Anda di halaman 1dari 7

Nama : Noor Apita

Nim : 1710313620074

1.1 Audit Program


Audit program adalah daftar prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, yang
dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan integrasi semua bagian-
bagian pemeriksa. Kegunaan dari audit program adalah untuk memperoleh
gambaran menyeluruh atas audit proses yang telah dilakukan. Pembuktian yang
cukup harus diperoleh melalui pengamatan, tanya jawab dan teknik lainnya 
sebagai dasar yang layak untuk pemberian pendapat atas ikhtisar keuangan yang
diperiksanya.
Pemeriksaan (aktivitas audit) harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan tenaga-tenaga pembantu, mereka harus dipimpin dan diawasi dengan
baik. Pemeriksaan harus dilaksanakan oleh seorang atau beberapa orang yang
telah menjalani latihan teknis yang cukup dan memiliki keakhlian sebagai
akuntan. Dalam segala hal yang berhubungan dengan penugasannya, akuntan
harus senantiasa mempertahankan kebebasan tindak dan pendapatnya. Dan
dalam melaksanakan pemeriksaan dan menyusun laporannya akuntan wajib
menjalankan kemahiran jabatannya dengan seksama.

Pengertian audit program adalah prosedur langkah demi langkah yang


ditetapkan oleh perusahaan audit (KAP) tergantung pada ruang lingkup
auditnya yang harus diikuti oleh akuntan (auditor) dalam melakukan audit.

Program audit adalah serangkaian kebijakan dan prosedur untuk menentukan


bagaimana evaluasi bisnis (proses audit) harus dilakukan. Audit program pada
umumnya melibatkan petunjuk khusus seperti apa, berapa banyak bukti harus
dikumpulkan dan dievaluasi, serta siapa yang akan mengumpulkan dan
menganalisis data tersebut dan termasuk juga kapan hal tersebut harus
dilakukan. Jenis audit program yang digunakan biasanya disesuaikan dengan
jenis bisnis tertentu.
Definisi audit program adalah serangkaian rencana tindakan auditor berisikan
pekerjaan apa yang harus diselesaikan, tes audit & prosedur apa yang harus
diikuti, siapa saja orang yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan agar pekerjaan
tersebut dapat diselesaikan.
Tujuan audit program antara lain :
 Sebagai acuan pengumpulan data dan proses evaluasi pelaksanaan tugas
audit.
 Sebagai pedoman spesifik & langkah-langkah yang harus diikuti dalam
mengumpulkan bukti audit.
 Sebagai sarana perbandingan data yang dikumpulkan dari tahun-tahun
sebelumnya.
 Sebagai alat untuk mengontrol dan mencatat pelaksanaan yang tepat dari
pekerjaan audit dan juga untuk meninjau pekerjaan audit.
 Sebagai bukti audit yang mendukung pendapat auditor.

2.1 Prosedur Audit


a) Pengertian Prosedur Audit
Prosedur Audit adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh auditor untuk
mendapatkan semua informasi mengenai kualitas keuangan yang disediakan
oleh perusahaan, yang memungkinkan mereka untuk membentuk opini
audit atas laporan keuangan apakah mereka mencerminkan pandangan yang
benar dan adil dari posisi keuangan organisasi.
Mereka diidentifikasi dan diterapkan pada tahap perencanaan audit setelah
menentukan tujuan audit, ruang lingkup, pendekatan, dan risiko yang
terlibat.
b) Metode Prosedur Audit
Dalam melakukan prosedur audit, ada beberapa metode prosedur audit yang
harus Anda gunakan dalam melakukan dan menentukan kualitas informasi
keuangan, berikut penjelasan nya :
1. Penyelidikan
Penyelidikan adalah proses meminta klien untuk penjelasan tentang
proses atau transaksi yang terkait dengan laporan keuangan. Jenis
prosedur audit ini biasanya melibatkan pengumpulan bukti verbal.
Demikian juga, auditor menggunakan prosedur penyelidikan untuk
berbagai macam proses audit.
Misalnya, auditor dapat meminta klien untuk memahami lingkungan
bisnis dan kontrol atau mereka mungkin bertanya tentang transaksi atau
saldo item baris laporan keuangan. Bukti yang dikumpulkan oleh
penyelidikan formal atau informal umumnya tidak bisa berdiri sendiri
meyakinkan. Oleh karena itu, auditor biasanya melakukan prosedur lain
bersama dengan penyelidikan seperti memeriksa dokumen pendukung
untuk memastikan bahwa penjelasan yang diberikan oleh klien dapat
diandalkan.

2. Pemeriksaan catatan atau dokumen


Pemeriksaan catatan atau dokumen adalah proses pengumpulan bukti
dengan memeriksa catatan atau dokumen. Jenis prosedur audit ini dapat
dilakukan dengan menjamin catatan transaksi ke dokumen pendukung
atau menelusuri dokumen pendukung ke catatan transaksi. Sebagai
contoh, auditor dapat menggunakan prosedur inspeksi untuk menguji
pernyataan terjadinya transaksi pengeluaran dengan menjamin mereka
untuk menerima laporan, faktur pemasok, dan pesanan pembelian.

Pernyataan audit  biasanya diuji dengan memeriksa dokumen untuk


mendukung transaksi akuntansi dalam catatan perusahaan (vouching).
Dan pernyataan kelengkapan biasanya diuji dengan memilih dokumen
dan melacaknya kembali ke catatan perusahaan (penelusuran) dengan
memastikan apakah sesuai atau tidak.

3. Perhitungan ulang

Perhitungan ulang adalah proses menghitung kembali pekerjaan yang


telah dilakukan klien untuk melihat apakah ada hasil yang berbeda antara
pekerjaan auditor dan pekerjaan klien.

Jenis prosedur audit ini biasanya digunakan untuk menguji penilaian dan
alokasi pernyataan keuangan.

4. Prosedur analitik

Prosedur analitik adalah proses mengevaluasi informasi keuangan


melalui analisis tren, rasio atau hubungan antara data termasuk data
keuangan dan non-keuangan. Auditor biasanya melakukan jenis prosedur
audit ini dengan membangun harapan mereka tentang transaksi khas
atau saldo akun dan membandingkannya dengan catatan klien.

Jika auditor menemukan bahwa catatan klien tidak konsisten. Maka


auditor akan menyelidiki lebih lanjut tentang varian yang ada. Sebagai
contoh, auditor dapat melakukan prosedur analitik pada akun beban
bunga dengan mengalikan tingkat bunga rata-rata dengan saldo rata-rata
pinjaman. Kemudian, auditor akan menggunakan hasilnya untuk
membandingkan dengan jumlah yang dicatat oleh klien.

5. Tes Penilaian

Menghitung aset berwujud dapat memberi auditor bukti nilai. Auditor


dapat mengonfirmasi jumlah peralatan atau produk tertentu untuk
menentukan bahwa nilainya sesuai dengan pernyataan perusahaan.
3.1 Prosedur Audit Piutang Usaha

a) Pengertian Piutang Usaha

Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di mana yang paling umum
ialah dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Kredit dapat diberikan
dalam bentuk perkiraan terbuka atau berdasarkan instrumen kredit yang
sahih, yang disebut surat promes (wesel). Surat promes (promissory note),
yang sering disebut wesel (nota), adalah janji tertulis untuk membayar
sejumlah uang tertentu atas permintaan atau pada suatu tanggal yang telah
ditetapkan.

Menurut Donald E. Keiso (2004:386) “piutang adalah klaim uang, barang,


jasa kepada pelanggan atau pihak – pihak lainnya.”

Menurut  Sukrisno Agoes, (2004:173) “piutang usaha adalah piutang yang


berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.”

Menurut Jhon J Wild (2005:260) “Piutang merupakan semua klaim dalam


bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau
organisasi-organisasi lainnya.”

Menurut Mulyadi (2001:257) dalam akuntansi piutang, secara periodik


dihasilkan pernyataan piutang yang dikirimkan kepada setiap debitur.
Mutasi penjualan adalah disebabkan oleh transaksi penjualan kredit,
penerimaan kas dari debitur, retur penjualan, dan penghapusan piutang.

Contoh dari piutang usaha menurut Sukrisno Agoes (2004:713) ialah :

1. Piutang Usaha

2. Wesel Tagih

3. Piutang Pegawai.

4. Piutang Bunga

5. Uang Muka

6. Refundable deposit (uang jaminan)

7. Piutang lain-lain

8. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)


b) Tujuan Audit Piutang Usaha

Menurut Sukrisno Agoes (2004:173) tujuan pemeriksaan perkiraan piutang


usaha yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal


control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas.

2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan)


dari pada piutang.

3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan


cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang
tak tertagih)

4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability)


yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)

5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan


prinsip akuntansi yang berlaku umum di  Indonesia/Standar Akuntansi
Keuangan.

c) Prosedur Audit Piutang Usaha

Menurut Sukrisno Agoes (2004:125) Prosedur audit ialah “langkah-langkah


yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaaannya dan
sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan
dapat bekerja secara efisien dan efektif.” Prosedur audit dilalukan dalam
rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence) yang cukup untuk
mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan.

Sukrisno Agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha


sebagai berikut:

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi


penjualan, piutang dan penerimaan.

2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.

3. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara


lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur
piutang dan kalau bisa subsequent collections-nya.
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual
balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.

5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang


dan sales invoice.

6. Kirimkan konfirmasi piutang:

1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim


surat konfirmasi.

2) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi


negatif.

3) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di


surat  konfirmasi.

4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien


untuk dicari perbedaannya.

5) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.

7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti


penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati
tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work).
Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collectionshanyalah
yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.

8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan


untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.

9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah
jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu
besar dan terlalu kecil.

10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan


lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal
neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual
melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur
penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode
berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank,
dan correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang
dijadikan sebagai jaminan.

12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan


prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK

13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

Anda mungkin juga menyukai