Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Aqidah Dasar Pembinaan Akhlak Muslim

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.Ag

Disusun oleh :

Muhammad Syafri Aziz (11200541000101)

Mukmin Alwan ( 11200541000102)

Musdah Wardatun Najah (11200541000103)

Nur Faricha (11200541000128)

Universitas Islam Negeri


Syarif Hidayatullah Jakarta
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI KESEJAHTERAAN SOSIAL
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Aqidah Dasar Dalam Pembinaan Akhlaq Muslim” . Tujuan
ditulisnya makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah
AKHLAK TASAWUF. Kami selaku penyusun makalah bagaimanapun juga tak bisa memendam ucapan
terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah
Akhlak Tasawuf dan bapak Dr. Hamidullah, LC yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini, kedua orang tua yang yang tak pernah lelah mendukung kelancaran tugas kami,
serta pada teman-teman yang selalu memberikan motivasi demi lancarnya penyusunan makalah ini.

Dalam makalah akhlaq tasawwuf dengan judul aqidah dasar dalam pembinaan akhlak muslim ini, kami
selaku penulis memuat sumber informasi berdasarkan melalui macam-macam literatur buku dan internet.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca demi
perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.

Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan
para pembaca serta referensi bagi penyusun makalah yang senada di waktu yang akan datang. Amin.

Jakarta, 16 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

a. Latar Belakang ............................................................................................1


b. Rumusan Masalah .................................................................................... ..2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

a. Pengertian Aqidah sebagai dasar Pembinaan Akhlak Mulia .........................3


b. Hubungan Aqidah dan Akhlak dalam Islam .....................................................4
c. Peran, Fungsi dan Kontribusi Aqidah dalam Pembentukan Akhlak Muslim ...........5
d. Proses Internalisasi Nilai-nilai Akhlak melalui Penguatan Aqidah ...............................6

BAB III PENUTUP ...............................................................................................14

a. Kesimpulan ............................................................................................... 14
b. Saran ..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak merupakan dimensi nilai dari syariat Islam, dimana agama Islam bukan hanya sekedar aqidah
dan ibadah saja, namun juga terdiri dari akhlak yang mulia. Aqidah adalah poros akhlak yang mulia,
ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-
nilai akhlak yang luhur. Keberadaan akhlak memiliki peranan yang istimewa dalam aqidah islam.
Aqidah tanpa akhlak bagaikan pohon yang tidak dapat dijadikan sebagai tempat bernaung dan tidak
pula bisa berbuah. Sebaliknya akhlak tanpa aqidah hanya merupakan bayang-bayang bagi benda yang
tidak tetap dan selalu bergerak.

B. Rumusan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

Definisi Aqidah Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :


Kata "‘Aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraamal-ihkam
(pengesahan), (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah
(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya
juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).

"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil
dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan "
‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan
perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari
aqidah adalah aqa-id.

Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah;
baik itu benar ataupun salah.

Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga
menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang
yang  menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan
atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak
dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :

Kata "‘Aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraamal-ihkam
(pengesahan), (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah
(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya
juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil
dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan "
‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan
perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari
aqidah adalah aqa-id.

Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah;
baik itu benar ataupun salah.

Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga
menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang
yang  menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan
atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak
dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
A. Pengertian Aqidah sebagai dasar Pembinaan Akhlak Mulia

Pengertian Aqidah adalah sebuah ikatan atau kepercayaan kuat dalam diri seseorang terhadap apa yang
diimaninya. Di dalam islam, Aqidah meliputi keimanan kepada Allah SWT beserta sifat-sifatNya.
Aqidah merupakan ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Sedangkan pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan
bukan perbuatan. Aqidah juga merupakan sebuah keimanan yang kuat terhadap suatu dzat tanpa ada
keraguan sedikitpun.

Aqidah islam meliputi semua rukun iman yaitu iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul,
Hari Kiamat serta iman kepada Qada dan Qadar. Intinya, pengertian Aqidah adalah sebuah
keimanan yang pasti tanpa ada keraguan sama sekali. Oleh karena itu, berpegang pada Aqidah
yang benar merupakan sebuah kewajiban bagi umat Islam.

Adapun ruang lingkup aqidah sebagai berikut :

1. Ilahiyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan masalah ketuhanan, khususnya
membahas mengenai Allah SWT.
2. Nubuwwat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan para utusan Allah (nabi dan rasul
Allah).
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan mahluk gaib. Misalnya malaikat, iblis,
dan jin.
4. Sam’iyyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan alam gaib. Misalnya surga, neraka,
alam kubur, dan lainnya.

1. Ilahiyat
Makna ‫أشهد أن ال اله اال هللا‬: Aku mengetahui, meyakini dan mengakui (dengan ucapan) bahwa tida ada yg
disembahdengan hak (benar) kecuali Allah , yang Esa ,tiada sekutu baginya , tidak terbagi-bagi , tidak
bermula , tidak didahului dengan ketiadaan , Maha Hidup , tidak membutuhkan kepada yang lain , tidak
berakhir , Maha Pencipta , Pemberi rizki , Maha Mengetahui , Maha Kuasa , yang mudah bagi-Nya
melakukan segala apa yang ia kehendaki. Segala apa yang ia kehendaki terjadi dan segala apa yang tidak
ia kehendaki tidak akan terjadi. Tidak ada daya untuk menjauhi perbuatan dosa kecuali dengan
pemeliharaan-Nya , dan tidak ada kekuatan untuk berbuat ta’at kepada-Nya kecuali dengan pertolongan-
Nya.Allah memiliki segala sifat kesempurnaan yang layak bgi-Nya dan Maha Suci dari segala
kekurangan bagi-Nya.

Allah tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak sesuatupun dari makhluk-Nya yang
menyerupai-Nya , Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat , tetapi pendengaran dan penglihatan Allah
tidak seperti makhluk. Hanya Allah yang tidak memiliki permulaan (Qadim) , segala sesuatu selain-Nya
memiliki permulaan (Baharu). Dia-lah sang pencipta , segala sesuatu selain-Nya adalah ciptaan-Nya
(makhluk). Kalam Allah Qadim (tidak bermula) yang berarti pasti bukan huruf , suara, dan bahasa karena
semua itu baharu , makhluk. Wajib atas setiap mukallaf untuk mengetahuinya, dan Dzat Allah adalah
Azali (tidak bermula) , maka demikian pula sifat-sifat-Nya pasti Azali.
2. Nubuwwat
Makna ‫وأشهد ان محمد رسول هللا‬: Aku mengetahui, meyakini dan mengakui (dengan ucapan) bahwa
Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Muththalib ibn Hasyim ibn Abd Manaf al Qurasyi (dari kabilah
Quraisy) shallahhahu alayhi wasallam adalah hamba Allah sekaligus penutup para nabi , pemimpin
seluruh manusia (keturunan adam) dan utusan-Nya kepada segenap makhluk. Dan bahwa Muhammad
SAW lahir dan diutus (menjadi seorang Nabi dan Rasul) di makkah, hijrah ke Madinah dan dimakamkan
disana. Termasuk cakupan makna syahadat ke2 ini , meyakini bahwa Nabi Muhammad jujur dalam segala
berita yang ia bawa dan sampaikan dari Allah. Diantaranya ; (adanya) siksa dan nikmat kubur ,
pertanyaan 2 malaikat ; munkar dan nakir, al Ba’ts (dibangkitkannya semua orang mati), al Hasyr (saat
dikumpulkannya makhluk disuatu tempat) , al Qiyamah (hari kiamat), al Hisab (perhitungan atas segala
perbuatan).

Wajib berkeyakinan juga bahwa setiap nabi Allah pasti (wajib) memiliki sifat jujur, dapat dipercaya
(amanah) dan cerdas. Mustahil bagi mereka sifat bohong , khianat, ar-radzalah ( terjatuh dalam perbuatan
hina), bodoh dan dungu. Mereka pasti terjaga dari kekufuran , dosa-dosa besar, dan dosa-dosa kecil yang
menandakan rendahnya jiwa perilakunya, baik sebelum mereka menjadi nabi maupun sesudahnya.
Mereka mungki saja melakukan dosa-dosa kecil, namun mereka diingatkan langsung untuk taubat
sebelum dosa-dosa tersebut diikuti oleh orang lain.

3. Ruhaniyat
sumber

1. Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih (Ahlis Sunnah wal Jama'ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal
Jama'ah), terj. Farid bin Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafi'i, cet.I), hlm. 33-35.

Anda mungkin juga menyukai