Anda di halaman 1dari 6

TEKNOLOGI ISOLASI DAN PERBANYAKAN AGENSIA HAYATI

RESUME JURNAL REKAYASA TANAMAN

Disusun oleh :

Nama : Rofiq Agiel Prastya


No. Mahasiswa : 20180210137

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
A. Rekayasa genetik tanaman

Teknik rekayasa genetika tanaman merupakan salah satu teknik bioteknologi modern yang
digunakan para pemulia tanaman untuk mendapatkan varietas baru tahan terhadap penyakit.
Rekayasa genetika tanaman dapat dikatakan sebagai usaha untuk memindahkan gen (DNA)
tertentu dari satu spesies tanaman ke spesies tanaman yang lain (baik kerabat dekat maupun
kerabat jauh), atau sumber gen tersebut dapat berasal dari organisme lain (seperti jamur,
bakteri, dan virus), dan mengekspresikannya pada spesies penerima (Kristamtini,2005).

Ada beberapa langkah penting dalam rekayasa genetika untuk ketahanan terhadap penyakit,
yaitu:

1. Kloning gen. (1) Identifikasi dan isolasi gen yang menjadi target untuk dipindahkan, (2)
Penempatan gen pada sistem vektor (plasmid) agar gen tersebut dapat diintroduksikan
atau dimasukkan ke dalam sel/protoplasma/jaringan tanaman penerima, dan (3) Ekspresi
gen baru dalam sel/protoplasma/jaringan penerima serta regenerasi dan pertumbuhan
bagian tanaman menjadi tanaman transgenik
2. Transformasi gen ke tanaman. Penyisipan gen pada tanaman dilakukan melalui perantara
bakteri Agrobacterium, yaitu dengan DNA-vektor turunan dari plasmid TiAgrobacterium.
Proses transformasi gen dari Agrobacterium ke tanaman dapat melalui proses
elektroporation, microinjection, particle bombardment, dan lain-lain pada jaringan
tanaman (kalus, protoplasma, daun, dan lain-lain).
3. Proses-proses fisiologi sel. Di sini peran disiplin ilmu agronomi dan penyakit tanaman
sangat diperlukan, misalnya untuk pertumbuhan, regenerasi hasil transformasi dari kultur
jaringan, seleksi terhadap penyakit, baik di rumah kaca maupun di lapang.

B. Contoh Tanaman Transgenik


Beberapa contoh rekayasa genetik tanaman tahan terhadap hama penyakit sebagai
berikut:
1. Padi transgenik DB 1
Padi tansgenik DB1 merupakan padi hasil transgenik yang tahan terhadap
ketahanan terhadap S . incertulas. Scirpophaga incertulas atau Penggerek batang
padi kuning dapat menyerang tanaman padi pada semua stadium pertumbuhan.
Pada stadium vegetatif, serangan hama ini mengakibatkan kematian anakan muda
dan gejalanya disebut sundep. Pada stadium generatif, serangan hama menyebabkan
malai tampak putih dan gabah menjadi hampa yang disebut beluk (Bandong &
Litsinger, 2005; dalam Carsono dkk, 2017).
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan dalam mengurangi kerugian yang
disebabkan oleh serangan hama padi adalah merakit tanaman yang tahan.
Penggunaan tanaman padi tahan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
penekanan serangan S . incertulas. Tanaman padi tahan yang digunakan dapat
berupa padi transgenik yang disisipi oleh gen tahan terhadap S. incertulas . Salah
satu gen tahan terhadap serangga adalah gen DB 1 (Dioscorea batatas) yang
menghasilkan lektin dan mempunyai kemampuan insektisidal sehingga
menimbulkan efek toksik terhadap serangga jika terbawa sampai saluran
pencernaan (Gaidamashvili e t a l ., 2004; dalam Carsono dkk, 2017).
2. Klon-klon kentang transgenik Atlantic atau Granola dengan transgenik Katahdin
SP951
Klon-klon kentang transgenik hasil persilangan Atlantic atau Granola dengan
transgenik Katahdin SP904 atau SP951. Klon-klon tersebut telah dianalisis secara
molekuler mengandung gen RB (Ambarwati et al. 2009;dalam Ambarwati et al.
2015)). Gen RB diisolasi dari tanaman kentang liar Solanum bulbocastanum, yang
dapat memediasi ketahanan dengan spektrum luas terhadap ras-ras P. infestans
(Song et al. 2003; dalam Ambarwati et al., 2015).
Menurut penelitian Ambarwati et al (2015) Klon-klon transgenik hasil persilangan
menunjukkan respon tahan terhadap P. infestans sampai 14 – 18 hsi atau sekitar 40
– 45 hst di LUT Pasir Sarongge, Lembang, Pangalengan dan Banjarnegara,
sedangkan tetuanya Atlantic dan Granola sudah rentan dengan skor 3 sampai 4.

C. Kelebihan dan Kekurangan Tanaman Transgenik


Berkembangnya teknologi rekombinan DNA telah membuka peluang untuk merakit
tanaman tahan hama melalui rekayasa genetika. Menurut Amirhusin (2004), Teknologi
ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi konvensional, yaitu:
1) Dapat memperluas pengadaan sumber gen resisten karena sumber gen tidak hanya
dapat diperoleh dari tanaman dalam satu spesies tetapi juga dari tanaman lain
spesies, genus atau famili, bahkan dari bakteri, fungi, dan mikroorganisme
lainnya;
2) dapat memindahkan gen spesifik ke bagian yang spesifik pula pada tanaman;
3) dapat menelusuri stabilitas gen yang dipindahkan atau yang diintroduksikan ke
tanaman dalam setiap generasi tanaman;
4) memungkinkan mengintroduksi beberapa gen tertentu dalam satu event
transformasi sehingga dapat memperpendek waktu perakitan tanaman dengan
resistensi ganda (multiple resistance);
5) dapat menelusuri dan mempelajari perilaku gen yang diintroduksi dalam
lingkungan tertentu.
6) Kekurangan Tanaman Transgenik menurut Amirhusin (2004), Usaha perakitan
tanaman transgenik tahan hama memerlukan dana yang relatif tinggi dan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di samping itu juga diperlukan fasilitas
dan peralatan yang relatif mahal. Oleh karena itu, perakitan tanaman transgenik
tahan hama ini harus diprogramkan secara matang guna memaksimumkan
penggunaan sumber daya yang ada.

D. Pro Konta Tanaman Transgenik


Rekayasa genetika memiliki potensi yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia dalam menghadapi permasalahan-permasalahan di masa
mendatang. Pada awalnya, penemuan teknologi ini dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi
ancaman krisis pangan dunia. Tanaman hasil rekayasa genetika mampu meningkatkan
jumlah produksi dan kualitas produk yang dihasilkannya. Manipulasi gen pada tanaman
dapat meningkatkan kualitas rasa, nutrisi, aroma dan mutu produk supaya tahan lama
dalam penyimpanan pascapanen. Selain itu, tanaman transgenik memiliki ketahanan
terhadap hama karena mampu memproduksi toksin bakteri pengendali serangga, dengan
demikian penggunaan herbisida dan pestisida dapat dikurangi dan pencemaran
lingkungan sebagai dampak penggunaan bahan kimia pun dapat dihindari. Dalam bidang
kesehatan telah dikembangkan tanaman transgenik yang dapat menghasilkan senyawa
yang bermanfaat bagi kesehatan manusia seperti vitamin dan vaksin.
Namun sampai saat ini, penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik masih
terjadi, ini karena tanaman transgenik dianggap dapat membahayakan kesehatan manusia
dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Melihat dari manfaat yang dihadirkan dengan
adanya tanaman transgenik terutama dalam mengatasi permasalahan-permasalahan
petanian dan pangan yang selama ini terus terjadi, maka saya lebih mendukung adanya
rekayasa tanaman transgenik.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, AD., A. Purwito, M. Herman, SM. Sumaraw, & H. Aswidinnoor. 2009. Analisis
integrasi dan segregasi gen ketahanan terhadap hawar daun pada progeni F1 hasil
persilangan tanaman kentang transgenik dengan non transgenik. Jurnal Agro Biogen 5
(1): 25-31.

Ambarwati, Alberta Dinar., Kusmana., & Edy Listanto. 2015. Klon-klon Kentang
Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap Penyakit Hawar Daun
Phytophthora infestans Tanpa Penyemprotan Fungisida di Empat Lapangan Uji
Terbatas . Jurnal Biologi Indonesia , 11(2): 177-186.

Amirhusin, B. 2004. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama. Jurnal Litbang Pertanian,
23(1):1-7.

Bandong, JP, and JA Litsinger. 2005. Rice crop stage susceptibility to the rice yellow
stemborer, Scirpophagaincertulas(Walker) (Lepidoptera) (Pyralidae). Inter. Jour. Pest
Manag. 51(1):37-43.

Carsono, Nono., Irma Mangatur., Fitri Utami Hasan., Santika Sari., Nenet Susniahti.,
Hersanti dan Baehaki . 2017. Ketahanan Padi Transgenik D B 1 terhadap Penggerek
Batang Padi Kuning Scirpophaga i ncertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae) . Jurnal
Agrikultura, 28 (2): 56-63 .

Gaidamashvili, M, Y Ohizumi, S Iijima, T Takayama, T Ogawa, and K Muramoto. 2004.


Characterization of yam tuber storage proteins from Dioscoreabatatas exhibiting
unique lectin activities. J Biol Chem 279: 26028-26035.

Kristamtini. 2005. Pemuliaan Tanaman Untuk Ketahanan Terhadap Penyakit Dengan Teknik
Bioteknologi . Agros , Vol 7(1): 22-28.

Song, J., JM. Bradeen, SK. Naess, JA. Raasch, SW. Wielgus, GT. Haberlach, J. Liu, H.
Kuang, S. Austin-Phillips, CR. Buell, JP. Helgeson, & J. Jiang. 2003. Gene RB
cloned from Solanum bulbocastanum confers broad spectrum resistance to potato late
blight. Proceedings of the National. Academy of Sciences. USA 100:9128-9133.

http://jurnal.unpad.ac.id/agrikultura/article/download/14954/7059

http://e-journal.janabadra.ac.id/index.php/JA/article/download/528/402

https://pdfs.semanticscholar.org/be87/b08c807957e3aaf886834d1223491a1cf2f1.pdf
http://203.190.37.42/publikasi/p3231041.pdf

Anda mungkin juga menyukai