Keamanan Obat Pada Ibu Hamil Menurut

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

KEAMANAN OBAT PADA IBU HAMIL MENURUT (FDA)

Pola penggunaan obat yang aman bagi ibu hamil dan menyusui di Indonesia belumlah
menjadi sebuah pemahaman yang dimengerti dengan baik bukan hanya bagi masyarakat,
melainkan di kalangan tenaga kesehatan itu sendiri. Hal ini tidaklah mengherankan,
pemerintah sendiri, dalam hal ini Kemenkes dan BPOM sejauh ini memang belum
mengeluarkan regulasi atau rilis ilmiah mengenai hal ini.

Secara ilmiah, kita masih berpatokan pada penggolongan keamanan obat pada
kehamilan yang dikeluarkan oleh FDA. FDA (Food and Drug Administration) adalah Badan
POM-nya Amerika Serikat. FDA bertugas mengatur makanan, suplemen makanan, obat-
obatan, produk biofarmasi, transfusi darah, piranti medis, piranti untuk terapi dengan radiasi,
produk kedokteran hewan, dan kosmetik yang beredar di Amerika Serikat.

Namun demikian jika anda malas mentranslate, penjelasannya adalah seperti ini,
FDA menggolongkan tingkat keamanan penggunaan obat pada kehamilan dalam 5 kategori
yaitu :

1. Kategori A : Studi kontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap
janin pada kehamilan trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester
selanjutnya), dan sangat rendah kemungkinannya untuk membahayakan janin. Contoh
: Vitamin C, asam folat, vitamin B6, zinc. Kebanyakan golongan obat yang masuk
dalam kategori ini adalah golongan vitamin, meski demikian terdapat beberapa
antibiotik yang masuk dalam Ketegori A ini

2. Kategori B : Studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan


adanya resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum
pernah dilakukan. Atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping obat (selain penurunan fertilitas) yang tidak diperlihatkan pada
studi terkontrol pada wanita hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko
pada trimester berikutnya). Contoh : acarbose, acyclovir, amiloride, amoxicillin,
ampicillin, azithromycine, bisacodyl, buspirone, caffeine, cefaclor, cefadroxil,
cefepime, cefixime, cefotaxime, ceftriaxone, cetirizine, clavulanic acid, clindamycine,
clopidogrel, clotrimazole, cyproheptadine, dexchlorpheniramine oral, dicloxaciline,
dobutamin, erythromycin, famotidin, fondaparinux sodium, fosfomycin, glibenclamide
+ metformin oral, glucagon, ibuprofen oral, insulin, kaolin, ketamine, lansoprazole,
lincomycin, loratadine, meropenem, metformin, methyldopa, metronidazole,
mupirocin, pantoprazole, paracetamol oral, ranitidine, sucralfat, terbutalin,
tetracycline topical, tranexamic acid, ursodeoxycholic acid, vancomycin oral.

3. Kategori C : Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping


pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada
studi terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan binatang percobaan tidak
dapat dilakukan. Obat hanya dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh melebihi
besarnya resiko yang mungkin timbul pada janin. Contoh : acetazolamide,
albendazole, albumin, allopurinol, aminophylin, amitriptyline, aspirin, astemizol,
atropine, bacitracin, beclometasone, betacaroten, bupivacaine, calcitriol, calcium
lactate, chloramphenicol, ciprofloxacin, clidinium bromide, clobetasol topical,
clonidine, cotrimoxazole, codein + paracetamol, desoximetasone topical,
dextromethorphan, digoxin, donepezil, dopamine, enalapril, ephedrine, fluconazole,
fluocinonide topical, gabapentin, gemfibrozil, gentamycin (parenteral D),
griseofulvin, guaifenesin, haloperidol, heparin, hydrocortisone, INH, isosorbid
dinitrate, ketoconazole, lactulosa, levofloxacine, miconazole, nalidixic acid, nicotine
oral, nimodipine, nystatin (vaginal A), ofloxacin, omeprazole, perphenazine,
prazosin, prednisolone, promethazine, pseudoephedrine, pyrantel, pyrazinamide,
rifampicin, risperidone, salbutamol, scopolamine, simethicon, spiramycin,
spironolactone, streptokinase, sulfacetamide opth & topical, theophyline, thiopental
sodium, timolol, tramadol, triamcinolone, trifluoperazine, trihexyphenidil.

4. Kategori D : Terbukti menimbulkan resiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya


manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan
(misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau
penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan).
Contoh: alprazolam, amikacin, amiodarone, atenolol, bleomycin, carbamazepine,
chlordiazepoxide, cisplatin, clonazepam, cyclosphosphamide, diazepam, kanamycin,
minocycline,phenytoin, povidon iodine topical, propylthiouracil, streptomycin inj,
tamoxifen, tetracycline oral dan ophthalmic, valproic acid.

5. Kategori X : Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan


adanya abnormalitas janin dan besarnya resiko obat ini pada wanita hamil jelas-jelas
melebihi manfaatnya. Dikontraindikasikan bagi wanita hamil atau wanita usia subur.
Contoh : alkohol dalam jumlah banyak dan pemakaian jangka panjang, amlodipin +
atorvastatin, atorvastatin, caffeine + ergotamine, chenodeoxycholic, clomifene,
coumarin, danazol, desogestrel + ethinyl estradiol, dihydroergotamine, ergometrine,
estradiol, (+ norethisterone), fluorouracil, flurazepam, misoprostol, oxytocin,
simvastatin, warfarin.

Lebih gampangnya dapat diartikan sebagaimana berikut :

 A= Tidak berisiko
 B= Tidak berisiko pada beberapa penelitian
 C= Mungkin berisiko
 D= Ada bukti positif dari risiko
 X= Kontraindikasi

Doktrin yang masih relevan untuk dipakai hingga kini adalah bahwa : TIDAK ADA OBAT
YANG AMAN UNTUK IBU HAMIL. Penjabaran ilmiah mengenai hal ini diartikan bahwa
penggunaan semua obat pada masa kehamilan harus melalui dokter (sesuai dengan diagnosa)
atau apoteker (sebagai faktor kontrol). Efikasi, kemanjuran (benefit) vs resiko (risk) adalah
pertimbangan utama dalam kita menggunakan obat khususnya untuk kategori A dan B,
sedangkan untuk obat yang masuk kategori C dan D penggunaannya harus benar-benar
melalui pertimbangan dokter dengan mempertimbangkan manfaat, keselamatan jiwa yang
lebih besar dibandingkan resikonya. Untuk obat dengan kategori X TIDAK BOLEH
DIGUNAKAN pada masa kehamilan.

Darimana kita dapat mengetahui kategori obat tersebut?. Banyak literatur resmi yang
menerangkan obat berada pada kategori A, B, C, D ataukah X. Diantaranya pada buku MIMS
yang hampir pasti menjadi buku pegangan apoteker di apotek. Daftar kategori obat ini juga
dikeluarkan oleh FDA. Jangan asal searching dari internet dengan sumber yang tidak
kredibel. Silakan bertanya pada apoteker anda, atau pada dokter anda, amankah obat yang
anda minum? Jika ya, atau jika dokter anda menjawab tidak, tanyakan obat anda berada pada
kategori apa menurut FDA? Ingat, keamanan obat pada masa kehamilan adalah sebuah
pilihan berdasakan kondisi pasien secara medis, dan berdasarkan kajian studi ilmiah. Bukan
asumsi pribadi, bukan menurut dokter A, atau menurut dokter B. Sekali lagi adalah evidence
based medicine. Bukan kata si A atau si B.
TUGAS MATA KULIAH FARMAKOLOGI
KEAMANAN OBAT PADA IBU HAMIL
MENURUT (FDA)

Disusun Oleh :
Ujang Mubarok
NPM. 1219204

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI


2020

Anda mungkin juga menyukai