Anda di halaman 1dari 12

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Di susunoleh :

Kelompok 3
Adinda Arnelita N (5180211020)

Brian Setio N (5180211031)

Elvina Marviolina L (5180211034)

Dita Febriyanti (5180211027)

Satya Kurnia Ardhana (5180211026)

Yogi isyamahendra (5180211035)

Manajemen A

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,

Kami panjatkan puja dan puji syukuratas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

tentang hokum riba dalam islam.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah agama islam tentang

hokum riba dalam ekonomi islam ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun

cara penulisannya. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun daripembaca demi kesempurnaan makalahini.

Yogyakarta,

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................4
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN..........................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN RIBA......................................................................................................................5
B. MACAM-MACAM RIBA...............................................................................................................5
C. PENYEBAB DIHARAMKANNYA RIBA...........................................................................................6
D. JENIS-JENIS RIBA........................................................................................................................7
E. LARANGAN-LARANGAN RIBA DALAM AL-QUR’AN DAN AL-SUNNAH.........................................8
BAB III..............................................................................................................................................12
PENUTUP.........................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku riba ternyata telah membudaya.Kurangnya


pengetahuan tentang riba dan sebab diharamkannya riba padahal dosa bagi pelaku riba
itu sangat besar tetapi manusia zaman sekarang seolah-olah riba itu merupakan hal
biasa dan lumrah.
Sejak datangnya Islam di masa Rasullullah saw. Islam telah melarang adanya riba,
Allah SWT melarang riba secara bertahap.Allah SWT melaknat hamba-hambanya bagi
yang melakukan perbuatan riba.Perlu adanya pemahaman yang luas, agar tidak
terjerumus dalam Riba.Karena Riba menyebabkan tidak terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh.

1.2 RUMUSAN MASALAH

2. Apakah pengertian riba?


3. Apa saja macam-macam riba?
4. Apa penyebab diharamkannya riba?
5. Apa saja jenis-jenis riba?
6. Larangan-larangan riba dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian riba.


2. Untuk mengetahui macam-macam riba.
3. Dapat mengetahui penyebab diharamkannya riba
4. Untuk mengetahui jenis-jenis riba.
5. Dapat memahami larangan-larangan riba dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RIBA
Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada
peminjam.Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain,
secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah
teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.Ada
beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, tetapi secara umum terdapat benang merah
yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-
beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalat
dalam Islam.

B. MACAM-MACAM RIBA
1) Riba Fadli
Riba fadli ialah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya.
2) Riba Qardi
Riba qardi ialah pinjam meminjam uang atau barang dengan syarat harus memberi
kelebihan saat mengembalikannya.
3) Riba Yadi
Riba yadi ialah akad jual beli barang sejenis yang sama timbangan nya, namun
penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.
4) Riba Nasi’ah
Riba nasi'ah ialah akad jual beli dengan penyerahan barang beberapa waktu
kemudian.

5) Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah ialah riba karena adanya hutang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena
peminjam tidak mampu melunasi hutangnya setelah jatuh tempo.Ketidakmampuan
mengembalikan hutang ini kemudian dimanfaatkan oleh orang tersebut (kreditur) untuk
mengambil keuntungan.
Menurut para ulama kelima macam jenis riba tersebut adalah haram berdasarkan nash
Alquran dan Hadits Nabi.

C. PENYEBAB DIHARAMKANNYA RIBA


Ada banyak sekali alasan mengapa praktek riba diharamkan, beberapa diantaranya ialah
sebagai berikut:
Riba itu mengharuskan orang yang mengambil harta orang lain tanpa ganti. Sebab
orang yang menjual satu dirham dengan dua dirham misalnya, baik dengan cara kontan
atau kredit maka dia telah mendapat tambahan satu dirham tanpa ada pengganti. Ini
adalah haram.
Diharamkan riba karena menghambat manusia untuk usaha dagang. Karena kalau
pemilik uang mendapat kesempatan mendapatkan akad riba, menjadi mudahlah baginya
mengeruk keuntungan tanpa susah payah. Ini akan membuat terhentinya manfaat-
manfaat manusia dengan adanya perdagangan dan mencari keuntungan.
Riba menyebabkan adanya berbuat kebajikan di antara sesama manusia dengan hutang
piutang menjadi hilang. Tetapi setelah diharamkan riba jiwa-jiwa manusia ini akan
dengan senang hati memberi hutang uang kepada orang yang menghajatkan, dan anya
mengambil kembali dengan jumlah yang sama karena menginginkan pahala dari Allah
swt.
Keharaman riba telah ditetapkan oleh dalil Nash, dan tidak semua hukum yang
ditentukan Allah harus diketahui hikmahnya bagi manusia.Jadi wajib ditegaskan
tentang keharaman riba walaupun kita belum mengetahui segi hikmahnya.Ini adalah
suatu penegasan bahwa dalil Nash membatalkan dalil qiyas.Karena dalil Nash itu
menentukan bahwa yang dihalalkan atau diharamkan Allah adalah sebagai dalil atas
batalnya qiyas para ulama.

D. JENIS-JENIS RIBA
Para ulama mengatakan bahwa riba itu terjadi dalam dua faktor yaitu:
1) Riba yang terjadi dalam hutang piutang
Contohnya:
Misal si Ani meminjam uang sebesar 50 juta pada Budi dengan janji akan dikembalikan
dalam waktu 2 tahun. Setelah terjadinya akad, maka si Ani harus mengembalikan uang
si Budi dengan tambahan bunga 15%.Nah yang dimaksud riba disini ialah uang dari
hasil 15 % peminjaman tersebut dan haram untuk dimakan.
Begitu juga apabila dalam akad utang piutang terjadi kesepakatan jika seseorang
melunasi tepat waktu maka tidak dikenai denda berupa bunga, namun apabila tidak bisa
melunasinya maka akan dikenai denda berupa bunga. Perbuatan yang demikian
termasuk riba jahiliyah karena banyak diterapkan di jaman dahulu sebelum islam.

2) Riba yang terjadi dalam hal jual beli.


Contohnya:
Misalya si Ani membeli sepeda motor pada Budi secara kredit. Nah dalam kesepakatan
mereka harus lunas dalam waktu 5 tahun pengangsuran. Namun ternyata si Ani tidak
mampu untuk melunasinya, maka si Budi menetapkan perpanjangan kredit dengan
aturan akan dikenai denda 10%. Jadi yang demikian itu merupakan contoh riba dalam
jual beli.
Contoh lain misanya si Ani membeli sebuah handphone kepada si Budi dalam kondisi baru,
dan ternyata si Budi memberikan keringanan angsuran kredit selama 5 bulan, namun
jika dalam rentang waktu 5 bulan ternyata angsuran juga belum lunas, maka si Budi
juga akan memberlakukan denda 5% dari harga handphone tersebut kepada si Ani.
Tentu hal seperti ini akan memberatkan bagi si Ani. Dan dalam islam kesepakatan
seperti ini tidak di anjurkan karena merupakan riba.

E. LARANGAN-LARANGAN RIBA DALAM AL-QUR’AN DAN AL-SUNNAH


a. Larangan riba dalam Al-Qur’an
Surah Al-Imron ayat 30
۟ ُ‫ض َعفَ ۭةً ۖ َوٱتَّق‬
َ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ َ ٰ ‫وا ٱل ِّربَ ٰ ٓو ۟ا أَضْ ٰ َع ۭفًا ُّم‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا اَل تَأْ ُكل‬
َ
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Surah An-Nisa Ayat 161
‫اس بِ ۡٱل ٰبَ ِط ۚ ِل َوأَ ۡعت َۡدنَا لِ ۡل ٰ َكفِ ِرينَ ِم ۡنهُمۡ َع َذابًا أَلِ ٗيما‬
ِ َّ‫ُوا ع َۡنهُ َوأَ ۡكلِ ِهمۡ أَمۡ ٰ َو َل ٱلن‬
ْ ‫َوأَ ۡخ ِذ ِه ُم ٱل ِّربَ ٰو ْا َوقَ ۡد نُه‬
Artinya: “dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu
siksa yang pedih.”

Surah Ar-Ruum ayat 39


ٓ
‫ُوا ِعن َد ٱهَّلل ۖ ِ َو َمٓا َءات َۡيتُم ِّمن زَ َك ٰو ٖة تُ ِري ُدونَ َو ۡجهَ ٱهَّلل ِ فَأُوْ ٰلَئِكَ هُ ُم‬
ْ ‫اس فَاَل يَ ۡرب‬
ِ َّ‫َو َمٓا َءات َۡيتُم ِّمن رِّبٗ ا لِّيَ ۡربُ َو ْا فِ ٓي أَمۡ ٰ َو ِل ٱلن‬
َ‫ض ِعفُون‬ ۡ ‫ۡٱل ُم‬

Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”

Surah Al-Baqarah Ayat 275- 278

ۗ ۚ ‫ٱلَّ ِذينَ يَ ۡأ ُكلُونَ ٱل ِّربَ ٰو ْا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َكما يَقُو ُم ٱلَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ٱل َّش ۡي ٰطَنُ ِمنَ ۡٱلم‬
ُ ‫ك بِأَنَّهُمۡ قَالُ ٓو ْا إِنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل ٱل ِّربَ ٰو ْا َوأَ َح َّل ٱهَّلل‬َ ِ‫سِّ ٰ َذل‬ َ َ
ٓ
ۡ َ‫ة ِّمن َّربِّ ِهۦ فَٱنتَهَ ٰى فَلَ ۥهُ َما َسلَفَ َوأَمۡ ُر ٓۥهُ إِلَى ٱهَّلل ۖ ِ َو َم ۡن عَا َد فَأُوْ ٰلَئِكَ أ‬ٞ َ‫ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم ٱل ِّربَ ٰو ۚ ْا فَ َمن َجٓا َء ۥهُ َم ۡو ِعظ‬
ِ ۖ َّ‫ص ٰ َحبُ ٱلن‬
ۡ‫ار هُم‬
ْ ُ‫وا َو َع ِمل‬
‫وا‬ ْ ُ‫ إِ َّن ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬٢٧٦ ‫ار أَثِ ٍيم‬ ِ ۗ َ‫ص َد ٰق‬
ٍ َّ‫ت َوٱهَّلل ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬ ُ ‫ يَمۡ َح‬٢٧٥ َ‫فِيهَا ٰ َخلِ ُدون‬
َّ ‫ق ٱهَّلل ُ ٱل ِّربَ ٰو ْا َوي ُۡربِي ٱل‬
َ‫ ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذين‬٢٧٧ َ‫ف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُمۡ يَ ۡح َزنُون‬ ٌ ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتَ ُو ْا ٱل َّز َك ٰوةَ لَهُمۡ أَ ۡج ُرهُمۡ ِعن َد َربِّ ِهمۡ َواَل خَ ۡو‬ ْ ‫ت َوأَقَا ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ َّ ٰ ‫ٱل‬
ِ ‫صلِ ٰ َح‬
٢٧٨ َ‫ُوا َما بَقِ َي ِمنَ ٱل ِّربَ ٰ ٓو ْا إِن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمنِين‬
ْ ‫وا ٱهَّلل َ َو َذر‬
ْ ُ‫وا ٱتَّق‬
ْ ُ‫َءا َمن‬
Artinya:
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya

276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa

277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman

Surah Al-Baqarah ayat 287


َ‫ُوا َما بَقِ َي ِمنَ ٱل ِّربَ ٰ ٓو ْا إِن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمنِين‬
ْ ‫وا ٱهَّلل َ َو َذر‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫وا ٱتَّق‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”

b. Larangan riba dalam Al-Sunnah


‫صلَّى‬
َ ِ ‫ال إِ َّن َرسُو َل هَّللا‬َ َ‫ت فَ َسأ َ ْلتُهُ ع َْن َذلِكَ ق‬ْ ‫ْت أَبِي ا ْشتَ َرى َحجَّا ًما فَأ َ َم َر بِ َم َحا ِج ِم ِه فَ ُك ِس َر‬ ُ ‫أَ ْخبَ َرنِي عَوْ نُ بْنُ أَبِي جُ َح ْيفَةَ قَا َل َرأَي‬
َ‫ب األَ َم ِة َولَ َعنَ ْال َوا ِش َمةَ َو ْال ُم ْستَوْ ِش َمةَ َوآ ِك َل ال ِّربَا َو ُمو ِكلَهُ َولَ َعن‬ ِ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهَى ع َْن ثَ َم ِن ال َّد ِم َوثَ َم ِن ْال َك ْل‬
ِ ‫ب َو َك ْس‬
َ ‫ْال ُم‬
‫ص ِّو َر‬
Diriwayatkan oleh Aun bin Abi Juhaifa, “Ayahku membeli seorang budak yang
pekerjaannya membekam (mengeluarkan darah kotor dari tubuh), ayahku kemudian
memusnahkan peralatan bekam si budak tersebut. Aku bertanya kepada ayah mengapa
beliau melakukannya. Ayahku menjawab, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam melarang untuk menerima uang dari transaksi darah, anjing, dan kasab budak
perempuan, beliau juga melaknat pekerjaan pembuat tato dan yang minta ditato,
menerima dan memberi riba serta beliau melaknat para pembuat gambar.” (Shahih al-
Bukhari no. 2084 kitab Al-Buyu’)

‫ب‬ َّ ‫ض ِة َو‬
ِ َ‫الذه‬ َّ ِ‫ض ِة بِ ْالف‬
َّ ِ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َِن ْالف‬ َ َ‫ضي هَّللا َع ْنهم ق‬
َ ‫ال نَهَى النَّبِ ُّي‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َع ْبدُالرَّحْ َم ِن بْنُ أَبِي بَ ْك َرةَ ع َْن أَبِي ِه َر‬
‫ب َك ْيفَ ِش ْئنَا‬ ِ َ‫الذه‬َّ ِ‫ضةَ ب‬ َّ ِ‫ض ِة َك ْيفَ ِش ْئنَا َو ْالف‬ َّ ِ‫َب بِ ْالف‬ َّ ‫ب إِال َس َوا ًء بِ َس َوا ٍء َوأَ َم َرنَا أَ ْن نَ ْبتَا َع‬
َ ‫الذه‬ َّ ِ‫ب‬
ِ َ‫الذه‬
Diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Bakr bahwa ayahnya berkata, “Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang penjualan emas dengan emas dan perak dengan
perak kecuali sama beratnya, dan membolehkan kita menjual emas dengan perak dan
begitu juga sebaliknya sesuai dengan keinginan kita." (Shahih al-Bukhari no. 2034,
kitab Al-Buyu’)

‫ض ِة َو ْالبُرُّ بِ ْالبُرِّ َوال َّش ِعي ُر‬


َّ ِ‫ضةُ بِ ْالف‬
َّ ِ‫ب َو ْالف‬
ِ َ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ال َّذهَبُ بِال َّذه‬ َ ِ ‫ي قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ِّ ‫ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِر‬
‫ح ِم ْثال بِ ِم ْث ٍل يَدًا بِيَ ٍد فَ َم ْن زَ ا َد أَ ِو ا ْستَزَ ا َد فَقَ ْد أَرْ بَى اآل ِخ ُذ َو ْال ُم ْع ِطي فِي ِه َس َوا ٌء‬
ِ ‫ير َوالتَّ ْم ُر بِالتَّ ْم ِر َو ْال ِم ْل ُح بِ ْال ِم ْل‬
ِ ‫بِال َّش ِع‬
Diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam, bayaran
harus dari tangan ke tangan (cash). Barangsiapa memberi tambahan atau meminta
tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan denga riba. Penerima dan pemberi
statusnya sama (berdosa)." (Shahih Muslim no. 2971, dalam kitab Al-Masaqqah)

َ َ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم آ ِك َل ال ِّربَا َو ُم ْؤ ِكلَهُ َو َكاتِبَهُ َو َشا ِه َد ْي ِه َوق‬


‫ال هُ ْم َس َوا ٌء‬ َ ِ ‫ع َْن َجابِ ٍر قَا َل لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا‬
Jabir berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutuk orang yang
menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang mencatatnya, dan dua orang
saksinya, kemudian beliau bersabda, "Mereka itu semuanya sama." (Shahih Muslim no.
2995, kitab Al-Masaqqah).

ُ‫ الرِّبا َ ثَالَثَةٌ َو َس ْبعُوْ نَ بَابا ً أَ ْي َس ُرهَا ِم ْث ُل أَ ْن يَ ْن ِك َح ال َّر ُج ُل أُ َّمه‬:‫ي قَا َل‬


َّ ِ‫َر َوى ْال َحا ِك ُم َع ِن اب ْْن َم ْسعُوْ د أَ َّن النَّب‬
Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas`ud, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: “Riba itu mempunyai 73 pintu (tingkatan), yang paling rendah (dosanya)
sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan ibunya!”
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kita sebagai umat muslim sangat dilarang memakan uang hasil riba, karena riba itu
haram dan sudah dijelaskan didalam al-qur’an. Dan riba memiliki efek yang sangat
buruk bagi kehidupan yaitu membuat kita tidak tenang dan rezeki dipersulit. Untuk itu
mari jauhi riba dalam bertransaksi dikehidupan ini.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Riba
http://www.akidahislam.com/2017/04/pengertian-hukum-jenis-dan-macam-macam.html
http://fiqihislam.id/2017/11/sebab-sebab-diharamkannya-riba.html
https://www.coretanzone.id/2017/11/ayat-ayat-al-quran-tentang-larangan-riba.html
http://pondokjamil.atturots.or.id/berita-larangan-riba-dari-al-quran-dan-al-hadits.html

Anda mungkin juga menyukai