PETE
Oleh
Kelompok 7 Offering L 2018
ABSTRAK.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air Sungai Brantas, Sungai Ciliwung,
dan Sungai Pete yang merupakan salah satu sungai yang tercemar yang diakibatkan oleh limbah
baik limbah organik maupun anorganik di Kota Mojokerto, Kota Jakarta, dan Kota Bekasi. Salah
satu pendekatan tingkat kualitas air dapat ditentukan melalui pendekatan biologi dengan
menganalisis sifat fisik dan kimianya. Metode penelitian yang digunakan yaitu mengambil
sampel air dan di ukur pH, suhu, diamati warna dan bau air sungai tersebut. Dari hasil
pengamatan, ketiga sungai merupakan sungai bersih kategori III berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
ABSTRACT
This study analyzes the water quality of the Brantas River, Ciliwung River, and Pete
River which are polluted rivers caused by waste both organic and inorganic waste in Mojokerto,
Jakarta, and Bekasi cities. One approach to the level of water quality can be determined through
a biological approach with its physical and chemical properties. The research method used was
taking water samples and measuring pH, temperature, and observed the color and smell of the
river water. From the observations, the three rivers are category III clean rivers based on the
Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 82 of 2001 concerning Water
Quality Management and Water Pollution Control.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan kualitas air Sungai Brantas, Sungai Ciliwung, dan Sungai Pete
berdasarkan pH, suhu, bau dan tingkat kekeruhan?
3. Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan kualitas air Sungai Brantas, Sugai Ciliwung, dan Sungai
Pete berdasarkan pH, suhu, bau dan tingkat kekeruhan.
4. Manfaat
a. Bagi Penulis
a. Diharapkan mampu manggunakan alat ukur abiotik untuk mengetahui kualitas air
b. Diharapkan mampu memetakan kualitas air di Sungai Brantas, Sungai Ciliwung dan
Sungai Pete
b. Bagi Pembaca
a. Diharapkan mengetahui kualitas air Sungai Brantas, Ciliwung dan Pete yang meliputi
pH, suhu, bau dan kekeruhan
b. Diharapkan mengetahui pemetaan kualitas Sungai Brantas, Ciliwung dan Pete yang
diambil di stasiun tertentu
METODE
Berdasarkan tabel 2. rerata data suhu air pada Sungai Brantas Kota Mojokerto sebesar
32,733 oC tersebut melebihi baku mutu kualitas air berdasarkan kriteria PP No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hal tersebut karena baku
mutu air kelas III standar suhunya sebesar 30 oC. Rerata data pH yang didapat pada Sungai
Brantas Kota Mojokerto sebesar 8,333 tidak melebihi baku mutu kualitas air kelas III karena
masuk dalam rentang 6-9. Sedangkan warna dan bau dari Sungai Brantas melebihi standar baku
mutu karena berwarna coklat keruh dan memiliki bau. Hal tersebut menunjukan bahwa Sungai
Brantas Kota Mojokerto tercemar.
Rerata data suhu air pada Sungai Ciliwung Kota Jakarta sebesar 34,456 oC tersebut melebihi
baku mutu kualitas air berdasarkan kriteria PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hal tersebut karena baku mutu air kelas III standar
suhunya sebesar 30 oC. Rerata data pH yang didapat pada Sungai Ciliwung Kota Jakarta sebesar
8, 444 tidak melebihi baku mutu kualitas air kelas III karena masuk dalam rentang 6-9.
Sedangkan warna dan bau dari Sungai Ciliwung melebihi standar baku mutu karena berwarna
coklat keruh dan memiliki bau busuk. Hal tersebut menunjukan bahwa Sungai Ciliwung Kota
Jakarta tercemar.
Rerata data suhu air pada Sungai Pete Kota Bekasi sebesar 31,556 oC tersebut melebihi
baku mutu kualitas air berdasarkan kriteria PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hal tersebut karena baku mutu air kelas III standar
suhunya sebesar 30 oC. Rerata data pH yang didapat pada Sungai Pete Kota Bekasi sebesar 7,333
tidak melebihi baku mutu kualitas air kelas III karena masuk dalam rentang 6-9. Sedangkan
warna dan bau dari Sungai Pete melebihi standar baku mutu karena berwarna coklat agak keruh
dan memiliki bau agak busuk. Hal tersebut menunjukan bahwa Sungai Pete Kota Bekasi
tercemar. Berdasarkan rerata nilai suhu dari ketiga sungai tersebut menunjukan nilai sebesar
32,915 oC dengan pH sebesar 8,037. Hal ini menunjukan bahwa nilai suhu melebihi baku mutu
kualitas air sedangkan nilai ph tidak. Namun berdasarkan warna dan bau dari keseluruhan sungai
tersebut maka termasuk tercemar. Rerata nilai suhu tertinggi dan Ph tertinggi yaitu pada sungai
ciliwung Jakarta.
PEMBAHASAN
Perbedaan kondisi dari ketiga sungai tersebut dapat disebabkan oleh luas sungai yang
berbeda-beda, lintasan sungai, dan kebiasaan buruk masyarakat sekitar seperti buang sampah di
sungai yang juga menjadi salah satu penyebab tercemarnya sungai – sungai tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran pH dari ke-9 titik, didapatkan hasil rerata data pH yang
didapat pada Sungai Brantas Kota Mojokerto sebesar 8,333 tidak melebihi baku mutu kualitas air
kelas III karena masih masuk dalam rentang 6-9. Sedangkan untuk rerata data suhu air pada
Sungai Brantas Kota Mojokerto sebesar 32,733 oC tersebut melebihi baku mutu kualitas air
berdasarkan kriteria PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Hal tersebut karena baku mutu air kelas III standar suhunya sebesar 30 oC.
Pada Sungai Ciliwung, Jakarta Selatan didapatkan hasil rerata data pH sebesar 8, 444
tidak melebihi baku mutu kualitas air kelas III karena masuk dalam rentang 6-9. Sedangkan
untuk rerata data suhu air sebesar 34,456 oC tersebut melebihi baku mutu kualitas air
berdasarkan kriteria PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Hal tersebut karena baku mutu air kelas III standar suhunya sebesar 30 oC.
Pada Sungai Pete, Kota Bekasi didapatkan hasil rerata data pH sebesar 7,333 tidak
melebihi baku mutu kualitas air kelas III karena masuk dalam rentang 6-9. Sedangkan untuk
rerata data suhu air sebesar 31,556 oC tersebut melebihi baku mutu kualitas air berdasarkan
kriteria PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air. Hal tersebut karena baku mutu air kelas III standar suhunya sebesar 30 oC.
Perbedaan suhu pada Sungai Brantas, Sungai Ciliwung, dan Sungai Pete dapat
disebabkan salah satunya karena waktu pengambilan sampel yang berbeda-beda. Menurut Odum
(1998) suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, ketinggian geografis, dan
faktor penutupan pepohonan (kanopi) dari vegetasi yang tumbuh disekitarnya.Menurut
Suriadarma (2011) perbedaan lainnya disebabkan karena adanya perbedaan waktu pengukuran,
juga diduga disebabkan karena adanya perbedaan kandungan nutrient atau ion-ion garam yang
secara fisik dapat meningkatkan daya hantar panas. Selain itu, Barus (2004) menyatakan pola
suhu perairan dapat dipengaruhi oleh faktor anthropogen (yang disebabkan oleh aktivitas
manusia) seperti limbah panas, yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan hutan yang
menyebabkan hilangnya perlindungan badan air.
Untuk kejernihan dari ketiga sungai tersebut berdasarkan hasil pengamatan hamper
semua sampel air dari Sungai Brantas, Sungai Ciliwung, maupun Sungai Pete berwarna keruh
dan tidak jernih. Selain itu, semua sampel dari ketiga sungai juga berbau busuk. Hal tersebut
dapat dikarenakan tercemarnya air sungai oleh limbah rumah tangga yang tercampur dengan
sampah dedaunan kering.
PENUTUP
Simpulan
Kualitas air di ketiga sungai meliputi Sungai Brantas, Sungai Ciliwung dan Sungai Pete
berdasarkan hasil pengambilan data yang sudah dilakukan memiliki kualitas yang sama, yaitu
masuk ke dalam sungai bersih Kategori III. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, 3 sungai Brantas, Ciliwung dan Sungai Pete dapat digolongkan sebagai sungai
yang bersih dengan kategori Kelas III sehigga dapat digunakan untuk pembudidayaan,
peternakan, perkebunan dan pengairan lahan pertanian, karena memenuhi standar pH, suhu,
oksigen terlarut dalam air, jumlah residu tersuspensi dan jumlah residu terlarut masih dalam
standar maksimum kualitas air dari segi fisik dan kimia.
Saran
1. Sebelum praktikum lapangan, kita harus bisa menentukan alat apa yang akan digunakan dan
melihat kondisi pada hari tersebut.
2. Untuk mendapatkan data yang akurat dapat melihat rona lingkungan sekitar seperti tanaman
sekitar dan hewan yang ada pada sungai hingga kedalam.
3. Sebaiknya setelah pengunaan setiap titik alat selalu dikalibrasi agar tidak terjadi human
error.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi. Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press.165
hal.
Dharmawibawa, I. D., Hunaepi., & Fitriani, H. 2011. Analisis Kualitas Air Sungai Ancar dalam
upaya Bioremediasi Perairan. Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan
IPA “PRISMA SAINS”. 2(2):101-120.
Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemprov DKI Jakarta. 2017. Ciliwung, Sungai.
(Online). Diakses 6 September 2020 (http://jakarta.go.id).
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Online).
Suriadarma, Ade. 2011. Dampak Beberapa Parameter Faktor Fisik Kimia Terhadap Kualitas
Lingkungan Perairan Pesisir Karawang, Jawa Barat. Riset Geologi dan Pertambangan
Vol. 21 No. 1 (2011), hal : 19-33.
Yetti, E., Soedharma, D., &Haryadi, S. 2011. Evaluasi Kualitas Air Sungai-Sungai di Kawasan
DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas
Masyarakat di Sekitarnya. JPSL. 1: (10-15).
LAMPIRAN