2.8 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer & G.Bare (2001), beberapa penatalaksanaan pada tumor
rektosigmoid ialah:
1. Pembedahan
2. Kemotrapi
3. Radioterapi

2.3 Konsep Dasar Laparatomy


2.3.1 Pengertian
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu
insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan
Jong, 1997). Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang
dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan
obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi
laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan
fistuloktomi. Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan
tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba
fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik histerektomi total,
radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.
2.3.2 Tujuan
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma
abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau
akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
2.3.3 Indikasi
2.3.3.1 Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium) yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritoneum) yang dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan,
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-belt).
2.3.3.2 Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis
primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat
penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis,
perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering
kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis
tersier.
2.3.3.3 Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus
biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.
Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus
halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa
perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara
lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen), Intusepsi
(salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya
akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang mempunyai
mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan
dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi
usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan
tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor
diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).
2.3.3.4 Apendisitis mengacu pada radang apendiks
Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian
inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi
lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inflamasi.
2.3.3.5 Tumor abdomen
2.3.3.6 Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
2.3.3.7 Abscesses (a localized area of infection)
2.3.3.8 Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
2.3.3.9 Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the
intestines)
2.3.3.10 Intestinal perforation
2.3.3.11 Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
2.3.3.12 Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
2.3.3.13 Internal bleeding
2.3.4 Penatalaksanaan/Jenis-Jenis Tindakan
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist,
2008):
2.3.4.1 Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,
eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong
ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini adalah terjadinya
hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien
serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ
dalam pelvis.
2.3.4.2 Paramedian
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis
operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah,
serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki keuntungan antara lain :
merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak memotong ligamen dan
saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah
2.3.4.3 Transverse upper abdomen incision
yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan
splenektomy.
2.3.4.4 Transverse lower abdomen incision
yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal
iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy.

2.4 Konsep Dasar Manajemen Keperawatan


2.4.1 Pengkajian
Menurut Smeltzer & Bare (2013). Pengkajian keperawatan dengan
masalah gastrointestinal sebagai berikut:
2.4.1.1 Anamnesa
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
2.4.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang : mendapatkan informasi tentang perasaan
lelah, adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakteristiknya (lokasi,
frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi), pola
eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan
konsistensi fese mencakup adanya darah dan mucus, serta terapi obat
saat ini
2. Riwayat kesehatan lalu : mengenai penyakit usus inflamasi kronis atau
polip pada kolon, rektal atau sigmoid
3. Riwayat kesehatan keluarga : adanya riwayat penyakit pada bagian
kolon
4. Kebiasaan diet : mencakup masukan lemak dan/atau serat serta jumlah
konsumsi alkohol
5. Riwayat penurunan berat badan
2.4.1.3 Pengkajian objektif
1. Auskultasi abdomen terhadap bising usus
2. Palpasi abdomen untukarea nyeri tekan, distensi, dan massa padat
3. Inspeksi spesimen feses terhadap karakter dan adanya darah
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit
2. Gangguan ventilasi spontan
3. Defisit perawatan diri
4. Resiko infeksi
2.4.3 Rencana Keperawatan
SDKI: Diagnosa Keperawatan SLKI: Tujuan Keperawatan SIKI: Intervensi
Keperawatan
Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan
Kulit/Jaringan (D.0129) keperawatan selama : Integritas Kulit
Definisi ………………………………… (I.11353)
Kerusakan kulit (dermis dan/atau Integritas Kulit dan Jaringan Observasi
epidermis) atau jaringan (L.14125) Identifikasi
(membran mukosa, kornea, fasia, 1=Menurun, 2=Cukup Menurun, penyebab
otot, tendon, tulang kartilago, 3=Sedang, 4=Cukup Meningkat, gangguan
kapsul sendi dan/atau ligamen) 5=Meningkat integritas kulit
Faktor Resiko Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 (mis.perubaha
Perubahan sirkulasi Elastisitas n sirkulasi,
Hidrasi perubahan
Peruubahan status nutrisi
Perfusi status nutrisi,
(kelebihan atau kekurangan)
jaringan penurunan
Kekurangan/kelebihan
1=Meningkat, 2=Cukup Meningkat, kelembaban,
volume cairan
3=Sedang, 4=Cukup Menurun, suhu
Penurunan mobilitas
5=Menurun lingkungan
Bahan kimia iritatif ekstrem,
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
Suhu lingkungan yang penurunan
ekstrem Kerusakan
jaringan mobilitas)
Faktor mekanis Terapeutik
(mis.penekanan pada Kerusakan
lapisan kulit Ubah posisi
tonjolan tulang, gesekan) tiap 2 jam jika
atau faktor elektris Nyeri
Perdarahan tirah baring
(elektrodiameter, energi
Kemerahan Lakukan
listrik bertegangan tinggi)
Hematoma pemijatan pada
Efek samping terapi radiasi area
Kelembaban Pigmentasi
abnormal penonjolan
Proses penuaan tulang, jika
Neuropati perifer Jaringan
parut perlu
Perubahan pigmentasi Bersihkan
Perubahan hormonal Nekrosis
perineal
Kurang terpapar informasi Abrasi
dengan air
tentang upaya kornea
hangat,
mempertahankan/melindung 1= Memburuk, 2=Cukup Memburuk,
terutama
i integritas jaringan 3=Sedang, 4=Cukup Membaik, 5=
selama periode
Membaik
diare
Kondisi Klinis Terkait Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
Gunakan
Imobilisasi Suhu kulit
produk
Gagal jantung kongesif Sensasi berbahan
Gagal ginjal Tekstur petrollium atau
Diabetes melitus Pertumbuha minyak pada
Imunodefisiensi n rambut kulit kering
(mis.AIDS) Gunakan
produk
berbahan
ringan/alami
dan
hipoalergik
pada kulit
sensitif
Hindari
produk
berbahan dasar
alkohol pada
kulit kering
Edukasi
Anjurkan
menggunakan
pelembab
(mis.lotion,
serum)
Anjurkan
minum air
yang cukup
Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan
meningkatkan
asupan buah
dan sayur
Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
akstrem
Anjurkan
menggunakan
tabir surya
SPF minimal
30 saat berada
diluar rumah
Anjurkan
mandi dan
menggunakan
sabun
secukupnya

SDKI: Diagnosa Keperawatan SLKI: Tujuan Keperawatan SIKI: Intervensi


Keperawatan
Gangguan Ventilasi Spontan Setelah dilakukan tindakan Manajemen
(D.0004) keperawatan selama : Ventilasi Mekanik
Definisi ………………………………… (I01013)
Penurunan cadangan energi yang Ventilasi Spontan (L.01007) Observasi
mengakibatkan individu tidak 1=Menurun, 2=Cukup Menurun, Periksa
mampu bernafas secara adekuat 3=Sedang, 4=Cukup Meningkat, indikasi
5=Meningkat ventilator
Penyebab
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 mekanik
Gangguan metabolisme
Tingkat Monitor efek
Kelelahan otot pernapasan
kesadaran ventilator
FiO2 terhadap status
Kondisi Klinis Terkait
Saturasi oksigen
Penyakit paru obstruksi
oksigen Monitor efek
kronis (PPOK)
Kesimetrisan negatif
Asma
gerak dinding ventilator
Cedera kepala dada Monitor gejala
Gagal napas 1=Meningkat, 2=Cukup Meningkat, peningkatan
Bedah jantung 3=Sedang, 4=Cukup Menurun, pernafasan
ARDS 5=Menurun Monitor
PPHN Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 kondisi yang
Prematuritas Kesulitan meningkatkan
Inspeksi saluran napas bernapas konsumsi
dengan oksigen tinggi
ventilator Monitor
Sekresi jalan gangguan
napas mukosa oral,
Inspeksi paru nasal, trakea
Suara napas dan laring
tambahan Terapeutik
Atelektasis Atur posisi 45-
Gelisah 600 untuk
Kurang mencegah
istirahat aspirasi
Kesulitan Reposisi
mengutaraka pasien setiap 2
n kebutuhan jam
Dosis sedasi Lakukan
Dispnea perawatan
Penggunaan mulut secara
otot bantu rutin
napas Lakukan
Takikardia fisioterapi
1= Memburuk, 2=Cukup Memburuk, dada secara
3=Sedang, 4=Cukup Membaik, 5= berkala
Membaik Lakukan
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 penghisapan
Volume tidal lendir sesuai
kebutuhan
PCO2
Siapkan BVM
PO2
disamping
SaO2
tempat tidur
untuk
antisipasi
malfungsi
mesin
Dokumentsi
respon
terhadap
ventilator
Kolaborasi
Kolaborasi
pemilihan
kode venilator
Kolaborasi
pemberian
agen
pelumpuh otot,
sedatif,
analgesik
sesuai
kebutuhan
Kolaborasi
penggunaan
PS atau PEEP
untuk
meminimalkan
hipoventilasi
alveolus

SDKI: Diagnosa SLKI: Tujuan Keperawatan SIKI: Intervensi


Keperawatan Keperawatan
Defisit Perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Perawatan
Diri (D.0109) selama :………………………………… Diri (I.11348)
Definisi Perawatan Diri (L.11103) Observasi
Tidak mampu 1=Menurun, 2=Cukup Menurun, Indetifikasi
melakukan atau 3=Sedang, 4=Cukup Meningkat, kebiasaan aktivitas
menyelesaikan 5=Meningkat perawatan diri sesuai
aktivitas perawatan diri Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 usia
Faktor Resiko Kemampuan Monitor tingkat
Gangguan mandi kemandirian
muskuloskeletal Kemampuan Identifikasi
Gangguan mengenakan kebutuhan alat bantu
neuromuskular pakaian kebersihan diri,
Kelemahan Kemampuan berpakaian, berhias,
makan dan makan
Gangguan
psikologis Kemampuan ke Terapeutik
dan/atau psikotik toilet Sediakan lingkungan
(BAB/BAK) yang terapeutik
Penurunan
motivasi/minat Verbalisasi (mis.suasana hangat,
keinginan rileks, privasi)
Infark miokard
melakukan Siapkan keperluan
akut
perawatan diri pribadi
Minat (mis.parfume, sikat
Kondisi Klinis
melakukan gigi, dan sabun
Terkait
perawatan diri mandi)
Stroke
Mempertahanka Dampingi dalam
Cedera medula
n kebersihan diri melakukan
spinalis
Mempertahanka perawatan diri
Depresi
n kebersihan sampai mandiri
Arthritis
mulut Fasilitasi untuk
reumatoid
menerima keadaan
Retardasi mental ketergantunagn
Delirium Fasilitasi
Demensia kemandirian, bantu
Gangguan jika tidak mampu
amnestik melakukan
Skizofrenia dan perawatan diri
gangguan Jadwalkan rutinitas
psikotik lain perawatan diri
Fungsi penilaian Edukasi
terganggu Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
SDKI: Diagnosa SLKI: Tujuan Keperawatan SIKI: Intervensi
Keperawatan Keperawatan
Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi
(D.0142) selama :………………………………… Observasi
Definisi Tingkat Infeksi (L.14137) Monitor tanda gejala
Beresiko mengalami 1=Menurun, 2=Cukup Menurun, infeksi lokal dan
peningkatan terserang 3=Sedang, 4=Cukup Meningkat, sistemik
organisme patogenik 5=Meningkat Terapeutik
Faktor Resiko Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 Batasi jumlah
Penyakit kronis Kebersihann pengunjung
tangan Berikan perawatan
Efek prosedur
invasif Kebersihan kulit pada daerah
badan enema
malnutrisi
Nafsu makan Cuci tangan sebelum
Peningkatan
paparan 1=Meningkat, 2=Cukup Meningkat, dan sesudah kontak
organisme 3=Sedang, 4=Cukup Menurun, dengan pasien dan
patogen 5=Menurun lingkungan pasien
lingkungan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 Pertahankan teknik
Ketidakadekuatan Demam antiseptik pada
pertahanan tubuh Kemerahan pasien beresiko
primer Nyeri tinggi
Ketidakadekuatan Bengkak Edukasi
pertahan tubuh vesikel Jelaskan tanda dan
sekunder Cairan berbau gejala infeksi
busuk Ajarkan cara
Kondisi Klinis Sputum memeriksa luka
Terkait berwarna Anjurkan
AIDS hijau meningkatkan
Luka bakar Drainase asupan cairan
PPOK purulen Kolaborasi
DM Piuna Kolaborasi
Tindakan invasif Periode pemberian imunisasi,
malaise jika perlu
Kondisi
penggunaan Periode
terapi steroid menggigil
Penyalahgunaan Letargi
obat Gangguan
KPSW kognitif
Kanker 1= Memburuk, 2=Cukup Memburuk,
Gagal ginjal 3=Sedang, 4=Cukup Membaik, 5=
Imunosupresi Membaik
Lymphedema Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
Leukositopenia Kadar sel
Gangguan fungsi darah putih
hati Kultur darah
Kultur urine
Kultur sputum
Kultur area
luka
Kultur feses
2.4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
2.4.5 Evaluasi
Merupakan penilaian perkembangan hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. MR : 35.01.71
Diagnosa Medis : Tumor Sygmoid
Tanggal Pengkajian : 5 Oktober 2020
3.1.2 Keluhan Utama : Keluarga klien mengatakan Ny. A mengalami penurunan
kesadaran dengan tingkat kesadaran E: 1 V: ETT (Endotracheal Tube) M: 2
3.1.3 Data Primer
1) Airway: Tidak Ada sumbatan jalan nafas.
2) Breathing: RR: 30x/menit, terdapat penggunaan otot napas tambahan,
irama napas tidak teratur, terpasang oksigen via ventilator dan SPO 2
95%.
3) Circulation: TD: 120/70 mm/Hg, Nadi: 105 x/menit, RR: 30x/menit S:
36,4oC, Spo2 95%, CRT < 2 detik, akral klien hangat.
4) Disability: GCS: E (1), V (ETT), M (2) = 3 dengan kesadaran Sopor,
Reaksi pupil +/+, reflek cahaya +/+, Besar pupil : 2/2 mm. Nilai
kekuatan otot ekstremitas ektermitas atas 2 2, ektermitas bawah 1 1
5) Exposure: Keadaan umum klien tampak berbaring terlentang,
terpasang monitor, terpasang ventilator, terpasang kateter, terpasang
infus di tangan sebelah kanan. Terdapat luka bekas post op
Laparatomy dengan panjang luka 12,5 cm dan terpasang drain di
bagian abdomen sebelah kiri.
3.1.4 Pasien masuk dengan triase prioritas 2 berwarna : Kuning
3.1.5 Data Sekunder
3.1.5.1 Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan Pada tanggal 29September 2020 Ny. A
mengeluh nyeri seluruh lapang perut dan tidak bisa BAB. Kemudian
oleh keluarga pasien di bawa ke IGD RSUD dr Murjani Sampit dan
dirujuk ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, di IGD pasien
diberikan tindakan pemasangan infus WiDA KN - 220 tpm,serta
dilakukan pemeriksaan radiologi CT Scan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan Ny. A tidak pernah masuk rumah sakit ataupun
sakit berat.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan “Di dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit keturunan maupun penyakit menular”.
3.1.6 Data Penunjang (Hasil EKG, Laboratorium, PenunjangLainnya)
Tabel 3.1 Pemeriksaa Laboratorium Tanggal 5 Oktober 2020
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. WBC 26,43x10^3/uL 4.50-11.00
2. HGB 10,6 g/dL <10.50-18.00
3. HCT 30,1% 37.0-48.0
4. PLT 185x10^3/uL 150-400
5. pH 7,52 7,35-7,45
6. pCO2 28mHg 35-45
7. pO2 215 mmHg 75-100
8. Na+ 141 mmol/L 35-148
9. K+ 2,4 mmol/L 3,5-5,3
10. Ca++ 0,35 mmol/L 0,98-1,2
11. HCO3 22,9 mmol/L 22-28
12. HCO3std 25,4 mmol/L
13. TCO2 23,8 mmol/L
14. BEecf 0,0 mmol/L
15. BE (B) 0,5 mmol/L -2 s/d +2
16. SO2c 100% 95-97

Pemeriksaa Radiologi Tanggal 26 September 2020


Kesan: USG hepatobillier lien kedua ginjal dan vesical urinaria normal, tak
tampak app akut. Penilaian usus lebih lanjut tak dapat dilakukan, udara usus
meningkat
Penatalaksanaan Medis Patologi
Kesimpulan: Adenocarcinoma moderately differentiated a/r Recto Sigmoid yang
telah menginfiltrasi sampai ke tunika muskularis propria (pT2 Nx Mx). Dan
sediaan ujung dekat dan ujung jauh bebas sel tumor.
Tabel 3.3 Pemeriksaa Laboratorium Tanggal 5 Oktober 2020
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1. Infus NaCl 0,9% 2000cc/ IV Memenuhi kebutuhan cairan
24 jam

2. Meropenem 2x1 gr IV Menghambat pertumbuhan atau


membunuh bakteri.
3. Metronidazole 3x500mg IV Menghambat dan menghentikan
pertumbuhan bakteri penyebab
infeksi.
4. Dompamin 5 IV Meningkatkan kekuatan pompa
mcg/kg/ jantung dan aliran darah ke ginjal.
meniy
5. Mecobelamin 3x1 IV Mengobati neuropati perifer.

6. Inf. Paracetamol 3x1 gr IV Meredakan Rasa Sakit Dan Demam

7. D40% 3x2 mg IV Sebagai sumber kalori dan


penggantian cairan.
8. Sp. Fentanyl 50 ml IV Meredakan rasa sakit/nyeri hebat

9. Omeprazole 8mg IV Mengatasi gangguan lambung

Palangka Raya, 5 Oktober 2020


Mahasiswa,

(Kelompok)
ANALISA DATA

DATA SUBJEKTIF DAN


PENYEBAB MASALAH
DATA OBJEKTIF
DS: - Peningkatan usaha napas Gangguan Ventilasi
DO: Spontan
- RR: 30x/m Penggunaan otot bantu
pernapasan
- Terdapat
penggunaan otot Ekspirasi dan inspirasi
napas tambahan tidak adekuat
- Terpasang ventilator
dengan FIO2 50% Gangguan ventilasi
dan mode ventilator
SIM V Gagal napas
- SPO2 95%
- Irama napas tidak
teratur
- Posisi semi fowler
- Tingkat kesadaran
klien Sopor
DS: - Infiltrasi Paru Gangguan Pertukaran
DO: Gas
- TTV: TD 125/75, N Sesak Napas
105x/menit mmHg
RR: 30x/m, S 36,4ᵒC Distres pernapasan

- Terdapat Pertukaran O2 dan CO2


penggunaan otot
terganggu
napas tambahan
- Terpasang ventilator
dengan FIO2 50% Hasil AGD Abnormal
dan mode ventilator
SIM V
- SPO2 95%
- Irama napas tidak
teratur
- Tingkat kesadaran
klien Sopor
- Hasil Pemeriksaan
AGD: Asidosis
Respiratorik Tanpa
Kompensasi
pH 7,52
pCO2 28
mmHg
pO2 215
mmHg
Na+ 141
mmol/L
K+ 2,4
mmol/L
Ca++ 0,35
mmol/L
HCO3 22,9
mmol/L
HCO3std 25,4
mmol/L
TCO2 23,8
mmol/L
Beecf 0,0
mmol/L
BE (B) 0,5
mmol/L
SO2c 100%
DS: - Gangguan neuromuskuler Defisit Perawatan Diri
DO: (ketidakmampuan sistem
- ADL dibantu total saraf & otot bekerja)
oleh keluarga dan
perawat Penurunan tingkat
- Klien hanya kesadaran
terbaring di tempat
tidur Tidak mampu melakukan
ADL
- Tingkat kesadaran
sopor
- Laken klien nampak
tidak rapi
- ADL hanya
dilakukan di tempat
tidur
- Klien terpasang
ventilator
DS: - Insisi pembedahan Risiko Infeksi
DO:
- Terdapat luka post Terdapat bekas luka
op Laparatomy operasi & drainase
- Panjang luka 12.5
cm Risiko Infeksi
- Terpasang drain di
bagian abdomen
sebelah kiri
- Tidak ada
munculnya tanda
infeksi seperti:
Dolor: Tidak ada
nyeri
Kalor: Tidak ada
rasa panas
Tumor: Tidak ada
pembengkakan
Rubor: Tidak ada
kemerahan
Fungsio Laesa:
Adanya luka post op
laparotomy dan
terdapat selang drain
dibagian abdomen
kiri
- Nilai WBC
26,43x10^3/uL
PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan


dibuktikan dengan irama napas tidak teratur, Terpasang ventilator dengan FIO2
50%dan mode ventilator SIM VCSPO2 95% dan RR 30x/menit.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi dibuktikan dengan hasil AGD yaitu asidosis respiratotik tanpa
kompensasi.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
dibuktikan dengan ADL dibantu total oleh keluarga dan perawat.
4. Risko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dibuktikan dengan terdapat
bekas luka post opLaparatomy dan terpasang selang kecil yang berfungsi
sebagai drainase pada perut.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau inspirasi meliputi pola 1. Mempertahankan kepatenan jalan
Spontan keperawatan 1x7 jam vetilasi napas. napas.
berhubungan dengan spontan meningkat dengan 2. Pertahankan kepatenan jalan 2. Membantu pengembangan paru
kelelahan otot kriteria hasil: napas, dengan memberikan dan mengurangi tekanan dari
pernapasan 1. Penggunaan otot bantu posisi semi fowler. abdomen pada diagframa.
3. Fasilitasi mengubah posisi 3. Mempermudah klien dalam
napas menurun
senyaman mungkin. mengubah posisi.
2. FiO2 (Fraksi inspirasi
oksigen memenuhin
kebutuhan)
3. Pola napas membaik.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tangga Tanda tangan
l Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam Nama Perawat
Senin, 5 Diagnosa 1 Senin, 5 Oktober 2020 Jam 14.00 WIB
Oktober 2020
S: -
07.00 WIB 1. Memantau inspirasi meliputi pola
napas. O:
07.15 WIB 2. Mempertahankan kepatenan jalan - RR:20x/m
napas, dengan memberikan posisi
- Terpasang ventilator dengan FIO2 50% dan
semi fowler.
07.20 WIB 3. Memfasilitasi mengubah posisi mode ventilator SIM V
senyaman mungkin. - SPO2 95% Kelompok
- Irama napas tidak teratur
- Posisi semi fowler
- Tingkat kesadaran klien Sopor

A: Masalah Gangguan ventilasi spontan belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3


RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas. 1. Mengetahui keadaan respirasi dan
Pertukaran Gas keperawatan 1x7 jam 2. Monitor nilai AGD. status oksigen yang dibutuhkan
berhubungan dengan pertukaran gas tidak 3. Kolaborasi dalam pemberian klien.
ketidakseimbangan terganggu dengan kriteria terapi O2 menggunakan 2. Mengumpulkan dan menganalisis
ventilasi perfusi hasil: ventilator. data untuk memastikan nilai kadar
1. PH arteri dalam batas asam dan basa dalam darah.
normal (7.35-7.45) 3. Memenuhi kebutuhan oksigen paru
2. PCO2 dalam batas normal dan jaringan.
(38-42)
3. PO2 dalam batas normal
(80-100)
4. Pola napas membaik.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tangga Tanda tangan
l Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam Nama Perawat
Senin, 5 Diagnosa 2 Senin, 5 Oktober 2020 Jam 14.00 WIB
Oktober 2020
S: -
07.00 WIB 1. Menonitor pola napas.
07.00 WIB 2. Memonitor nilai AGD. O:
07.10 WIB 3. Berkolaborasi dalam pemberian terapi - Irama: tidak teratur
O2 menggunakan ventilator. - Kedalaman Napas: Dalam
- Terdapat penggunaan otot bantu pernapasan
- Terpasang oksigen melalui ventilator
- Hasil TTV
TD: 100/60 mmHg, N: 120x/m, RR: 29x/m,
S: 36oC,
Kelompok
SPO2: 95%,
- Hasil pemeriksaan Analisa gas darah
menandakan adanya asidosis respiratorik tanpa
kompensasi
- PH 7,52
- PCO2 28 mmHg
- PO2 215 mmHg
- HCO3 22,9 mmol/L
- SO2 100%

A: Masalah Gangguan Pertukaran Gas belum Teratasi


P: Lanjutkan Intervensi 1, 2, 3
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan tindakan personal 1. Menjaga kebersihan diri klien dan
diri berhubungan keperawatan 1x7 jam hygiene. membuat klien merasa nyaman.
dengan gangguan diharapkan perawatan diri 2. Lakukan bed making pada 2. Menjaga kebersihan lingkungan
kasur klien. klien.
neuromuskuler meningkat, dengan kriteria
3. Anjurkan kepada keluarga untuk 3. Peran keluarga sangat penting
hasil: menjaga kebersihan diri dan dalam membantu menjaga
1. Mempertahankan lingkungan klien. kebersihan diri dan merawat klien.
kebersihan diri meningkat
2. Kemampuan makan
meningkat
3. Verbalisasi keinginan
melakukan perawatan diri
meningkat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tangga Tanda tangan
l Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam Nama Perawat
Senin, 5 Diagnosa 3 Senin, 5 Oktober 2020 Jam 14.00 WIB
Oktober 2020
S: Keluarga mengatakan akan menjaga kebersihan diri
08.00 WIB 1. Melakukan tindakan personal dan lingkungan klien
hygiene.
08.30 WIB 2. Melakukan bed making pada kasur O:
klien. - Klien Nampak rapi dan bersih
09.00 WIB 3. Menganjurkan kepada keluarga - ADL dibantu total oleh keluarga dan perawat
untuk menjaga kebersihan diri dan
- Klien hanya terbaring di tempat tidur
lingkungan klien.
- Tingkat kesadaran sopor Kelompok
- Laken klien rapid an bersih
- ADL hanya dilakukan di tempat tidur
- Klien terpasang ventilator
- Klien belum mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri

A: Masalah deficit perawatan diri teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3


RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui tanda dan gejala
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 infeksi munculnya infeksi agar cepat
tindakan invasif jam diharapakan derajat 2. Monitor jumlah, warna dan dicegah dan ditangani.
(insisi post konsistensi drainase selang 2. Mengetahui jumlah, warna dan
infeksi menurun dengan
pembedahan) 3. Monitor kulit di sekitar insersi konsistensi drainase selang
kriteria hasil: selang (mis. Kemerahan dan 3. Mengetahui tanda dan gejala
1. Bebas dari tanda-tanda kerusakan kulit) munculnya infeksi agar cepat
munculnya infeksi 4. Pertahankan teknik aseptik. dicegah dan ditangani.
Kolor (panas), tumor 5. Informasikan pada klien dan 4. Teknik aseptik mencegah tranmisi
(bengkak), dolor (nyeri), keluarga untuk cuci tangan bakteri ke daerah bekas
rubor ( memerah) dan sebelum dan sesudah kontak pembedahan.
functio laesa (daya dengan klien dan lingkungan 5. Mencegah transmisi bakteri dari
pergerakan menurun) klien. keluarga ke klien dan sebaliknya.
2. Kadar sel darah putih 6. Kolaborasi dengan dokter 6. Menghambat dan menghentikan
menurun (Dalam batas dalam pemberian antibiotik pertumbuhan bakteri penyebab
normal) dan pemeriksaan laboratorium. infeksi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tangga Tanda tangan
l Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam Nama Perawat
Senin, 5 Diagnosa 4 Senin, 5 Oktober 2020 Jam 14.00 WIB Kelompok
Oktober 2020
S: Keluarga klien mengatakan akan selalu mencuci
07.00 WIB 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien dan
07.15 WIB 2. Memonitor jumlah, warna dan lingkungan klien.
konsistensi drainase selang
07.200 WIB 3. Memonitor kulit di sekitar insersi O:
selang (mis. Kemerahan dan - Terdapat luka post op Laparatomy dengan
kerusakan kulit) tertutup perban
07.00 WIB 4. Mempertahankan teknik aseptik.
11.00 WIB 5. Menginformasikan pada klien dan - Panjang luka 12.5 cm
keluarga untuk cuci tangan sebelum - Terpasang selang kecil yang berfungsi sebagai
dan sesudah kontak dengan klien dan drainase di bagian abdomen sebelah kiri
lingkungan klien. - Cairan yang keluar melalui selang drainase
15.00 WIB 6. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik dan pemeriksaan sebanyak 400 cc
laboratorium. - Nilai WBC 26,43x10^3/uL
Obat Metronidazole 500 mg per IV - Luka jahitan Nampak kering
- Pemberian obat antibiotic Metronidazole 500 mg
per IV
- Tidak ada munculnya tanda infeksi seperti:
Dolor: Tidak ada nyeri
Kalor: Tidak ada rasa panas
Tumor: Tidak ada pembengkakan Rubor: Tidak
ada kemerahan
Fungsio Laesa: Adanya luka post op laparotomy
dan terdapat selang drain di bagian abdomen kiri

A: Masalah Risiko infeksi belum tertasi

P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6


BAB 4
PEMBAHASAN

Proses perawatan ini merupakan rangkaian pengelolaan masalah dengan cermat


untuk diidentifikasi bagaimana pemecahan dari masalah–masalah yang ditemukan
dalam rangka memenuhi kebutuhan kesehatan serta keperawatan klien, dalam
pembahasan ini di uraikan kesenjangan antara konsep atau teori mengenai asuhan
keperawatan pada Tn. Hakan dibahas berdasarkan tahap proses kesehatan yaitu:
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Dari hasil pengkajian di depatkan beberapa masalah pada klien diantaranya
klien mengalami penurunan kesadaran, terdapat penggunaan otot napas tambahan,
irama napas tidak teratur, terpasang oksigen via ventilator, terdapat luka bekas
operasi Laparatomy dan terpasang selang kecil yang berfungsi sebagai drainase
dibagian abdomen sebelah kiri. Klien mengalami ketidakmampuan bernapas secara
adekuat sehingga klien dipasangkan alat bantu napas yaitu ventilator. Klien berbaring
di tempat tidur, dengan hasil tanda-tanda vital, RR30x/menit TD: 125/75
mm/Hg,Nadi: 105 x/menit,S: 36,4oC, Spo2 95%, CRT >2 detik, akral klien hangat.
Berdasarkan teori pengkajian yang didapatkan pada pasien dengan tumor
sigmoid informasi tentang perasaan lelah, adanya nyeri abdomen atau rektal dan
karakteristiknya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi),
pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan konsistensi
fese mencakup adanya darah dan mucus, serta terapi obat saat ini. Dari hasil
pengkajian didapatkan kesenjangan antara fakta dan teori.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan
dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung gugat perawatan.
Berdasarkan hasil selama pengkajian pada Ny. A didapatkan 4 (Empat)
diagnosa keperawatan yang muncul ialah :
1) Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
4) Risko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
Berdasarkan teori diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
Tumor Sygmoid ialah:
1) Gangguan integritas kulit
2) Gangguan ventilasi spontan
3) Defisit perawatan diri
4) Resiko infeksi
Dari hasil diagnosa keperawatan tentang Tumor Sygmoid. Didapatkan
kesamaan antara fakta dan teori.

4.3 Perencanaan
Rencana keperawatan diartikan sebagai suatu kondisi dokumentasi tulisan
tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi rencana keperawatan
pada pasien.
Berdasarkan fakta diagnosa keperawatan pada Ny. A, intervensi yang
ditegakkan berdasarkan buku panduan SIKI ialah:
1) Pemantauan respirasi
2) Manajemen jalan napas
3) Terapi oksigen
4) Pengaturan posisi
5) Dukungan ventilasi
6) Perawatan intergritas kulit
7) Dukungan perawatan diri
Berdasarkan teori intervensi yang muncul pada pasien dengan Tumor Sygmoid
ialah: pemantauan respirasi, manajemen jalan napas, terapi oksigen, pengaturan
posisi, dukungan ventilasi, perawatan intergritas kulit dan dukungan perawatan
diri .Dari hasil rencana keperawatan tentang Tumor Sygmoid. Di dapatkan kesamaan
antara fakta dan teori

4.4 Pelaksanaan
Pada kasus Ny. Apenatalaksanaan asuhan keperawatan dikelola sesuai rencana
keperawatan yang telah disusun, berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian
obat. Faktor pendukung dalam penatalaksanaan keperawatan adalah kerjasama
pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan. Pada kasus Ny.A untuk
keempat dari diagnose keperawatan dan semua intervensi yang dilakukam kepada Ny.
A selama 1x7 Jam belum teratasi, sehingga melanjutkan intervensi yang sudah
ditetapkan.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Pada kasus Ny. A didapatkan dari hasil pengkajian dengan diagnosa medis Post
op Laparatomy a/i Tumor sygmoidmengalami penurunan kesadaran, terdapat
penggunaan otot napas tambahan, irama napas tidak teratur, terpasang oksigen via
ventilator, terdapat luka bekas operasi Laparatomy dan terpasang selang kecil yang
berfungsi sebagai drainase dibagian abdomen sebelah kiri. Klien mengalami
ketidakmampuan bernapas secara adekuat sehingga klien dipasangkan alat bantu
napas yaitu ventilator. Masalah keperawatan yang timbul yaitu, Gangguan ventilasi
spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan, Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi, Defisit perawatan diri
berhubungan dengan gangguan neuromuskulerdan Risko infeksi berhubungan dengan
tindakan invasif.Maka tindakan yang dilakukan seperti monitor pola napas, monitor
kepatenan jalan napas, pemberian oksigenasi, pemenuhan ADL dan perawatan luka
secara steril sertakolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan selama 1x7jam, klien masih
mengalami penurunan kesadaran, kelemahan, dan pemenuhan ADL dibantu penuh
oleh keluarga dan perawat. Jadi untuk masalah keperawatan semua diganosa belum
teratasi dan intervensi dilanjutkan.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan keperawatan
kritis pada klien dengan diagnosa medis Post Laparatomy a/i Tumor Sygmoid. Dalam
melakukan Asuhan Keperawatan yang paling penting adalah membina hubungan
saling percaya dengan klien.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah wawasan pembaca terutama untuk mahasiswa sebagai
masukan informasi tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Post Laparatomy a/i Tumor Sygmoid yang telah dilakukan oleh penulis dapat kiranya
menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dari pendidikan dalam mencetak sarjana
yang profesional dalam bidangnya
5.2.3 Bagi Rumah Sakit
Sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan
program pelayanan asuhan keperawatan kritis pada klien dengan diagnosa medis
Post Laparatomy a/i Tumor Sygmoid.
5.2.4 Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa dalam menghadapi kasus yang sama dapat memberikan
asuhan keperawatan yang lebih baik bagi klien yang mengalami diagnosa medis Post
Laparatomy a/i Tumor Sygmoid.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Murdani.2006.Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam


edisi IV jilid I.FKUI : Jakarta

Brunner dan Suddarth.2001.Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2. Jakarta:


EGC

Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E.2013.Nursing Outcomes


Classification (NOC).5th Edition. Singapore

Price & Wilson.2012.Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. Jakarta :


EGC.

Schein, Philips.2000.Onkologi Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan. Binarupa


Aksara : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai