Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
proposal ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain
Kolase pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit “ Proposal ini berisikan tentang
preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia
sekolah di rumah sakit.
Diharapkan Proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
kolase. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Surabaya, 23 Oktober 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang
dengan sengaja direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi,
dilaksanakan, diobservasi dan dievaluasi dalam hubungannya dengan objek
yang dituju. Dalam kaitannya dengan terapi bermain pada anak dengan
hospitalisasi didefinisikan sebagai permainan yang diberikan dan digunakan
anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan,
belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah
sakit yang ada (Whaley & Wong, 2008).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan
salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau
mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan
demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan
yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus:
a. Dapat lebih efektif dalam beradaptasi terhadap stress di rumah sakit
b. Dapat melanjutkan proses tumbuh kembang selama perawatan di rumah
sakit
c. Dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
d. Mengatasi konflik yang dialami anak
e. Membantu mengekspresikan kemampuan anak agar merasa nyaman di
lingkungan asing
f. Penurunan tingkat kecemasan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Keterampilan kolase merupakan kemampuan seseorang dalam
menempelkan benda yang berupa pecahan kulit telur potongan kertas, atau
kertas pada bidang gambar yang menghasilkan sebuah karya seni yang
menarik, membuat kolase dibutuhkan koordinasi mata dan tangan serta
konsentrasi sehingga kolase cocok untuk melatih siswa dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus.
Menurut M.Saleh Kasim (2008) kolase adalah menggambar dengan
teknik tempelan. Muharam E (2005) menyatakan bahwa kolase adalah teknik
melukis dan mempergunakan warna kepingan benda lain yang ditempelkan.
Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun
kepingan warna yang dioles lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar.
Budiono (2005) menyatakan bahwa kolase sebagai artistic yang dibuat
dari bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar. Sumaryo (2008)
menyatakan bahwa keterampilan kolase merupakan aktivitas yang penting
dan kompleks. Berbagai unsur rupa yang berbeda karakternya dipadukan
dalam suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan artistik atau makna
tertentu.
Susanto M (2008) menyatakan bahwa kata kolase yang berasal dari
bahasa Inggris yaitu “collage” yang berarti merekat. Selanjutnya kolase
dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi selain
cat seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur, biji dan lain sebagainya
kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya.
B. Fungsi terapi bermain
Menurut Suherman (2000), fungsi bermain diantaranya yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai
warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat
bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
c. Perkembangan social
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social damn belajar memecahkan masalah
dari hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di
lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan.

C. Prinsip terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi


Dalam pelaksanaan terapi bermain perlu diperhatikan beberapa prinsip
mendasar yaitu:
a. Bermain dalam kelompok umur yang sama
Permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia anak dan tingkat
perkembangan anak.
b. Memperhatikan pertimbangan keamanan dan infeksi silang
Alat bermain yang digunakan merupakan alat bermain yang mudah dicuci
dan aman bagi anak sehingga infeksi silang dapat dihindari.
c. Tidak banyak mengeluarkan energi serta bermain dalam waktu yang
singkat.
Sakit menyebabkan anak kehilangan sebagian dari energi tubuhnya
sehingga permainan yang diberikan sebaaiknya merupakan permainan
yang tidak banyak menghabiskan energi anak.
d. Permainan sederhana, tidak kompleks dan tidak bertentangan dengan
pengobatan dan perawatan
e. Saat melakukan terapi bermain, orangtua dilibatkan.
Hubungan antara orangtua dan anak akan lebih akrab dan terjalin
kepercayaan antara keduanya.
D. Kategori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b) Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
c) Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
d) Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Contohnya:
a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b) Mendengarkan cerita atau musik
c) Menonton televisi, dll
Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain.
Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
b) Melatih kerjasama mata dan tangan.
c) Melatih kerjasama mata dan telinga.
d) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e) Melatih mengenal sumber asal suara.
f) Melatih kepekaan perabaan.
g) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e) Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b) Memperkenalkan sumber suara.
c) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d) Melatih imajinasinya.
e) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-
balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-
coret, krayon/pensil berwarna.

3. Usia 25 – 36  bulan


Tujuannya adalah :
a) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b) Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c) Melatih motorik halus dan kasar.
d) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
e) Melatih kerjasama mata dan tangan.
f) Melatih daya imajinansi.
g) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Alat-alat untuk menggambar.
b) Lilin yang dapat dibentuk
c) Pasel (puzzel) sederhana.
d) Manik-manik ukuran besar.
e) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f) Bola.

4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :
a) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b) Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e) Membedakan benda dengan permukaan.
f) Menumbuhkan sportivitas.
g) Mengembangkan kepercayaan diri.
h) Mengembangkan kreativitas.
i) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

5. Usia 6-12 tahun


Bermain bagi anak-anak usia 6 – 12 tahun tetaplah cara yang paling efektif
untuk belajar. Melalui kegiatan bermain, baik dalam kerangka belajar di
kelas maupun dalam waktu istirahatnya, siswa SD mengasah dan menyerap
banyak hal: keterampilan motorik, kemampuan bersosialisasi dan
komunikasi, kecerdasan interpersonal, dan masih banyak lagi.
Perbedaan mendasar dalam konsep bermain antara balita dan anak usia 6 –
12 tahun adalah bergesernya sifat permainan menjadi lebih sosial
dibandingkan ketika masih balita. Secara ideal, permainan siswa sekolah
dasar melibatkan banyak pemain, keterampilan yang diasah juga lebih
kompleks, durasi permainan sekali main lebih lama. Ini semua sesuai dengan
tahapan perkembangan anak usia sekolah dasar.
Alat yang dianjurkan :
 Permainan ketangkasan, seperti kasti, galasin, lompat tali, dan lain-
lain.
 Permainan tradisional yang diiringi tarian dan nyanyian, seperti
permainan ular naga, Cublak Cublak Suweng, dan lain-lain.
 Bermain peran (role play), seperti sekolah-sekolahan, berkemah,
travelling dan lain-lain.
 Permainan asah memori, seperti main kartu, kolase, tebak-tebakan
dan lain-lain
 Permainan virtual dan digital, seperti digital games dan lain-lain.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit seperti perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

H. Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
I. Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

J. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya

K. Bahan yang digunakan


Bahan yang akan digunakan dalam latihan keterampilan kolase adalah:
a. Kertas bergambar
b. Perekat (lem)
c. Kertas warna- warni

L. Prosedur
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase
membutuhkan langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya
dan peningkatan dari latihan tersebut.
Langkah-langkah latihan keterampilan kolase menurut Priyanto (2010) yaitu:
a. Merencanakan gambar / membuat pola
b. Menyediakan alat-alat dan bahan
c. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk
keterampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
d. Membimbing anak untuk menempelkan kertas warna- warni pada gambar
dengan cara menjimpit kertas, memberikan perekat dengan lem lalu
menempelkannya dengan lem.
e. Menjelaskan posisi untuk menempelkan kertas warnaa yang benar sesuai
dengan bentuk gambar dan mendemonstrasikannya sehingga hasil
tempelannya tidak keluar garis.
f. Melibatkan orangtua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk
dijadikan rutinitas anak di rumah untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak.

M. Prinsip terapi kolase


Keterampilan kolase harus mencakup 3 perlakuan yaitu menjepit, mengelem
dan menempel. Dalam tiga perlakuan ini akan melatih koordinasi otot-otot
jari tangan secara perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih dengan
sendirinya. Dengan demikian anak dapat belajar untuk melemaskan jari-jari
tangan karena proses menempel benda-benda dalam ukuran kecil.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan  : Terapi Bermain Pada Anak Di Ruang Bona 1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 9-14 tahun
Tujuan                       : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Tanggal / Jam           : Kamis / 02 November 2017
Jam / Durasi             : Pkl. 09.00 sd selesai
Tempat Bermain       : Ruang Nefro Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Peserta                       : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di
Ruang Nefro Bona 1 yang memenuhi kriteria :
1. Anak 9 – 14 tahun
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari : Anak yang dirawat di ruang Nefro Bona 1 yang memenuhi
kriteria
Sarana, Media dan Alat
1. Sarana:
a) Ruangan tempat bermain
b) Tikar untuk duduk
2. Media :
a) Kolase yang belum dirangkai
3. Alat :
a) Gambar
b) Lem
c) Lidi Kapas
Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 1 orang observer.
Pembagian Tugas :
1. Peran Leader
a) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c) Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
2. Peran Co Leader
a) Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang
d) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
a) Mempertahankan kehadiran peserta
b) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Peran Observer
a) Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
b) Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c) Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
d) Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket


1 5 menit Pembukaan :
a. Co-Leader membuka dan a. Menjawab salam
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Memperkenalkan pembimbing c. Mendengarkan
d. Memperkenalkan anak satu d. Mendengarkan dan
persatu dan anak saling saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
e. Kontrak waktu dengan anak e. Mendengarkan
f. Mempersilahkan Leader f. Mendengarkan
2 10 menit Kegiatan bermain :
a. Leader menjelaskan cara a. Mendengarkan
permainan
b. Menanyakan pada anak, anak b.Menjawabpertanyaan
mau bermain atau tidak
c. Menbagikan permainan c. Menerima permainan
d. Leader ,co-leader, dan Fasilitator d.Bermain
memotivasi anak
e. Fasilitator mengobservasi anak e. Bermain
f. Menanyakan perasaan anak f. Mengungkapkan
perasaan
3 5 menit Penutup :
a. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
b. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
c. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
d. Memberikan hadiah pada anak Senang
yang cepat menyelesaikan
gambarnya dan bagus
e. Membagikan souvenir/kenang-
kenangan pada semua anak yang Senang
bermain
f. Menanyakan perasaan anak
g. Co-leader menutup acara Mengungkapkan perasaan
h. Mengucapkan salam Mendengarkan
Menjawab salam

Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang diwarnai, kemudian digantung
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT
Rineka Cipta: Jakarta

Montolalu, B,E.F. 2008. Bermain dan Permainan Anak. Universitas Terbuka:


Jakarta.

Pamadhi, Hajar. 2014. Seni Keterampilan Anak. Universitas Terbuka: Jakarta.

Rahyubi, Heri. 2014. Teori-Teori Belajar Dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Nusa
Media: Bandung

Anak Usia Dini. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Sumanto. 2006. Pengembangan Kreatifitas Seni Rupa Anak


Sekolah Dasar. Depdiknas: Jakarta.

Sujiono, Bambang, Dkk. 2010. Metode Pengembangan Fisik. Universitas


Terbuka: Jakarta.

Syamsu, Yusuf dan Nani Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Rajawali
Pers: Jakarta

Tjandrasa, Meitasari dan Muslichah Zarkasih. 2002. Perkembangan Anak Jilid 1


Edisi ke 6. Jogja:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai