Anda di halaman 1dari 23

PENDALAMAN MATERI FIKIH

MODUL 1
TATA CARA TAHARAH DAN SALAT

Penyusun:
H. Andi Achruh AB. Pasinringi

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


JAKARTA
2019
2

KEGIATAN BELAJAR 2: SALAT FARDU

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Menguasi ketentuan dan tata cara salat fardu

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Menjelaskan pengertian dan hukum salat fardu
2. Menjelaskan syarat-syarat salat fardu
3. Menjelaskan rukun salat fardu
4. Menjelaskan sunah-sunah salat fardu
5. Menjelaskan hal-hal yang membatalkan salat fardu
6. Menjelaskan nilai pendidikan salat fardu

Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian dan hukum salat fardu
2. Syarat-syarat salat fardu
3. Rukun salat fardu
4. Sunah-sunah salat fardu
5. Hal-hal yang membatalkan salat fardu
6. Nilai pendidikan salat fardu

Uraian Materi

A. Pengertian dan Hukum Salat Lima Waktu


Salat secara bahasa berarti doa, sedangkan secara istilah, salat adalah ibadah
yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbir, dan
diakhiri dengan salam. Salat wajib juga disebut juga dengan salat fardu atau salat
maktubah yang berarti salat yang harus dikerjakan orang Islam yang telah memenuhi
syarat. Salat wajib dibagi menjadi 2 macam, yaitu: salat fardu ain dan salat wajib
fardu kifayah.
Hukum melaksanakan salat lima waktu ini adalah wajib atau fardu ain, yaitu
sesuatu yang diharuskan dan yang mengikat kepada setiap individu seorang muslim
yang telah dewasa, berakal sehat, balig (mukalaf). Apabila salat wajib ini
ditinggalkan, maka orang yang meninggalkannya mendapat dosa dari Allah swt.
Dasarnya wajibnya salat fardu ini adalah firman Allah dan hadis Nabi saw. berikut.
‫لا ْاُوتآَو َين ِع‬5ّ‫لا َع َم ْاُوعَكْر اَو َةاَكز‬5‫لا ْاوُم يَِقأَو ا ّر‬
ّ‫َلاص‬5‫ة‬
Dan dirikanlah salat dan bayarkanlah zakat, dan rukulah bersama orang-orang
yang ruku.” (QS al-Baqarah/2: 43).
‫ّل ٌ ْْي َخ‬5‫ّل َن وُم َلْع َي ْاُوناَك ْو‬ ‫آ‬5‫ْن مِ ٌَةبُوثَم َل اْو َق ّتاو ْاُون َم‬
ِ‫ّ َّ ا دِ نع‬
‫ُن‬5‫ْم‬
‫َلَو‬5‫َأ ْو‬5ّ
3
Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
salat itu adalah fardu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. (QS al-Nisa’/4: 103).
Hadis Nabi saw.
‫لاق امهنع هللا يضر رمع نبا‬: ‫ةداهش سخم ىلع ملاسإلا نيب ( ملس و هيلع هللا ىلص هللا لوسر لاق‬
) ‫لا ءاتيإو ةلاصلا ماقإو هللا لوسر ادممح نأو هللا الإ هلإ ال نأ‬5‫ناضمر موصو جماو ةاكز‬
Dari ‘Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Islam itu
terdiri atas lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
sesungguhnya Muhammat itu adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunai-
kan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadan.” (HR. Ahmad, Bukhar,i dan
Muslim).
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah saw. bersabda,
ِ
‫ّلل‬ َ‫ب ْد َق َف ًادم‬5َِ‫َةبُوتْك َمً ئر‬ ‫َت نْ َم‬5‫َك َر‬
‫ت‬ ِ ِ ِ
ْ ‫ذ ُْهنم‬5ّ‫َّ ا ُةم‬ ‫َع َتُم‬ ‫ص‬
َ ‫ًَةلا‬
Barangsiapa meninggalkan salat yang wajib dengan sengaja, maka janji Allah
terlepas darinya. (HR. Ahmad)
Dalam hadis yang lain disebutkan;
‫ لوقي ا لهدبع نب رباج نع ةلاصلا كرت رفكلاو‬: ‫كرشلا ينبو لجرلا ينب لوقي ملس و هيلع هللا ىلص هللا لوسر تعسم‬
Dari Jabir ibn Abdillah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “(Yang
membedakan) antara seseorang dan kesyirikan dan kekufuran adalah
meninggalkan salat.” (HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai).
Salat dalam Islam menempati kedudukan sangat penting, karena salat adalah
perbuatan yang pertama kali akan dihisab (dihitung) pertanggungjawabannya kelak
di hari kiamat.
‫ لاق ملسو هيلع هللا ىلص بينلا نا ةريره بيأ نع‬: « ‫ ةلاصلا ةمايقلا موي دبعلا هب بسايح ام لوأ‬، ‫نإف‬
» ‫ هلمع رئاس هل حلص تحلص‬، ‫هلمع رئاس دسف تدسف نإو‬
Amal yang pertama kali akan dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat
adalah salat. Jika salatnya baik, maka akan dinilai baik semua amalnya
yang lain dan jika salatnya rusak maka akan dinilai jeleklah semua amalnya
yang lain. (HR. Ahmad)
Begitu pentingnya kedudukan salat dalam Islam, maka Rasulullah menyuruh
umat Islam untuk mendidik dan melatih salat sejak kecil sebagaimana sabda Beliau:
ُ‫ْم ك‬ 5‫ « او ُر‬-‫لسو هيلع هللا ىلص‬5‫م‬- ‫ّل‬ ‫يَِبأ نْ ْن لَ اَق لَ اَق‬5‫ْن َع نِ ْب ورِ بٍ ْيَع ِه‬
ِ‫بص‬5‫ناي‬
َْ َ ‫ُم‬ ‫وُس َر‬5‫ج َِّ ا ُل‬
َ ‫هد‬
ِ 5ِ ‫َع َع‬ ‫ُش‬ ‫ْم َع‬
.» َ‫َْيب اُوقِر َفَو ًارشْ َع اُوغََلب َاذِإ اَه ِع جِ اض‬5‫ْم َم ْلا ِِف ْم ُه َن‬ ّ ‫لا‬5َِ‫ل ِِباُوَغلَب اَذ ِإ ة‬
‫َس‬5‫ص اَو ًاع ْب‬
‫َْيلَع‬ ‫ُوبِر‬5‫ه‬
ُ
‫ض‬
ْ
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, ia berkata, Rasulullah
saw. bersabda, “Suruhlah anak-anak kecilmu melakukan salat pada (usia) tujuh
tahun, dan pukullah mereka (bila lalai) atasnya pada (usia) sepuluh tahun, dan
pisahkanlah mereka pada tempattempat tidur.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
B. Syarat, Rukun, dan Sunah Salat Fardu
1. Syarat Salat Fardu
Syarat salat merupakan suatu hal yang harus dipenuhi sebelum mengerjakan
salat. Syarat salat dibagi menjadi dua yakni syarat wajib dan syarat sah sholat.
a. Syarat wajib salat
Syarat wajib salat meliputi:
1) Beragama Islam
Setiap muslim diwajibkan untuk salat, selain muslim tidak diwajibkan
mnjalankan salat. Sesuai dengan hadis Ibnu Abbas manakala Rasulullah saw.
mengutus Mu’az bin Jabal r.a. ke negeri Yaman.
‫ امهنع هللا يضر سابع نبا ضترفا دق هللا نأ مهملعأف‬: ‫لاقف نميلا إل هنع هللا يضر اذاعم ثعب ملس و هيلع هللا ىلص بينلا نأ‬
‫كلذل هوعاطأ مه نإف هللا لوسر نيأو هللا الإ هلإ ال نأ ةداهش إل مهعدا موي لك في تاولص سخم مهيلع‬

Serulah/ajaklah mereka untuk mengucapkan syahadat La ilaha illallah (tidak


ada Ilah selain Allah) dan menyaksikan bahwasanya saya adalah utusan Allah.
Apabila mereka menta'atimu akan hal itu maka beritahukanlah kepada mereka
bahwasanya Allah swt. telah mewajibkan atas mereka salat 5 waktu satu hari
satu malam." (HR Bukhari dan Muslim).
2) Balig atau dewasa
Ada yang mengatakan bahwa laki-laki dikatakan balig saat berumur 15 tahun
dan perempuan disebut balig atau dewasa saat berusia 9 tahun. Namun, lebih
tepatnya laki-laki bisa dipandang balig pada saat telah mengeluarkan sperma atau
telah mimpi basah dan perempuan ketika telah haid atau menstruasi.
3) Berakal
Yakni memiliki akal yang sehat atau tidak gila berdasarkan hadis Nabi saw.
‫ ةٍَثلَاث نْ َع مِئّانلا ِن َع‬-‫ملسو هيلع هللا ىلص‬5- ‫ْلا َع ِفُر « َل َاق‬5‫م ُ َل َق‬ ‫ْن َع نّ أَ اهنع هللا ىضر َةشَ ِئاَع‬
‫ّل‬
‫وُس َر‬5َ‫َِّ ا ل‬
» ِ‫لا ِن َع َو ب‬ ‫س َي ّ َّت‬ ِ َ ‫بم ْلا ِن ع و‬5‫ت‬5‫َىل‬
ْ ‫ت‬5َ ‫ظ ق ْي‬ َ َ ُ َْ
‫أَ ب ِصّ ب‬ ‫ح‬
‫ْك َي ّ َّتَح‬5َْ َ
‫ح‬ َّ
َ ‫َْي ّت‬5ْ
Pena diangkat dari 3 orang: orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak
kecil sampai dia ihtilam (dewasa/balig), dan dari orang yang gila sampai dia
berakal.” (HR. Abu Dawud).
4) Telah mengetahui dakwah tentang salat
5) Tidak dalam keadaan haid atau nifas
Haid ialah darah kotor yang keluar dari rahim wanita. Keluarnya darah
tersebut yakni sunnatullah yang ditetapkan Allah swt. kepada seorang wanita.
Jadi, haid merupakan suatu yang normal bagi wanita yang sudah masuk balig atau
dewasa. Kalau nifas merupakan darah yang keluar karena persalinan, baik saat
proses persalinan maupun sebelum dan sesudah persalinan yang disertai dengan rasa
sakit mendalam.
b. Syarat sah salat meliputi:
1) Suci badan dari hadas
Hadas ada dua macam, yaitu: hadas besar dan hadas kecil. Hadas besar antara
lain junub, haid, nifas yang mewajibkan mandi. Sedangkan hadas kecil antara lain
buang angin, buang air besar dan kecil. Firman Allah swt.:
ِِ
‫س‬
َ ‫ح‬
ِ 5ِ َ ِ‫ْم ُك َيد‬
ُ ‫ب ْاو‬5‫َم مْ ُك س ُُو ُر‬5‫ل ق فا َر‬ ‫ْم ُك‬ ْ ِ‫ص اُولس‬ ّ ‫لا‬5ِ‫ل ِإ ة‬
َ ‫ْم ُتْم ُق َاذِإ لا‬ ‫ََي نَ يذِ ّلا اَه‬
‫ْم اَو‬ ‫ْ لا‬ ‫يَأو ِإ‬ ‫وُج ُو‬5‫ه‬ ‫ْغ اف‬ ‫مآ‬5َ‫ْاُون‬ ‫َْيأ‬
َ ْ َ
-‫ّطاَف ًاُبنُج‬5ّ‫ه‬5‫ ْاو ُر‬-٦ ‫ل ِإ مْ ُكَ ِنإَو ينِ ْم ُتنُك‬ َ ‫بْع َك ْلا‬
‫أَ َو‬5‫َلُج ْر‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah. (QS al-Maidah/5: 6).
Hadis Nabi saw.
)‫ لوقي ةريره بيأ نع‬: ‫ت ال ( ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر لاق‬5‫أضوتي تَّح ثدحأ نم ةلاص لبق‬
Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak diterima salat
orang yang berhadas sampai ia berwudu.” (Muttafaq ‘alaih).
2) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
Kita wajib mensucikan diri dari najis berdasarkan firman Allah:
-‫ك‬ َ ‫َطف‬5َ ِ‫ه‬5‫ ْر‬-٤
‫َباَيِثَو‬
Dan pakaianmu sucikanlah. (QS al-Muddatsir/74: 4).
Hadis Nabi saw.
‫ملسو هيلع هللا ىلص هللا مكدحأ ءاج اذإ لاق‬ ‫ هنع هللا يضر – بينلا نا‬- ‫بيأ نع يردنا ديعس‬
»‫ص‬َ ِ‫ َد جسلماُ امهيف ل‬، ‫ رظنيلف‬، ‫ ارذق هيلعن في ىأر نإف‬، ‫ ىذأ وأ‬، ‫ح سْم يلف‬
ْ ‫ ه‬، ‫ي لو‬
Dari Abi Sa’id al-Khudri bahwa Nabi saw. bersabda, “Jika salah seorang di
antara kalian mendatangi masjid, maka hendaklah ia membalik sandal dan
melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia menggosokkannya dengan
tanah. Kemudian hendaklah ia salat dengannya.” (HR. Abu Dawud)
Namun, para ulama berbeda pendapat apakah suci dari najis termasuk syarat
sah salat atau tidak? Mazhab al-Syafi’iyyah berpendapat bahwa ia adalah syarat sah
salat dan ini juga pendapat Abu Hanifah dan Ahmad sebagaimana yang dikatakan
oleh Imam al-Nawawi. Mereka berdalil dengan ayat dan hadis yang telah kita
sebutkan tadi serta berdasarkan hadis:
‫دف كتضيح تلبقأ اذإف‬5‫يلص ثم مدلا كنع يلسغاف تربدأ اذإو ةلاصلا يع‬
Apabila haid telah pergi, maka cucilah darah darimu dan salatlah. (HR Bukhari
dan Muslim).
Barangsiapa telah salat dan dia tidak tahu kalau dia terkena najis, maka salat-
nya sah dan tidak wajib mengulang. Jika dia mengetahuinya ketika salat, maka jika
memungkinkan untuk menghilangkannya -seperti di sandal atau pakaian yang lebih
dari untuk menutup aurat-, maka dia harus melepaskannya dan menyempurnakan
salatnya. Jika tidak memungkinkan untuk itu, maka dia tetap melanjutkan
salatnya dan tidak wajib mengulang. Berdasarkan hadis Abu Sa’id:
Nabi saw. pernah salat lalu melepaskan kedua sandalnya. Maka orang-orang
pun turut melepas sandal-sandal mereka. Ketika selesai, beliau membalikkan
badan dan berkata, “Kenapa kalian melepas sandal kalian?” Mereka menjawab,
“Kami melihat Anda melepasnya, maka kami pun melepasnya.” Beliau berka-
ta, “Sesungguhnya Jibril datang kepadaku dan mengatakan bahwa pada kedua
sandalku terdapat najis. Jika salah seorang di antara kalian mendatangi masjid,
maka hendaklah membalik sandalnya dan melihatnya. Jika dia melihat najis,
hendaklah ia gosokkan ke tanah. Kemudian hendaklah ia salat dengannya.
3) Menutup aurat
Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedangkan aurat perem-
puan adala seluruh anggota badan, kecuali kedua telapak tangan dan wajah
berdasarkan firman Allah:
‫س َم لِ ُك‬ ِ ٍ ِ ِ
ْ ‫نيز ْاوُذ َد نع د ج‬5َ ‫َم َد آ يَِنب ََي مْ ُك ت‬
‫خ‬
ُ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid.
(QS al-A’raf/7: 31).
Yang dimaksud dengan perhiasan dalam ayat ini adalah pakaian yang menutup
aurat di setiap akan salat, yakni, tutupilah aurat kalian karena mereka dulu tawaf di
Baitullah dengan telanjang. Hadis Nabi saw.
» ‫ِب ّلِاإ‬5ِ ‫ص ئاِ ٍر اَم‬
َ ‫لا‬5َ‫ُ ة‬ َ‫ش‬ َ ‫نْ َع ة‬
ٍ
‫ض‬ ‫َح‬ ‫ّل‬ ‫ِئاَع‬
‫ب ِّنلا نِ َع‬
ِ -‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ‫ْق َي َال « َل َاق ُّهَنأ‬5 ‫َّ ا َلب‬
ُ
Dari Aisyah r.a. Rasulallah saw. bersabda, “Tidak sah salat seorang wanita
yang sudah mendapat haid (balig), kecuali dengan memakai khimar.” (HR.
Abu Dawud, al-Tirmidzi).
Yang dimaksud dalam hadis ini adalah kewajiban menutup aurat berlaku bagi
setiap wanita yang sudah balig sebagimana berlaku untuk laki-laki yang sudah balig.
Batas aurat laki laki dalam salat yaitu wilayah antara pusar dan lutut.
‫ةروعلا نم انَّإف كذخف طغ ملسو هيلع هللا ىلص بينلا لاق‬ … ‫هيبأ نع دهرج نبا نع‬
Dari Ibn Jarhad dari ayahnya r.a., Nabi saw. bersabda, “Tutup pahamu,
sesungguhnya paha itu aurat.” (HR. al-Tirmidzi).
Batas aurat perempuan yang wajib ditutup ialah seluruh badannya, kecuali
muka dan dua tangan. Allah berfirman:
ِ ِ
ّ ‫َظ ام ِّالإ‬5‫ه‬
… ِ‫َنيز‬5‫ن ُه َت‬ َ ‫ن يد ُْبي َالو اَه ْنم ر‬
َ 5َ َ َ
Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak daripadanya.” (QS al-Nur/24: 31).
Yang dimaksud batas-batas aurat dan perhiasan yang harus dibuka menurut Ibn
Abbas, muka dan dua tapak tangan. Hadis Nabi saw.
‫« سبلت الو مارما ةأرلما بقتنت ال‬ :‫ رمع نب هللا دبع نع‬، ‫لاق ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر نأ‬
» ‫ن ي ز ا ف ق لا‬
Dari Abdullah bin Umar bahasanya Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah
wanita yang berihram memakai niqab (cadar) dan janganlah memakai sarung
tangan.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Hadis ini mengandung arti bahwa wajah dan telapak tangan bukanlah aurat
bagi wanita, makanya tidak diharamkan membukanya. Kedua anggota ini (wajah dan
telapak tangan) sangat dibutuhkan bagi wanita dalam proses mengambil dan mem-
beri sesuatu dalam pekerjaan yang bersangkutan dengan hidupnya, terutama kalau
tidak ada orang lain yang bisa membantu kehidupannya.
Batas aurat hamba sahaya (budak wanita) seperti batas aurat laki laki merdeka
yaitu antara pusar dan lutut.
ُ‫ج مْ ُك د‬ َ ‫ لَ « اَذ‬-‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ِ ِ‫يَِبأ ْن هِ ن‬5ِ‫نْ َع ِن ْب ورِ بٍ ْيَع ْن ه‬
‫ب ِّنلا‬
َ‫َح أ‬ ‫َاق ِإ ّوَز‬ ‫ج َع‬ ِ
َ ‫َع د‬ ‫ُش َع‬ ‫ْم َع‬
» َ‫ل ِإ ْرُْظَني َلاَف ُه ْ َي جِ أ‬
َ ‫سْ لا نَ ُود اَم‬5ّ‫ق ْو َفَو ةِر‬ 5ِ ِ
َ ‫لا‬5‫د ُ ة َبْك ْر‬5‫ه َم‬
‫ْوأَ ُهَد ْبَع‬ ‫خ‬
َ ‫ا‬
Dari Amru bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, Rasulallah saw. bersabda,
“Jika salah seorang di antara kalian menikahkan hamba sahaya atau pembantu-
nya, maka jangan sekali-kali ia melihat sedikit pun apa yang ada di bawah
pusar dan di atas lutut.” (HR. Abu Dawud, al-Baihaqi, al-Darquthni, dll).
4) Telah masuk waktu salat
Salat tidak wajib dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk waktunya, dan
tidak sah hukumnya salat yang dilaksanakan sebelum masuk waktunya. Berdasarkan
firman Allah:
….. ‫ت َناَك نمِْؤ ُم ْلا ِ ينَ تاُوقْو ّم ًِباَ ًت‬
ْ ‫لا ّن ِإ‬
َ ‫ىَلع‬ ّ‫ََةلاص‬
Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orangorang yang beriman. (QS al-Nisa’/4: 103).
Tidak sah salat yang dikerjakan sebelum masuk waktunya ataupun setelah
keluarnya waktu kecuali ada halangan.
5) Menghadap kiblat
Jika berada dalam masjid Haram Mekah, maka harus menghadap langsung, dan
jika jauh dari Baitullah, maka cukup menghadap ke arahnya berdasarkan firman
Allah Ta’ala:
ِ ِ ِ ‫ك َه ْج َو لَِو‬
ُ‫وُج ُو ْاْولَو َف ْم هَرْطَش‬5‫ه‬
َ ‫يَح َو ماَرْم ا د ج سْ ْ مْ ُك‬ َ
‫ث‬
ُ ‫ُتنُك اَم‬ ‫َم ْلا َْرطَش‬ ‫…ف‬.
َ
Maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram di mana saja kamu (sekalian)
berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS al-Baqarah/2: 150).
Juga sabda Nabi saw. terhadap orang yang buruk dalam salatnya:
‫ةلبقلا لبقتسا ثم ءوضولا غبسأف ةلاصلا إل تمق اذإ‬
Jika engkau hendak salat, maka berwudu’lah dengan sempurna kemudian
menghadaplah ke Kiblat. (Muttafaq ‘alaihi).
Salat boleh dilakukan dengan tidak menghadap ke kiblat ketika dalam keadaan
sangat takut dan ketika salat sunat di atas kendaraan sewaktu dalam perjalanan. Allah
berfirman:
‫ِ‬
‫نْ َإف ناَابْكُر ْوأَ ًالاَج رِ َ‪5‬ف ْم ُتْف خً‬
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil berjalan atau
berkendaraan. (QS al-Baqarah/2: 239).
‫لا يلبقتسم‬5‫يْغ وأ ةلبق‬ ‫ناابكر وأ مهمادقأ ىلع امايقو الاجر اولص كلذ نم دشأ وه فوخ ناك نإف‬
‫اهيلبقتسم‬
Ibnu Umar r.a. berkata tentang tafsir ayat ini, “Jika rasa takut melebihi itu,
maka mereka boleh salat sambil jalan kaki atau berkendaraan dengan
menghadap kiblat maupun tidak menghadap kiblat.” (HR. Bukhari).
Sedang jika dalam perjalanan (berkendaraan) boleh tidak menghadap kiblat
ketika salat sunah.
‫تساف لزن‬5‫لا لبق‬5‫لاق رباج نع ةلبق‬: ‫ذإف تهجوت ثيح هتلحار ىلع يلصي ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر ناك‬5‫ةضيرفال دارأ ا‬
Dari Jabir r.a. ia berkata, “Rasulullah saw salat di atas kendaraannya sesuai
dengan kendaraannya mengarah. Jika ia ingin salat fardu, ia turun dari
kendaraannya lalu menghadap kiblat” (HR. Bukhari).
Dari hadis ini, kita bisa memahami bahwa jika ingin melakukan yang fardu,
Rasulullah saw. turun dari kendaraannya lalu menghadap kiblat. Kesimpulannya
menghadap kiblat adalah syarat sahnya salat, maka ia tidak gugur kecuali dalam
keadaan sangat takut (bahaya) dan saat salat sunah dalam bepergian sebagaimana
telah disebutkan. Barangsiapa berusaha mencari arah kiblat lalu ia salat menghadap
ke arah yang disangka olehnya sebagai arah kiblat ternyata salah, maka dia tidak
wajib mengulang.
Dari ‘Amir bin Rabi’ah r.a., ia berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah saw.
dalam suatu perjalanan di suatu malam yang gelap dan kami tidak mengetahui
arah kiblat. Lalu tiap-tiap orang dari kami salat menurut arahnya masing-
masing. Ketika tiba waktu pagi, kami ceritakan hal itu pada Rasulullah saw.
lalu turunlah ayat:
١١٥ ‫ُت اَم‬5‫ف ْاوْل َو‬5َ‫ث‬5‫ا ُهْج َو ّم‬
‫ّل‬
Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (QS al-Baqarah/2:
115).
2. Rukun Salat
Salat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan dan
ketentuannya. Rukun salat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan mem-
bentuk hakikat salat. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka salat pun tidak
teranggap secara syar’i dan juga tidak bisa diganti dengan sujud sahwi. Meninggal
- kan rukun salat ada dua bentuk. Pertama, meninggalkannya dengan sengaja maka
dalam kondisi seperti ini salatnya batal dan tidak sah menurut mayoritas ulama.
Kedua, meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu maka dalam hal ini ada
beberapa ketentuan. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi, maka menurut
jumhur fukaha wajib untuk melakukannya kembali. Jika tidak mampu mendapatinya
lagi, maka salatnya batal menurut ulama Hanafiyah, sedangkan jumhur ulama
(mayoritas ulama) berpendapat bahwa raka’at yang ketinggalan rukun tadi menjadi
hilang. Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka salatnya harus diulangi
dari awal lagi karena ia tidak memasuki salat dengan benar.
Rukun salat ini ada 13 perkara.
a. Niat
Artinya, menyengaja di dalam hati untuk melakukan salat, misalnya berniat di
dalam hati, “Sengaja saya salat Zuhur empat rakaat karena Allah”. Begitulah seterus-
nya untuk tiap-tiap macam salat dengan niat yang tertentu pula. Hal ini berdasarkan
firman Allah swt.
ِ‫ك ن يد‬ ِ ‫َ صِ ينَ َن يدِ لا‬ ‫مأُِ اَمَو‬5‫ِّالإ او ُر‬
ُ َ َ ‫لا‬5ّ‫ةاَكز‬ َ‫َُاوُم يق ة‬ ‫ءاَف لا‬
‫َو‬5‫يَو ِل َذ‬5ُ ‫اُوت ْؤ‬ ‫ص‬
ّ ‫يو َال‬ ‫َنُح‬ ‫َُهل‬ ‫ّلل ِلُْم‬ ‫ا‬5‫ْل‬5‫َم ِي َق‬5ِ‫ ة‬-٥
‫َّ ا اودُ ُبْع َيِل‬
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus. (QS al-Bayyinah/98: 5).
Dalam hadis disebutkan,
‫لوقي ملس و هيلع هللا ىلص هللا لوسر تعسم لاق هنع هللا يضر باطنا نب رمع تاينل ِب‬: ‫لامعألا انمإ‬
Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya. (HR. Bukhari dan
Muslim dari Umar bin Al-Khattab).
b. Berdiri bagi yang berkuasa
Bila tidak dapat berdiri boleh dengan duduk, tidak dapat duduk boleh dengan
berbaring. Nabi saw. bersabda:
) ‫( بنج ىلعف عطتست لم نإف ادعاقف عطتست لم نإف امئاق لص‬
Salatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan
duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.
(HR. Bukhari).
c. Takbiratul ihram
Yakni membaca “Allahu Akbar” berdasarkan hadis Ali:
ِ‫هيمر‬
َُ ‫طلا ا‬5ْ ‫ه‬ُ ‫ُرو‬ ‫ح َاتْف‬
ُ ‫ «لا‬-‫ص‬5‫لسو هيلع هللا ىل‬5‫م‬- ‫ّلل‬ ‫ْن َع َلَاق لَ اَق هنع هللا ىضر ٍى ِلَع‬
‫ت‬ ّ‫لاص‬5َِ‫ة‬ ِ‫م‬ ‫وُس َر‬5ُ‫َِّ ا ل‬
‫َو‬5َْ
.» ‫ُليِلَْتَو ُْيِبْك ّتلا‬5‫ه‬ ِ
َ ‫م ُ يلسْ ّتلا ا‬
Dari Ali r.a. berkata baha Nabi saw. bersabda, "Kunci salat ialah bersuci,
pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya ialah memberi salam.” (HR.
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmuzi).
Yang dimaksud dengan rukun salat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”.
Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan selainnya walaupun
semakna.
d. Membaca Surat al-Fatihah
Dari Ubadah bin Shamit r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:

‫الق ملس و هيلع هللا ىلص هللا لوسرلا نأ تماصلا نب ةدابع نع‬: ( ‫ةتَافب أرقي لم نلم ةلاص ال‬
) ‫باتكلا‬
Dari Ubadah bin Samit bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada salat
seseorang yang tidak membaca Surah Al-Fatihah. (HR. Bukhari).
e. Ruku dan thuma’ninah
Ruku dan thuma’ninah artinya membungkuk sehingga punggung menjadi sama
datar dengan leher dan kedua belah tangannya memegang lutut. Dari Abu Mas'ud
Badari. Nabi saw. bersabda:

‫ ةلاصال لإ تمق اذإ‬. . . ‫اعكار نئمطت تَّح عكرا ثم‬


Rasul saw. bersabda: Jika kamu melaksanakan salat . . . kemudian ruku’lah
hingga tuma’ninah ketika ruku’ itu. (HR. Bukhari).
Keadaan minimal dalam ruku’ adalah membungkukkan badan dan tangan
berada di lutut. Sedangkan yang dimaksudkan thuma’ninah adalah keadaan tenang di
mana setiap persendian juga ikut tenang. Ada pula ulama yang mengatakan bahwa
thuma’ninah adalah sekadar membaca zikir yang wajib dalam ruku.
f. I'tidal dengan thuma'ninah
Artinya bangkit dari ruku dan kembali tegak lurus, thuma'ninah. Nabi saw.
mengatakan pada orang yang jelek salatnya:

. . . ‫ امئاق لدتعت تَّح عفرا ثم‬. . .


Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah. (HR. al-Bukhari)
g. Sujud dua kali dengan thuma'ninah
Yaitu meletakkan kedua lutut, kedua tangan, kening, dan hidung ke atas lantai.
Anggota sujud ialah muka, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak
kaki. Rasulullah saw. bersabda,
‫ ملس و هيلع هللا ىلص بينلا لاق لاق امهنع هللا يضر سابع نبا‬: ( ‫مظعأ ةعبس ىلع دجسأ نأ ترمأ‬
)‫ ةهبال ىلع‬- ‫ هفنأ ىلع هديب راشأو‬- ‫لاو نيديلاو‬5‫ينمدقلا فارطأو ينتبكر‬
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Nabi saw. bersabda, “Aku diperintahkan bersujud
dengan tujuh bagian anggota badan: Dahi (termasuk juga hidung, beliau
mengisyaratkan dengan tangannya), telapak tangan kanan dan kiri, lutut kanan
dan kiri, dan ujung kaki kanan dan kiri.” (HR. al-Bukhari)
h. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
Artinya bangun kembali setelah sujud yang pertama untuk duduk sebentar,
sementara menanti sujud yang kedua. Nabi saw. bersabda,
‫ادجاس نئمطت تَّح دجسا ثم اسلاج نئمطت تَّح عفرا ثم ادجاس نئمطت تَّح دجسا ثم‬
Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud
dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’nina-
lah ketika sujud. (HR. Bukhari dan Muslim)
i. Duduk untuk tasyahud akhir
j. Membaca tasyahud akhir di waktu duduk di rakaat yang terakhir
Nabi saw. bersabda:
‫بو هللا ةحمرو بينلا‬5‫الق هنأ سابع نبا نع هتاكر‬: ‫نم ةروسلا انملعي امك دهشتال انملعي ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر ناك‬
‫اهيأ كيلع ملاسلا هلل تابيطلا تاولصلا تاكرابلما تايحتال لوقي ناكف نآرقال هللا لوسر ادممح نأ دهشأو هللا الإ هلإ ال نأ دهشأ‬
‫ينماصلا هللا دابع ىلعو انيلع ملاسلا‬
Dari Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah saw. mengajarkan tasyahud kepada
kami sebagaimana ia mengajarkan surah, lalu ia berkata: Katakanlah olehnya:
“segala kehormatan, keberkatan, segala salat segala yang baik-baik itu bagi
Allah. Selamat atas engkau hai Nabi, dan rahmat Allah serta berkah-Nya.
Selamatlah atas kamu hamba Allah yang shaleh-shaleh. Aku mengaku, bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Aku mengaku bahwa Muhammad itu
utusan Allah. (HR. Muslim).
k. Membaca salawat atas Nabi, artinya setelah selesai tasyahud akhir, maka
dilanjut- kan membaca pula salawat atas Nabi dan keluarganya
l. Mengucapkan salam yang pertama
Bila setelah selesai membaca tasyahud akhir dan shalawat atas Nabi dan
keluarga beliau maka memberi salam. Yang wajib hanya salam pertama. Dalilnya
hadis yang telah disebutkan di muka,
‫هيمِر‬
َُ ‫طلا ا‬5‫ه‬
ْ ‫رو‬
ُ ُ ‫ح َاتْف‬
ُ ‫ «لا‬-‫ص‬5‫لسو هيلع هللا ىل‬5‫م‬- ‫ّلل‬ ‫ْن َع َل َاق َل َاق هنع هللا ىضر ٍى ِلَع‬
‫ت‬ 5
ّ‫ةَلاص‬ِ ِ‫م‬ ‫وُس َر‬5‫َِّ ا ُل‬
‫ََو‬5ْ
.» ‫ُليِلَْتَو ُْيِبْك ّتلا‬5‫ه‬ ِ
َ ‫م ُ يلسْ ّتلا ا‬
Dari Ali r.a. berkata baha Nabi saw. bersabda, "Kunci salat ialah bersuci,
pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya ialah memberi salam.” (HR.
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmudzi).
m. Tertib artinya berturut-turut menurut peraturan yang telah ditentukan
Diharuskan berurutan dalam mengerjakan rukun karena dalam hadis musii’
salatuhu terdapat kata “tsumma” ketika menjelaskan urutan rukun. Tsumma sendiri
berarti kemudian yang menunjukkan makna berurutan. Perhatikan hadisnya!
‫عفرا ثم اعكار نئمطت تَّح عكرا ثم نارقال نم كعم رسيت ام أرقا ثم ْبكف ةلاصلا إل تمق اذإ ( لاقف كتلاص في كلذ لعفاو‬
‫اسلاج نئمطت تَّح عفرا ثم ادجاس نئمطت تَّح دجسا ثم امئاق لدتعت تَّح‬
) ‫اهلك‬
Jika engkau hendak salat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat al-Qur’an
yang mudah bagimu. Lalu rukulah dan sertai thuma’ninah ketika ruku. Lalu
bangkitlah dan beri’tidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah sertai
thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud
sambil thuma’ninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai thuma’ninah
ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap salatmu. (HR. Bukhari dan
Muslim).
3. Sunah Salat Fardu
Sunah salat merupakan ucapan atau gerakan yang dilaksanakan dalam salat
selain rukun salat. Sunah-sunah salat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sunah `Ab`ad
Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam salat yang apabila terlupakan harus
diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad adalah:
1) Tasyahud awal
2) Membaca salawat pada tasyahud awal
3) Membaca salawat atas keluarga Nabi pada tasyahud akhir.
4) Membaca qunut pada salat Subuh dan salat Witir pada pertengahan hingga
akhir bulan Ramadan.
b. Sunah Hai`at
Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam salat yang apabila terlupakan tidak
perlu diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah:
1) Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram
2) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap
3) Memandang ke tempat sujud
4) Membaca do`a iftitah
5) Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-Fatihah.
6) Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah.
7) Membaca surat selain surat al-Fatihah setelah membaca surat al-Fatihah.
8) Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum)
9) Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama salat Magrib, Isya dan Subuh.
10) Membaca takbir intiqa setiap ganti gerakan, kecuali ketika berdiri dari ruku.
11) Membaca sami’allahu liman hamidah ketika i`tidal.
4. Hal-hal yang Membatalkan Salat Fardu
Adapun yang membatalkan salat, antara lain:
a. Berbicara dengan sengaja
b. Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut)
c. Berhadas
d. Meninggalkan salah satu rukun salat dengan sengaja
e. Terbuka auratnya
f. Merubah niat
g. Membelakangi kiblat
h. Makan dan minum
i. Tertawa
j. Murtad
C. Ketentuan Waktu Salat Fardu
Allah swt. telah menentukan waktu-waktu untuk salat fardu yang lima waktu
sebagaimana firman-Nya:
‫ ًتاُوقْو ّم ًِباَت‬-١٠٣ ‫ت َناَك نمِْؤ ُم ْلا ِ َين‬ ْ ‫لا ّن ِإ‬
‫َىلَع‬ ّ‫َلاص‬5‫ة‬
Bahwasanya salat itu adalah fardu yang telah ditentukan waktunya untuk
semua orang yang beriman. (QS al-Nisa'/4: 103).
Waktu-waktu yang ditentukan ialah:
‫دبع نع بغي لم ام برغلما ةلاص‬5‫لاق ملس و هيلع هللا ىلص هللا لوسر نأ ورمع نب ا له‬: ‫لظ ناكو سمشلا تلاز اذإ رهظلا تقو‬
‫طك لجرلا علطت لم ام رجفلا عولط نم حبصلا ةلاص‬5‫لا رضيح لم ام هلو‬5‫لا تقوو رصع‬5‫تقوو سمشلا رفصت لم ام رصع‬
‫تقوو طسوألا لي لا فصن إل ءاشعلا ةلاص تقوو قفشلا سمشلا‬
Dari Abdullah bin Amr r.a. bahwasanya Nabi saw. bersabda, "Waktu Zuhur itu
ialah takala condong matahari (ke sebelah barat) sampai bayang-bayang orang
sama dengan tingginya sebelum datang waktu Asar, dan waktu Asar sebelum
kuning matahari, dan waktu Magrib sebelum hilang awan merah (setelah
terbenam matahari), dan waktu salat Isya hingga tengah malam, dan waktu
salat Subuh dari terbit fajar hingga sebelum terbit matahari. (HR. Muslim)
Sesungguhnya salat itu adalah fardu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman. Dan melakukan salat fardu tepat pada waktunya merupakan
salah satu amalan yang dicintai oleh Allah.
‫ ) اهتقو ىلع ةلاصلا ( لاق ؟ هللا إل بحأ لمعال يأ ملس و هيلع هللا ىلص بينلا تلأس‬. ‫يأ ثم لاق‬
) ‫ ) نيدلاولا رب ثم ( لاق ؟‬. ‫هللا ليبس في داهال ( لاق ؟ يأ ثم لاق‬
Diriwayatkan dari Abdullah (bin Mas’ud), ia pernah bertanya kepada Nabi
saw. “Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?” Nabi saw. menjawab,
“(mengerjakan) salat pada waktunya.” “Lalu apa?” Nabi saw. bersabda,
“Berbakti kepada orang tua.” “Lalu apa lagi?” Nabi saw. menjawab, “Berjihad
di jalan Allah.”
1. Zuhur
Salat Zuhur dimulai sejak tergelincirnya matahari di ufuk barat hingga
masuknya waktu Asar. Hal ini digambarkan dalam hadis riwayat Muslim:
‫ هللا لوسر نأ رصعلا‬- ‫ ملسو هيلع هللا ىلص‬- ‫لاق‬: "‫سمشلا تلاز ذإ رهظلا تقو‬، ..... ‫رضيح لم ام‬
Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Waktu Zuhur ialah ketika matahari
tergelincir, ... sampai datangnya waktu Asar.”
Akan tetapi, dianjurkan untuk mengakhirkannya ketika udara sangat panas,
dengan tujuan untuk mendinginkan badan berdasarkan hadis dari Abu Hurairah, dari
Nabi saw., beliau bersabda:
‫ رمع نب هللا دبع نع‬: ‫رما دتشا اذإ ( لاق هنأ ملس و هيلع هللا ىلص هللا لوسر نع هانثدح امنَّأ‬
) ‫ف‬5‫منهج حيف نم رما ةدش نإف ةلاصلا نع اودربأ‬
Abdullah bin Umar menceritakan bahwa Rasul saw. bersabda, “Jika panas
sangat menyengat, maka tunggulah waktu dingin untuk melaksanakan salat
(Zuhur) karena panas yang menyengat itu sebagian dari hembusan (neraka)
Jahannam.” (HR. Bukhari)
2. Asar
Waktu salat Asar dimulai sejak bayangan benda sama panjang dengan benda
tersebut hingga menguningnya matahari di ufuk barat. Tidak dibenarkan mengakhir-
kan salat Ashar sampai menguning matahari di ufuk barat, kecuali bagi seorang yang
dalam keadaan darurat sebagaimana hadis riwayat Imam Bukhari:
.....‫رصعلا كردأ دقف سمشلا برغت نأ لبق رصعلا نم ةعكر كردأ نمو‬
Barangsiapa mendapati satu rakaat salat Asar sebelum matahari terbenam,
maka ia telah mendapati waktu Asar.
Rasulullah saw. pernah bersabda tentang orang yang mengakhirkan salat Asar
hingga menguning matahari di ufuk barat:
Itulah salat(nya) orang munafik, ia duduk mengawasi matahari hingga ketika
matahari itu berada di atara dua tanduk setan, ia berdiri dan melakukan salat
empat rakaat dengan sangat cepat, ia tidak mengingat Allah di dalamnya
kecuali sedikit saja.
3. Magrib
Waktu salat Magrib dimulai sejak matahari terbenam hingga awan (mega)
merah di ufuk barat menghilang sebagaimana hadis riwayat Imam Muslim:
‫ قفشلا بغي لم ام برغلما تقو‬Waktu
Magrib berakhir hingga hilangnya awan merah dari cakrawala. Dianjurkan
menyegerakan salat Magrib dan dimakruhkan untuk mengakhir-
kannya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.:
Umatku akan selalu berada dalam kebaikan atau (selalu) di dalam fitrah selama
mereka tidak mengakhrikan salat Magrib hingga bintang-bintang terlihat
gemerlapan.
4. Isya
Waktu salat Isya dimulai sejak menghilangnya awan merah hingga tengah
malam. Yang dimaksud tengah malam adalah jarak antara waktu Magrib sampai
waktu Subuh. Dianjurkan mengakhirkan salat Isya selama tidak ada kesulitan dalam
melakukannya. Diriwayatkan dari ‘Aisyah, ia berkata:
‫اهدعب ثيدماو اهلبق مونال هركي ناكو لاق ءاشعلا رخؤي نأ بحتسي ناك‬
Abi Barzah al-Aslami berkata Nabi saw. menyukai untuk mengakhirkan salat
Isya. Ia juga berkata bahwa Nabi saw. tidak menyukai tidur sebelum salat Isya
tidak menyukai berbincang-bincang sesudahnya (salat Isya). (HR. Bukhari)
Dari hadis tersebut, terungkap juga bahwa selain Rasul menyukai melambatkan
salat Isya, juga dimakruhkan tidur sebelum Isya’ dan berbincang-bincang setelahnya,
kecuali untuk suatu kemaslahatan. Berkata Syaikh Abdurrahman Ibnu Shalih Al
Bassam:
Salat Isya yang lebih utama adalah mengakhirkannya sampai pertengahan
malam), (jika) hal itu tidak memberatkan (makmumnya).
Berkata Syaikh ‘Abdurrahman Ibnu Shalih Alu Bassam “Dimakruhkan
berbicara setelah salat Isya sehingga tidak salat malam dan tidak salat Subuh
berjamaah, akan tetapi bukan berarti tidak boleh membicarakan ilmu yang
bermanfaat untuk kaum muslimin.
5. Subuh
Awal waktu salat Subuh ialah dimulai sejak terbitnya fajar sadiq hingga
terbitnya matahari sebagaimana keterangan hadis riwayat Muslim:
‫ هللا لوسر لاق‬- ‫ ملسو هيلع هللا ىلص‬-: ‫سمشلا علطت لم ام رجفلا عولط نم حبصلا ةلاص تقو‬
Bersabda Rasulullah saw., “Waktu salat Subuh ialah sejak terbitnya fajar
hingga terbitnya matahari.”
Fajar terbagi menjadi dua, yaitu; fajar kadzib (dusta) dan fajar shadiq (benar).
Fajar kadzib yaitu cahaya putih yang panjang menjulang yang tampak di sisi langit,
kemudian cahaya tersebut menghilang yang diikuti dengan kegelapan. Sedangkan
fajar shadiq yaitu cahaya putih panjang melintang yang muncul di ufuk timur.
Cahaya tersebut terus bertambah terang hingga matahari terbit.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Fajar itu
ada dua macam, yaitu: fajar yang diharamkan memakan makanan dan
diperbolehkan melakukan salat (Subuh, yaitu; fajar shadiq) dan fajar yang
diharamkan melakukan salat (Subuh) dan diperbolehkan memakan makanan
(yaitu; fajar kadzib).
Di antara dalil yang menjelaskan tentang waktu-waktu salat fardu adalah hadis
yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amru, bahwa Rasulullah saw. bersabda:
‫ و تقوو طسوألا‬5‫رفصت لم ام رصعلا تقوو رصعلا رضيح لم ام هلوطك لجرلا لظ ناكو سمشلا تلاز اذإ رهظلا تق‬
‫لي لا فصن إل ءاشعلا ةلاص تقوو قفشلا بغي لم ام برغلما ةلاص تقوو سمشلا سمشلا علطت لم ام رجفلا عولط نم حبصلا‬
‫ةلاص‬
Waktu (salat) Zuhur ialah jika matahari telah condong (ke barat) dan bayangan
seseorang sama dengan panjangnya selama belum tiba waktu (salat) Asar.
Waktu (salat) Asar ialah selama matahari belum menguning. Waktu salat
Magrib ialah selama awan merah belum menghilang. Waktu salat Isya hingga
tengah malam. Dan waktu salat Subuh sejak terbitnya fajar (shadiq), (hingga)
selama matahari belum terbit. (HR. Muslim).
Di samping waktu-waktu yang telah ditetapkan untuk melaksanakan salat fardu
seperti yang sudah kita bahas di atas, terdapat sejumlah waktu yang kita dilarang
untuk melakukan salat, yaitu:
1. Setelah salat Subuh hingga terbit matahari agak tinggi, sebagaimana sabda
Nabi saw.:
‫ رمع نبا نع‬: ‫ينتدجس الإ رجفلا دعب ةلاص ال لاق ملس و هيلع هللا ىلص هللا لوسر نأ‬
Dari Ibnu Umar r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada
sembahyang (sunat) sesudah fajar kecuali dua rakaat.” (Dikeluarkan oleh Imam
yang lima kecuali Nasa'i).
2. Ketika matahari terbit hingga meninggi seukuran satu tombak
3. Ketika matahari tepat di atas kepala hingga tergelincir ke arah timur
4. Setelah salat Ashar hingga matahari terbenam. Dalam sebuah riwayat, Nabi
saw. bersabda:
‫ْلا َد ْع َب ّ َّتَح‬5‫ج َف‬
ْ ِ‫وُق َي مَ ّلَس َو ر‬5ُ‫ُ َال ل‬ ‫ّلل‬ ‫ن ا ْع َِمس‬
ْ ُ ‫ي رِ ْد‬
ّ ‫وُق َي‬5ُ‫أَب نع ل‬5‫َي‬
‫ص‬
َ ‫َةَال‬ ‫َيلَع‬5ْ ِ‫ه‬ ‫ّل‬ ‫وُس َر‬5َ‫َِّ ا ل‬ ‫دٍ يِعَس‬
‫ص‬ ّ
َ ‫ت َّ ا ىل‬ ُ
َّ
‫ت ّتَح‬5َ‫غ‬5ْ ‫ب ُر‬ ِ‫ز َالو ع ْلا َد ْع ب َةَالر‬5‫ش لا َغ‬
َ ‫ش لا‬
ّ ‫س ْم‬ ُ َ َ َ ُ ّ ‫ْم‬
‫ص‬
ْ ‫ص‬ ‫َت س‬5‫ْب‬
َ ُ
Dari Abu Sa'id al-Khudlriyyi r.a., ia berkata, “Saya telah mendengar
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada sembahyang Subuh sehingga terbit
matahari, dan tidak ada sembahyang sehabis sembahyang Asar hingga
terbenam matahari”. (Muttafaq 'alaih. Dan lafadh riwayat Muslim: “Tidak ada
sembahyang sesudah sembahyang fajar).
Ada tiga waktu yang Rasulullah saw. melarang kami melakukan salat atau
memakamkan orang yang meninggal dunia di antara kami. (Yaitu;) ketika matahari
terbit hingga meninggi (setinggi tombak), ketika matahari berada tepat di atas kepala
hingga tergelincir, dan ketika matahari akan terbenam hingga benar-benar terbenam.
Nabi saw. telah menjelaskan sebab dilarangnya salat pada waktu-waktu tersebut
melalui sabda beliau kepada ‘Amr bin ‘Abasah al-Sulami;
‫اطيش‬5‫ لاق ملس و هيلع هللا ىلص بينلا نع ن‬: ‫ت ال‬5‫ينرق ينب علطت انَّإف طقست ينح الو سمشلا علطت تَّح اولص‬
Dari Nabi saw. bersabda, Lakukan salat Subuh, kemudian janganlah engkau
salat hingga matahari terbit dan meninggi (setinggi tombak) kerena sesung-
guhnya ia terbit di antara dua tanduk setan..

D. Tata Cara Pelaksanaan Salat Fardu


Tata cara melaksanakan salat lima waktu adalah sebagai berikut:
1. Seorang muslim yang hendak melakukan salat hendaklah berdiri tegak setelah
masuk waktu salat dalam keadaan suci dan menutup aurat serta menghadap
kiblat dengan seluruh anggota badannya tanpa miring atau menoleh ke kiri dan
ke kanan;
2. Kemudian berniat untuk melakukan salat yang ia maksudkan di dalam hatinya
tanpa diucapkan;
3. Kemudian melakukan takbiratul ihram, yaitu membaca Allahu Akbar sambil
mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya ketika takbir;
4. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada atau di bawahnya,
tetapi di atas pusar;
5. Kemudian membaca do'a iftitah dan basmalah, kemudian membaca al-Fatihah
dan apabila sampai pada bacaan ‫ نيلاضلا الو‬dia membaca aamiin;
6. Kemudian membaca salah satu surat atau apa yang mudah baginya di antara
ayat-ayat Al-Qur'an;
7. Kemudian mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahunya lalu ruku sambil
mengucapkan Allahu Akbar. Selanjutnya memegang dua lutut dengan kedua
tapak tangan dengan meratakan tulang punggung, tidak mengangkat kepalanya
juga tidak terlalu membungkukkannya, dan jari-jari tangannya hendaknya
dalam keadaan terbuka.
8. Pada saat ruku, membaca (‫“ ) ناحبس بير ميظعلا‬Maha suci Rabbku yang maha
Agung”) sebanyak tiga kali.
9. Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengangkat kedua tangan sejajar dengan
kedua bahu sambil membaca:
ِ ِ
َ‫ْن َم ل هدح َم‬
‫ّل‬
‫َْ ا َع َِمس‬
Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya" sehingga tegak berdiri dalam
keadaan i'tidal, kemudian membaca doa i’tidal.
10. Kemudian sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, lalu sujud bertumpu pada
tujuh anggota sujud, yaitu dahi (yang termasuk di dalamnya) hidung, dua
telapak tangan, dua lutut dan ujung dua tapak kaki. Hendaknya diperhatikan
agar dahi dan hidung betul-betul mengenai lantai, serta merenggangkan bagian
atas lengannya dari samping badannya dan tidak meletakkan lengannya
(hastanya) ke lantai dan mengarahkan ujung jari-jarinya ke arah kiblat.
11. Membaca ( ‫هدِ ْم َّبِو‬ ‫َ ىلْع‬ َ‫حس بيِ َر ن‬َ 5‫“ ا ْب‬Maha Suci Rabbku Yang Maha
( َ َ ‫ا‬
‫ال‬5
ْ ُ
Tinggi” sebanyak tiga kali sujud.
َ
dalam
12. Bangkit dari sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, kemudian duduk
iftirasy, yaitu bertumpu pada kaki kiri dan duduk di atasnya sambil
menegakkan telapak kaki kanan seraya membaca:
‫ا مهللا‬5‫نيقزراو نيدهاو نيبْجاو نيحمراو م رفغ‬
13. Kemudian sujud lagi seperti di atas, lalu bangkit untuk melaksanakan rakaat
kedua sambil bertakbir. Kemu-dian melakukan seperti pada rakaat pertama,
hanya saja tanpa membaca do'a iftitah lagi. Apabila telah menye
-lesaikan rakaat kedua hendaknya duduk untuk melak-sanakan tasyahhud.
Apabila salatnya hanya dua rakaat saja seperti salat Subuh, maka membaca
tasyahhud kemudian membaca shalawat Nabi shallallaahu alaihi wasallam, lalu
langsung salam, dengan mengucapkan:
‫ةكربو هللا ةحمرو مكيلع ملاسلا‬
“Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah bagimu." Sambil menoleh ke kanan,
kemudian mengucapkan salam lagi sambil menoleh ke kiri.
14. Jika salat itu termasuk salat yang lebih dari dua rakaat, maka berhenti ketika
selesai membaca tasyahhud awwal, yaitu pada ucapan:
‫هللا لوسر ادممح نأ دهشأو هللا الإ هلإ ال نأ دهشأ‬
Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Kemudian bangkit berdiri sambil mengucapkan takbir dan mengangkat kedua
tangan sejajar dengan kedua bahu, lalu mengerjakan rakaat berikutnya seperti
rakaat sebelumnya, hanya saja terbatas pada bacaan surat al-Fatihah saja.
15. Kemudian duduk tawarruk, yaitu dengan menegakkan telapak kaki kanan dan
meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan, kemudian menduduk-
kan pantat di lantai serta meletakkan kedua tangan di atas kedua paha. Lalu
membaca tasyahhud, membaca shalawat kepada Nabi saw. dan meminta
perlindungan kepada Allah swt. dari empat perkara berikut:
‫حيسلما ةنتف رش نمو تاملماو ايلمحا ةنتف نمو ْبقلا باذع نمو منهج باذع نم كب ذوعأ نيإ مهللا لاجدال‬
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa api neraka, siksa kubur, fitnah
hidup dan mati, dan dari fitnah al-Masih al-Dajjal.
16. Kemudian mengucapkan salam dengan suara yang jelas sambil menoleh ke
kanan, lalu mengucapkan salam kedua sambil menoleh ke kiri.

E. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Salat Lima Waktu


Pendidikan yang diberikan luqman pada anaknya merupakan contoh baik bagi
orang tua. Luqman menyuruh anak-anaknya salat ketika mereka masih kecil dalam
al-Qur'an Allah swt. berfirman:
- ِ‫ َع ْن م‬5‫ألا مِ ْز‬5ْ5ُ‫و ُم‬5ِ‫ر‬ ‫ص أَ اَم‬ َ ‫ن ّ ِإ‬
َ ‫ك َب ا‬ ‫ْْب‬ ‫ْهناَو فِ َ اَو ِر َك نُم ْلا‬ ‫أْ َو َةَال‬5‫ ُم‬5‫ُنب ََي ْر‬5َّ‫َِقأ ي‬5‫لا م‬
‫ك ِل‬
َ ‫ىَلَع‬ ‫ص‬
ْ
ِ ‫نِ َع‬ ‫ْع َم ْل ِِب‬5‫و ُر‬ ‫ص‬
ّ ١٧
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. (QS Luqman/31: 17).
Dari ayat tersebut, Luqman menanamkan nilai-nilai pendidikan ibadah kepada
anakanaknya sejak dini. Dia bermaksud agar anak-anaknya mengenal tujuan hidup
manusia, yaitu menghambakan diri kepada Allah swt. bahwa sesungguhnya tidak ada
Tuhan yang patut disembah selain Allah swt. Apa yang dilakukan Luqman kepada
anak-anaknya bisa dicontoh orang tua zaman sekarang ini. Rasulullah saw. memberi-
kan teladan pada umatnya tentang nilai pendidikan ibadah. Beliau mengajarkan anak
yang berusia tujuh tahun harus sudah dilatih salat dan ketika berusia sepuluh tahun
mulai disiplin salatnya sabda Nabi saw.
ِ ‫ِر‬ ِ
َ‫َْيب اُوقرِ َفَو ين‬5‫ش ن ِِف ْم ُه َن‬
ْ ُ ‫َبأ ْم‬5ْ‫َو ُ ِع ن اَو َين مْ ءَان‬5‫ه‬
ُ‫َو اَه‬5‫ه‬ ُ ‫َبأ ْم‬5ْ‫ل ِِب ءَان‬ َ‫أ‬5‫« مْ ُك َد َال ْو‬
ِ‫ع س‬ ِ‫بس س‬
َ ‫َْيلَع‬ ِ‫وبر‬5‫ه‬
ُُ ّ ‫لا‬5َِ‫ة‬
َ ْ ‫ص‬ ‫ُم‬5‫او ُر‬ ‫َم ْلا‬
‫ض‬
ْ .» ِ‫ِع ج‬
َ‫اض‬
Suruhlah anak-anak kalian berlatih salat sejak mereka berusia 7 tahun dan
pukullah mereka jika meninggalkan salat pada usia 10 tahun dan pisahkanlah
tempat tidur mereka (sejak usia 10 tahun). (HR. Abu Dawud).
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam salat di
antaranya:
1. Salat Diawali dengan Bersuci
Hal ini tentu mendidik kita agar senantiasa menjaga kesucian fitrah kita
sebagai manusia dan mengingatkan kita bahwa Allah adalah zat yang Maha Suci
yang hanya menerima hamba-Nya yang suci untuk menghadap kepada-Nya.
2. Salat Mendidik untuk Berlaku Jujur
Dalam salat, apabila seseorang buang angin yang tidak tertahankan pada saat
salat, tentu ia akan berhenti dari salatnya dan mengulanginya lagi karena buang
angin pada saat salat adalah hal yang membatalkan salat. Dalam keadaan ini, ia
dapat saja meneruskan salatnya karena tidak ada yang tahu di sekelilingnya. Berlaku
jujur tentu tidak hanya pada saat salat, tetapi yang perlu menjadi perhatian adalah
mewujudkan perilaku jujur pada saat setelah salat. Berlaku jujur dalam setiap
perilaku, dalam setiap keadaan, baik dalam berbicara, dalam berdagang, maupun
dalam seluruh aspek kehidupan kita.
3. Salat Diakhiri Salam ke Kanan dan ke Kiri yang Mengandung Do’a
Pada saat mengakhiri salat, kita mendo’akan mereka yang ada di kanan dan kiri
kita. Salah satu makna dari hal ini diungkapkan oleh Rasulullah saw.:
‫س ِل‬ ِ ِ 5ِ ِ ِ ّ
َ ‫س ُم ْلا لَ َاق َم لَس ّانلا مَ لَس نُ مْؤ ُم ْلاَو ه د َيَو هنا‬
ِ
ْ 5‫ُ ْن َم مُ ل‬ ‫ّلل‬ َ ‫ْي‬5‫يَِبأ نْ َع ة َر‬
‫س‬ ِ‫ن م‬ ‫ع‬ ‫ل‬‫ي‬
َ 5‫و ِه‬ ‫ل‬ ّ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ‫رُه َِّ ا ل‬
ُ ْ َ ْ َ ْ َ ُ 5َ
َ ‫َع َّ ا ىّل‬
‫ص‬
ِ
ْ‫س ّانلا َُهنمأَ ْن َىلَع م‬ ُ
ِ‫ل‬ ‫َم‬
ِ‫ِئام د‬5‫او مأَ و م ه‬5ِِ
5َ ْ َ 5ْ 5َ
Seorang muslim sejati adalah ketika manusia selamat dari lisan dan tangannya,
dan mu’min sejati adalah ketika manusia merasa aman darinya atas harta dan
darahnya. (HR. al-Nasa’i).
Maksud dari hadis di atas bahwa seseorang yang mengakhiri salam dalam
salatnya, hendaknya menegakkan do’a yang ia setelah selesai melaksanakan salat
sebagaimana sabda Rasulullah saw., maka ia tidak akan mencelakakan orang lain
dengan lisan dan tangannya.
4. Wujud Terhadap Nilai Keikhlasan kepada Allah swt.
Keikhlasan kepada Allah, tidak hanya tertanam dalam hati/qalbu seseorang.
Yang lebih penting lagi adalah mewujudkannya dengan melakukan salat. Ikhlas
mengajarkan kepada kita untuk mencapai kesuksesan hakiki, kesuksesan yang abadi,
dan kesuksesan dalam pandangan Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai