Bu Reni Farmatologi
Bu Reni Farmatologi
Bu Reni Farmatologi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obat?
2. Bagaimana perubahan farmakologi obat pada kehamilan?
3. Bagaimana pengklasifikasian obat pada kehamilan?
4. Bagaimana farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit?
5. Bagaimana prinsip penggunaan obat pada kehamilan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian obat
2. Mengetahui perubahan farmakologi obat pada kehamilan
3. Mengetahui pengklasifikasian obat pada kehamilan
4. Mengetahui farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit
5. Mengetahui prinsip penggunaan obat pada kehamilan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia (SK Menteri Kesehatan. No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971).
Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini
dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan fisiologis inilah
maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun ekskresi pun
ikut berubah. Respon ibu dan janin terhadap obat selama kehamilan dipengaruhi oleh dua
faktor utama:
1. Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal
a. Absorbsi Saluran Cerna
Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40% dibandingkan
wanita tidak hamil), disertai peningkatan sekresi mukus, kombinasi kedua hal tersebut
akan menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas buffer. Secara klinik hal ini
akan mempengaruhi ionisasi asam-basa yang berakibat pada absorbsinya
b. Absorbsi paru
Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi, dan
aliran darah paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi
alveolar, sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat inhalan.
c. Distribusi
Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan akibat
peningkatan jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung akan
berakibat peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir trimester I, dan
peningkatan aliran darah uterus yang mencapai puncaknya pada aterm (36-42 L/jam);
80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan mendarahi myometrium. Akibat
2
peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar puncak obat (Cmax) dalam
serum.
d. Pengikatan protein
Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi tidak
diikuti dengan peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan hipoalbuminemia
fisiologis yang mengakibatkan kadar obat bebas akan meningkat. Obat-obat yang tidak
terikat pada protein pengikat secara farmakologis adalah obat yang aktif, maka pada
wanita hamil diperkirakan akan terjadi peningkatan efek obat.
f. Eliminasi ginjal
Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat yang
dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan lithium
menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih
rendah.
3
b. Keseimbangan asam-basa
Molekul yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus membran biologis
lebih cepat dibandingkan molekul yang kurang larut dalam lemak dan terionisasi selain
itu PH plasma janin sedikit lebih asam dibandingkan ibu. Dengan demikian basa lemah
akan lebih mudah melewati sawar plasenta. Tetapi setelah melewati plasenta dan
mengadakan kontak dengan darah janin yang relatif lebih asam, molekul-molekul akan
lebih terionisasi. Hal ini akan berakibat penurunan konsentrasi obat pada janin dan
menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai ion trapping.
Rujukan yang paling dipercaya kalangan medis untuk sesuatu obat itu aman atau tidak
untuk wanita hamil adalah Pedoman yang disusun US FDA (Badan POM Amerika Serikat).
FDA membagi tingkat keaman obat tersebut kedalam 5 kategori:
1. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi
janin pada trimester pertama kehamilan. Dan tidak ada bukti mengenai
4
resiko pada trimester ke dua dan ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap
janin sangat rendah.
Contoh obat kategori A
- Ascorbic acid (vitamin C) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Doxylamine, Ergocalciferol *masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Folic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari*,
- Hydroxocobalamine *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Liothyronine, Nystatin vaginal sup *masuk kategori C jika digunakan per oral
dan topikal*,
- Pantothenic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Potassium chloride, Potassium citrate, Potassium gluconate, Pyridoxine
(vitamin B6), Riboflavin *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Thiamine (vitamin B1) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D *masuk kategori D jika dosisnya
melebihi US RDA*,
- Vitamin E *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*.
2. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya
resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem
reproduksi binatang percobaan yang menunjukkan efek samping ( selain penurunan
tingkat kesuburan), yang juga tidak diperoleh pada studi terkontrol pada trimester 1
dan tidak terdapat bukti adanya resiko pada trimester selanjutnya.
Contoh obat kategori B :
- Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride *masuk kategori D jika digunakan untuk
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*
- Ammonium chloride, Ammonium lactate *topical*,
- Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir, Azatadine, Azelaic
acid, Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide *inhalasi, nasal*,
- Buspiron, Caffeine, Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin,
Cefalotin, Cefamandole, Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren,
Cefepime, Cefixime, Cefmetazole, Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide,
Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin, Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine,
Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Cefuroxime, Cetirizine,
Chlorhexidine *mulut dan tenggorokan*,
5
- Chlorpenamine, Chlortalidone *masuk kategori D jika digunakan untuk
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*,
- Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine, Clindamycin, Clotrimazole,
Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine, dan masih banyak lagi.
3. Kategori C
Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada
janin (teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada
wanita maupun binatang percobaan tidak tersedia. Obat dalam kategori ini hanya
boleh diberikan kepada ibu hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari
resiko yang mungkin terjadi pada janin.
Contoh obat kategori C
• Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin,
Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline,
Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin,
Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate, Benzocaine, Buclizine,
Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate, Calcium carbonate,
Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium glucoheptonade,
Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate, Calcium polystyrene
sulfonate, Capreomycin, Captopril,
• Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol,
Chloroquine, Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline theophyllinate, Cidofovir,
Cilastatin, Cinnarizine, Cyprofloxacin, Cisapride, Clarithromycin, Clinidium
bromide, Clonidine, Co-trimoxazole, Codeine, Cyanocobalamin, Deserpidine,
Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone, Dextromethorphan, Digitoxin,
Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine, Epinephrine, Fluconazole, Fluocinolone,
Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil, Gentamicin, Glibenclamide, Glimepiride,
Glipizide, Griseofulvin, Hydralazine, Hydrocortisone, Hyoscine, Hyoscyamine,
Isoniazid, Isoprenaline, Isosorbid dinitrate, Ketoconazole, Ketotifen fumarate,
Magaldrate, Mefenamic acid, Methyl prednisolone, dan masih banyak lagi.
4. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia. Obat ini hanya
diberikan bila manfaat pemberian jauh lebih besar dibandingkan resiko yang akan
terjadi. (terjadi situasi yang dapat mengancam jiwa ibu hamil, dalam hal mana obat
lain tidak dapat digunakan/ tidak efektif).
6
Contoh obat kategori D
• Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole,
Chlordizepoxide, Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine,
Kanamycin, Lorazepam, Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole, Minocycline,
Oxazepam, Oxytetracycline, Tamoxifen, Tetracycline, Uracil, Voriconazole dan
masih banyak lagi.
5. Kategori X
Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya kelainan
janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan obat
pada wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori X
merupakan kontra indikasi bagi wanita hamil atau memiliki kemungkinan untuk
hamil.
Contoh obat kategori X
• Acitretin, Alprotadil *parenteral*, Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan,
Cerivastatin disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene,
Chorionic gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel, Dienestrol,
Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin,
Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl
estradiol, Etretinate, Finasteride, Fluorescein *parenteral*, Flurouracil,
1. Preparat Antasid
Fungsinya untuk meredakan gejala gangguan lambung seperti nyeri uluhati dan
gangguan cerna, tetapi bukan ulkus.
7
Absorbsi kebanyakan obat, termasuk obat-obat kontrapsepsi oral, akan diganggu
oleh antasid dan salut enteriknya akan dirusak. (brucker & Faucher,1997)
Kewaspadaan
- Penggunaan antasid apapun dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
pembentukan batu ginjal.
- Jika sudah terdapat insufisiensi renal dengan derajat berapapun (seperti pada pre-
eklampsia atau jika ada bukti ISK yang berkali-kali),penggunaan antasid sebaiknya
dihindari karena preparat ini dapat menumpuk dan menyebabakn toksitositas.
- Penggunaan antasid lebih dari tiga bulan dapat disertai dengan cacat lahir. (Van
Way,1999)
8
E. Farmakologi Kehamilan pada Wanita dengan Riwayat Penyakit
b. Gangguan mental
Obat yang digunakan
Anti depresan (fluoksetin, paroksetin),
Efek sampingnya yaitu anoreksia, mual, diare, konstipasi, gangguan cerna, kecemasan,
perubahan frekuensi jantung, perdarahan.
Antipsikotik (proklorperazin)
efek sampingnya yaitu kelainan postur dan gerak, produksi prolaktin.
Arisiolitik (benzodiazepin)
efek sampingnya yaitu penurunan tonus otot, pada neonatus dapat menimbulkan sindrom
bayi yang terkulai, depresi pernapasan.
Preparat anti mania(senyawa litium, karbamazepin)
efek sampingnya yaitu mual, muntah, diare.
c. Diabetes mellitus
Kelainan metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau
resistensi insulin. Penanganannya dapat berupa pengaturan makan atau diet dan
pemberian obat-obat hipoglikemi oral atau insulin. Pasien diabetes yang hamil harus
mengkonsumsi 25 gram karbohidrat pada saat makan.
9
d. Epilepsi
Serangan epilepsi yang menyeluruh berpotensi untuk membahayakan keselamatan
ibu dan janinnya. Serangan kejang tonik-klonik dapat menyebabkan hipoksia janin serta
asidosis. Serangan epilepsi pada kehamilan dini menyebabkan pada embrio dan
mengakibatkan malformasi.
Obat yang digunakan pada epilepsy
Obat antiepilepsi generasi pertama.
- Karbamazepin
Efek sampingnya yaitu akne, hirsutisme, kerusakan sumsum tulang yang dapat
menimbulkan agranulositosis/ anemia aplatik yang fatal.
- Natrium valproat
Efek sampingnya yaitu kelainan hati yang serius dan perdarahan.
- Fenitoin
Efek sampingnya yaitu insomnia, mual, muntah, konstipasi dan anemia.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat yang aman digunakan untuk ibu hamil dengan berkategori A B dan C serta obat
yang tidak baik dikonsumsi untuk ibu hamil dengan kategori D dan X.
B. Saran
Ibu hamil disarankan agar tidak terlalu bergantung pada obat ketika mengalami keluhan
dan lebih baik mengkonsumsi yang alami.
11