Bu Reni Farmatologi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan interaksi antara


sebuah sistem dalam mahluk yang hidup dan zat-zat kimia dari luar yang masuk ke
dalam sistem tersebut. Obat dapat diartikan sebagai setiap molekul kecil yang ketika
masuk ke dalam tubuh, akan mengubah fungsi tubuh melalui berbagai interaksi di
tingkat molekuler. Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pengetahuan hayati (bioscience) yang relevan, dasar evidensi dan
pertimbangan hukum.
Banyak fakta yang mengatakan bahwa 80% ibu hamil dan ibu menyusui terpaksa minum
obat karena masalah kesehatan yang mereka alami, 12% ibu hamil mengkonsumsi obat-
obat analgetika, sedangkan 9% menggunakan obat yang diresepkan dokter, akibat
penyakit yang menyertai seperti hipertensi dan asma. Dengan hal demikian akan
menimbulkan dampak kecacatan pada bayi, seperti yang dialami 1 diantara 25 bayi di
Australia mengalami cacat lahir relative berkaitan dengan penggunaan obat.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian obat?
2.      Bagaimana perubahan farmakologi obat pada kehamilan?
3.      Bagaimana pengklasifikasian obat pada kehamilan?
4.      Bagaimana farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit?
5.      Bagaimana prinsip penggunaan obat pada kehamilan?

C. Tujuan
1.  Mengetahui pengertian obat
2.  Mengetahui perubahan farmakologi obat pada kehamilan
3.  Mengetahui pengklasifikasian obat pada kehamilan
4.  Mengetahui farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit
5.  Mengetahui prinsip penggunaan obat pada kehamilan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Obat

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia (SK Menteri Kesehatan. No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971).
Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.

B. Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan

Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini
dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan fisiologis inilah
maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun ekskresi pun
ikut berubah. Respon ibu dan janin terhadap obat selama kehamilan dipengaruhi oleh dua
faktor utama:
1.  Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal
a. Absorbsi Saluran Cerna
Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40% dibandingkan
wanita tidak hamil), disertai peningkatan sekresi mukus, kombinasi kedua hal tersebut
akan menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas buffer. Secara klinik hal ini
akan mempengaruhi ionisasi asam-basa yang berakibat pada absorbsinya

b. Absorbsi paru
Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi, dan
aliran darah paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi
alveolar, sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat inhalan.

c. Distribusi
Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan akibat
peningkatan jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung akan
berakibat peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir trimester I, dan
peningkatan aliran darah uterus yang mencapai puncaknya pada aterm (36-42 L/jam);
80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan mendarahi myometrium. Akibat

2
peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar puncak obat (Cmax) dalam
serum.

d. Pengikatan protein
Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi tidak
diikuti dengan peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan hipoalbuminemia
fisiologis yang mengakibatkan kadar obat bebas akan meningkat. Obat-obat yang tidak
terikat pada protein pengikat secara farmakologis adalah obat yang aktif, maka pada
wanita hamil diperkirakan akan terjadi peningkatan efek obat.

e. Eliminasi oleh hati


Fungsi hati dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen dan
progesteron yang tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti phenytoin, metabolisme hati
meningkat mungkin akibat rangsangan pada aktivitas enzim mikrosom hati yang
disebabkan oleh hormon progesteron; sedangkan pada obat-obatan seperti teofilin dan
kafein, eliminasi hati berkurang sebagai akibat sekunder inhibisi komfetitif dari enzim
oksidase mikrosom oleh estrogen dan progesterone.

f. Eliminasi ginjal
Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat yang
dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan lithium
menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih
rendah.

2. Efek kompartemen fetal-plasental


Jika pemberian obat menghasilkan satu kesatuan dosis maupun perbandingan antara
kadar obat janin: ibu maka dipakai model kompartemen tunggal. Tetapi jika obat lebih
sukar mencapai janin maka dipakai model dua kompartemen di mana rasio konsentrasi
janin: ibu akan menjadi lebih rendah pada waktu pemberian obat dibandingkan setelah
terjadi distribusi.
a. Efek protein pengikat
Protein plasma janin mempunyai afinitas yang lebih rendah dibandingkan protein
plasma ibu terhadap obat-obatan. Tetapi ada pula obat-obatan yang lebih banyak terikat
pada protein pengikat janin seperti salisilat. Obat-obat yang tidak terikat (bebas) adalah
yang mampu melewati sawar plasenta.

3
b. Keseimbangan asam-basa
Molekul yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus membran biologis
lebih cepat dibandingkan molekul yang kurang larut dalam lemak dan terionisasi selain
itu PH plasma janin sedikit lebih asam dibandingkan ibu. Dengan demikian basa lemah
akan lebih mudah melewati sawar plasenta. Tetapi setelah melewati plasenta dan
mengadakan kontak dengan darah janin yang relatif lebih asam, molekul-molekul akan
lebih terionisasi. Hal ini akan berakibat penurunan konsentrasi obat pada janin dan
menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai ion trapping.

c. Eliminasi obat secara feto-placental drug eliminaton


Terdapat bukti-bukti bahwa plasenta manusia dan fetus mampu memetabolisme
obat. Semua proses enzimatik, termasuk fase I dan fase II telah ditemukan pada hati bayi
sejak 7 sampai 8 minggu pasca pembuahan tetapi proses tersebut belum matang, dan
aktivitasnya sangat rendah. Kemampuan eliminasi yang berkurang dapat menimbulkan
efek obat yang lebih panjang dan lebih menyolok pada janin. Sebagian besar eliminasi
obat pada janin dengan cara difusi obat kembali ke kompartemen ibu. Tetapi
kebanyakan metabolit lebih polar dibandingkan dengan asal-usulnya sehingga kecil
kemungkinan mereka akan melewati sawar plasenta, dan berakibat penimbunan
metabolit pada jaringan janin. Dengan pertambahan usia kehamilan, makin banyak obat
yang diekskresikan ke dalam cairan amnion, hal ini menunjukkan maturasi ginjal janin.
d. Keseimbangan Obat Maternal-fetal
Jalur utama transfer obat melalui plasenta adalah dengan difusi sederhana. Obat yang
bersifat lipofilik dan tidak terionisasi pada pH fisiologis akan lebih mudah berdifusi
melalui plasenta. Kecepatan tercapainya keseimbangan obat antara ibu dan janin
mempunyai arti yang penting pada keadaan konsentrasi obat pada janin harus dicapai
secepat mungkin, seperti pada kasus-kasus aritmia atau infeksi janin intrauterin, karena
obat diberikan melalui ibunya.

C. Pengklasifikasian Obat Ibu hamil

Rujukan yang paling dipercaya kalangan medis untuk sesuatu obat itu aman atau tidak
untuk wanita hamil adalah Pedoman yang disusun US FDA (Badan POM Amerika Serikat).
FDA membagi tingkat keaman obat tersebut kedalam 5 kategori:
1. Kategori A
 Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi
janin pada trimester pertama kehamilan. Dan tidak ada bukti mengenai

4
resiko pada trimester ke dua dan ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap
janin sangat rendah.
Contoh obat kategori A
- Ascorbic acid (vitamin C) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Doxylamine, Ergocalciferol *masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Folic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari*,
- Hydroxocobalamine *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Liothyronine, Nystatin vaginal sup *masuk kategori C jika digunakan per oral
dan  topikal*,
- Pantothenic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Potassium chloride, Potassium citrate, Potassium gluconate, Pyridoxine
(vitamin B6), Riboflavin *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Thiamine (vitamin B1) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D *masuk kategori D jika dosisnya
melebihi US RDA*,
- Vitamin E *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*.

2.      Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya
resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem
reproduksi binatang percobaan yang menunjukkan efek samping ( selain penurunan
tingkat kesuburan), yang juga tidak diperoleh pada studi terkontrol pada trimester 1
dan tidak terdapat bukti adanya resiko pada trimester selanjutnya.
Contoh obat kategori B :
- Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride *masuk kategori D jika digunakan untuk
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*
- Ammonium chloride, Ammonium lactate *topical*,
- Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir, Azatadine, Azelaic
acid, Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide *inhalasi, nasal*,
- Buspiron, Caffeine, Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin,
Cefalotin, Cefamandole, Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren,
Cefepime, Cefixime, Cefmetazole, Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide,
Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin, Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine,
Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Cefuroxime, Cetirizine,
Chlorhexidine *mulut dan tenggorokan*,

5
- Chlorpenamine, Chlortalidone *masuk kategori D jika digunakan untuk
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*,
- Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine, Clindamycin, Clotrimazole,
Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine, dan masih banyak lagi.

3.      Kategori C
            Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada
janin (teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada
wanita maupun binatang percobaan tidak tersedia. Obat dalam kategori ini hanya
boleh diberikan kepada ibu hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari
resiko yang mungkin terjadi pada janin.
Contoh obat kategori C
•      Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin,
Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline,
Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin,
Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate, Benzocaine, Buclizine,
Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate, Calcium carbonate,
Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium glucoheptonade,
Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate, Calcium polystyrene
sulfonate, Capreomycin, Captopril,
•      Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol,
Chloroquine, Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline theophyllinate, Cidofovir,
Cilastatin, Cinnarizine, Cyprofloxacin, Cisapride, Clarithromycin, Clinidium
bromide, Clonidine, Co-trimoxazole, Codeine, Cyanocobalamin, Deserpidine,
Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone, Dextromethorphan, Digitoxin,
Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine, Epinephrine, Fluconazole, Fluocinolone,
Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil, Gentamicin, Glibenclamide, Glimepiride,
Glipizide, Griseofulvin, Hydralazine, Hydrocortisone, Hyoscine, Hyoscyamine,
Isoniazid, Isoprenaline, Isosorbid dinitrate, Ketoconazole, Ketotifen fumarate,
Magaldrate, Mefenamic acid, Methyl prednisolone, dan masih banyak lagi.

4.      Kategori D
            Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia. Obat ini hanya
diberikan bila manfaat pemberian jauh lebih besar dibandingkan resiko yang akan
terjadi. (terjadi situasi yang dapat mengancam jiwa ibu hamil, dalam hal mana obat
lain tidak dapat digunakan/ tidak efektif).

6
Contoh obat kategori D
•      Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole,
Chlordizepoxide, Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine,
Kanamycin, Lorazepam, Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole, Minocycline,
Oxazepam, Oxytetracycline, Tamoxifen, Tetracycline, Uracil, Voriconazole dan
masih banyak lagi.

5.      Kategori X
Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya kelainan
janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan obat
pada wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori X
merupakan kontra indikasi bagi wanita hamil atau memiliki kemungkinan untuk
hamil.
Contoh obat kategori X
•      Acitretin, Alprotadil *parenteral*, Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan,
Cerivastatin disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene,
Chorionic gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel, Dienestrol,
Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin,
Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl
estradiol, Etretinate, Finasteride, Fluorescein *parenteral*, Flurouracil,

D. Obat yang digunakan pada kehamilan

1.      Preparat Antasid
       Fungsinya untuk meredakan gejala gangguan lambung seperti nyeri uluhati dan
gangguan cerna, tetapi bukan ulkus.

Preparat antasid mengurangi keasaman lambung yang :


1. Menetralkan isi lambung
2. Menurunkan refluks dengan meningkatkan tekanan pada sfingter esoffagus bagian
distal.
3. Dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga memperburuk gejalanya atau
memperbesar bahaya terjadinya aspirasi lambung.
Contoh obat preparat antasid : Bisodol,andrews antacid,gaviscon.settlers,algico,
infacol.
Interaksi dengan antasid.

7
Absorbsi kebanyakan obat, termasuk obat-obat kontrapsepsi oral, akan diganggu
oleh antasid dan salut enteriknya akan dirusak. (brucker & Faucher,1997)
Kewaspadaan
-          Penggunaan antasid apapun dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
pembentukan batu ginjal.
-          Jika sudah terdapat insufisiensi renal dengan derajat berapapun (seperti pada pre-
eklampsia atau jika ada bukti ISK yang berkali-kali),penggunaan antasid sebaiknya
dihindari karena preparat ini dapat menumpuk dan menyebabakn toksitositas.
-          Penggunaan antasid lebih dari tiga bulan dapat disertai dengan cacat lahir. (Van
Way,1999)

2.      Obat antagonis Histamin²


Fungsinya untuk meminimalkan kerusakan paru yang disebabkan oleh aspirasi isi
lambung.
Kerja dan efek samping antagonis :
            - meningkatkan sekresi gastrin.
            - mengurangi pengeluaran asam lambung.
            - menyebabkan vertigo, somnolen, dan rasa lelah
            - menyebabkan mual, kram lambung, konstipasi,    diare.
Conth obat : De-Nol, Losec.
Interaksi dengan antagonis H2 :
-          Tidak dapat diserap dengan baik jika diminum dengan antasid, harus berselang 2
jam.
-          Kebiasaan merokok akan mengurangi kesembuhan ulkus dan meningkatkan
penguraian obat-obat antagonis H2.

3.      Obat pencahar (Laksatit)


Fungsinya sebagai obat yang memfalisitasi evakuasi usus. Obat ini diberikan dalam
bentuk preparat oral, enema, atau supositoria.
Efek sampingnya menimbulkan gangguan fungsi normal gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit, flora colon, motilitas usus.
Contoh obat pencahar : Fybogel, Normacol, Carbalax, Micolette micro-enema.
Interaksi dengan obat pencahar :
•      Dapat mengikat obat lain dan mineral sehingga mengganggu absorbsi.
•      Pemberian dengan preparat lain harus selang 2 jam, jika tidak akan menimbulkan
motilitas lambung.

8
E. Farmakologi Kehamilan pada Wanita dengan Riwayat Penyakit

a.  Penyakit asma pada kehamilan


Penyakit asma dapat mengenai hingga 10% dari populasi penduduk di negara industri,
yang meliputi 5% ibu hamil.
Penyakit asma ditandai oleh inflamasi,edema, infiltrasi eosinofil dan remodelin
bronkiolus.
Obat yang digunakan pada asma
•      Bronkodilator
agonis adrenoreseptor beta (salbutamol), preparat anti muskarinik (ipratropium),
metilsantin (teofilin).
•      Anti-inflamasi
kromon (kromoglikat), kortikosteroid dan glukokortiroid (beklometason, prednisolon),
antagonis reseptor leukotrien (tidak dianjurkan pada kehamilan).

b.  Gangguan mental
Obat yang digunakan
   Anti depresan (fluoksetin, paroksetin),
Efek sampingnya yaitu anoreksia, mual, diare, konstipasi, gangguan cerna, kecemasan,
perubahan frekuensi jantung, perdarahan.
   Antipsikotik (proklorperazin)
     efek sampingnya yaitu kelainan postur dan gerak, produksi prolaktin.
   Arisiolitik (benzodiazepin)
efek sampingnya yaitu penurunan tonus otot, pada neonatus dapat menimbulkan sindrom
bayi yang terkulai, depresi pernapasan.
   Preparat anti mania(senyawa litium, karbamazepin)
efek sampingnya yaitu mual, muntah, diare.

c.  Diabetes mellitus
Kelainan metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau
resistensi insulin. Penanganannya dapat berupa pengaturan makan atau diet dan
pemberian obat-obat hipoglikemi oral atau insulin. Pasien diabetes yang hamil harus
mengkonsumsi 25 gram karbohidrat pada saat makan. 

9
d.      Epilepsi
Serangan epilepsi yang menyeluruh berpotensi untuk membahayakan keselamatan
ibu dan janinnya. Serangan kejang tonik-klonik dapat menyebabkan hipoksia janin serta
asidosis. Serangan epilepsi pada kehamilan dini menyebabkan pada embrio dan
mengakibatkan malformasi.
Obat yang digunakan pada epilepsy
   Obat antiepilepsi generasi pertama.
-          Karbamazepin
Efek sampingnya yaitu akne, hirsutisme, kerusakan sumsum tulang yang dapat
menimbulkan agranulositosis/ anemia aplatik yang fatal.
-   Natrium valproat
Efek sampingnya yaitu kelainan hati yang serius dan perdarahan.
  - Fenitoin
Efek sampingnya yaitu insomnia, mual, muntah, konstipasi dan anemia.

   Obat antiepilepsi generasi kedua


-   felbamat
-   gabapentin
-   lamotrigin
-   okskarbazepin
-   tiagabin
-  topiramat
-  vigabatrin

F. Prinsip penggunaan obat pada kehamilan

-   Bila mungkin, penanganan tanpa obat harus dicoba dahulu


-  Umumnya obat-obat lama yang sudah terbukti keamanannya lebih disukai daripada
obat-
obat yang baru dipasarkan
-   Preparat kombinasi sedapat mungkin harus dihindari dan sebaiknya dipilih preparat
yang mengandung sebuah unsur obat saja
-  Hindari penggunaan obat bebas pada trimester pertama kecuali alasan yang mendesak
-  Gunakan obat dengan takaran yang paling rendah untuk janhka waktu yang sesingkat
mungkin.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat yang aman digunakan untuk ibu hamil dengan berkategori A B dan C serta obat
yang tidak baik dikonsumsi untuk ibu hamil dengan kategori D dan X.

B. Saran
Ibu hamil disarankan agar tidak terlalu bergantung pada obat ketika mengalami keluhan
dan lebih baik mengkonsumsi yang alami.

11

Anda mungkin juga menyukai