Anda di halaman 1dari 44

A.

PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk:
 Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam.
 Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
dernikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus
lama.
 Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan k1inik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru 1ahir
Persalinan tidak selalu berjalan dengan normal. Oleh karena itu pada saat
memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus
waspada terhadap masalah yang mungkin terjadi. Selain itu, deteksi dini
penyulit persalinan juga tidak kalah pentingnya demi kesuksesan dan
kelancaran jalannya proses kelahiran.
Menurut depkes RI (2004) partograf harus digunakan :
1.      Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elmen penting
asuhan  persalinan. partograf harus di gunakan, baik ataupun adanya penyulit.
2.      Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, menevaluasi
dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai
dengan penyulit.
3.      Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, DLL).
4.      Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada
ibu sekama pesalinan dan kelahiran ( dr. spesialis obstetric ginekologi, bidan,
dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteron).

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinnya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga mecegah terjadinya
penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Mencatat temuan pada partograf :


1. Informasi Tentang Ibu
Melengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai
asuhan persalinan meliputi; nama, umur, gravida para dan abortus,
nomor RM, tanggal dan waktu dirawat, waktu pecahnya ketuban.
2. Kesehatan Dan Kenyamanan Janin
a. DJJ
DJJ dicatat setiap 30 sekali (lebih sering jika ada kegawatdaruratan).
Kisaran normal DJJ terpapa pada partograf diantara garis tebal angka
180 -“ 100, tetapi harus waspada bila DJJ dibawah 120 atau diatas
160.
b. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan PD dan nilai warna air
ketubanjika selaput ketuban pecah.
 U : Ketuban utuh ( belum pecah )
 J : ketuban sudah pecah dan ai ketuban jernih
 M :ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium
 D :air ketunan sudah pecah dan bercampur darah
 K : ketuban sudah pecah dan air ketuban tidak ada ( kering)
c. Molase ( penyusupan kepala janin )
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala
yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan
adanya  Chepalo Pelvic Disporportion (CPD). Ketidakmampuan akomodasi
akan benar – benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak
dapat di pusahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting
sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan.
Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu tangan tanda –
tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Gunakan lambing lambing berikut :
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
di    palpasi.
1 : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
di  pisahkan.
3 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak dapat
dipisahkan
3. Kemajuan Persalinan
Menurut Depkes (2004), kolom dan lajr kedua pada partograf adalah untuk
pencatatan kemajuan persalinan.
a. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian pemeriksaan
fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih
sering di lakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase
aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan.
Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang sesuai dengan jalur besarnya
pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan
dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di garis
waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh
(tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian fisik bab ini.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering
jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya di ikuti
dengan turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks sebesar & cm.
c. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 jam cm dan
berakhir pada titik dimana pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase
aktif persalinan harus di mulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per
jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif
yang memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan
intervensi yang di perlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitaskesehatan
rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan
kegawat daruratan obsetetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis
waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan
serviks berada di sebelah kanan bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan
sebelum garis bertindak terlampui.
4. Jam dan waktu
1) Waktu mulainya fase aktif persalinan
Dibagian bawah partograf ( pembukaan servik dan penurunan )
tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. setiap kotak
menyatakan waktu 1 jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif tertera
kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan.
5. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus dicatat setiap 30 menit dengan melakukan palpasi.
Untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik. Kemajuan
persalinan dikatakan cukup baik jika kontraksi teratur dan progresif
dengan peningkatan frekuaensi dan durasi. Tetapi jika kontraksinya
tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten dapat menyebabkan
persalinan lama .
6. Obat – obatan
1) Oksitosin
Jika tetesan atau drip oksitosin sudah dimulai dokumentasikan
setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per
volume cairan IV dan dalam satuan tetsan permenit.
2) Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
1) nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
- nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan. Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin dia dalam
keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup
melalui oral atau IV dan berikan analgesik secukupnya
- nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan. Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya
perdarahan.
- Nilai dan catat suhu ibu ) lebih sering jika meningkat, atau
dianggap adanya infeksi ) setiap 2 jam.
2) Volume urine, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya 2 jam (setiap
kali ibu berkemih ) lakukan pemeriksaan adanya aseton atau
protein dalam urine setiap ibu berkemih. Jika terdapat aseton
dalam urin ibu dicurigai masukan nutrisi yang kurang, segera
berikan dextros.
8. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lain.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi
luar kolom partograf atau buat catatan terpisah kemajuan persalinan.

9. Penggunaan Partograf
1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen
penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa
ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan
dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik
persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3) Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan
bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu,
juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan
jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
10. Tujuan Partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu
penolong persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan.
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit.
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu

11. Monitor Pada Partograf


a. Frekuensi denyut jantung janin
b. Normal antara 120-160 kali per menit.
Laporan dengan memberi tanda pada form grafik sesuai frekuensi
jantung pada garis waktu.
c. Selaput / cairan ketuban
d. Dinilai apakah selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, jika
sudah pecah dan keluar dinilai warna cairan ketubannya.
Kode dengan huruf dalam lingkaran. (u) atau (+) : selaput ketuban utuh
(-) : selaput ketuban pecah / tidak teraba Warna cairan : jernih (J), hijau
(H), merah (M) Jika kering/tidak ada cairan : huruf (K).
e. Moulage kepala janin
f. Diraba fisura antara tulang-tulang kepala, dilaporkan dalam
angka (+1) sampai (+4) menurut derajatnya, atau bila tidak ada
moulage, beri tanda (-).
A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42
minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Appearance menangis kuat.
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau Color, Pulse, Gremace,
Activity,Respiration (APGAR) > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti,
2010).
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Beralih
dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi (Rukiyah dan
Yulianti, 2010).

2. Tanda-tanda bayi baru lahir normal


Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa antara lain
Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merah-merahan, Pulse (heart rate)
atau frekuensi jantung > 100x/menit, Gremace (reaksi terhadap rangsangan),
menangis atau batur/bersin, Activity (tonus otot), gerak aktif, Respiration (usaha
napas), bayi terlalu ingin (kurang dari 36°C). Segera setelah lahir, letakan bayi diatas
kain yang bersih dan kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu.Apabila tali pusat
pendek, maka letakan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut
dalam keadaan bersih dan kering. Segara lakukan penilaian awal pada bayi baru
lahir antara lain :
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
c. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis ?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat, bergerak
aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian tidak ada pada bayi,
bayi tidak dikatakan lahirnormal/fisiologis (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Pada saat
diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak
terlihat tanda-tanda infeksi pada talipusat seperti, tali pusat merah, bengkak, keluar
cairan, bau busuk, berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua,
tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan kuat, tidak
terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa
tenang, menangis terus-menerus (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Tabel 2.1 Tanda APGAR


Nilai 0 1 2
Appearance Seluruh badan Warna kulit tubuh Warna kulit tubuh,
color (warna biru atau pucat normal merah muda, tangan dan kaki
kulit) tetapi tangan dan normal merah muda,
kaki kebiruan tidak ada sianosis

Pulse (heart Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit


rate)
Atau frekuensi
Jantung
Grimace Tidak ada respon Meringis atau Meringis atau bersin
(reaksi terhadap terhadap menangis lemah atau batuk saat
rangsangan) stimulasi ketika distimulasi stimukasi saluran
nafas
Activity Lemah atau tidak Sedikit gerakan Bergerak aktif
(tonus otot) ada

Respiration Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat,


(usaha nafas) teratur pernafasan baik dan
teratur
Sumber : (Rukiyah & Yulianti, 2010)

3. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal


a. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
b. Berat badan 2.500-4000 gram.
c. Panjang badan 48-52 cm.
d. Lingkar dada 30-38 cm.
e. Lingkar kepala 33-35 cm.
f. Lingkar lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120-16 x/menit.
h. Pernafasan 40-60 x/menit.
i. Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan
m. Gerak aktif.
n. Bayi lahir langsung menangis kuat.
o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking dan swallowing (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik.
r. Refleks grapsing (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia
Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang.Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina
dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora. Eliminasi baik
yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna
hitam kecoklatan (Maryanti, 2011).

4. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi lebih
dini untuk segera dilakukan penganan agar tidak mengancam nyawa bayi. Beberapa
tanda bahaya pada bayi baru lahir tersebut, antara lain pernafasan sulit atau lebih
dari 60 kali per menit, retraksi dinding dada saat inspirasi. Suhu terlalu panas atau
lebih dari 38°C atau terlalu dingin suhu kurang dari 36°C.
Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau sangat kuning
(terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan tanda bahaya bagi bayi baru lahir.
Tanda bahaya pada bayi baru lahir yang lain yaitu pemberian ASI sulit (hisapan
lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah), tali pusat merah, bengkak keluar
cairan, bau busuk, berdarah, serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh
meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan sulit.
Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda bahaya, antara lain
mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran, urine tidak keluar dalam 24
jam pertama, muntah, terus menerus, distensi abdomen, faeses hijau/berlendir/darah.
Bayi menggigil atau menangis tidak seperti biasa, lemas, mengantuk, lunglai,
kejang-kejang halus, tidak bias tenang, menangis terus menerus, mata bengkak dan
mengeluarkan cairan juga termasuk tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
(Muslihatun, 2010).

5. Rencana Asuhan Bayi Baru lahir


Menurut Muslihatun (2010), rencana asuhan pada bayi baru lahir adalah sebagai
berikut :
a. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit 1 jam setelah lahir)
dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh
kembang bayi, mudah dicerna dan efesien, mencegah berbagai penyakit infeksi.
Berikan ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-
apa, biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI.
Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pasca
persalinan.
Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :
1) Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam (minimal 8
kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan. Bila bayi melepaskan isapan
dari satu payudara, berikan payudara lain.
2) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak melepaskan isapan
sebelum bayi selesai menyusu, tidak memberikan minuman lain selain ASI,
tidak menggunakan dot atau empeng.
3) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan pertama.
4) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu dengan
benar.
5) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi membuka
lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan bergerak.
6) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus
menghadap payudara, hidung dekat puting susu.
7) Cara melekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, tunggu mulut bayi
terbuka lebar, gerakan mulut kearah puting sehingga bibir bawah jauh
dibelakang areola.
8) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh payudara, mulut
terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola di atas mulut bayi lebih luas
dari pada di bawah mulut bayi, bayi menghisap pelan kadang berhenti.
9) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila minum baik.
b. Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari pertama
kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah ekskresi
gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam usus sejak masa janin,
yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna mekoneum adalah hijau kehitam-
hitaman, lembut, terdiri atas mucus sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam
lemak dan pigmen empedu. Mekoneum ini keluar pertama kali dalam waktu 24
jam setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir.
Mekoneum yang telah keluar 24 jam menandakan anus bayi baru lahir telah
berfungsi. Jika mekoneum tidak keluar, bidan atau petugas harus mengkaji
kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon. Warna feses bayi berubah
menjadi kuning pada saat berumur4-5 hari, bayi yang diberi ASI, feses menjadi
lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi susu
formula, feses cenderung berwarna pucat dan agak berbau. Warna feses akan
menjadi kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan makanan. Frekuensi BAB
bayi sedikitnya satu kali dalam sehari. Pemberian ASI cenderung membuat
frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering. Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah
banyak, apabila bayi diberi ASI cukup maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih
dalam sehari.
c. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir. Hari
selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada awalnya volume urine
bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada akhir
minggu pertama.Warna urine keruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih
karena intake cairan meningkat. Jika dalam 24 jam bayi tidak BAK, bidan atau
petugas kesehatan harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra.
d. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan waktunya
untuk tidur. Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap.
Pada siang hari hanya 15%waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu
untuk menangis, gerakan motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85%
lainnya digunakan bayi untuk tidur.
e. Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi, keutuhan kullit harus
senantiasa dijaga. Verniks kaseosa bermanfaat untuk melindungi kulit bayi,
sehingga jangan dibersihkan pada saat memandikan bayi. Untuk menjaga
kebersihan kulit bayi, bidan atau petugas kesehatan harus memastikan semua
pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan
kering. Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama) cenderung
meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk menghindari terjadinya hipotermi,
sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh bayi stabil (setelah 24 jam).
f. Perawatan Tali Pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan tempat koloni
bakteri, pintu masuk kuman dan biasa terjadi infeksi lokal. Perlu perawatan tali
pusat sejak manajemen aktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali
pusat harus dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara
longgar. Pemakaian popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika tali
pusat terkena kotoran/feses, maka tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air
mengalir, kemudian keringkan.
g. Keamanan Bayi
Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan mengalami kecelakaan.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan pada
bayi, sebaiknya tidak membiarkan bayi sendiri tanpa ada yang menunggu. Tidak
membiarkan bayi sendirian dalam air atau tempat tidur, kursi atau meja. Tidak
memberikan apapun lewat mulut selain ASI karena bayi biasa tersedak.
Membaringkan bayi pada alas yang cukup keras pada punggung/sisi badannya.
Hati-hati menggunakan bantal dibelakang kepala dan ditempat tidurnya karena
dapat menutupi muka.
h. Pemijatan Bayi
Tujuan dan manfaat pemijatan bayi diantaranya menguatkan otot bayi,
membuat bayi lebih sehat, membantu pertumbuhan bayi, meningkatkan
kesanggupan belajar, dan membuat bayi tenang.
Adapun cara pemijatan bayi yaitu :
1) Peregangan
Sementara bayi telentang, pegang kedua kaki dan lututnya bersama-sama
dan tempelkan lutut sampai perutnya (Peringatan : Gerakan ini bisa membuat
membuang gas). Selain itu, pegang kedua kaki dan lututnya dan putar dengan
gerakan melingkar, kekiri dan ke kanan, untuk melemaskan pinggulnya. Ini
juga membuat menyembuhkan sakit perut.
2) Cara Pijat Kaki Bayi
Pegang kedua kaki bayi dengan satu tangan dan tepuk tepuk sepanjang
tungkainya dengan tangan yang lain. Usap turun naik dari jari-jari kakinya
sampai ke pinggul kemudian kembali. Kemudian, pijat telapak kakinya dan
tarik setiap jari jemarinya. Gunakan jempol Anda untuk mengusap bagian
bawah kakinya mulai dari tumit sampai ke kaki dan pijat di sekeliling
pergelangan kakinya dengan pijatan-pijatan kecil melingkar.
3) Cara Pijat Perut Bayi
Gunakan ujung jari tangan Anda, buat pijatan-pijatan kecil melingkar.
Gunakan pijatan I Love U. Gunakan 2 atau 3 jari yang membentuk huruf I-L-
U dari arah bayi. Bila dari posisi kita membentuk huruf I – L – U terbalik.
Berikut tahapan memijat:
 Urut kiri bayi dari bawah iga ke bawah (huruf I)
 Urut melintang dari kanan bayi ke kiri bayi, kemudian turun
ke bawah ( huruf L)
 Urut dari kanan bawah bayi, naik ke kanan atas bayi, melengkung
membentuk U dan turun lagi ke kiri bayi. Semua gerakan berakhir di perut
kiri bayi.
4) Cara Pijat Lengan Bayi
Pegang pergelangan tangan bayi dengan satu tangan dan tepuk-tepuk
sepanjang lengannya dengan tangan yang lain. Pijat turun naik mulai dari
ujung sampai ke pangkal lengan, kemudian pijat telapak tangannya dan tekan,
lalu tarik setiap jari. Ulangi pada lengan yang lain.
5) Cara Pijat Punggung Bayi
Telungkupkan bayi di atas lantai atai di atas kedua kaki Anda dan gerak-
gerakan kedua tangan Anda naik turun mulai dari atas punggungnya sampai ke
pantatnya. Lakukan pijatan dengan membentuk lingkaran kecil di sepanjang
tulang punggungnya. Lengkungkan jari-jemari anda seperti sebuah garfu dan
garuk punggungnya ke arah bawah.
6) Cara Pijat di Kepala dan Wajah Bayi
Angkat bagian belakang kepalanya dengan kedua tangan anda dan usap-
usap kulit kepalanya dengan ujung jari Anda. Kemudian, gosok-gosok daun
telingannya dan usap-usap alis matanya, kedua kelopak matanya yang tertutup,
dan mulai daripuncak tulang hidungnnya menyebrang ke kedua pipinya. Pijat
dagunya dengan membuat lingkaran-lingkaran kecil.
i. Menjemur Bayi
Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagi kesehatan. Hal
tersebut juga berlaku bagi bayi-bayi. Setelah dilahirkan, fungsi hatinya belum
sempurna dalam proses pengolahan bilirubin. Dimana kadar bilirubin dalam
darah si bayi sangat tinggi dan hal inilah yang menyebabkan bayi mengalami
suatu proses fisiologis yang menyebabkannya bayi kuning. Untuk
mengatasinya, ada cara alami untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan
menjemurnya dibawah matahari pagi. Sinar matahari pagi telah dipercaya
mampu memberikan efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah satunya adalah
untuk menurunkan kadar bilirubin yang terlalu tinggi yang menjadi penyebab
bayi kuning pasca dilahirkan ke dunia. Jadi melakukan penjemuran pada bayi
yang baru lahir di pagi hari adalah hal yang sangat penting.
Manfaat menjemur bayi adalah sebagiberikut :
 Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah
 Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat
 Untuk memberi efek kehangatan pada bayi
 Menghindarkan bayi dari stress.
j. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
Hal penting dalam menciptakan hubungan saling percaya antara bidan dan
pasien antara lain :
1. Hak pasien untuk mengetahui informasi
2. Kewajiban moral
3. Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien
4. Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga
5. Memenuhi kebutuhan bidan

6. Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir


a. 24 jam setelah pulang awal
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan berat badan
lahir dan berat badan pada saat pulang.
2) Jaga selalu kehangatan bayi
3) Komunikasikan kepada orangtua bayi bagaimana caranya merawat tali
pusat.
b. 1 minggu setelah pulang
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saatini dengan
berat badan saat bayi lahir. Catat penurunan dan penambahan ulang BB
bayinya.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi
4) Kaji keadekuaatan suplai ASI 4 minggu setelah kelahiran
5) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan pengukuran pada
kelahiran dan pada usia 6 minggu.
6) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
7) Perhatikan nutrisi bayi
8) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi (Anggung, 2012).

7. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Asuhan bayi baru lahir memberikan asuhan aman, dan bersih segera setelah bayi
baru lahir merupakan bagian essensial dari asuhan pada bayi baru lahir.
1. Penilaian
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan kering yang
sudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka letakan bayi
diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih
dan kering. Segara lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir.
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
c. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan atau kah ada
sianosis ?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat, bergerak
aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian tidak ada pada
bayi, bayi tidak dikatakan lahir normal/fisiologis. (Rukiyahdan Yulianti, 2010).
2. Penanganan
Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah melakukan penilaian,
menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran nafas (jika perlu),
mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya,
memotong tali pusat, melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), memberikan
suntik vitamin K1 secara IM (Intramuskular), dengan dosis tunggal 1 mg pada
setiap bayi baru lahir, memberikan salep mata antibiotic tetrasiklin 1% pada
kedua mata, melakukan pemeriksaan fisik memberikan imunisasi Hepatitis B0
0,5 ml secara IM (intramuskular) di paha kanan anteroleteral, diberi kira-kira 1-
2 jam setelah pemberian vitamin K1 (Sujianti, 2011).
3. Mekanisme kehilangan panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :
a. Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada tubuh bayi sendiri karena
setelah lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan permukaan
yang dingin.
c. Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin (misalnya
melalui kipas angina, hembusan udara, atau pendingin ruangan).
d. Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung) (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
4. Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperature bayi baru lahir belum sempurna. Oleh
karena itu, jika tidak dilakukan pencegahan kehilangan panas maka bayi akan
mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko mengalami
kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermi sangat mudah terjadi pada
bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berasa dalam rungan yang sangat hangat.
5. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan
pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada
saat bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan
infeksi. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai
berikut :
a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan bayi.
b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
c. Memastikan satung tangan peralatan, termasuk klem gunting, dan benang
tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan
bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.Jangan pernah
menggunakan bola kakret penghisap untuk lebih dari satu bayi.
d. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
e. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer,stetoskop dan
benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali digunakan).
f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara dengan
mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun).
g. Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir dengan air
bersih, hangat dan sabun setiap hari.
h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan
orang-orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya
(Muslihatun, 2010).
A. Perdarahan Post Partum
1. Pengertian
Perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan yang masif yang berasal
dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan
sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping
perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.
Definisi perdarahan post partum adalah perdarahan pasca persalinan yang
melebihi 500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi mengganggu
hemodinamik ibu.
Berdasarkan saat terjadinya, PPP dapat dibagi menjadi PPP primer dan
PPP sekunder. PPP primer adalah perdarahan post partum yang terjadi dalam
24 jam pertama setelah persalinan dan biasanya disebabkan oleh atonia
uteri, robekan jalan lahir, dan sisa sebagian plasenta. Sementara PPP sekunder
adalah perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam
hingga 12 minggu setelah persalinan, biasanya disebabkan oleh sisa plasenta.
Kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-73%
dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan 82-88% dalam dua minggu setelah
bayi lahir.

2. Klasifikasi Perdarahan Post Partum


Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan post partum diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu :

a. Perdarahan Pasca Persalinan Dini ( Early Postpartum Haemorrhage


atau perdarahan post partum primer atau perdarahan pasca
persalinan segera). Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24
jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir
dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. Perdarahan masa nifas ( Late Postpartum Haemorrhage  atau
Pendarahan post partum sekunder atau pendarahan pasca persalinan lambat).
Pendarahan pasca persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Pendarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi,
penyusutan Rahim yg tidak baik, atau sisa

3. Faktor yang Mempengaruhi


Faktor –  faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum
a. Usia ibu
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan
pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini
dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia
diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami
penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pascapersalinan terutama
perdarahan akan lebih besar. Perdarahan pascapersalinan yang
mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan
pada usia dibawah 20 tahun 2- 5 kali lebih tinggi daripada perdarahan
pascapersalinan yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan
pascapersalinan meningkat kembali setelah usia 30-35tahun.
b. Jumlah gravida
Ibu- ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk
multigravida mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya
perdarahan pascapersalinan dibandingkan dengan ibu -ibu yang
termasuk golongan primigravida (hamil pertama kali). Hal ini
dikarenakan pada multigravida, fungsi reproduksi mengalami
penurunan sehingga kemungkinan terjadinya
perdarahan pascapersalinan menjadi lebih besar.
c. Paritas
Paritas 2 - 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudut perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian
maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai
angka kejadian perdarahan pascapersalinan lebih tinggi. Pada paritas
yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu dalam menghadapi
persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak mampuan
ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,
persalinan dan nifas.

d. kadar Haemoglobin
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai
hemoglobin dibawah nilai normal. Dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin kurang dari 8 gr%. Perdarahan pascapersalinan
mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500 ml atau lebih, dan jika
hal ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang tepat dan akurat
akan mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin dibawah nilai normal.

4. Tanda dan gejala


Seorang wanita post partum yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak
10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala
baru tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa:
- pendarahan
- Lemah
- Limbung
- Berkeringat dingin
- Menggigil
 Faktor Risiko prenatal: Perdarahan sebelum persalinan, Solusio
plasenta, Plasenta previa, Kehamilan ganda, Preeklampsia,
Gangguan faktor pembekuan dan Riwayat perdarahan
sebelumnya serta obesitas.
 Faktor Risiko saat persalinan pervaginam: Kala tiga yang
memanjang, Episiotomi, Distosia, Laserasi jaringan lunak,
Induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin, Persalinan
dengan bantuan alat (forseps atau vakum), Sisa plasenta, dan bayi
besar (>4000 gram).

5. Diagnosis
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum
lahir biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah
plasenta lahir, biasanya disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri dapat
diketahui dengan palpasi uterus. Fundus uteri tinggi di atas pusat, uterus
lembek, kontraksi uterus tidak baik. Sisa plasenta yang tertinggal dalam
kavum uteri dapat diketahui dengan memeriksa plasenta yang lahir apakah
lengkap atau tidak kemudian eksplorasi kavum uteri terhadap sisa plasenta,
sisa selaput ketuban, atau plasenta suksenturiata (anak plasenta). Eksplorasi
kavum uteri dapat juga berguna untuk mengetahui apakan ada robekan
rahim. Laserasi (robekan) serviks dan vagina dapat diketahui dengan
inspekulo.
Penilaian jumlah pendarahan pasca persalinan dapat dilihat dengan
mengkaji dan mencatat jumlah, tipe dan sisi perdarahan dengan menimbang
dan menghitung pembalut untuk memperkirakan kehilangan darah.
Pembalut yang  basah keseluruhannya mengandung sekitar 100 ml darah.
Satu gram peningkatan berat pembalut sama dengan kurang lebih 1 ml
kehilangan darah. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Nilai tanda-tanda syok: pucat, akral dingin, nadi cepat, tekanan darah
rendah.
b.  Nilai tanda-tanda vital: nadi > 100x/menit, pernafasan hiperpnea,
tekanan darah sistolik < 90 mmHg, suhu
A. INFEKSI
1. pengertian
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early
infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi
dini karena infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan
sementara infeksi lambat adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan
luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain
2. pathogenesis
Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada BBLR. Infeksi
lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir dirumah sakit dibandingkan
dengan bayi yang lahir diluar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat
kekebalan atau imunitas transplasenta terhadap kuman yang berasal
dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang
jugaberasal dari orang lain dan terhadap kuman dari orang lain.
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc
membaginya dalam 3 golongan, yaitu :
a. infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini
kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis.
Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin.
Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
1) Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion ;
2) Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) ;
3) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan
listeria monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi
melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan
amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui
inhalasi cairan amnion tersebut
b. Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga
amnion setelah ketuban  pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu
antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ),
mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan
amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh
misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi
vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik
sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat
menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak
langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea
dan ” oral trush ”.
c. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi
yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi
pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril
atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya
sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena
mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat
tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah
tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.

Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan


bayi itu sendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan
perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda khas
seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya
diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan
dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan
laboratarium seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi,
kemudian berdasarkan persangkalan itu diagnosis dapat ditegakkan dengan
permeriksaan selanjutnya.

Infeksi pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,


sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian
diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi
umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam
 pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital
tertentu, namun tiba – tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu
diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.
Beberapa gejala yang dapat disebabkan diantaranya ialah malas, minum,
gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat,
 berat badan tiba – tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain
itu dapat terjadi edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus,
hepatosplehomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau
dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat
hipotermia dan sklerma. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ” Not Doing
Well ” kemungkinan besar ia menderita infeksi.

3. Tanda gejala
Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting,
terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat
dan menimbulkan angka kematian yang tinggi. Disamping itu, gejala
klinis infeksi pada bayi tidak khas. Adapun gejala yang perlu mendapat
perhatian yaitu :
- Malas minum

- Bayi tertidur 

- Tampak gelisah

- Pernapasan cepat

- Berat badan turun drastic

- Terjadi muntah dan diare

- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam


batas normal

- Pergerakan aktivitas bayi makin menurun


- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning,
pembesaran hepar, purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-
kejang

- Terjadi edema

- Sklerema

4. Penyakit Infeksi Pada Bbl

Adapun beberapa penyakit infeksi yang dapat dialami oleh BBL yaitu :

A). INFEKSI BERAT


1. Sepsis neonatorum
Sepsis neonatorum atau meningitis sering didahului oleh keadaan
hamil dan persalinan sebelumnya seperti dan merupakan infeksi
berat pada neonatus dengan gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko :
- Persalinan (partus) lama atau terlantar 
- Persalinan dengan tindakan operasi vaginal
- Infeksi/febris pd ibu
- Air ketuban bau, warna hijau
- KPD, lebih dr 24 jam

- Prematuritas & BBLR 

- Gawatjanin atau depresi neonates

Tanda & gejala :


- Bayi tdk mau/tdk bisa menetek 

- Bayi tampak sakit, tdk aktif, & sangat lemah


- hipotermia/hipertermia, tetapi dpt normal

- Bayi gelisah& menangis

- Bayi kesulitan napas

- Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus Prinsip


pengobatan:
- Metabolisme tbh dipertahankan kebutuhan nutrisi dipenuhi
- Pengobatan antibiotika scr IV

- Ampisilin 200 mg/kg/hr 3-4x peberian & gentamisin 5


mg/kg/hr 2x pemberian
- Kloramfenikol 25 mg/kg /hr 3-4x pemberian
- Pemeriksaan laboratorium rutin

- Biakan darah & uji resistensi

- Fungsi lumbal & biakan cairan serebrospinalis & uji


resistensi
- Tindakan & pengobatan lain diberikan atas indikasi

2. Meningitis pada Neonatus Biasanya didahului oleh sepsis


Gejala :mula2 spt sepsis kmdn disertai kejang, UUB menonjol, kaku
kuduk
Pengobatan : Sama dgn pengobatan sepsis, hanya berbeda dalam lama
pengobatan, yaitu 21 hari
3. Aspirasi pneumonia
Aspirasi pneumonia terjadi pada intrauterin karena inhalasi
likuor amnion yang septik dan menyebabkan kematian terutama bayi
dengan BBLR karena reflex menelan dan batuk yang belum
sempurna.

Gejala :
- Sering tidur atau letargia

- Berat badan turun drastic

- Kurang minum

- Terjadi serangan apnea (Apneu neonatal)


- Dicurigai bila ketuban
pecah lama, keruh, bau
Pengobatan :
- Resusitasi pd bayi br lahir 

- Pertahankan suhu tbh

- Beri antibiotika spektrum luas_ampisilin+gentamisin


Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan rontgen atau konsultasi
dokter ahli anak.
3. Diare
Diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena
dengan cepat dapat menimbulkan keadaan gawat dan diikuti
kematian yang tinggi. Bayi yang baru lahir sudah disiapkan untuk dapat
langsung minum kolostrum yang banyak mengandung
 protein, kasein, kalsium sehingga dapat beradaptasi dengan ASI. Jika
bayi aterm dan
 pemberian ASI benar, sangat kecil kemungkinan terjadi penyakit
diare. Kuman yang sering menyebabkan diare yaitu E. coli yang
mempunyai sifat pathogen dalam tubuh manusia. Adapun gejala
klinis diare yaitu : tinja/feses yang jumlahnya banyak, cair,
 berwarna hijau/kuning dan berbau khas.
Tubuh bayi terdiri dari sekitar 80% air sehingga penyakit diare
dengan cepat menyebabkan kehilangan air sehingga bayi akan jatuh
dalam keadaan dehidrasi, sianosis dan syok. Untuk dapat mengatasi
dan menurunkan angka kematian karena diare pada bayi dapat
dilakukan tindakan sebagai berikut :
- Minum bayi tidak perlu dikurangi

- Berikan larutan garam gula/oralit sebanyak mungkin

- Bila keadaan lebih membahayakan perlu dipasang infuse

- Konsultasi pada dokter 

4. Tetanus neonatorum
Terjadi pd bayi br lahir krn infeksi pd luka pemotongan tali pusat
Gejala :
- Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek
karena kejang otot rahang dan faring (tenggorok)
- Leher kaku diikuti spasma umum

- Dinding abdomen keras

- Mulut mencucu seperti mulut ikan

- Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara


dan sentuhan
- Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi
membiru

- Sering timbul komplikasi terutama bronco pneumonia,


asfiksia, dan sianosis akibat obstruksi jalan napas oleh
lendir atau sekret dan sepsis.

Tindakan :
- Segera bawa ke RS Berikan obat penenang IM _
diazepam/luminal tiap 4jam
- Usahakan jln napas terbuka, hindarkan dr cahaya,
sentuhan atau Pemindahan

- Penuhi kebutuhan nutrisi&eliminasi sesuai kondisi pasien


- Pencegahan : pastikan ibu hamil mendpt suntikan TT,
gunakan alat steril saat menolong persalinan.

Tetanus neonatorum menyebabkan kematian bayi yang tinggi di Negara


berkembang karena pemotongan tali pusat masih menggunakan alat-alat
tradisional dimana masuknya kuman tetanus (clostridium tetani) sebagian besar
melalui tali pusat. Masa inkubasinya sekitar 3-10 hari dan makin pendek masa
inkubasinya maka penyakit makin fatal. Tetanus neonatorum menyebabkan
kerusakan pada pusat motorik, jaringan otak, pusat pernapasan dan jantung.
Gambaran klinis tetanus neonatorum adalah :
Adapun penanganan tetanus neonatorum yaitu :

• Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti


kejang

• Menjaga jalan napas tetap bebas dengan membersihkan


jalan napas.

• Pemasangan spatel lidah yang dibungkus kain untuk


mencegah lidah tergigit

• Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di


tali pusat atau di telinga
• Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum
(ATS) dan antibiotika

• Perawatan yang adekuat : kebutuhan oksigen,


makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit

• Penderita atau bayi ditempatkan dikamar yang tenang


dengan sedikit sinar mengingat penderita/bayi peka akan suara
dan cahaya yang dapat merangsang kejang
Dalam hal ini pemerintah memiliki program untuk
memperkecil kematian akibat tetanus neonatorum denga jalan
2x pemberian vaksinasi tetanus toksoid (TT) selama hamil.

4. Septikemia
Merupakan infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah ( dapat menyebabkan kematian)

Gejala :
- bayi sulit menetek 

- Muntah

- terlihat tdk sehat

- Suhu diatas/dibawah normal

- tampak malas, mengantuk, gelisah, ada bercak-bercak


perdarahan pd kulitnya

- tali pusat bau & bernanah

- batuk &
pernapasan
cuping hidung
Tindakan :
- Menjelaskan pd ortu

- Berikan antibiotika IM ampisilin atau

- Prokain penisilin tiap 6 jam


- Antarkan bayi ke RS

- Jagalah bayi tetap hangat

- Terus berikan ASI

PENCEGAHAN INFEKSI
Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan
pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem
imun mereka imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip
pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan. Praktik pencegahan infeksi
yang penting diringkas di bawah ini.

Prinsip Umum Pencegahan Infeksi :


Dengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi bayi, ibu
dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu
mencegah penyebaran infeksi :

o Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.

o Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi


menularkan infeksi.

o Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.

o Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.


o Gunakan teknik aseptik.

o Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika
perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
o Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang
sampah.

o Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.

ASUHAN NEONATUS PENCEGAHAN INFEKSI

Berikan perawatan rutin bayi baru lahir :

o Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi
stabil, gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat untuk
membersihkan darah dan cairan tubuh lain ( misal: dari kelahiran ) dari
kulit bayi, kemudian keringkan kulit. Tunda memandikan
 bayi kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau sebelum usia
gestasi 37 minggu ) sampai minimal hari kedua kehidupan.
o Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti popok
bayi, atau sesering yang dibutuhan dengan menggunakan kapas yang
direndam dalam air hangat
 bersabun, kemudian keringkan area tersebut secara cermat.
o Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang benar
untuk meyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan puting.

dr. Suparyanto, M.Kes

Weblog dr. Suparyanto, M.Kes berisi tentang materi kesehatan, taushiyah


agama Islam dan akreditasi Puskesmas. Banyak kekurangan dalam penulisan,
untuk itu saran dan kritik untuk perbaikan penulisan sangat diharapkan. Terima
kasih

Kamis, 07 Juli 2011

PRE EKLAMSI

Dr. Suparyanto, M.Kes

PRE EKLAMSI

PENGERTIAN PRE EKLAMSI

Pre eklamsi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah disertai proteinuria


akibat kehamilan, terutama pada komplikasi primigravida, kecuali jika terdapat
penyakit tropoblastik(Varney, dkk, 2002:165)

Preeklamsi adalah kondisi keracunan kehamilan yang di tandai dengan adanya


hipertensi, pembengkakan kaki dan kebocoran protein dalam urine sewaktu
trimester kedua kehamilannya.(Santoso,Djoko 2010).

Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, udema dan


proteinuria yang timbul karena kehamilan. (Wiknjosastro hanifa,2007:282).

Preeklamsi adalah merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin, dan selama masa nifas, yang terdiri atas trias gejala, yaitu hipertensi,
proteinuria, dan kadang – kadang disertai konvulsi sampai koma.
(Yulikhah,Lily.2008:95).

Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai


dengan proteinuri.(Prawihardjo, Sarwono. 2008:531).

ETIOLOGI

Apa yang menjadi penyebab pre eklamsi sampai sekarang belum diketahui.
Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab – sebabnya
penyakit tersebut. Teori yang banyak dikemukakan ialah iskemia plasenta. Akan
tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan
penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang
menyebabkan pre eklamsi. Di antara faktor- faktor yang ditemukan seringkali
sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.

Tetapi yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal berikut:

Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,


hidramnion mola hidatidosa

Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.

Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin


dalam uterus.

Sebab timbulnya hipertensi,edema,proteinuria kejang dan koma ( Wiknjosastro


Hanifa, 2007:283).

PATOFISIOLOGI

Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
pada air. Pada biopis tunggal ditemukan spasme hebat anteriologi glomerulus
pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya
dapat dilalui oleh satu sel darah merah jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme maka tekanan darah akan naik sebagai usaha mengatasi
kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dipenuhi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan udema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya
mungkin karena retensi air dengan garam proteinuria disebabkan oleh spasme
arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PRE EKLAMSI

Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua

Usia <18 atau >35

Berat : 50 kg atau gemuk

Adanya proses penyakit kronis : diabetes melitus, hipertensi, penyakit ginjal,


penyakit pembukuh darah, penyakit pembuluh darah kolagen (lupus
eritematosus sistemik)

Kehamilan Mola hidatidosa

Komplikasi kehamilan: kehamilan multipel, janin besar, hidrop janin,


polihidramnion.

Preeklamsi pada kehamilan sebelumnya.

Menurut Consesus Report(1990),faktor-faktor seperti paritas,usia dan lokasi


geografis juga perlu dipertimbangkan.Wanita yang baru menjadi ibu atau ibu
dengan pasangan baru ternyata 6 sampai 8 kali lebih mudah terkena pre eklamsi
dari pada ibu multipara.Sedangkan Robert(1990)menyatakan bahwa kondisi
obstetric yang berkaitan dengan peningkatan masa plasenta,seperti gestasi ginjal
multijanin,penyakit pembuluh darah kolagen,penyakit ginjal,dan diabetes
mellitus,membuat resiko pre eklamsi menjadi lebih tinggi(Bobak,2004:634).

GAMBARAN KLINIK PRE EKLAMSI

Biasanya tanda-tanda Pre eklamsi:

Tekanan diastolic > 110 mmHg

Oliguria <400 ml per 24 jam

Edema paru: nafas pendek, sianosis, rhonchi+

Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan

Nyeri kepala hebat, tidak berkurang dengan analgesic biasa.(Prawirohardjo


S.2006:209).

Pertambahan berat badan yang berlebihan diikuti oedema, hipertensi dam


akhirnya proteinuria. Pada pre.eklamsia ringan ditemukan gejala-gejala
subyektif. Pada pre.eklamsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal,
skotoma, diplopsia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrum, mual atau
muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre.eklamsia yang
meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsi akan timbul. Tekanan darah
pun meningkat lebih tinggi, udema menjadi lebih umum dan proteinuria
bertambah
KLASIFIKASI PRE EKLAMSI

Preeklamsi digolongkan dalam pre eklamsi ringan dan berat dengan tanda dan
gejala sebagai berikut:

1. Pre eklamsi ringan

Tekanan darah sistolik 140 atau kenaiakn 30 mmHg dengan interval


pemeriksaan 6 jam

Tekanan darah sistolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan


6 jam

Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.

Proteinuria 0,3 g atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urine
kateter atau urine aliran pertengahan.(Manuaba, 2010:265)

2. Pre eklamsi berat

Penyakit digolongkan berat bila salah satu atau lebih tanda atau gejala
ditemukan yaitu:

Tekanan sistolik 160/110 mmHg atau lebih

Oliguria,air kencing 400ml atau kurang dalam 24 jam

Proteinuria 3 gram atau lebih ; 3 atau 4 pada pemeriksaan kulitatif

Keluhan subyektif: a.Nyeri epigastrium, b.Gangguan penglihatan, c.Nyeri


kepala, d.Oedema paru dan sianosis, e.Gangguan kesadaran, f.Pada pemeriksaan

Kadar enzim hati meningkatkandisertai uterus

Perdarahan pada retina


Trombosit kurang dari 100.000 (Varney,2002:166)

MENEGAKKAN DIAGNOSA

Uji diagnostik dasar

Pengukuran tekanan darah

Analisis protein dalam urine

Pemeriksaan edema

Pengukuran tinggi fundus uteri

Pemeriksaan funduskopik

Uji laboratorium dasar

Evaluasihematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada


sediaan apus darah tepi)

Pemeriksaan fungsi hati(bilirubin, protein serum aspartat aminotransferase, dan


sebagainya)

Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).

Uji untuk meramalkan hipertensi

Roll-over test

Pemberian infus angiotensin 11, (Hanifa W, 2007: 290)

PERUBAHAN PATOLOGI ANATOMI


1. Perubahan pada otak

Terjadi vasokentrinsik umum yang menimbulkan perubahan :

Odema otak

Nekrosis local

Distritmia otak meningkatkan sensitifitas motorik

Tekanan darah yang meningkat menimbulkan AVA(Acute Vasculer Accident/


Perdarahan otak akut)

Manifestasi klinik:

Nyeri kepala

Kejang

Koma karena pembengkakan dan perdarahan.

2. Perubahan pada retina

Edema retina

Spasmus setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri

Gangguan penglihatan. (Hanifa W,2007:286)

3. Perubahan pada paru-paru

Adanya berbagai tingkatan oedema

Bronkhopneumoni sebagai akibat aspirasi sampai terjadi abses paru.


Menimbulkan sesak napas sampai sianosis. (Hanifa W,2007:284).

4. Perubahan pada jantung

Perubahan degenerasi dan odem

Perubahan sub endokardial

Menimbulkan dekompensasi kordis sampai terhentinya fungsi jantung(Hanifa


W,2007:284)

5. Perubahan pada hati

Pada permukaan dan pembelahan tampak tempat-tempat perdarahan yang tidak


teratur.

Terjadi nekrosis,trombosisi pada lobus hati terutama di sekitar vena porta.

Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan sub kapsuler.

Akibat vasokonstriksi, permeabilitas pembuluh darah dan perdarahan terutama


periportal yang mengakibatkan kerusakan pada sel hepatoseluler yang
mengakibatkan dikeluarkanya enzim liver dan terjadi kenaikan dalam darah,
odem dan perdarahan liversehingga terasa nyeri pada epigastrium (Bobak, 2004:
631).

6. Adanya sindrom HELLP

H: Hemolisis eritrosit akibat kerusakan membrane eritrositn oleh radikal bebas


asam lemak jenuh dan tidak jenuh

EL: Peningkatan enzim liver: a.SGPT: Serum Glutamic Pyrupic Transminase,


b.SGOT: Serum glutamic Oxalaocetic transminase. Dengan gejala sebagai
berikut: a.Cepat lelah, b.Nyeri epigastrium

LP: Low plateles(turunya kadar trombosit/trombositopeni)kurang dari


150.000/cc, a.Agresi adhesi trombosit di dinding vaskuler, b.Kerusakan
tromboksan, vasokontriktor kuat, c.Lisosom(Varney,2002:168).

7. Perubahan pada ginjal

Spasme arteriol mentebabkan aliran darah ke ginjal menurunse hingga filtrasi


glomerulus berkurang

Penyarapan air dan garam tubulus tetap

Terjadi retensi air dan garam

Edema pada tungkai dan kaki(Manuaba,2010:262)

8. Perubahan pada plasenta

Terdapat spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai


kematian janin. Spasme yang berlangsung lama mengganggu pertumbuhan bayi.

9. Pencegahan kejadian pre eklamsi

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat dapat menemukan tanda-
tanda pre eklamsi. Perlu diwaspadai pada wanita hamil dengan adanya faktor-
faktor predisposisi.Walaupun timbulnya pre eklamsi tidak dapat dicegah
sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian
penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita
hamil (Hanifa W,2007:290)

Mencegah kejadian pre eklamsi:


9.1. Diet makanan

Makanan tinggi protein,tinggi karbohidrat,cukupvitamin,dan rendah lemak,


kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema, makanan berorientasi
pada sehat empat sempurna; untuk meningkatkan jumlah protein dengan
tambahan satu butir telur setiap hari.(Manuaba,2010:265)

9.2. Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan
disesuaikan dengan kemampuan lebih banyak duduk atau berbaring kea rah
punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami
gangguan (Manuaba,2010:265)

9.3. Pengawasan antenatal (hamil)

Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke
tempat pemeriksaan.Keadaan yang memerlukan perhatian:

Uji kemungkinan preeklamsia

Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikanya

Pemeriksaan tinggi fundus uteri

Pemeriksaan kenaiakan berat badan atau odem

Pemeriksaan protein dalam urine

Pemeriksaan janin gerak janin dalam rahim, denyut jantung dalam rahim,
pemantauan air ketuban. (Varney, 2002:314)

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarata : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta.

Budiarto, Eko .2001.Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatanmasyarakat.


Jakarta:EGC

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta

Helen, Varney. 2001. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC

Winkjosastro, hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Manuaba, ida Bagus Gde. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB
untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif M. 2000.Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aaesculapius

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta:


EGC

Varney, Helen. 2008. Buku ajar Asuhan kebidanan. Jakarta:EGC

Azwar,S 2007. Sikap Manusia Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar Offset

Tiran Denis, 2006. Mual danMuntah Kehamilan. Buku kedokteran. Jakarta:


EGC

Santoso, Djoko. Membonsai Hipertensi . Surabaya: Temprina Medika Grafika


Yulaikhah, Lily. 2009.Kehamilan.Jakarta: EGC

Wiknjosastro, Hanifa. 2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo. Jakarta: PT


Bina Pustaka

dr. Suparyanto, M.Kes di 08.32

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

dr. Suparyanto, M.Kes

Foto saya

dr. Suparyanto, M.Kes

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.


http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pedoman-pengisian-partograf.html
https://www.academia.edu/38116126/MAKALAH_BAYI_BARU_LAHIR_NORMAL
Prawirohardjo, S. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro
Gulardi H. Ilmu
 Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi keempat
cetakan ketiga. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2010.

Kementerian Kesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Ibu di Fasilitas
 Kesehatan Dasar dan Rujukan. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta. 2013
Kementrian RI dan IDI. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Pelayan Primer, Standar Pelayanan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama, Edisi 1. Jakarta: 2013.

Anda mungkin juga menyukai