Disusun oleh :
Teknik rekayasa genetika tanaman merupakan salah satu teknik bioteknologi modern yang
digunakan para pemulia tanaman untuk mendapatkan varietas baru tahan terhadap penyakit.
Rekayasa genetika tanaman dapat dikatakan sebagai usaha untuk memindahkan gen (DNA)
tertentu dari satu spesies tanaman ke spesies tanaman yang lain (baik kerabat dekat maupun
kerabat jauh), atau sumber gen tersebut dapat berasal dari organisme lain (seperti jamur,
bakteri, dan virus), dan mengekspresikannya pada spesies penerima (Kristamtini,2005).
Ada beberapa langkah penting dalam rekayasa genetika untuk ketahanan terhadap penyakit,
yaitu:
1. Kloning gen. (1) Identifikasi dan isolasi gen yang menjadi target untuk dipindahkan, (2)
Penempatan gen pada sistem vektor (plasmid) agar gen tersebut dapat diintroduksikan
atau dimasukkan ke dalam sel/protoplasma/jaringan tanaman penerima, dan (3) Ekspresi
gen baru dalam sel/protoplasma/jaringan penerima serta regenerasi dan pertumbuhan
bagian tanaman menjadi tanaman transgenik
2. Transformasi gen ke tanaman. Penyisipan gen pada tanaman dilakukan melalui perantara
bakteri Agrobacterium, yaitu dengan DNA-vektor turunan dari plasmid TiAgrobacterium.
Proses transformasi gen dari Agrobacterium ke tanaman dapat melalui proses
elektroporation, microinjection, particle bombardment, dan lain-lain pada jaringan
tanaman (kalus, protoplasma, daun, dan lain-lain).
3. Proses-proses fisiologi sel. Di sini peran disiplin ilmu agronomi dan penyakit tanaman
sangat diperlukan, misalnya untuk pertumbuhan, regenerasi hasil transformasi dari kultur
jaringan, seleksi terhadap penyakit, baik di rumah kaca maupun di lapang.
Ambarwati, AD., A. Purwito, M. Herman, SM. Sumaraw, & H. Aswidinnoor. 2009. Analisis
integrasi dan segregasi gen ketahanan terhadap hawar daun pada progeni F1 hasil
persilangan tanaman kentang transgenik dengan non transgenik. Jurnal Agro Biogen 5
(1): 25-31.
Ambarwati, Alberta Dinar., Kusmana., & Edy Listanto. 2015. Klon-klon Kentang
Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap Penyakit Hawar Daun
Phytophthora infestans Tanpa Penyemprotan Fungisida di Empat Lapangan Uji
Terbatas . Jurnal Biologi Indonesia , 11(2): 177-186.
Amirhusin, B. 2004. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama. Jurnal Litbang Pertanian,
23(1):1-7.
Bandong, JP, and JA Litsinger. 2005. Rice crop stage susceptibility to the rice yellow
stemborer, Scirpophagaincertulas(Walker) (Lepidoptera) (Pyralidae). Inter. Jour. Pest
Manag. 51(1):37-43.
Carsono, Nono., Irma Mangatur., Fitri Utami Hasan., Santika Sari., Nenet Susniahti.,
Hersanti dan Baehaki . 2017. Ketahanan Padi Transgenik D B 1 terhadap Penggerek
Batang Padi Kuning Scirpophaga i ncertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae) . Jurnal
Agrikultura, 28 (2): 56-63 .
Kristamtini. 2005. Pemuliaan Tanaman Untuk Ketahanan Terhadap Penyakit Dengan Teknik
Bioteknologi . Agros , Vol 7(1): 22-28.
Song, J., JM. Bradeen, SK. Naess, JA. Raasch, SW. Wielgus, GT. Haberlach, J. Liu, H.
Kuang, S. Austin-Phillips, CR. Buell, JP. Helgeson, & J. Jiang. 2003. Gene RB
cloned from Solanum bulbocastanum confers broad spectrum resistance to potato late
blight. Proceedings of the National. Academy of Sciences. USA 100:9128-9133.
http://jurnal.unpad.ac.id/agrikultura/article/download/14954/7059
http://e-journal.janabadra.ac.id/index.php/JA/article/download/528/402
https://pdfs.semanticscholar.org/be87/b08c807957e3aaf886834d1223491a1cf2f1.pdf
http://203.190.37.42/publikasi/p3231041.pdf