JUDUL RISET:
PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH SERAT KELAPA SAWIT
SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKU HANDSANITIZER
ALAMI
BIDANG RISET:
BIOMATERIAL / OLEOKIMIA
Diusulkan oleh :
Rina Hafia (Ketua Kelompok)
Annisa Hamdan Ramadhani
Regina Fransisca Tiffani
1
PENGESAHAN PROPOSAL LOMBA RISET
1 Judul Riset : Pembuatan Bioetanol dari Limbah Serat Kelapa
Sawit serta Pemanfaatannya sebagai Bahan
Baku Handsanitizer Alami
2. Bidang Riset : Biomaterial / Oleokimia
3. Ketua Pelaksana :
a. Nama Lengkap : Rina Hafia
b. NIM : 1811012320018
c. Jurusan : Kimia
d. Universitas / Institusi : Universitas Lambung Mangkurat
e. Alamat Rumah dan No Tel/HP : Jl. Veteran Gang 4 Mei, Kel. Keraton,
Kec. Martapura Kota, Kabupaten Banjar
f. Alamat Email : rinahafia22@gmail.com
4. Anggota Tim : 2 orang
5. Estimasi Biaya Penelitian
a. BPDPKS : Rp 2.541.000
b. Sumber lain :-
6. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan
2
LOMBA RISET SAWIT
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
JUDUL RISET
PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH SERAT KELAPA SAWIT
SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKU HANDSANITIZER
ALAMI
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................................................3
Abstrak...............................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................5
BAB V PENDANAAN.........................................................................................................20
Lampiran
3
ABSTRAK
Limbah serat kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
generasi kedua bioetanol karena mengandung 57,9% selulosa dan 18%
lignin, dan hidrolisis mengandung 14,94% hemiselulosa. Penelitian ini
menggunakan proses pretreatment, hidrolisis, netralisasi, dan fermentasi
dengan tujuan untuk dapatkan bioetanol. Serat kelapa sawit dipotong dengan
ukuran 0,5-1 cm. Lalu pretreatment menggunakan pelarut asam dengan
memanaskan pada 100 ° C selama 1 jam dengan pengaduk hot plate.
Padatan hasil pretreatment dicampur dengan air suling hingga konsentrasi
(5% b / v) ini siap untuk hidrolisis. Padatan kemudian dilarutkan dengan
larutan H2SO4 (2% v / v) hingga 500 ml dan dihidrolisisis selama 120 menit
dengan variasi suhu dari 115 ° C, 120 ° C, 125 ° C tujuan untuk menentukan
pengaruh yang optimal suhu dalam proses hidrolisis menggunakan autoklaf.
Hidrolisat adalah dinetralkan dengan 1 N NaOH sampai pH 5 dan kadar gula
oleh Luff-Schoorl Metode diperoleh kadar gula tertinggi 9,69% v / v.
Hydrolyzate yang dimilikinya telah di netralisasi difermentasi dengan ragi dan
nutrisi NPK tape dengan kaca botol yang telah disterilkan menggunakan
autoclave yang difermentasi selama 3 hari. Kadar etanol yang difermentasi
diuji dengan analisis oleh Gas Chromatography (GC) ini dikenal dengan
kandungan bioetanol tertinggi 2,858% (v / v). Karakteristik Puncak selulosa
serat kelapa sawit sebelum dan sesudah pretreatment dari kue serat selulosa
meningkat sebesar 42,30% (selulosa I) menjadi 48,60% (selulosa II) oleh
Difraksi X-Ray.
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting
peranannya di dalam perekonomian diberbagai negara berkembang
termasuk Indonesia. Salah satu sektor pertanian yang memberikan devisa
terbesar adalah kelapa sawit. Penyebaran kelapa sawit di Indonesia
berada pada pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua, dan
beberapa pulau tertentu di Indonesia. Indonesia sendiri merupakan
produsen ekspor minyak kelapa sawit terbesar di dunia karena setiap
musim panen menghasilkan 21 juta ton minyak kelapa sawit, yaitu hampir
separuh dari produksi minyak kelapa sawit dunia. Prospek pasar bagi
olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena fungsi utamanya sebagai
olahan minyak masak, minyak industri dan minyak bakar membuat
permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup
besar, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri (Purwanto,
2011).
Seiring banyaknya permintaan pasar maka Indonesia
meningkatkan produksi kelapa sawit setiap tahunnya. Peningkatan ini
juga dipengaruhi oleh pertambahan luas lahan kelapa sawit yang dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan (Nasution dkk., 2014). Pada
tahun 2010 luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia 8.385.394
ha dengan produksi 21.958.120 ton, mengalami peningkatan pada tahun
2014 menjadi 10.754.801 ha dengan produksinya 29.278.189 ton, yang
mana luasan tersebut terdiri dari 4.422.365 ha perkebunan rakyat,
5.603.414 ha perkebunan swasta dan 729.022 ha perkebunan milik
negara (Dirjenbun, 2015).
Peningkatan produksi minyak kelapa sawit akan berdampak
pada peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan. Limbah pada pabrik
kelapa sawit adalah suatu buangan yang dihasilkan dari proses
5
pengolahan kelapa sawit yang berbentuk cair, padat, dan gas yang dapat
berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan sekitar. Limbah pabrik
kelapa sawit yang mengandung sejumlah padatan tersuspensi, terlarut,
dan mengambang merupakan bahan-bahan organik dengan konsentrasi
tinggi. limbah kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu
limbah perkebunan kelapa sawit yaitu sisa tanaman yang tertinggal pada
saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan, dan panen kelapa sawit.
Limbah jenis ini antara lain kayu, pelepah dan gulma. Lalu ada limbah
industri kelapa sawit yaitu limbah yang dihasilkan pada proses
pengolahan kelapa sawit berupa limbah padat, cair dan gas.
Salah satu limbah perkebunan kelapa sawit adalah Tandan
kosong kelapa sawit, yang disebutkan bahwa Tandan Kosong ini
merupakan limbah padat terbesar yang dihasilkan. Setiap pengolahan 1
ton TBS (Tandan Buah Segar) dihasilkan TKS (Tandan Kosong Kelapa
Sawit) sebanyak 22 – 23% TKS atau sebanyak 220 – 230 kg TKS. Jika
PKS berkapasitas 100 ton/jam maka dihasilkan sebanyak 22 – 23 ton
TKS. Jumlah limbah TKS seluruh Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan
mencapai 18.2 juta ton.(Aryafatta, 2008). Dengan banyaknya limbah
tandan kosong kelapa sawit maka perlu dicari alternatif baru untuk
memanfaatkannya. Pemanfaatan tanda kosong kelapa sawit salah satu
caranya adalah mengolah tandan kosong sebagai sebagai bahan baku
pembuatan bioetanol. Seperti yang diketahui, tandan kosong kelapa sawit
merupakan limbah berlignoselulosa. Bahan berselulosa apabila
dihidrolisis akan menghasilkan gula dan jika dilanjutkan dengan
fermentasi akan menghasilkan bioetanol. Limbah Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKS) memiliki potensi yang besar menjadi sumber biomassa
selulosa dengan kelimpahan cukup tinggi dan sifatnya terbarukan.
Penggunaan limbah ini dapat meningkatkan manfaat atau nilai tambah
dari limbah pertanian kelapa sawit karena selama ini pemanfaatan limbah
kelapa sawit kurang dimanfaatkan secara optimal (Aryafatta, 2008).
6
Bioetanol sendiri merupakan salah satu biofuel yang hadir
sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya
yang terbarukan. Bioetanol berasal dari dua kata yaitu “bio” dan “etanol”
yang berarti sejenis alkohol yang merupakan bahan kimia yang terbuat
dari bahan baku tanaman yang mengandung pati. Bioetanol bersumber
dari gula sederhana, pati dan selulosa yang setelah mengalami
fermentasi akan menghasilkan etanol. Etanol ini nantinya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan handsanitizer. Handsanitizer
dari bioetanol yang berasal dari selulosa tandan kelapa sawit diketahui
layak digunakan karena kandungannya aman dan sesuai dengan kriteria
bahan baku pembuatan handsanitizer yang ada.
Penelitian mengenai tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan
baku bioetanol dilakukan dengan proses hidrolisis, fermentasi dan
destilasi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah memanfaatkan limbah
serat kelapa sawit untuk diberdayakan sebagai bioetanol yang nantinya
dapat diteruskan sebagai bahan pembuatan handsanitizer. Selain dapat
mengurangi limbah kelapa sawit, penelitian ini juga sebagai acuan untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat akan manfaat lain dari
limbah kelapa sawit tersebut. Produk handsanitizer umumnya dibuat dari
etanol melalui proses starch – based dan apabila sumber bahan baku
pembuatan etanol lain tidak segera ditemukan, dikhawatirkan akan terjadi
kompetisi antara kesediaan bahan pangan, pakan, dan untuk sumber
energi sekarang. Maka dari itu lah urgensi penelitian ini selain sebagai
pemanfaatan limbah dari hasil perkebunan kelapa sawit, juga sebagai
alternatif dalam sumber bahan baku etanol. Penelitian ini juga diharapkan
dapat memiliki luaran yaitu keberhasilan dalam produksi bioethanol
berbahan dasar limbah serat kelapa sawi, meningkatkan nilai jual limbah
serat kelapa sawit, sebagai alternatif pembuatan handsanitizer dengan
bahan yang alami, bahan baku yang digunakan ramah lingkungan dan
7
berasal dari alam dan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan
handsanitizer dengan harga yang terjangkau
- Rumusan masalah
1. Bagaimana cara memperoleh bioethanol dari limbah kelapa sawit?
2. Metode apa saja yang digunakan dalam pembuatan bioethanol dari
kelapa sawit ini?
3. Bagaimana cara membuat handsanitizer dari bioethanol yang telah
didapatkan?
BAB II
STUDI PUSTAKA
8
Perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang di 22 provinsi dari 33
provinsi di Indonesia. Dua pulau utama sentra perkebunan kelapa sawit di
Indonesia adalah Sumatra dan Kalimantan. Sekitar 90% perkebunan kelapa
sawit di Indonesia berada di kedua pulau sawit tersebut, dan kedua pulau itu
menghasilkan 95% produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO)
Indonesia (Purba, 2017)
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri/perkebunan yang berguna
sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar.
Pohon Kelapa Sawit terdiri dari dua spesies yaitu elaeis guineensis dan
elaeis oleifera yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran
minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit elaeis guineensis, berasal dari
Afrika barat diantara Angola dan Gambia, pohon kelapa sawit elaeis oleifera,
berasal dari Amerika tengah dan Amerika Selatan. Kelapa sawit menjadi
populer setelah revolusi industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan
tingginya permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun
(Dinas Perkebunan Indonesia, 2007).
Pertumbuhan ekonomi yang dihela oleh peningkatan produksi minyak
sawit tidak hanya dinikmati oleh mereka yang terlibat dalam perkebunan
kelapa sawit, tetapi juga oleh masyarakat yang tidak terlibat secara langsung
dalam proses produksi perkebunan kelapa sawit (Amzul, 2011). Peningkatan
pendapatan petani sawit ternyata lebih tinggi dibandingkan petani komoditas
yang lain (World Growth, 2011). Dalam aspek sosial, pembukaan perkebunan
kelapa sawit dapat dinyatakan sebagai sektor pionir yang membuka akses ke
daerah pelosok. Di samping itu, perkebunan kelapa sawit meningkatkan
ketersediaan infrastruktur pedesaan serta meningkatkan ketersediaan
fasilitas pendidikan dan kesehatan (PASPI, 2014). Secara agregat,
peningkatan produksi minyak sawit nasional menurunkan kemiskinan
pedesaan (Susila, 2004; Joni, 2012) di daerah sentra perkebunan kelapa
sawit, seperti Sumatra Utara, Riau, Sumatra Selatan, dan Kalimantan
Tengah, sangat signifikan menurunkan kemiskinan (PASPI, 2015).
9
Perkembangan lebih lanjut menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit
telah menciptakan daerah daerah pertumbuhan ekonomi baru di kawasan
pedesaan.
Limbah padat dari kegiatan pertanian seperti jerami, serbuk gergaji
kayu, tandan kelapa sawit, batang dan bonggol jagung, serta bagas tebu
tersusun oleh lignoselulosa. Lignoselulosa memiliki komposisi selulosa
sebesar 45% dari berat kering bahan. Sedangkan hemiselulosa menempati
25-30% dan sisanya adalah lignin. Komponen utama yang terdapat dalam
tandan kosong kelapa sawit adalah selulosa dan holoselulosa. Kandungan air
dalam serat tandan kosong cukup tinggi, lebih daripada 0,96-1,46 asas kering
(Daud dan Rosdanelli, 2004)
Pembuatan bahan-bahan lignosellulosa hingga menjadi etanol melalui
empat proses utama: pretreatment, hidrolisa, fermentasi, dan terakhir adalah
pemisahan serta pemurnian produk etanol (Mosier, 2005). Bahan-bahan
lignosellulosa umumnya terdiri dari sellulosa, hemisellulosa dan lignin.
Sellulosa secara alami diikat oleh hemisellulosa dan dilindungi oleh lignin.
Adanya senyawa pengikat lignin inilah yang menyebabkan bahan-bahan
lignosellulosa sulit untuk dihidrolisa (Iranmahboob, 2002)
Tujuan dari pretreatment adalah untuk membuka struktur lignoselulosa
agar selulosa menjadi lebih mudah diakses oleh enzim yang memecah
polimer sakarida menjadi monomer gula. Pretreatment menyediakan akses
yang lebih mudah untuk enzim sehingga akan mengalami peningkatan hasil
glukosa dan xilosa. Tujuan pretreatment secara skematis ditunjukan oleh
Gambar 1 (Mosier, 2005).
Di dalam metode hidrolisa asam, biomassa lignoselulosa dipaparkan
dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu, dan
menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa.
Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisa asam antara lain
adalah asam sulfat (H2SO4), asam perklorat, dan HCl. Asam sulfat
merupakan asam yang paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk
10
hidrolisis asam. Hidrolisa asam dapat dikelompokkan menjadi: hidrolisa asam
pekat dan hidrolisis asam encer (Taherzadeh dan Karimi 2007).
Keuntungan utama hidrolisa dengan asam encer adalah, tidak
diperlukannya recovery asam, dan tidak adanya kehilangan asam dalam
proses (Iranmahboob dkk, 2002). Umumnya asam yang digunakan adalah
H2SO4 atau HCl (Mussatto dan Roberto, 2004) pada range konsentrasi 2-5%
(Iranmahboob, 2002; Sun, 2002), dan suhu reaksi 120-160 oC.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses hidrolisa antara lain :
11
konversi yang cukup berarti, tetapi jika suhu terlalu tinggi konversi yang
diperoleh akan menurun. Hal ini disebabkan adanya glukosa yang pecah
menjadi arang, yang ditunjukkan dengan semakin tuanya warna hasil.
(Osvaldo dkk, 2012).
Ragi umunya digunakan dalam industri makanan dan minuman seperti
roti, tempe, bir, dll. Menurut Kusnadi, jenis ragi yang paling baik untuk
fermentasi adalah ragi tape dibanding biakan murni Sacharomyces
cereviseae karena ragi tape selain mengandung jenis khamir juga
mengandung jenis kapang mengkonversi gula sederhana menjadi etanol oleh
jenis khamir. Mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah
kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir
Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii,
Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp.
dan Bacillus sp. (Kusnadi, 2009).
Pada umumnya etanol diproduksi dengan cara fermentasi dengan
bantuan mikroorganisme oleh karena itu sering disebut sebagai bioetanol.
Satu diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya
dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-
limbah pertanian (biomassa) yang mengandung banyak lignocellulose seperti
limbah sabut kelapa. Etanol atau etil alkohol C2H5OH merupakan cairan tak
berwarna dengan karakteristik antara lain mudah terbakar, larut dalam air,
biodegradable, dan tidak karsinogenik (Kusnadi, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
12
3.1 Tahapan Penelitian
Pembuatan bahan-bahan lignosellulosa hingga menjadi etanol melalui
empat proses utama: pretreatment, hidrolisa, fermentasi, dan terakhir adalah
pemisahan serta pemurnian produk etanol (Mosier dkk, 2005).
Serabut kelapa sawit kering yang didapat langsung dari limbah industri
pengolahan CPO dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 80°C selama 3 jam.
selanjutnya didinginkan di desikator. kemudian dipotong dengan ukuran kecil
kecil 0,5-1 cm dan dihaluskan lagi menggunakan blender kemudian
ditimbang sebanyak 90 gram. Perlakuan awal basa Padatan NaOH ditimbang
sebanyak 10 gram dan dilarutkan sampai 500 ml akuades dalam gelas
beaker (a) (2% w/v) dan dimasukkan serabut kelapa sawit sebanyak 90 gram
kemudian perendaman didiamkan selama 24 jam dan ditutup pada bagian
atasnya dengan aluminium foil dan cling wrap. Perlakuan awal untuk asam,
larutan H2SO4 95% sebanyak 10,5 ml diambil dan dimasukkan ke gelas
beaker (b) lalu akuades ditambahkan kedalamnya sebanyak 489,5 ml (2%
v/v) dan dimasukkan potongan-potongan serabut kelapa sawit dimasukkan
ke dalam kedua gelas tersebut masing-masing 90 gram dan ditutup pada
bagian atasnya dengan aluminium foil dan cling wrap kemudian dilakukan
pemanasan yang disertai dengan pengadukan menggunakan Hot plate stirrer
dengan suhu operasi 100°C selama 60 menit dan selanjutnya diambil
padatannya dengan kertas saring dan ditimbang lagi. Setelah dilakukan
perlakuan awal serabut itu disaring, diambil serabutnya dan dimasukkan ke
dalam oven selama 4 jam dengan suhu 80°C lalu didinginkan pada suhu
kamar beberapa saat.
Padatan hasil delignifikasi diambil sebanyak 25 gram dalam 500 ml
(5% w/v) dan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer dan dicampurkan
dengan larutan H2SO4 (2% v/v) kemudian dilakukan proses hidrolisis selama
120 menit pada suhu 115°C, 120°C dan 125°C. Produk yang diperoleh
kemudian didinginkan sampai suhu kamar. Padatan dan cairan dipisahkan
dengan menggunakan kertas saring. Hidrolisat diambil dan dibagi ke dalam 3
13
buah erlenmeyer masing masing di isi dengan hidrolisat sebanyak 100 ml.
Kemudian tiap erlenmeyer ditambahkan NaOH 1 N hingga pH hidrolisat
mencapai 5. Botol kaca yang akan dijadikan tempat fermentasi di sterilisasi
dengan autoclave pada suhu 121°C selama 45 menit. Hasil produk yang
telah didinginkan dalam gelas beaker masing masingnya ditutup aluminium
foil dan cling wrap, kemudian ragi tapaekering ditambahkan kehidrolisat
dimana penambahannya sebanyak 0,23% total gula dan ditambahkan
ditambahkan NPK sebagai sebanyak 0,06% total gula. Inkubasi dilakukan di
dalam erlenmeyer 250 ml menggunakan Botol kaca dengan shaker
kecepatan 128 rpm pada 24 jam pertama. Erlenmeyer ditutup dengan cling
warp dan aluminium foil. Dan didiamkan selama 48 jam.
Skema pretreatment yang dilakukan terhadap serat kelapa sawit untuk
mengkarakterisasi serat kelapa sawit adalah sebagai berikut:
14
mengetahui suhu optimal pada hidrolisis. Hidrolisis ini sendiri menggunakan
asam H2SO4 dengan konsentrasi 2% (v/v) dengan waktu hidrolisis selama 2
jam. Hasil hidrolisis yang diambil adalah cairan hidrolisat, yang kemudian
dianalisa dengan metode luff-schoorl.
15
diketahui kadar gulanya difermentasi menggunakan ragi tape, di mana
penambahannya sebanyak 0,23% total gula dan ditambahkan NPK sebagai
campurannya sebanyak 0,06% total gula. Hasil dari fermentasi selama 3 hari
dianalisa dengan metode gas kromatografi, uji ini bertujuan untuk mengetahui
kadar bioetanol yang diperoleh dari hasil fermentasi secara akurat. Berikut
adalah skema fermentasi yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat
dibawah ini:
16
tambahan seperti gel loe vera, pewangi alami, handsanitizer ini nantinya
dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang ramah lingkungan. Sehingga, dapat
memenuhi kebutuhan handsanitizer yang meningkat dan juga mengurangi
limbah hasil perkebunan kelapa sawit.
Keterangan:
CrI = Crystallinity Index
I002 = Kristal Iam = Amorph
d. Analisis kandungan bioetanol, dengan menggunakan Gas
Chromathography (GC).
BAB IV
LUARAN
17
Penelitian Pembuatan Bietanol dari Limbah Serat Kelapa Sawit Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Handsanitizer diharapkan dapat diperoleh hasil
sebgaia berikut :
1. Keberhasilan dalam produksi bioethanol berbahan dasar limbah serat
kelapa sawit
2. Meningkatkan nilai jual limbah serat kelapa sawit
3. Sebagai alternative pembuatan handsanitizer dengan bahan yang
alami
4. Bahan baku yang digunakan ramah lingkungan dan berasal dari alam
5. Memudahkan masyarakat untuk mendapatkan handsanitizer dengan
harga yang terjangkau
BAB V
JADWAL KEGIATAN
18
Bulan
NO JENIS KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
Survei ke tempat produksi
1. √
limbah kelapa sawit
2. Survei Laboratorium Penelitian √
Studi Kelayakan Alat dan
3. √
Bahan
Perlakuan awal terhadap
limbah serat (Pemotongan,
4. √
Pengeringan, penghalusan
dan penimbangan)
Treatment kelapa sawit
5. √
setelah perlakuan awal
6. Proses Hidrolisis √
7. Proses Fermentasi √
8. Proses Destilasi √
Persiapan bahan
9. √
handsanitizer
10. Pembuatan Handsanitizer √
11. Uji Kelayakan √
BAB VI
PENDANAAN
19
PRESENTASE
NO JENIS PENGELUARAN ESTIMASI BIAYA
PENDANAAN
DAFTAR PUSTAKA
20
Amzul, R. 2011. The role palm oil industry in Indonesia economy and its
export competitiveness (Disertasi Ph.D.). University of Tokyo, Jepang.
Daud, W. R. W. & Rosdanelli. 2004. Through drying of oil palm empty fruit
bunches (EFB) fiber using superheated steam. Silva, M.A., Rocha,
S.C.S.,Mujumdar A.M., eds, 2027-2034.
Bioenergy, 401-404
Mosier, N., Wyman, C., Dale, B., Elander, R., M., Holtzapple, Y. L. & Ladish,
M., 2005. Features of promisisng technologies for pre treatment of
lignosellulosic biomass, bioresour. Technology, 673-686.
21
Tanam Solid Decanter dan Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada Sistem
Single Stage. Onlien Agroteknologi. 2(2337) : 691-701.
_____. 2015. Multifungsi perkebunan kelapa sawit dan isu sustainability, 1(1),
1–10. Bogor : PASPI.
LAMPIRAN 1
22
BIODATA KETUA PERISET
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Rina Hafia
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Program Studi : S1 Kimia
4. NIM : 1811012320018
5. Tempat Tanggal Lahir : Martapura, 22 Maret 2000
6. E-mail : rinahafia22@gmail.com
7. Nomor Telepon : 0895339846303
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi MI Nur Rahman SMP Negeri 1 SMA Negeri 1
Martapura Martapura
Jurusan IPA
Tahun Masuk-Lulus 2006-2012 2012-2015 2015-2018
23
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan dana lomba riset sawit tingkat mahasiswa
dengan judul penelitian Pembuatan Bioetanol dari Limbah Serat Kelapa Sawit
Serta Pemanfaatannya Sebagai Bahan Baku Handsanitizer Alami
Rina Hafia
24
LAMPIRAN 2
BIODATA ANGGOTA
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Annisa Hamdan Ramadhani
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Program Studi : S1 Kimia
4. NIM : 1811012320017
5. Tempat Tanggal Lahir : Jayapura, 02 Desember 2000
6. E-mail : icharamadhani2000.ir@gmail.com
7. Nomor Telepon : 083159286557
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 001 Bontang SMP Negeri 1 SMA Negeri 1
Utara Banjarbaru Banjarbaru
Jurusan IPA
Tahun Masuk-Lulus 2006-2012 2012-2015 2015-2018
25
Banjarbaru
3. Juara 1 Lomba Siap Siaga PMI Kota 2016
Bencana Tingkat Kota Banjarbaru
Banjarbaru
4. Juara 1 Paduan Suara Badan BNN 2016
Narkotika Nasional
5. Finalis Gita Bahana Nusantara Pemerintah Kota 2017
Banjarbru
6. Juara 2 Paduan Suara Peksi Science Goes to 2018
MIPA Opera
7. Juara 3 Paduan Suara Peksi Science Goes to 2019
MIPA Opera
8. Top 25 Arutmint Got Talent PT. Arutmint 2020
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan dana lomba riset sawit tingkat mahasiswa
dengan judul penelitian Pembuatan Bioetanol dari Limbah Serat Kelapa Sawit
Serta Pemanfaatannya Sebagai Bahan Baku Handsanitizer Alami
26
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Regina Fransisca Tiffani
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Program Studi : S1 Kimia
4. NIM : 1811012220029
5. Tempat Tanggal Lahir : Banjar, 02 Juni 1999
6. E-mail : reginatiffani863@gmail.com
7. Nomor Telepon : 081256808849
2. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Guntung SMP Negeri 1 SMA Negeri Banua
Payung 3Banjarbaru Banjarbaru Kalsel
Jurusan IPA
Tahun Masuk-Lulus 2006-2012 2012-2015 2015-2018
27
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan dana lomba riset sawit tingkat mahasiswa
dengan judul penelitian Pembuatan Bioetanol dari Limbah Serat Kelapa Sawit
Serta Pemanfaatannya Sebagai Bahan Baku Handsanitizer Alami
28
LAMPIRAN 3
Struktur dan Rincian Kebutuhan Pendanaan Riset
1. Peralatan Penunjang
29
3. Perjalanan
4. Lain-lain
30
LAMPIRAN 4
31
32