Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
proposal ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain
Kolase pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit “ Proposal ini berisikan tentang
preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia
sekolah di rumah sakit.
Diharapkan Proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
kolase. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang
dengan sengaja direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi,
dilaksanakan, diobservasi dan dievaluasi dalam hubungannya dengan objek
yang dituju. Dalam kaitannya dengan terapi bermain pada anak dengan
hospitalisasi didefinisikan sebagai permainan yang diberikan dan digunakan
anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan,
belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah
sakit yang ada (Whaley & Wong, 2008).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan
salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau
mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan
demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan
yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus:
a. Dapat lebih efektif dalam beradaptasi terhadap stress di rumah sakit
b. Dapat melanjutkan proses tumbuh kembang selama perawatan di rumah
sakit
c. Dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
d. Mengatasi konflik yang dialami anak
e. Membantu mengekspresikan kemampuan anak agar merasa nyaman di
lingkungan asing
f. Penurunan tingkat kecemasan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Keterampilan kolase merupakan kemampuan seseorang dalam
menempelkan benda yang berupa pecahan kulit telur potongan kertas, atau
kertas pada bidang gambar yang menghasilkan sebuah karya seni yang
menarik, membuat kolase dibutuhkan koordinasi mata dan tangan serta
konsentrasi sehingga kolase cocok untuk melatih siswa dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus.
Menurut M.Saleh Kasim (2008) kolase adalah menggambar dengan
teknik tempelan. Muharam E (2005) menyatakan bahwa kolase adalah teknik
melukis dan mempergunakan warna kepingan benda lain yang ditempelkan.
Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun
kepingan warna yang dioles lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar.
Budiono (2005) menyatakan bahwa kolase sebagai artistic yang dibuat
dari bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar. Sumaryo (2008)
menyatakan bahwa keterampilan kolase merupakan aktivitas yang penting
dan kompleks. Berbagai unsur rupa yang berbeda karakternya dipadukan
dalam suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan artistik atau makna
tertentu.
Susanto M (2008) menyatakan bahwa kata kolase yang berasal dari
bahasa Inggris yaitu “collage” yang berarti merekat. Selanjutnya kolase
dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi selain
cat seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur, biji dan lain sebagainya
kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya.
B. Fungsi terapi bermain
Menurut Suherman (2000), fungsi bermain diantaranya yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai
warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat
bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
c. Perkembangan social
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social damn belajar memecahkan masalah
dari hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di
lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b) Memperkenalkan sumber suara.
c) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d) Melatih imajinasinya.
e) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-
balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-
coret, krayon/pensil berwarna.
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b) Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e) Membedakan benda dengan permukaan.
f) Menumbuhkan sportivitas.
g) Mengembangkan kepercayaan diri.
h) Mengembangkan kreativitas.
i) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
J. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya
L. Prosedur
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase
membutuhkan langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya
dan peningkatan dari latihan tersebut.
Langkah-langkah latihan keterampilan kolase menurut Priyanto (2010) yaitu:
a. Merencanakan gambar / membuat pola
b. Menyediakan alat-alat dan bahan
c. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk
keterampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
d. Membimbing anak untuk menempelkan kertas warna- warni pada gambar
dengan cara menjimpit kertas, memberikan perekat dengan lem lalu
menempelkannya dengan lem.
e. Menjelaskan posisi untuk menempelkan kertas warnaa yang benar sesuai
dengan bentuk gambar dan mendemonstrasikannya sehingga hasil
tempelannya tidak keluar garis.
f. Melibatkan orangtua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk
dijadikan rutinitas anak di rumah untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak.
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Ruang Bona 1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 9-14 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Tanggal / Jam : Kamis / 02 November 2017
Jam / Durasi : Pkl. 09.00 sd selesai
Tempat Bermain : Ruang Nefro Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di
Ruang Nefro Bona 1 yang memenuhi kriteria :
1. Anak 9 – 14 tahun
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari : Anak yang dirawat di ruang Nefro Bona 1 yang memenuhi
kriteria
Sarana, Media dan Alat
1. Sarana:
a) Ruangan tempat bermain
b) Tikar untuk duduk
2. Media :
a) Kolase yang belum dirangkai
3. Alat :
a) Gambar
b) Lem
c) Lidi Kapas
Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 1 orang observer.
Pembagian Tugas :
1. Peran Leader
a) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c) Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
2. Peran Co Leader
a) Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang
d) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
a) Mempertahankan kehadiran peserta
b) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Peran Observer
a) Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
b) Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c) Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
d) Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
Susunan Kegiatan
Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang diwarnai, kemudian digantung
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT
Rineka Cipta: Jakarta
Rahyubi, Heri. 2014. Teori-Teori Belajar Dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Nusa
Media: Bandung
Syamsu, Yusuf dan Nani Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Rajawali
Pers: Jakarta