Anda di halaman 1dari 7

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2020

HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI SPO


PEMBERIAN CAIRAN/ELEKTROLIT MELALUI INTRAVENA (IVFD) DENGAN
KEJADIAN FLEBITIS DI RSUD S.K. LERIK KOTA KUPANG

Maria Yosepha Melania1, Florentianus Tat2, Sebastianus Kurniadi Tahu2


Program Studi Ners, Fakultas Kesehatan, Universitas Citra Bangsa

Email: melanrodja@gmail.com

ABSTRAK

Perawat merupakan salah satu profesi kesehatan yang melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Salah satu
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien adalah pemberian cairan/elektrolit melalui intravena (IVFD).
Pelaksanaan tindakan/asuhan keperawatan tersebut sering berdampak pada kejadian flebitis. Tindakan
pemberian cairan/elektrolit melalui intravena (IVFD) dilakukan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
(SPO) yang berlaku. Sebagai pemberi asuhan, perawat harus paham dan patuh pada SPO. Penelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan kepatuhan perawat daalam implementasi SPO pemberian cairan/elektrolit
melalui intravena (IVFD) dengan kejadian flebitis di RSUD S.K. Lerik Kota Kupang. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif menggunakan desain analitik korelasi dengan observasi analitik. Tekhnik yang digunakan
adalah total sampling dengan total sample adalah 44 responden. Data penelitian dianalisa menggunakan uji
bivariat. Hasil uji statistik menggunakan chi square menunjukkan hasil p-value 0,475 (p > α: 0,05). Hal ini
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam implementasi SPO pemberian
cairan/elektrolit melalui intravena (IVFD) dengan kejadian flebitis. Kesimpulan; sebagian besar responden
perawat tidak patuh pada SPO, sebagian besar responden pasien tidak mengalami kejadian flebitis sehingga
tidak ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam implementasi SPO pemberian cairan/elektrolit melalui
intravena (IVFD) dengan kejadian flebitis.Penelitian ini merekomendasikan agar meningkatkan sosialisasi
tentang SPO yang telah disepakati, membuat protap mengenai waktu penggantian abocath dan set infus setelah
3 hari pemasangan, memperketat observasi terhadap tanda-tanda flebitis, dan diharapkan perawat lebih disiplin
menjalankan SPO pemberian cairan/elektrolit melalui intravena (IVFD) karena pada SPO terdapat langkah-
langkah yang beresiko terhadap plebitis.

Kata Kunci : Kepatuhan Perawat, Cairan Intravena, Flebitis.

ABSTRACT

The duty of a nurse is to take care the patients. One of its tasks is to provide for the electrolyte for the patients
through the intravena (IVFD). The implementation of the task often results in a situation which is called
phlebitis. The electrolyte supplying through intravena has to be conducted according to its Standardized
Operational Procedures (SOP). Therefore, when a nurse performing the task, it is essential to follow and to
comply with the SOP. The purpose of this study is to identify the correlation between the nurse self-control and
the implementation of the Standardized Operational Procedures when supplying the electrolyte through the
intravena (IVFD), with the phlebitis case at RSUD S.K. Lerik Kota Kupang. This is a quantitative study which
adopts analytical correlative design with analytical observation. The data collection technique is total sampling
that consists of 44 of the respondents. The data is analyzed through the bivariate test. The statistical result by
using chi square reveals the p-value is 0,475 (p > ɑ: 0,05). This shows that there is no correlation between the
nurse self-control and the implementation of the Standardized Operational Procedures when supplying the
electrolyte through the intravena (IVFD), with the phlebitis case. The study reveals that most of the nurse-
respondents do not comply with the Standardized Operational Procedures (SOP) and most of the patient-
respondents do not show the phlebitis symptoms. Therefore, it can be concluded that there is no correlation of
both cases with the phlebitis case. This study suggests several points: that the SOP needs to be advocated more
according to the agreements, producing fixed-rules about the timing of the abocath exchange and infusion set 3
days after the installation, strict control and observation over the symptoms of the phlebitis, and nurse is
expected to be more discipline when performing the electrolyte supplying through intravena which is based on
the SOP because it provides cautions of phlebitis.

Key words: Nurse self-control, Intravena substance, Phlebitis.

289
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2020

PENDAHULUAN pada bulan Januari-Maret 2018 sebesar 6%


Salah satu implementasi dalam asuhan (IPCN RSUD Naibonat, 2018).
keperawatan adalah pemberian Menurut Potter dan Perry, (2009) dan
terapi/cairan/elektrolit melalui intravena. Alexander,et al..(2010), flebitis dibedakan
Menurut Perry dan Potter (2009), terapi menjadi tiga jenis berdasarkan faktor
intravena digunakan untuk mengobservasi penyebabnya, yaitu flebitis mekanik
keadaan pasien, memenuhi kebutuhan (mechanical phlebitis) yaitu flebitis yang
cairan/nutrisi pasien, untuk measukan obat disebabkan iritasi kanul kateter, ukuran kanul
secara intravena, pemberian produk darah serta yang terlalu besar, viksasi yang kurang tepat,
memperbaiki atau mencegah atau lokasi penusukan yang dekat dengan
ketidakseimbangan elektrolit pasien baik persendian. Pemasangan kanul di vena
dengan kondisi akut maupun kronis.(1) metacarpal yang berada di area tangan dengan
Menurut Nursalam (2013), SPO ukuran kanul yang kecil serta dekat dengan
didefenisikan sebagai supervisi dan motivasi. persendian , dimana sering digerakan atau
SPO dikatakan sebagai supervisi yang digunakan untuk berbagai aktivitas dapat
diartikan sebagai suatu bentuk menyebabkan iritasi intima vena yang dapat
pengendalian/kontrol bagi perawat dalam menyebabkan terjadinya luka dan
menjalankan asuhan keperawatan, sedangkan mengakibatkan flebitis.(1)
SPO sebagai motivasi dimaknai sebagai suatu Berdasarkan studi pendahuluan yang
alasan yang mendorong perawat untuk dilakukan oleh peneliti didapatkan data
melaksanakan setiap tindakan atau asuhan kejadian flebitis di RSUD S.K. Lerik pada
perawatan kepada pasien dengan baik dan tahun 2017 sebesar 6,54 % dan mengalami
benar.(2) peningkatan pada tahun 2018 sebesar 7,12 %.
Salah satu peran dan tugas perawat yang Sementara itu pada tahun 2019 mengalami
diatur dalam SPO adalah pemberian terapi peningkatan kasus flebitis dengan angka
intravena, baik itu pemasangan infus ataupun kejadian 8,68 % dan pada trimester pertama
pemberian obat injeksi melalui selang infus tahun 2020 (bulan Januari-Maret) adalah
ataupun secara langsung. Pemberian sebesar 2,19 %.(5)
obat/terapi intravena merupakan salah satu Menurut data yang didapat dari
cara pemberian obat yang dilakukan dengan Infection Prevention Control Nurse (IPCN)
menyuntikkan obat melalui selang RSUD S.K. Lerik, tingginya angka flebitis di
intravena/infus pada pasien yang sedang RSUD S.K.Lerik disebabkan oleh beberapa
diinfus ataupun langsung ke vena/pembuluh faktor. Pertama ketidakpatuhan perawat
darah pasien dengan tujuan agar obat bekerja terhadap SPO terapi intravena, kedua karena
lebih cepat.(3) tidak menggunakan dresing transparan setelah
Menurut Akbar. et all, (2018),(4) dalam pemasangan infus, ketiga karena perawat
jurnal penelitiannya disebutkan kejadian belum menerapkan secara benar enam langkah
flebitis di Asia Tenggara setiap tahunnya cuci tangan dan lima moment cuci tangan, dan
mencapai 10% dan Indonesia (9,80%). Data keempat disebabkan oleh penggunaan kapas
dari Centres for Disease Control and alkohol yang tidak sesuai standar, dan faktor
Prevention (CD) 2017, kejadian flebitis dari pasien itu sendiri. Selain itu juga
menempati posisi keempat sebagai infeksi didapatkan bahwa ukuran kanul yang dipakai
yang didapatkan pasien saat menjalani saat pemasangan infus tidak sesuai dengan
perawatan di rumah sakit. Sementara itu, umur pasien.(5)
angka kejadian plebitis di Nusa Tenggara Pengetahuan perawat tentang
Timur masih tinggi. Menurut data yang pemasangan danperawatan infus menjadi
diperoleh dari Infection Prevention Control faktor yang penting dalam pencegahan
Nurse (IPCN) RSUD So’E (2012 dan 2013), komplikasi plebitis. Kurangnya pengetahuan
bahwa di RSUD So’E angka flebitis di tahun perawat tentang prinsip dan prosedur
2012 sebesar 5,9% dan meningkat menjadi pemasangan infus akan menimbulkan
10,3% di tahun 2013. Di RSUD Umbu Rara ketidakpatuhan dalam pelaksanaan tindakan
Meha angka kejadian flebitis di tahun 2017 sesuai prosedur sehingga meningkatkan risiko
4,45% (IPCN RSUD Umbu Rara Meha 2017), kesalahan yang mengakibatkan komplikasi dan
dan di RSUD Naibonat angka kejadian flebitis ketidaknyamanan. Tujuan penelitian adalah

290
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2020

menganalisis hubungan kepatuhan perawat Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa paling


terhadap SOP pemasangan infus dengan banyak perawat tidak patuh terhadap SPO
kejadian plebitis. Hipotesis yang dirumuskan pemberian cairan/elektrolit melalui intravena
adalah ada hubungan kepatuhan perawat (IVFD) sebanyak 33 perawat (75%) .
terhadapan SOP pemasanganinfus dengan
kejadian plebitis. Tabel 2. Karakteristik Kejadian flebitis
pada pasien yang sedang rawat
METODE inap di ruang garuda, cendrawasi,
Dalam penelitian ini, peneliti ICU di RSUD S.K Lerik Kota
menggunakan desain analitik korelasi dengan Kupang
observasi analitik dengan pendekatan cross- Kejadian Frekuensi (n) Presentas
sectional,Jumlah sampel dalam penelitian ini Flebitis i (%)
sebanyak 44 perawat pelaksana, dan 44 pasien Tidak 37 84,1%
di RSUD SK Lerik Kota Kupang yang Flebitis
dilakukan pemasangan infus oleh perawat Flebitis 7 15,9%
pelaksana tersebut. Teknik sampling dalam
Total 44 100%
penelitian ini menggunakan tekhnik total
sampling, yaitu tekhnik pengambilan sampel Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa
sesuai dengan jumlah populasi yang ada.(6) jumlah kejadian flebitis pada pasien rawat inap
Jumlah perawat yang berdinas di ruang lebih banyak tidak flebitis yaitu 37 (84,1%).
Garuda, Cendrawasih dan ICU sebanyak 44
dengan waktu penelitian dilaksanakan pada Tabel 3. Hubungan Kepatuhan Perawat
bulan Januari 2020 sampai dengan bulan dengan Implementasi SPO
Maret 2020 dan pengambilan data pada bulan Pemberian Cairan/Elektrolit
Juni 2020 sampai dengan bulan Juli 2020. Melalui Intravena (IVFD) di
Penelitian ini instrumen yang digunakan RSUD S.K Lerik Kota Kupang
peneliti adalah SPO pemasangan infus dan Kepatuh Kejadian Flebitis P-
check list tanda-tanda flebitis (lembar an Flebitis Tidak Value
observasi). Pada saat perawat melakukan Flebitis
pemasangan infus pada pasien, dilakukan N % N %
observasi dengan menggunakan chek list SOP Patuh 1 14,3 10 27,1
pemasangan infus untuk melihat kepatuhan % %
perawat. Dan pada pengamatan tanda plebitis Tidak 6 85,7 27 72,9 0,475*
dilakukan pada hariketiga setelah pemasangan. Patuh % %
Hal ini sesuai dengan pendapat yang Total 7 100 37 100
dikemukakan oleh Gabriel, et al. (2005) yang % %
mengatakan bahwa kejadian plebitis
meningkat setelah 48 jam pemasangan kateter Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa nilai
infus. Analisis data menggunakan analisis P-Value > 0,05 maka H1 ditolak, yakni tidak
deskriptifstatistik, untuk uji bivariat yang ada hubungan antara kepatuhan perawat
digunakan adalah uji Chi Square karena data dengan implementasi SPO pemberian
yang digunakan berbentuk kategorik. cairan/elektrolit melalui intravena (IVFD)
dengan kejadian flebitis di RSUD S.K. Lerik
HASIL Kota Kupang.

Tabel 1. Karakteristik perawat PEMBAHASAN


berdasarkan Kepatuhan terhadap
SPO pemberian cairan/elektrolit Kepatuhan merupakan suatu perubahan
melalui intravena (IVFD) di RSUD perilaku dari perilaku yang tidak mentaati
S.K Lerik Kota Kupang peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan
Kepatuhan Frekuensi (n) Presentasi (6)
.Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku
(%) individu untuk mematuhi atau mentaati
Patuh 11 25% sesuatu, sehingga kepatuhan perawat dalam
Tidak Patuh 33 75% melaksanakan SPO pemberian cairan/elektrolit
Total 44 100% (IVFD) juga tergantung dari perilaku perawat

291
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2020

itu sendiri. Kepatuhan perawat adalah kepatuhan seseorang dalam pelaksanaan suatu
perilaku perawat sebagai seorang profesional protap pemasangan infus juga berhubungan
terhadap anjuran, prosedur atau peraturan yang dengan adanya motivasi, sarana dan prasarana
harus dilakukan atau ditaati(7). Kepatuhan yang mendukung, kepemimpinan dan insentif.
merupakan bagian dari perilaku individu yang Kusumadewi dkk (2012) dalam penelitiannya
bersangkutan untuk mentaati atau mematuhi juga melaporkan hubungan positif antara
sesuatu, sehingga kepatuhan perawat dalam dukungan social peer group dengan
melaksanakan SPO pemasangan infus kepatuhan(10). Rekan kerja yang melaksanakan
tergantung dari perilaku perawat itu sendiri(8). pemasangan infus dengan baik sesuai SPO
Kepatuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa akan membuat rekan kerja lain ikut menjadi
faktor. Menurut Carpenito (2000), adapun baik. Seseorang cenderung berperilaku sama
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dengan rekan atau sesama dalam lingkungan
perawat diantaranya adalah pemahaman sosialnya.(11) Sehingga hendaknya kegiatan
tentang instruksi, tingkat pendidikan, sosialisasi SPO Pemberian Cairan/Elektrolit
keyakinan, sikap dan kepribadian, serta melalui intravena (IVFD) kepada perawat
dukungan sosial(12). Cialdini dan Martin misalnya melalui kegiatan timbang terima
(2004), menyebutkan terdapat 6 prinsip dasar setiap pagi/rapat bulanan bisa dilakukan lagi.
dalam hal kepatuhan. Hal-hal tersebut yakni Flebitis adalah peradangan pada tunika
komitmen, kelangkaan, hubungan sosial, intima vena yang merupakan komplikasi dari
validasi sosial, resiprositas (timbal balik) dan pemberian terapi intravena (IV). Flebitis juga
otoritas (8). diduga sebagai dampak dari kurangnya
Hasil penelitian yang dilakukan di hygiene pada area pemasangan infus akibat
RSUD S.K. Lerik Kota Kupang didapatkan dari kontaminasi terhadap kuman dan bakteri.
bahwa jumlah perawat yang tidak patuh pada Tanda dan gejala yang khas dari flebitis ini
SPO pemberian cairan/elektrolit melalui adalah bengkak, kemerahan sepanjang vena,
intravena (IVFD) lebih banyak yaitu 33 nyeri, peningkatan suhu pada daerah insersi
perawat (75%) dari jumlah sampel yaitu 44 kanula dan penurunan kecepatan tetesan infus
(13).
perawat. Hasil Ini sejalan dengan Pemasangan infus adalah tindakan
penelitianMutiana (2014), tentang kepatuhan pemasangan kateter intravena pada vena
perawat terhadap SPO pemasangan infus di RS tertentu untuk memberikan terapi intravena.
PKU Muhhamadiyah Gombong, yang Terapi intravena digunakan untuk mengoreksi
memperoleh 42 orang tidak patuh dari semua berbagai kondisi pasien, terutama dalam hal
responden (100%) dan yang patuh 0 (0%). pemasukan peroral tidak adekuat, kurangnya
Hasil observasi selama penelitian nutrisi tubuh, untuk medikasi secara IV,
didapatkan ketidakpatuhan SPO yang memasukkan produk darah dan memperbaiki
ditemukan antara lain tidak mencuci tangan atau mencegah ketidakseimbangan elektrolit
sebelum melakukan tindakan, menggunakan pada penyakit akut dan kronis(1). Tanda dan
handscoen sejak mempersiapkan alat, tidak gejala flebitis dapat dinilai melalui
menggunakan perlak/pengalas, dan tidak pengamatan visual yang dilakukan oleh
menggunakan iv dressing transparant. Hal ini perawat. Andrew jackson, dalam PPI 2014
dapat disebabkan oleh kurangnya kegiatan telah mengembangkan skor visual untuk
sosialisasi SPO, dimana selama pengambilan kejadian plebitis dengan tabel VIP Score
data tidak tampak adanya sosialiasi SPO di (Visual Infusion Pjlebitis Score) dimana skor
ruangan dan jumlah responden perawat yang 0 adalah tidak terdapat tanda flebitis, Skor 1
mendapat sosialisasi SPO kurang dari 3 kali terdapat tanda-tanda dini flebitis (terdaapat
lebih banyak, hal ini dapat menyebabkan satu dari tanda-tanda nyeri area penusukan dan
rendahnya pemahaman perawat tentang SPO adanya eritema di area penususkan), skor 2
yang tentunya akan berdampak pada stadium dini flebitis ( terdapat dua tanda dari
ketidakpatuhan SPO. Selain itu penelitian yang tanda–tanda nyeri area penusukan,eritema dan
dilakukan oleh Mutiana (2014)(8) dan pembengkakan), skor 3 stadium moderat
Penelitian lainnya oleh Widori (2014)(9) yang flebitis ( tanda-tanda nyeri area penusukan,
berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi eritema dan indurasi terlihat jelas), skor 4
Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Protap stadium lanjut atau level thrombophlebitis
Pemasangan Infus di Ruang Rawat Inap (nyeri sepanjang canula, eritema, indurasi,
RSUD Padang Panjang” menekankan bahwa venous chord teraba) dan skor 5 stadium lanjut

292
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2020

thrombophlebitis (semua tanda nyeri tidak menimbulkan nyeri dan mempercepat


sepanjang canula, eritema, indurasi, venous kejadian flebitis(14).
chord teraba dan demam jelas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian didapakan jumlah responden perawat yang tidak patuh
jumlah responden pasien yang mengalami pada implementasi SPO Pemberian
kejadian flebitis lebih sedikit yaitu 7 pasien cairan/elektrolit melalui intravena (IVFD)
dari total sampel 44 pasien. Hal ini juga sebanyak 33 perawat (75%) dengan angka
sejalan dengan penelitian yang dilakukan kejadian tidak flebitis sebanyak 37 orang
Sastriani (2016), yang berjudul Hubungan (72,9%), dengan nilai P-Value 0,427 > 0,05
prosedur pemasangan infus dengan kejadian yang berarti tidak ada hubungan antara
flebitis di Rumah Sakit Umum Kabubaten kepatuhan perawat dengan implementasi SPO
Majene, menyatakan jumlah pasien yang pemberian cairan/elektrolit melalui intravena
flebitis sebanyak 25 pasien dari total sampel dengan kejadian flebitis.
82. Sedangkan jumlah pasien yang tidak Kepatuhan merupakan suatu perubahan
flebitis sebanyak 57 sampel(15). perilaku dari perilaku yang tidak mentaati
Menurut peneliti jumlah kejadian tidak peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan
(6)
flebitis lebih banyak karena walaupun perawat . Kepatuhan perawat merupakan bagian dari
tidak patuh pada SPO (menggunakan perilaku yang taat akan anjuran, prosedur
handscoen dari persiapan alat, tidak mencuci maupun peraturan dalam hal ini taat akan SPO
tangan dengan benar), tetapi dalam pemberian cairan/elektrolit (IVFD). Standar
melaksanakan pemasangan infus perawat Prosedur Operasional(SPO) adalah tata cara
melakukan tekhnik aspetik yaitu melakukan atau tahapan yang dibakukan dan yang harus
desinfektan dengan baik dan benar pada area dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
penusukan dengan menggunakan kapas tertentu(16). Tindakan pemasangan infus akan
alcohol/alcohol swab. Selain itu perawat juga berkualitas apabila dalam pelaksanaannya
mengajarkan ke pasien untuk menjaga tangan selalu patuh pada standar yang telah ditetapkan
yang diinfus seperti menghindari gerakan demi terciptanya pelayanan kesehatan yang
memutar atau berbalik secara tiba-tiba dan bermutu(17). Flebitis adalah peradangan pada
mengurangi aktivitas pada tangan yang tunika intima vena yang merupakan
terpasang infus. Hal ini sesuai dengan Potter komplikasi dari pemberian terapi intravena
dan Perry (2009), untuk mencegah terjadinya (IV). Flebitis juga diduga sebagai dampak dari
flebitis, perawat harus melakukan tekhnik kurangnya hygiene pada area pemasangan
aseptik dalam melakukan pemasangan infus infus akibat dari kontaminasi terhadap kuman
dan pemberian terapi melalui selang infus dan bakteri. Tanda dan gejala yang khas dari
dengan menggunakan desinfektan. flebitis ini adalah bengkak, kemerahan
Hasil penelitian didapatkan pada sepanjang vena, nyeri, peningkatan suhu pada
responden yang mengalami kejadian flebitis daerah insersi kanula dan penurunan kecepatan
setelah 1-2 hari dipasang infus, disebabkan tetesan infus(13). Kejadian flebitis dapat
oleh iritasi mekanik dimana lokasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko
menjadi tempat pemasangan infus adalah vena diantaranya flebitis mekanik (mechanical
metacarpal, dan disebabkan oleh iritasi kimia phlebitis) yaitu flebitis yang disebabkan iritasi
yakni terapi yang diberikan melalui intravena kanul kateter, ukuran kanul yang terlalu besar,
cukup banyak dan konsentrasi tinggi. Hal ini fiksasi yang kurang tepat, atau lokasi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penusukan yang dekat dengan persendian,
Lestari et al (2016), yang berjudul “Hubungan flebitis kimia (chemical phlebitis) yaitu flebitis
jenis cairan dan lokasi pemasangan infus yang disebabkan oleh karena iritasi obat,
dengan kejadian flebitis pada pasien rawat cairan infus hipertonik, ataupun tetesan infus
inap di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado, yang terlalu cepat, flebitis bakterial (bacterial
yang menyatakan terdapat hubungan yang phlebitis) yang disebabkan oleh infeksi bakteri
signifikan antar lokasi pemasangan infus, jenis yang diakibatkan ketidakadequatan tekhnik
cairan infus dengan kejadian flebitis. Menurut aseptik selama pemasangan kanul kateter,
peneliti, untuk pasien yang mendapat terapi prosedur pemasangan infus yang kurang tepat,
pengobatan lebih dari satu macam injeksi dan pemberian obat intravena, serta
seharusnya lokasi pemasangan infus haruslah mempertahankan kanul kateter terpasang
di vena yang lebih besar dan lurus, sehingga selama lebih dari tiga (3) hari(1,18).

293
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2020

Hasil uji statistik dengan menggunakan membuktikan bahwa teknik pemberian cairan
Chi-square dalam penelitian ini menunjukkan intravena hipertonis yang tidak tepat dapat
tidak ada hubungan antara kepatuhan perawat menyebabkan flebitis. Sehingga kejadian
dalam melaksanakan SPO pemberian flebitis bukan disebabkan oleh faktor
cairan/elektrolit melalui intravena (IVFD) kepatuhan pada SPO, tetapi disebabkan oleh
dengan kejadian flebitis di RSUD S.K Lerik faktor lain(20).
Kota Kupang. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Satriani (2016) KESIMPULAN
yang menyatakan tidak terdapat hubungan
prosedur pemasangan infus dengan kejadian Berdasarkan hasil analisis dan
flebitis dengan P-Value 0,522(15). Hal ini pembahasan data, maka penulis memperoleh
menandakan tidak ada hubungan yang kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
signifikan antara kepatuhan pelaksanaan SPO tentang hubungan kepatuhan perawat dalam
dengan kejadian phlebitis. Menurut Potter dan implementasi SPO pemberian cairan/elektrolit
Perry, (2009) dan Alexander et al., (2010) melalui intravena (IVFD) dengan kejadian
kejadian flebitis tidak saja dipengaruhi oleh flebitis di RSUD S.K. Lerik Kota Kupang
kepatuhan SPO namun dipengaruhi oleh yaitusebagian besar responden (perawat) tidak
beberapa faktor seperti iritasi kanul kateter patuh terhadap implementasi SPO pemberian
karena pemilihan ukuran kanul yang terlalu cairan/elektrolit melalui intravena (IVFD) di
besar, fiksasi yang kurang tepat, atau lokasi RSUD S.K. Lerik Kota Kupang, sebagian
penusukan yang terlalu dekat dengan besar responden (pasien) tidak mengalami
persendian, iritasi obat-obatan maupun cairan kejadian flebitis, Tidak adanya hubungan
intravena pekat dan tetesan infus yang terlalu antara kepatuhan perawat dalamimplementasi
cepat serta pemasangan kanul kateter yang SPO pemberian cairan/elektrolit melalui
lebih dari tiga (3) hari(1,18). intravena (IVFD) dengan kejadian flebitis di
Hasil observasi saat penelitian menunjukan RSUD S.K. Lerik Kota Kupang.
kanul kateter yang dipilih dan digunakan
responden sudah disesuaikan dengan vena DAFTAR PUSTAKA
yang akan diinsersi serta terapi yang mungkin
akan didapatkan. Hal ini didukung dengan (1) Nursalam. Manajemen keperawatan
hasil penelitian Sastriani (2016) yang aplikasi dalam praktik keperawatan
melaporkan jenis, ukuran dan kateter professional. Edisi 3. Jakarta : Salemba
mempengaruhi terjadinya phlebitis. Selain itu, Medika. 2013
fiksasi juga tampak sudah tepat dan lokasi (2) Ayu, S. . Gambaran supervisi dan
penusukan atau vena yang diambil untuk karakteristik perawat dengan kepatuhan
tempat penusukan infus responden biasanya perawat dalam melakukan pemasangan
vena radialis dan cepalika, dengan alasan infus sesuai SPO di ruang interna dan
kedua vena ini merupakan vena yang lebih IGD RSUD Toto Kabila. 2014
besar dan ukurannya lurus dan tidak dekat (3) Akbar, et all. Pengaruh Karakteristik
dengan persendian. Responden (perawat) Pasien Yang Terpasang Kateter
memperhatikan tekhnik aseptic dimana selalu Intravena Terhadap kejadian Flebitis.
melakukan disinfektan area yang akan Jurnal Berkala Epidemiologi, 6
dipasang infus dengan menggunakan alkohol (1)2018,1-8.
swab dengan tepat (sirkuler), memperhatikan (4) RSUD S.K. Lerik. Laporan HAIS
dan disiplin dalam observasi jenis cairan dan RSUD.S.K. Lerik. IPCN RSUD S.K.
tetesan infus dan terapi yang diberikan seperti Lerik. 2019
jenis dan kepekatan obat. Sehingga kejadian (5) Notoatmodjo. Ilmu Perilaku Kesehatan.
flebitis bukan disebabkan oleh faktor Jakarta : Rineka Cipta. 2010
kepatuhan pada SPO, tetapi disebabkan oleh (6) Mutiana. Kepatuhan Perawat dalam
faktor lain. Pemberian obat melalui selang Melaksanakan Standar Prosedur
intravena memiliki risiko terjadinya phlebitis Operasional Pemasangan Infus di Rumah
bila pencampuran dan kecepatan tidak sesuai Sakit PKU Muhammadiyah Gombong.
(19) Mutiara Medika,1:51-62. 2014
. Hal ini didukung dengan penelitian
sebelumnya oleh Wahyu Rizky (2016) yang (7) Kusumadewi, et all. Hubungan Antara
secara signifikan dengan P value 0,01 Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol

294
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2020

Diri dengan Kepatahuan terhadap Aturan Bunda Prabumulih. Jurnal Ners dan
pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Kebidanan Indonesia, ISSN2354-7642.
Islam Assalam Sukoharjo. Journal Ilmiah 2016
Psikologi Candrajiwa,2012;1(2):1-10. (18) Ayu Natrolita Fitriana Sari. Gambaran
(8) Cialdini, M. The science of compliance. faktor-faktor yang mempengaruhi
United states of America : Arizona state kepatuhan perawat dalam tindakan
of university. 2004 perawatan infus rawat inap RSUD
(9) Nurlela, T. E. Perbandingan efektivitas Ungaran. Proposal skripsi. Departemen
penggunaan kompres ekstrak lidah buaya Ilmu Keperawatan Universitas
(Gel aloe vera) dengan kompres air Diponegoro Semarang. 2015
hangat pada penurunan tingkat skala nyeri (19) Kozier, B, et all. Fundamentals of
phlebitis pada pasien rawat inap. Bachelor Nursing : Conceps, Process, and Practice,
thesis, Universitas Muhammadiyah 10 ed. New Jersey : Pearson Education.
Purwokerto. 2015 2016
(10) Lestari, dkk. Hubungan Jenis Cairan dan (20) Legi, dkk. Hubungan Pendidikan dan
Lokasi Pemasangan Infus dengan Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat
Kejadian Flebitis pada Pasien Rawat Inap Melaksanakan SPO Pemasangan Infus di
di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Ruang Rawat Inap RSU Pancaran Kasih
Ejournal Keperawatan (e-kep) Volume 4 GMIM Manado. Journal of Community &
Nomor 1. 2016 Emergency, ISSN.2337-7356. 2017
(11) Sastriani. Hubungan Prosedur
Pemasangan Infus dengan Kejadian
Plebitis di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Majene. STIKES Marendeng.
2016
(12) Alexander, et all. Infusion nursing
society, Infusion nursing : An evidence-
based approach (3rd Ed). St. Louis :
Dauders Elseiver. 2010
(13) Wahyu Rizky. Analisis factor yang
berhubungan dengan kejadian phlebitis
pada pasien yang terpasang kateter
intravena di ruang bedah Rumah Sakit Ar.
Bunda Prabumulih. Jurnal Ners dan
Kebidanan Indonesia, ISSN2354-7642.
2016
(14) Widhori. Analisa Faktor_Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Perawat dalam
Pelaksanaan Protap Pemasangan Infus di
Ruang Rawat Inap RSUD Padang. 2014
(15) Kusumadewi, et all. Hubungan Antara
Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol
Diri dengan Kepatahuan terhadap Aturan
pada Remaja Putri di Pondok Pesantren
Islam Assalam Sukoharjo. 2012. Journal
Ilmiah Psikologi Candrajiwa,2012;1(2):1-
10.
(16) Alexander, et all. Infusion nursing
society, Infusion nursing : An evidence-
based approach (3rd Ed). St. Louis :
Dauders Elseiver. 2010
(17) Wahyu Rizky. Analisis factor yang
berhubungan dengan kejadian phlebitis
pada pasien yang terpasang kateter
intravena di ruang bedah Rumah Sakit Ar.

295

Anda mungkin juga menyukai