Anda di halaman 1dari 22

TUGAS 1

HIDROGEOLOGI

NAMA : ASTUTYA NINGSIH

NIM : R1A117048

SEMESTER : GANJIL

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
1. PENGENALAN JENIS BATUAN

Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu mineral dibentuk dari
beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan jenis mineral yang menyusunnya akan
menentukan jenis batuan yang terbentuk. Batuan adalah benda alam yang terdiri atas
campuran antarmineral sejenis maupun tidak sejenis yang saling terikat secara gembur atau
padat. Batuan juga disebut batuan padat karena terjadi adanya beberapa proses perubahan dari
magma, yang merupakan batuan cair pijar bersuhu tinggi yang terdapat di inti bumi. Batuan
ini nantinya menjadi penyusun utama lapisan litosfer (kerak bumi), yaitu sebuah lapisan kulit
bumi paling luar berupa batuan padat. Berdasarkan proses pembentukannya batuan dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan (metamorf).

a. Sifat-sifat Material Batuan

Sifat Fisik Batuan

A. Porositas

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori (yaitu volume yang


ditempati oleh fluida) terhadap volume total batuan. Ada dua jenis porositas yaitu porositas
antar butir dan porositas rekahan. Secara matematis porositas dapat dituliskan sebagai berikut.

Sebagai contoh, apabila batuan mempunyai media berpori dengan volume 0,001 m3, dan
media berpori tersebut dapat terisi air sebanyak 0,00023 m3, maka porositasnya adalah:

Pada kenyataannya, porositas didalam suatu sistem panasbumi sangat bervariasi.


Contohnya didalam sistem reservoir rekah alami, porositas berkisar sedikit lebih besar dari
nol, akan tetapi dapat berharga sama dengan satu (1) pada rekahannya. Pada umumnya
porositas rata-rata dari suatu sistem media berpori berharga antara 5 – 30%. 

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:


1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap volume
batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat ditulis sesuai
persamaan sebagai berikut :

2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling


berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen.

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu :

1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan
proses pengendapan berlangsung.

2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses


pengendapan.

Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan
butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk pegangan
dilapangan, ukuran porositas

B. Kecepatan Aliran Fluida

Kecepatan aliran darcy atau flux velocity (v) adalah laju alir rata-rata volume flux per
satuan luas penampang di media berpori. Sedangkan kecepatan rata-rata fluida yang melalui
media berpori dikenal sebagai interstitial velocity (u). Hubungan antara kedua parameter
kecepatan tersebut adalah sebagai berikut:

Harga flux velocity pada umumnya sekitar 10-6 m/s. Besarnya interstitial velocity
digunakan untuk kecepatan suatu partikel (partikel kimia penjejak atau tracer) yang mengalir
pada media berpori.

C. Permeabilitas
Permeabilitas adalah parameter yang memvisualisasikan kemudahan suatu fluida untuk
mengalir pada media berpori. Parameter ini dihubungkan dengan kecepatan alir fluida oleh
hukum Darcy seperti di bawah ini

Tanda negatif dalam persamaan di atas menunjukkan bahwa apabila tekanan bertambah
dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan arah dengan pertambahan tekanan tersebut.
Dari persamaan (2.3) dapat dinyatakan bahwa kecepatan alir fluida (kecepatan flux)
berbanding lurus dengan k/m, dimana didalam teknik perminyakan, k/m dikenal
sebagai mobility ratio.

Permeabilitas mempunyai arah, dimana ke arah x dan y biasanya mempunyai


permeabilitas lebih besar dari pada ke arah z. Sistem ini disebut anisotropic.

Apabila permeabilitas tersebut seragam ke arah horizontal maupun vertikal disebut


sistem isotropik. Satuan permeabilitas adalah m2. Pada umumnya pada reservoir panasbumi,
permeabilitas vertikal berkisar antara 10-14 m2, dengan permeabilitas horizontal dapat
mencapai 10 kali lebih besar dari permeabilitas vertikalnya (sekitar 10-13 m2). Satuan
permeabilitas yang umum digunakan didunia perminyakan adalah Darcy (1 Darcy = 10-12 m2).

Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang melewatkan


fluida dengan viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det melalui suatu
penampang dengan luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan 1 atm/cm. Persamaan 4 Darcy
berlaku pada kondisi :

1. Alirannya mantap (steady state)

2. Fluida yang mengalir satu fasa

3. Viskositas fluida yang mengalir konstan

4. Kondisi aliran isothermal

5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal

6. Fluidanya incompressible
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas
dibedakan menjadi tiga, yaitu :

• Permeabilitas absolute (Kabs)

Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida, misalnya hanya
minyak atau gas saja.

• Permeabilitas efektif (Keff)

Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir lebih
dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya.
Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk
minyak, gas dan air.

• Permeabilitas relatif (Krel)

Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi saturasi tertentu terhadap
permeabilitas absolute. Harga permeabilitas relative antara 0 – 1 darcy.

Densitas Batuan

Densitas batuan dari batuan berpori adalah perbandingan antara berat terhadap volume
(rata-rata dari material tersebut). Densitas spesifik adalah perbandingan antara densitas
material tersebut terhadap densitas air pada tekanan dan temperatur yang normal, yaitu kurang
lebih 103kg/m3.

Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui, dalam mekanika batuan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ;

a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi ”Spesific Gravity” porositas dan absorbsi ”Void
Ratio”.
b. Sifat mekanika batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, ”Poisson `s
Ratio”.
Kedua sifat tersebut dapat ditentukan, pada umumnya ditentukan terhadap sampel yang
diambil dari lapangan. Satu persatu dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan.
Pertama-tama adalah penetuan sifak fisik batuan yang merupakan pengujian tanpa merusak
(Non Destructive Test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat mekanik batuan yang
merupakan pengujian merusak (Destructive Test) sehingga contoh fasture (hancur).

Pembutan contoh batuan dapat dilakukan dilaboratorium maupun dilapangan (insitu).


Pembuatan percontohan dilaboratorium dilakukan dari blok batuan yang diambil dilapangan
hasil pemboran Core (inti). Sampel yang didapat berbentuk selinder dengan diameter pada
umumnnya antara 50-70 mm dan tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran percontohan
dapat lebih kecil dari ukuran yang disebut diatas tergantung maksud pengujian.
Pengujian ini dilakukan pada inti bor (core) dengan contoh berbentuk silinder dengan
dimeter 50-70 mm kemudian dipotong dengan mesin untuk mendapatkan ukuran tinggi dua
kali diameternya. 

Kemudian contoh yang diambil dimasukkan eksikator dan udara yang ada dalam
eksikator dihisap sehingga conto dalam keadaan vacum. Dari contoh yang didalam eksikator
didapatkan nilai berat jenis,berat jenuh tergantung dalam air dan berat kering contoh.

D. Resistiviti

Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-pori. Padatan-
padatan mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik kecuali mineral clay. Sifat
kelistrikan batuan reservoir tergantung pada geometri pori-pori batuan dan fluida yang
mengisi pori. Minyak dan gas bersifat tidak menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat
menghantarkan arus listrik apabila air melarutkan garam.

Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion elektronik.
Untuk menentukan apakah material didalam reservoir bersifat menghantar arus listrik atau
tidak maka digunakan parameter resistiviti. Resistiviti didefinisikan sebagai kemampuan dari
suatu material untuk menghantarkan arus listrik.

E. Wettabiliti
Wettabiliti didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fasa
fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke permukaan
batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan
partikel cairan lebih besar dari pada gaya kohesi antara partikel cairan itu sendiri. Tegangan
adhesi merupakan fungsi tegangan permukaan setiap fasa didalam batuan sehingga wettabiliti
berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya.

Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang terletak
diantara matrik batuan. Memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan benda padat,
dengan sudut kontak sebesar θ. Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih ringan terhadap
fluida yang lebih berat, yang berharga 0o – 180o.

1. Wetting-Phase Fluid dan Non-Wetting Phase Fluid

A. Wetting-Phase FluidFasa

Fluida pembasah biasanya akan dengan mudah membasahi permukaan batuan. Akan
tetapi karena adanya gaya tarik menarik antara batuan dan fluida, maka fasa pembasah akan
mengisi ke pori-pori yang lebih kecil dahulu dari batuan berpori. Fasa fluida pembasah
umumnya sangat sukar bergerak ke reservoir hidrokarbon.

B. Non-Wetting Phase Fluid

Non-wetting phase fluid sukar membasahi permukaan batuan. Dengan adanya gaya
repulsive (tolak) antara batuan dan fluida menyebabkan non-weting phase fluid umumnya
sangat mudah bergerak.

2. Batuan Reservoir Water Wet

Batuan reservoir umumnya water wet dimana air akan membasahi permukaan batuan.
Kondisi batuan yang water wet adalah :

• Tegangan adhesinya bernilai positif

• σsw ≥ σso, AT > 0


• Sudut kontaknya (0°< θ <90°)

Apabila θ = 0°, maka batuannya dianggap sebagai strongly water wet.

3. Batuan Reservoir Oil Wet

Batuan reservoir disebut sebagai oil wet apabila fasa minyak membasahi permukaan
batuan. Kondisi batuan oil wet adalah :

• Tegangan adhesinya bernilai negatif

• σso ≥ σsw, AT < 0

• Sudut kontaknya (90°< θ <180°)

Apabila θ = 180°, maka batuanya dianggap sebagai strongly oil wet.

4. Imbibisi dan Drainage

Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water) meningkat
sedangkan saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa pembasah meningkat
seiring dengan meningkatnya saturasi fasa pembasah. Misalnya pada proses pendesakan pada
reservoir minyak dimana batuan reservoir sebagai water wet.

Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah
menurun dan saturasi non-wetting phase meningkat.

F. Tekanan Kapiler (Pc)

Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara
fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak membasahi batuan jika
didalam batuan tersebut terdapat dua atau lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam
kondisi statis.

Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan dengan sebuah
sistim tabung kapiler. Dimana cairan fluida akan cenderung untuk naik bila ditempatkan
didalam sebuah pipa kapiler dengan jari-jari yang sangat kecil. Hal ini diakibatkan oleh
adanya tegangan adhesi yang bekerja pada permukaan tabung. Besarnya tegangan adhesi
dapat diukur dari kenaikkan fluida , dimana gaya total untuk menaikan cairan sama dengan
berat kolom fluida. Sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan
kecenderungan rongga pori batuan untuk menata atau mengisi setiap pori batuan dengan
fluida yang berisi bersifat membasahi.

Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan dua fasa
fluida. Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar dari pada sisi konvek
(cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida terebut merupakan besarnya tekanan
kapiler didalam tabung.

Sifat Mekanik

Selain daripada sifat-sifat fisik dari batuan terdapat sifat-sifat mekanik batuan yang
berpengaruh pula dalam penembusan batuan.

1. Strength Batuan

Arthur menyatakan bahwa strength pada batuan merupakan faktor yang sangat penting
untuk penentuan laju pemboran. Strength pada batuan adalah kemampuan batuan untuk
mengikat komponen-komponennya bersama-sama. Jadi dengan kata lain apabila suatu batuan
diberikan tekanan yang lebih besar dari kekuatan batuan tersebut, maka komponen-
komponennya akan terpisah-pisah atau dapat dikatakan hancur. Lebih lanjut lagi, criteria
kehancuran batuan diakibatkan oleh adanya : Stress (tegangan) dan Strain (regangan).

Tegangan dan regangan ini terjadi apabila ada suatu gaya yang dikenakan pada batuan
tersebut. Goodman, menyatakan variasi beban yang diberikan pada suatu batuan
mengakibatkan kehancuran batuan. Terdapat empat jenis kerusakan batuan yang umum,
yaitu :

a. Flexure Failure

Flexure failure terjadi karena adanya beban pada potongan batuan akibat gaya berat
yang ditanggungnya, karena adanya ruang pori formasi dibawahnya.
b. Shear Failure

Shear failure, kerusakan yang terjadi akibat geseran pada suatu bidang perlapisan karena
adanya suatu ruang pori pada formasi dibawahnya.

c. Crushing dan Tensile Failure

Crushing dan tensile failure merupakan kerusakan batuan yang terjadi akibat gerusan
suatu benda atau tekanan sehingga membentuk suatu bidang retakan.

d. Direct Tension Failure

Direct tension failure, kerusakan terjadi searah dengan bidang geser dari suatu
perlapisan.

2. Drillabilitas

Drillabilitas batuan (rock drillability) merupakan ukuran kemudahan batuan untuk


dibor, yang dinyatakan dalam satuan besarnya volume batuan yang bisa dibor pada setiap unit
energi yang diberikan pada batuan tersebut. Drillabilitas batuan dapat ditentukan melalui data
pemboran (drilling record).

Selanjutnya dengan pengembangan model pemboran, drillabilitas batuan dapat


ditentukan dengan menggunakan roller cone bit.

3. Hardness

Hardness atau kekerasan dari batuan, merupakan ketahanan mineral batuan terhadap
goresan. Skala kekerasan yang sering digunakan untuk mendriskripsikan batuan diberikan
oleh Mohs.

Gatlin, menyatakan batuan diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu :

Soft rock (lunak) : clay yang lunak, shale yang lunak dan batuan pasir yang
unconsolidated atau kurang tersemen.

Medium rock (sedang) : beberapa shale, limestone dan dolomite yang porous, pasir
yang terkonsolidasi dan gypsum.
Hard rock (keras) : limestone dan dolomite yang padat, pasir yang tersemen padat/keras
dan chert.

4. Abrasivitas

Merupakan sifat menggores dan mengikis dari batuan, sehingga sering menyebabkan
keausan pada gigi pahat dan diameter pahat. Setiap batuan mempunyai sifat abrasivitas yang
berbeda-beda, pada umumnya batuan beku mempunyai tingkat abrasivitas sedang sampai
tinggi, batu pasir lebih abrasif daripada shale, serta limestone lebih abrasif dari batu pasir atau
shale. Ukuran dan bentuk dari partikel batuan menyebabkan berbagai tipe keausan, seperti
juga torsi dan daya tekan pada pahat.

5. Tekanan Pada Batuan

Merupakan tekanan-tekanan yang bekerja pada batuan formasi. Tekanan-tekanan


tersebut harus diperhatikan dalam kegiatan pemboran. Karena berpengaruh dalam cepat-
lambatnya laju penembusan batuan formasi. Secara umum, batuan yang berada pada
kedalaman tertentu akan mengalami tekanan :

Internal Stress yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam pori-pori
batuan (tekanan hidrostatik fluida formasi).

Eksternal Stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya (tekanan
overburden).

6. elastisitas

Adalah sifat elastis atau kelenturan dari suatu batuan.

b. Proses pembentukan batuan dan penggolongannya

1. Batuan Beku

Batuan Beku (igneous rock) adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku.
Batuan beku secara umum memiliki ciri ciri Homogen dan kompak, Tidak ada lapisan, dan
Umumnya tidak mengandung fosil. Batuan beku terbagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu
Berdasarkan Tempat Pembekuannya dan Berdasarkan Mineral Penyusunnya.

a. BerdasarkanTempat Pembekuan

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu


batuan beku dalam, batuan beku korok (gang), batuan beku luar.

1) Batuan Beku Dalam


Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk di bagian dalam perut bumi,
bahkan di dalam dapur magma. Karena bembekuannya dekat astenosfer, pendinginan yang
terjadi berlangsung sangat lambat sehingga menghasilkan batuan yang besar-besar dengan
tekstur holokristalin, yaitu semua komposisi batuan disusun oleh kristal yang sempurna.
Contoh batuan beku dalam antara lain sienit, granit, diorit, dan gabro. Ciri-ciri batuan beku
dalam antara lain sebagai berikut.
 Umumnya berbutir lebih kasar dibanding batuan beku luar.
 Jarang menunjukan adanya lubang-lubang gas.

2) Batuan Beku Korok (Gang)


Batuan beku korok (gang) adalah batuan beku yang terbentuk di daerah korok atau
celah kerak bumi sebelum magma sampai ke permukaan bumi. Proses pembekuan magma
berlangsung agak cepat sehingga membentuk batuan yang mempunyai kristal-kristal yang
kurang sempurna. Beberapa contoh batuan beku korok antara lain porfir granit, porfir diorit
dan ordinit

3) Batuan Beku Luar


Batuan beku luar (batuan lelehan) adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan
bumi. Dikarenakan magma yang keluar dari dalam bumi mengalami proses pendinginan/
pembekuan yang sangat cepat sehingga tidak menghasilkan kristal-kristal batuan. Contoh
batuan beku dalam antara lain obsidian, liparit, trachit, desit, andesit, dan basalt.

b. Berdasarkan Mineral Penyusun


Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
mineral ringan dan mineral berat.

1) Batuan Beku Mineral Ringan


Batuan beku yang tersusun atas mineral-mineral ringan biasanya memiliki ciri-ciri
berwarna terang, mudah pecah, dan banyak mengandung silikat sehingga termasuk batuan
yang bersifat asam.

2) Batuan Beku Mineral Berat


Batuan beku yang tersusun atas mineral-mineral berat biasanya memiliki ciri-ciri
berwarna gelap, sukar pecah, dan kandungan silikat yang sedikit sehingga merupakan batuan
yang bersifat basa.
2. Batuan Sedimen

Batuan sediman adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses pengendapat
(sedimentasi), baik yang disebabkan proses pelapukan angin maupun air. Sehingga
mengalami pemadatan dan sedimentasi yang menyebabkan berubah menjadi batuan sedimen.
Proses terbentuknya batuan sedimentasi disebut dengan diagenesis. Sebuah istilah yang
digunakan untuk menyatakan terjadinya perubahan bentuk (transformasi) dari bahan deposit
menjadi batuan endapan. Adanya proses diagenesis menyebabkan terjadinya proses
penyemenan (sementasi), yaitu proses pengendapan bahan-bahan yang tidak larut dalam
pergerakan air tanah menjadikan butiran terikat secara bersama-sama. Terikatnya bersama-
sama disebabkan adanya bahan semen pengikat, antara lain kalsium karbonat dan silikat.
Silikat tersebut akan mengikat butiran secara bersama-sama menjadi sebuah partikel yang
keras. Setelah penimbunan, banyak mineral yang mungkin berubah menjadi bentuk yang lebih
stabil melalui proses rekristalisasi, suatu proses penting yang mempengaruhi sedimentasi.
Dalam hal penggolongannya batuan sedimen dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu tenaga yang
mengendapkannya, tempat pengendapan, dan cara pengendapan.

 a. Menurut Tenaga yang Mengendapkan Batuan sedimen tersebut dibedakan menjadi 3
(tiga) golongan.
1) Batuan Sedimen Akuatis, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan butir-
butir batuan oleh air sungai, danau, atau air hujan.

2) Batuan Sedimen Aeolis, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan butir-
butir batuan oleh angin.

3) Batuan Sedimen Glasial, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan butir-
butir batuan oleh gletser.

Menurut Tempat Pengendapan Batuan sedimen tersebut dibedakan menjadi 5 (lima)

1) Batuan Sedimen Teristris, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di darat.


2) Batuan Sedimen Marine, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di laut.
3) Batuan Sedimen Limnis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di danau.
4) Batuan Sedimen Fluvial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di sungai.
5) Batuan Sedimen Glasial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di daerah- daerah
yang terdapat es gletser.

c. Menurut Cara Pengendapan Batuan sedimen tersebut dibedakan menjadi 3 (tiga)


golongan.

1) Batuan Sedimen Mekanis, adalah batuan sedimen yang terbentuknya dari pelapukan
atau erosi pada pecahan batuan atau mineral, sehingga batuan menjadi hancur atau pecah dan
kemudian mengendap di tempat tertentu dan menjadi keras dan tanpa mengubah susunan
kimianya. Contohnya antara lain batu konglomerat, batu breksi, dan batu pasir.

2) Batuan Sedimen Kimiawi, adalah batuan sedimen yang cara pengendapannya


terbentuk melalui proses kimia, dalam proses pembentukannya akan terjadi perubahan
susunan kimia dan mineralnya. Contohnya antara lain terbentuknya endapan stalaktit dan
stalagmit pada gua dan garam.

3) Batuan Sedimen Organik, adalah batuan sedimen yang terbentuknya dari kegiatan
organik, sisa-sisa makhluk hidup yang telah lama mati dan mengendap di tempat tertentu.
Contohnya, batu karang yang terbentuk dari terumbu karang yang mati dan fosfat yang
terbentuk dari kotoran kelelawar.
3. Batuan Malihan (Metamorf)

Batuan Malihan adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami
perubahan secara fisik maupun secara kimia sehingga terbentuk jenis batuan baru. Batuan
malihan juga sering disebut batuan metamorf. Batuan beku atau batuan sedimen dapat
mengalami perubahan disebabkan oleh suhu yang tinggi, tekanan yang kuat, dan waktu yang
lama. Jika digolongkan batuan malihan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu
metamorf kontak, metamorf dinamo, metamorf pneumatolitis kontak.

a. Metamorf Kontak (MetamorfTermal)

Batuan metamorf kontak adalah batuan yang berubah karena pengaruh suhu yang sangat
tinggi. Suhu sangat tinggi karena letaknya dekat dengan magma, antara lain disekitar batuan
instruksi. Contoh batuan metamorf kontak adalah batolit, stock, lakolit, sill, dan dike.

b. Metamorf Dinamo (MetamorfKinetis)

Batuan metamorf dinamo adalah batuan yang berubah karena pengaruh tekanan yang
sangat tinggi, dalam waktu yang sangat lama, dan dihasilkan dari proses pembentukan kulit
bumi oleh tenaga endogen. Adanya tekanan dari arah yang berlawanan menyebabkan butir-
butir mineral menjadi pipih dan ada yang mengkristal kembali. Dan batuan ini banyak
dijumpai di lipatan dan patahan. Contoh batuan metamorf dinamo antara lain, batu lumpur
(mudstone) menjadi batu tulis (slate). (a)mudstone (b) Slate

c. Metamorf Pneumatolitis Kontak

Batuan metamorf pneumatolitis kontak adalah batuan yang berubah karena pengaruh
gas-gas dari magma. Contoh batuan metamorf pneumatolitis kontak antara lain, kuarsa
dengan gas borium berubah menjadi turmalin (sejenis permata) dan kuarsa dengan gas
fluorium berubah menjadi topas (permata berwarna kuning).

c. Komposisi dan karakteristik batuan sedimen


Ciri- ciri fisik yang umum dijumpai dalam batuan sedimen antara lain :

1. Berlapis, batuan sedimen sering membentuk lapisan antara satu satuan batuan dengan
satuan batuan lainnya yang dipisahkan oleh bidang perlapisan dimana dalam kondisi
normal lapisan dibawah menunjukkan umur yang lebih tua.
2. Tekstur, Ukuran butir, bentuk, dan susunan fragmen pembentuk batuan sedimen
dinamakan tekstur yang secara umum terbagi menjadi klastik dan non-klastik.
3. Gelembur gelombang ( ripple marks), terjadi sebagai akibat gerakan arus pada
permukaan lapisan batuan di dasar sungai atau pantai.
4. Warna, lapisan batuan sedimen sering memperlihatkan warna yang berlainan antara tiap
lapisan yang berbeda sebagai akibat unsur kimia dalam perlapisan batuan tersebut.
5. Kongkresi, lapian dalam berbentuk bulat atau pipih pada serpih batugamping dan
batupasir yang relative lebih keras dibandingkan dengan massa batuan yang
melingkupinya. Bentuk ini Nampak setelah bagian luar batuan tersebut terkelupas
akibat pelapukan batuan atau erosi. Panjang atas garis tengahbentukan tersebut beragam
dari beberapa cm hingga puluhan cm.
6. Geoda ( geode), kongkresi batuan berbentuk bulat berlubang, dan di dalamnya terdapat
deretan Kristal.
7. Fosil, sisa organisme yang mati dan terendapkan bersama-sama dengan batuan
membentuk batuan sedimen berfosil.
8. Mudcrack, biasa di temukan pada dasar danau, empang dan sungai yang mengering

2. STRUKTUR GEOLOGI UMUM

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari
gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); (2).
Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur.
a. Struktur lipatan

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan
bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu
a). Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan
lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
3. Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
4. Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau
tidaknya sumbu utama.
5. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
6. Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
7. Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
8. Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan
planar.

Hubungan Antara Lipatan dan Patahan Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang
berbeda terhadap gaya tegasan yang bekerja pada batuan batuan tersebut, dengan demikian kita
juga dapat memperkirakan bahwa beberapa batuan ketika terkena gaya tegasan yang sama akan
terjadi retakan atau terpatahkan, sedangkan yang lainnya akam terlipat. Ketika batuan batuan
yang berbeda tersebut berada di area yang sama, seperti batuan yang bersifat lentur menutupi
batuan yang bersifat retas, maka batuan yang retas kemungkinan akan terpatahkan dan batuan
yang lentur mungkin hanya melengkung atau terlipat diatas bidang patahan. Demikian juga
ketika batuan batuan yang bersifat lentur mengalami retakan dibawah kondisi tekanan yang
tinggi, maka batuan tersebut kemungkinan terlipat sampai pada titik tertentu kemudian akan
mengalami pensesaran, membentuk suatu patahan.
Gambar Batuan yang bersifat lentur diatas batuan yang retas yang tidak ikut
terpatahkan (kiri) dan Batuan yang bersifat lentur yang tersesarkan (dragfold).

b. Patahan

Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya
disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu
sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge,
milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran
kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan
dsb.

Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus
dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang
sesar dapat diukur dan ditentukan.

1. Dip Slip Faults – adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan
pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi disepanjang
arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap
patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika
kedua sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk
setiap bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa
blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok yang berada dibawah
patahan dikenal sebagai “footwall block”.

2. Normal Faults – adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal
pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah mengalami pergeseran
relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.
3. Horsts & Gabens – Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat
dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang berpasang pasangan
dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus yang demikian, maka bagian dari
blok-blok yang turun akan membentuk “graben” sedangkan pasangan dari blok-blok yang
terangkat sebagai “horst”. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional yang bekerja
pada kerak bumi pada saat ini adalah “East African Rift Valley” suatu wilayah dimana terjadi
pemekaran benua yang menghasilkan suatu “Rift”. Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi
pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada,
Utah, dan Idaho.

4. Half-Grabens – adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk


lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga
dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.

Reverse Faults – adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada
batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah atas
terhadap “footwall block”.
Gambar Reverse Fault sebagai hasil dari gaya tegasan kompresional, dimana bagian
hangingwall bergerak relatif kebagian atas dibandingakan footwallnya .

4. A Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya lebih
kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat mencapai hingga ratusan
kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang
lebih muda.

Gambar Thrust Fault adalah suatu patahan “reverse fault” yang bidang patahannya
mempunyai kemiringan kurang dari 150
6. Strike Slip Faults – adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal
mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di
dalam kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2(dua)
tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi bidang
patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang
pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan “left-lateral strike-slip
fault”. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita namakan
sebagai “right-lateral strike-slip fault”. Contoh patahan jenis “strike slip fault” yang
sangat terkenal adalah patahan “San Andreas” di California dengan panjang mencapai
lebih dari 600 km.

Gambar Strike Slip Fault adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal
mengikuti arah patahan.

7. Transform-Faults adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi pada batas
lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis
patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami pergeseran
(offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas kedua pematang,
sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak terjadi pergerakan relatif
diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak dengan arah yang sama. Daerah ini
dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones). Patahan “San Andreas” di California
termasuk jenis patahan “transform fault”.
Gambar Patahan jenis “Transform-Fault” hanya terjadi diantara batas kedua pematang
samudra

Anda mungkin juga menyukai