A. Porositas
Dimana :
Vp = Volume pori-pori, cc
Dimana :
1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan
dengan proses pengendapan berlangsung.
2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.
C. Permeabilitas
Dimana :
k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp
6. Fluidanya incompressible
Dimana :
D. Densitas Batuan
a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi ”Spesific Gravity” porositas dan absorbsi
”Void Ratio”.
b. Sifat mekanika batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas,
”Poisson `s Ratio”.
Kemudian conto yang diambil dimasukkan eksikator dan udara yang ada
dalam eksikator dihisap sehingga conto dalam keadaan vacum. Dari conto yang
didalam eksikator didapatkan nilai berat jenis,berat jenuh tergantung dalam air
dan berat kering conto.
E. Resistiviti
Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion
elektronik. Untuk menentukan apakah material didalam reservoir bersifat
menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan parameter resistiviti. Resistiviti
didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk menghantarkan arus
listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
r = tahanan, ohm
L = panjang konduktor, m
Dimana :
F. Wettabiliti
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang
terletak diantara matrik batuan. Memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak
dengan benda padat, dengan sudut kontak sebesar θ. Sudut kontak diukur antara
fluida yang lebih ringan terhadap fluida yang lebih berat, yang berharga 0o –
180o, yaitu antara air dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat
dinyatakan dengan persamaan :
Dimana :
A. Wetting-Phase FluidFasa
Batuan reservoir disebut sebagai oil wet apabila fasa minyak membasahi
permukaan batuan. Kondisi batuan oil wet adalah :
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water)
meningkat sedangkan saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa
pembasah meningkat seiring dengan meningkatnya saturasi fasa pembasah.
Misalnya pada proses pendesakan pada reservoir minyak dimana batuan reservoir
sebagai water wet.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa
pembasah menurun dan saturasi non-wetting phase meningkat.
Dimana :
Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan
dua fasa fluida. Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar
dari pada sisi konvek (cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida
terebut merupakan besarnya tekanan kapiler didalam tabung.
Dimana :
h = tinggi kolom, m
Sifat Mekanik
Selain daripada sifat-sifat fisik dari batuan terdapat sifat-sifat mekanik batuan
yang berpengaruh pula dalam penembusan batuan.
1. Strength Batuan
Tegangan dan regangan ini terjadi apabila ada suatu gaya yang dikenakan
pada batuan tersebut. Goodman, menyatakan variasi beban yang diberikan pada
suatu batuan mengakibatkan kehancuran batuan. Terdapat empat jenis kerusakan
batuan yang umum, yaitu :
a. Flexure Failure
Flexure failure terjadi karena adanya beban pada potongan batuan akibat
gaya berat yang ditanggungnya, karena adanya ruang pori formasi dibawahnya.
b. Shear Failure
Shear failure, kerusakan yang terjadi akibat geseran pada suatu bidang
perlapisan karena adanya suatu ruang pori pada formasi dibawahnya.
Direct tension failure, kerusakan terjadi searah dengan bidang geser dari
suatu perlapisan.
2. Drillabilitas
r = jari-jari pahat, in
3. Hardness
Talk
Gypsum
Calcite
Fluorite
Apatite
Orthoclase Feldspar
Quartz
Topaz
Corondum
Diamond
Soft rock (lunak) : clay yang lunak, shale yang lunak dan batuan pasir yang
unconsolidated atau kurang tersemen.
Medium rock (sedang) : beberapa shale, limestone dan dolomite yang porous,
pasir yang terkonsolidasi dan gypsum.
Hard rock (keras) : limestone dan dolomite yang padat, pasir yang tersemen
padat/keras dan chert.
4. Abrasivitas
Internal Stress yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam
pori-pori batuan (tekanan hidrostatik fluida formasi).
Eksternal Stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya
(tekanan overburden).
6. elastisitas
Batuan Beku (igneous rock) adalah batuan yang terbentuk dari magma
yang membeku. Batuan beku secara umum memiliki ciri ciri Homogen dan
kompak, Tidak ada lapisan, dan Umumnya tidak mengandung fosil. Batuan beku
terbagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu Berdasarkan Tempat Pembekuannya dan
Berdasarkan Mineral Penyusunnya.
a. BerdasarkanTempat Pembekuan
1) Batuan Sedimen Akuatis, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan
butir-butir batuan oleh air sungai, danau, atau air hujan.
2) Batuan Sedimen Aeolis, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan
butir-butir batuan oleh angin.
3) Batuan Sedimen Glasial, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan
butir-butir batuan oleh gletser.
Menurut Tempat Pengendapan Batuan sedimen tersebut dibedakan menjadi 5
(lima)
Batuan Malihan adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah
mengalami perubahan secara fisik maupun secara kimia sehingga terbentuk jenis
batuan baru. Batuan malihan juga sering disebut batuan metamorf. Batuan beku
atau batuan sedimen dapat mengalami perubahan disebabkan oleh suhu yang
tinggi, tekanan yang kuat, dan waktu yang lama. Jika digolongkan batuan malihan
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu metamorf kontak, metamorf
dinamo, metamorf pneumatolitis kontak.
a. Metamorf Kontak (MetamorfTermal)
a. Porositas Batuan
b. Permeabilitas
3. c. Densitas Batuan Densitas batuan dari batuan berpori adalah perbandingan
antara berat terhadap volume (rata-rata dari material tersebut). Densitas spesifik
adalah perbandingan antara densitas material tersebut terhadap densitas air pada
tekanan dan temperatur yang normal, yaitu kurang lebih 103 kg/m3. d. Void Ratio
Merupakan perbandingan antara volume rongga dalam batuan dengan volume
butiran batuan. Penentuan sifat fisik batuan berkaitan dengan : Rancangan
peledakan Perencanaan penambangan Perhitungan beban Analisis regangan
Analisis kemantapan lereng 2. Sifat Mekanik Batuan Dalam menentukan sifat
mekanik dari batuan, perlu dilakukan dengan pengujian di laboratorium dengan
bantuan alat-alat yang akan menentukan bagaimana karakteristik dari setiap sifat
mekanik batuan. dalam pengujian di laboratorium ada beberapa pengujian yang
dilakukan, diantaranya : Sifat mekanika batuan seperti kuat tekan, kuat tarik,
modulus elastisitas dan (Poisson `s Ratio). a. Pengujian Kuat Tekan Bebas
(Unconfined Compressive Strength) Pengujian ini menggunakan mesin tekan
untuk menekan percontoh batu yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari
satu arah (uniaksial). Perbandingan antara tinggi dan fiameter percontoh (l/D)
mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. Untuk perbandingan l/D = 1 kondisi
tegangan triaksial saling bertemu sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan
batuan untuk pengujian kuat tekan digunakan 2 < l/D < 2,5. Makin besar l/D maka
kuat tekan akan bertambah kecil.
4. Gambar 1 Penyebaran tegangan didalam percontoh batu (a) teoritis dan (b)
eksperimental, (c) Bentuk pecahan teoritis dan (d) Bentuk pecahan eksperimental
Gambar 2 Kodisi tegangan didalam percontoh untuk l/D berbeda (a) l/D = 1 (b)
l/D = 2 b. Pengujian Kuat Tarik (Indirect Tensile Strength Test) Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari percontoh batu
berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan adalah mesin tekan
seperti pada pengujian kuat tekan.
7. KESIMPULAN Dari resume ini yaitu tentang “Sifat Fisik dan Sifat Mekanik
Batuan Dalam Dunia pertambangan”, dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat ini
merupakan hal yang utama dalam pemebelajaran geomekanika, karena pada
konsepnya, penentuan sifat-sifat ini dapat diketahui dengan cara pengujian di
laboratorium dengan bantuan alat-alat sesuai dengan kebutuhan dan sifat fisik
yang akan diketahui dari sebuah sampel batuan yang diambil dari lapangan secara
langsung. Dalam aplikasinya dilapangan, hasil dari pengujian di laboratorium
untuk sifat fisik dan mekanik batuan ini akan dipakai sebagai acuan untuk sebuah
proyek pekerjaan yang berhubungan dengan kontruksi maupun pemboran dan
lain-lain.
1. KEKOMPAKAN
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi
batuan sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu
dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300oC dan tekanan 1 – 2 kilobar,
berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan
tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam
diagenesa, yaitu : 1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di
bawah muka air. 2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen
mengalami penguburan semakin dalam. 3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis
pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di permukaan oleh karena
pengangkatan dan erosi.
2. KEBUNDARAN
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka
Pettijohn, dan kawan-kawan (1987) membagi kategori kebundaran
menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan
tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
Meruncing (menyudut) (angular)
Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
Membundar (membulat (rounded)
Sangat membundar (membulat) (well-rounded).
a) Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur
permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat
meruncing-meruncing.
b) Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini
terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga
membulat tanggung.
c) Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan
proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami
transportasi.
3. UKURAN BUTIR
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik.
Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih
terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa
sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada
lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin. Skala ukuran butir sedimen
(disederhanakan).
12. 5. POROSITAS (Kesarangan) Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang
(porous) rongga atau pori-pori di dalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai
porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles) atau
pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila
kenampakannya kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali
atau bahkan tidak mempunyai pori - pori. Permeabilitas adalah tingkatan
kemampuan batuan meluluskan air (zat cair). Permeable (lulus air), jika batuan
tersebut dapat meluluskan air, yaitu : a) Bahan lepas, atau terkompakkan lemah,
biasanya berbutir pasir atau lebih kasar. b) Batuan dengan porositas tinggi,
lubang-lubangnya saling berhubungan. c) Batuan mempunyai pemilahan baik,
kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih kasar. d) Batuan yang pecah-
pecah atau mempunyai banyak retakan / rekahan. Impermeable (tidak lulus air),
jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu : a) Batuan berporositas tinggi,
tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan. b) Batuan mempunyai
pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau – lempung. Material lanau
dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir. c) Batuan bertekstur non
klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan. Secara praktis
megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di
permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan.
Sebaliknya, batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila
di permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke dalam batuan
atau tetap di permukaan batuan. D. STRUKTUR SEDIMEN 1. Struktur di dalam
batuan (features within strata) :
13. # Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm
disebut struktur laminasi. # Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross
lamination. # Struktur perlapisan pilihan (graded bedding) ~Normal, jika butiran
besar di bawah dan ke atas semakin halus. ~Terbalik (inverse), jika butiran halus
di bawah dan ke atas semakin kasar. 2. Struktur permukaan (surface features) #
Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks) # Cetakan kaki binatang
(footprints of various walking animals. # Cetakan jejak binatang melata (tracks
and trails of crowling animals) # Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
# Gumuk pasir (dunes, antidunes) 3. Struktur erosi (erosional sedimentary
structures) # Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges) # Impact marks
(bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil) # Saluran dan cekungan
gerusan (channels and scours) # Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)
E. PENAMAAN BATUAN Penaman batuan sedimen secara deskriptif,
tergantung pada data pemerian (data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur,
struktur dan komposisi. Pembagian
18. F. GENESIS Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka
secara genesa dapat diinterpretasikan mengenai : 1. Asal-usul atau sumber batuan
sedimen (provenance) 2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan
gunungapi atau kombinasi di antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses
transportasinya. 3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar
(danau, sungai), di pantai atau di laut (dangkal atau dalam). 4. Diagenesa dan lain-
lain.