Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr. Nahor Murani Hutapea, M. Pd

Disusun Oleh
Indriya Sandi (1805124387)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS RIAU
2020
KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA

A. Pengertian Kemampuan Pemahaman Matematika


Pemahaman matematis diterjemahkan dari istilah mathematical
understanding merupakan kemampuan matematis yang sangat penting dan harus
dimiliki siswa dalam belajar matematika. Rasional pentingnya pemilikan
kemampuan pemahaman matematis diantaranya adalah kemampuan tercantum
dalam tujuan pembelajaaran matematika Kurikulum Matematika SM (KTSP
2006 dan kurikulum 2013) dan dalam NCTM (1989). Pernyataan tersebut juga
sesuai dengan pendapat Hudoyo (2003) yang menyatakaan: “Tujuan mengajar
Matematika aadalaah agar pengetahuaan yang disampaikan dan dipahami
peserta didik”. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa
siswaa kepada tujuan yang ingin dicappai yaitu agar bahan yang disampaikan
dipahami sepenuhnya oleh siswa. Beberapa pengertian pemahaman juga
dikemukakan oleh beberapa penulis lainnya. Pemahaman menurut Hamalik
( 2003) adalah kemampuan melihat hubungan antara berbagai factor ataau unsur
dalam situasi yang problematis. Jadi, simpulannya pemahaman adalah suatu
proses atau cara mengartikan situasi serta fakta yang diketahuinya berdasarkan
tingkat kemampuan yang dimiliknya. Sementara Mulyasa ( 2005 ) menyatakan
bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh
individu. Depdiknas (2006) mengemukakan bahwa pemahaman dapat
didefinisikan sebagai suatu proses memahami arti atau makna tertentu dan
kemampuan menggunakannya pada situasi lainnya. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Driver dan Leach (dalam Hasna:2004) pemahaman adalah kemampuan
untuk menjelaskan suatu situasi atau tindakan. Purwanto (dalam Murizal,
202:19) mengemukakan bahwa pemahaman merupakan tingkat kemampuan
yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi atau fakta
yang diketahuinya. Senada dengan hal ini, Suharsimi (2009) mengungkapkan
pemahaman adalah bagaimana seseorang membedakan, menduga, memperluas,
menyimpulkan, memberikan contoh, menuliskankan kembali dan
memperkirakan. Nana Sudjana mengatakan bahwa pemahaman adalah hasil
belajar1. Pengertian pemahaman yang lebih dalam dikemukakan Abidin (2009 )
bahwa pemahaman merupakan kemampuan menerangkan dan menginterpretasi
sesuatu. Pemahaman bukan sekedar mengetahui atau sebatas mengingat kembali
pengalaman dan mengemukakan ulang apa yang telah dipelajari. Pemahaman
lebih dari sekedar mengetahui atau mengingat fakta-fakta yang terpisah-pisah
tapi pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis sehingga benar-benar
tercapaai belajar bermaknaa. Dengan kata lain, siswa memahami dengan benar
materi pelajaran yang diterimanya, misalnya mampu menyusun kalimat yang
berbeda dengan kandungan makna yang sama, mampu menerjemahkan atau
menginterpretasikan, mengeksploitasi, melakukan aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Ausubel (Sumarmo 2010 ) melukiskan kondisi seperti diatas dengan
istilah pemahaman bermakna yaitu individu dapat mengkaitkan informasi
barunya dengan struktur kognitif yang dimiliki. Dengan kata lain, dikatakan
individu mencapai pemahaman yang bermakna bila ia dapat mengubah
informasi yang adala dalam pikirannya dalam bentuk lain yang lebih berarti.

Dari uraian pendapaat sejumlah para ahlimengenai pemahaman


matematik di atas, dapat dirangkum bahwa pemahaman matematis merupakan
kompetensi dasar dalam belajar matematik yang meliputi: kemampuan
menyerap suatu materi, mengingat rumus dan konsep matematika serta
menerapkan dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa, memperkirakan
kebenaran suatu pernyataan dan menerapkan rumus dan teorema dalam
penyelesaian masalah. Hasil belajar pada pemahaman lebih tinggi satu tingkat
dari tipe hasil belajar pengetahuan yang sifatnya hafalan. Karena pada tingkat
pemahaman memerlukan kemampuan untuk menangkap makna atau arti dari
sebuah konsep. Oleh karena itu diperlukan adanya hubungan antara konsep
dengan makna yang ada dalam konsep tersebut 2. Namun, bukan berarti

1
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,1995)
hal.24
2
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru
Algensindo,2013)hal.51
pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab untuk memahami perlu terlebih
dahulu mengetahui atau mengenal3.
B. Pentingnya kemampuan pemahaman matematika
Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan
membosankan bagi siswa. Begitu pula bagi guru, matematika dianggap sebagai
pelajaran yang sulit untuk diajarkan sebagaimana yang diungkapkan oleh
Wahyudin ( 2008 : 338 ) bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit
untuk diajarkan maupun dipelajari. Salah satu alasan mengapa demikan adalah
karena dalam mempelajari materi baru dalam matematika seringkali
memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang satu atau lebih
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itulah kita perlu
mengetahui pentingnya kemampuan pemahaman dalam matematika.
Dalam National Council of Teacher ( NCTM ) tahun 2000 disebutkan
bahwa kemampuan pemahaman matematis merupakan aspek yang sangat
penting dalam prinsip pembelajaran matematika. Siswa dalam belajar
matematika harus disertai dengan pemahaman, hal ini merupakan tujuan dari
belajar matematika.
Beberapa ahli juga mengungkap tentang pentingnya kemampuan
pemahaman matematis siswa. Dahlan ( 2004 : 46 ) mengungkap bahwa “ hampir
semua teori belajar menjadikan pemahaman sebagai tujuan dari proses
pembelajaran”. Sumarmo ( 2002) juga menyatakan bahwa pembelajaran
matematika perlu diarahkan untuk pemahaman konsep dan prinsip matematika
yang kemudian diperlukan untuk menyelsaikan masalah matematika, masalah
dalam disiplin ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari hari. Selaras
dengan pendapat ahli tersebut, Anderson et al ( 2001 ) mengatakan bahwa “
pemahaman terhadap suatu masalah merupakan bagian dari pemecahan masalah
“.

Pentingnya pemilikan pemahaman oleh siswa juga dikemukakan Santrock


(2008) bahwa pemahaman konsep adalah aspek kunci dari pelajaran. Demikian
pula, pemahaman matematis merupakan landasan penting untuk berpikir dalam
3
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta:Insan Madani), hal.57
menyelesaikan persoalaan-persoalan matematika maupun masalah kehidupan
nyata. Selain itu, kemampuan pemahaman matematis sangat mendukung pada
pengembangan kemampuan matematis lainnya, yaitu komunikasi, pemecahan
masalah, penalaran, koneksi, representasi, berpikir kritis dan berpikir kreatif
matematis serta kemampuan matematis lainnya. Pendapat serupa dikemukakan
Wiharno ( Ompusunggu, 2014 ) bahwa kemampuan pemahaman matematis
merupakan suatu kekuatan yang harus diperhatikan selama proses pembelajaran
matematika, terutama untuk memperoleh pengetahuan matematika yang
bermakna. Abdullah (2013:5) kemampuan pemahaman dapat dijadikan sebagai
dasar untuk mengukur sejauh mana materi yang dipelajari dapat dikuasai dengan
baik. Walaupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru beragam jenis,
namun kemampuan pemahaman tetap merupakan hal yang paling penting untuk
dicapai pada proses pembelajaran. Pentingnya kemampuan pemahaman dimiliki
siswa karena segala hal yang berhubungan dengan belajar akan membutuhkan
kemampuan pemahaman dan pemaknaan terhadap materi. Jika materi awal tidak
dipahami siswa maka muncul banyak kesulitan yang akan dihadapi siswa untuk
memahami materi baru sehingga memunculkan ketidakmengertian yang terjadi
secara beruntun4.
C. Jenis Kemampuan Pemahaman
Merujuk pada pendapaat beberapa pakar, Sumarmo (1987,2010,2012)
mengemukakan jenis dan tingkat pemahaman matematis sebagai berikut.
Polya (Sumarmo, 1987,2010,2012) mengatakan ada empat tingkat
pemahaman yaitu pemahaman mekanikal, pemahaman induktif, pemahaman
rasional dan pemahaman intuitif. Seseorang dikatakan mempunyai pemahaman
mekanikal jika ia dapat mengingat dan menerapkan suatu konsep secara benar.
Seseorang dikatakan mempunyai pemahaman induktif jika ia menunjukan
konsep itu berlaku dalam kasus sederhana dan yakin bahwa konsep itu berlaku
dalam kasus serupa. Seseorang dikatakan mempunyai kemampuan pemahaman
rasional jika ia dapat membuktikan kebenarannya. Kemudian seseorang dapat

4
Rezkiyana Hikmah “Penerapan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Siswa” . Jurnal SAP Vol. 1 No. 3 April 2017, 271-272
dikatakan mempunyai pemahaman intuitif jika ia yakin akan kebenaran konsep
tersebut tanpa ada keraguan.
Pakar lain, Skemp ( Sumarmo, 1987, 2010, 2012) menyatakan bahwa
terdapat dua jenis kemampuan pemahaman yaitu:
a) Pemahaman instrumental yang artinya hafal sesuatu secara terpisah atau
dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan
sesuatu secara algoritma.
b) Pemahaman relasional yang berarti dapat melakukan perhitungan secaara
bermaakna pada permasalahan permasalahan yang lebih luas, termuat skema
atau terstruktur yang dapat digunakan pada penyelesaiann yang memuat
masalah yang lebih luas, dapat mengaikan suatu konsep/prinsip lainnya dan
sifat pemakaiannya lebih bermakna.

Serupa dengan Skemp, Polattsek ( Sumarmo, 1987,2010,2012),


membedakan dua jenis pemahaman yaitu:

a) Pemahaman kompuasional yang setar dengan pemahaman instrumental dari


Skemp yaitu dapat menerapkan konsep atau rumus pada perhitungan rutin /
sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.
b) Pemahaman fungsional yang serupa dengan dengan pemahaman relasional
dari Skemp, yaitu dapat mengkaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya
secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.

Serupa dengan Skemp dan Polattsek, Copeland ( Sumarmo. 1987, 2010,


2012) mengemukakan dua jenis pemahaman matematis yaitu:

a) Knowing how to yang setara dengan pemahaman komputasional dan


pemahaman instrumental yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara
rutin/algoritmik
b) Knowing yang setara dengan pemahaman relasional dan pemahaman
fungsional yaitu dapat mengerjakan kegiatan matematis secara sadar akan
proses yang dikerjakannyaa. Lebih lanjut Michener ( Sumarmo, 1987, 2010,
2012 ) mengemukakan pemahaman diartikan sebagai penyerapan arti suatu
objek matematika secara mendalam bila ia mengetahui:
a. Objek itu sendiri
b. Relasinya dengan objek lain yang sejenis
c. Relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis
d. Relasi-dual dengan objeknya yang sejenis
e. Relasi dengan objek dalam teori lainnya.

Ruseffendi ( 2006) mengemukakan terdapat tiga macam pemahaman


sebagai berikut:

a) Pengubahan ( translation ) yaitu mengubah suatu peersamaan menjadi


suatu grafik, mengubah soal berbentuk kata-kata atau menyatakan suatu
situasi menjadi bentuk symbol atau sebaliknya.
b) Interpretasi ( interpretation ) yaitu menggunakan konsep- konsep yang
tepat dalam menyelesaikan soal, mengartikan suatu kesamaan.
c) Ekstrapolasi (extrapolation ), yaitu menerapkan konsep-konsep dalam
perhitungan matematis, dan memperkirakan kecendrungan suatu
diagram..

Hendriana dan Sumarmo ( 2014 ) mengemukakan bahwa dalam


taksonomi tujuan belajar, Bloom mengklasifikasikan pemahamaan (
Comprehension ) ke dalam jenjang kognitif kedua yang menggambaarkan
dapat menerapkan rumus dalam perhitungan rutin atau secara algoritmis.
Tingkat pemahaman ( Comprehension ) di atas, tergolong pada tingkat rendah
yang setara dengan pemahaman mekanikal dari Polya, pemahaman
komputasional dari Polattsek, pemahaman instrumental dari Skem dan
pemahaman knowing how dari Copeland.

Depdiknas ( 2004 ) merinci kemampuan pemahaman sebagai berikut:

a) Menyatakan ulang sebuah konsep.


b) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya.
c) Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep.
d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
f) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu
g) Mengaplikasikan konsep atau algoritma dam pemecahan masalah
matematis.

Sudjana (2006:24) mengungkapkan bahwa pemahaman dapat


dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu dari tingkatan terendah hingga
tertinggi adalah:

a) Pemahaman terjemah, merupakan kemampuan penerjemahan simbol-


simbol matematika.
b) Pemahaman penasfiran, yakni kemampuan menghubungkan informasi-
informasi yang telah ada dengan yang diketahui berikutnya untuk
mendapatkan suatu pengetahuan baru.
c) Pemahaman eksplorasi kemampuan melihat dibali yang tertullis,
memperkirakan konsekuendi atau dapat memperluas persepsi dalam arti
waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
D. Indikator Pemahaman Matematis
Berdasarkan uraian mengenai pemahaman matematis pada bagian A,
berikut ini dirincikan indicator pemahaman matematis dari beberapa penulis dan
Lembaga. Bila dicermati secara mendalam,terdapat beberapa kesamaan dan
perbedaan rincian indicator tang dikemukakan para penulis dan Lembaga yang
bersangkutan.
NCTM (1989) merinci indicator pemahaman matematis kedalam
kegiatan sebagai berikut
a. Mengidentifikasi konsep secara verbal dan tulisanan
b. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh
c. Menggunakan model,diagram daan symbol-simbol untuk mempresentasikan
suatu konsep.
d. Mengubah suatu bentuk representasi kebentuk representasi lainnya.
e. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang
menentukan suatu konsep.
g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Penulis lain, Sanjaya (2009) merinci indicator pemahaman konsep diantaranya:

a) Mampu menerangkan secara verbal mengenai konsep yang dipelajarinya.


b) Mampu menyajikan situasi matematika ke dalam berbagai cara serta
mengetahui perbedaan dan kesamaanya.
c) Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang memenuhi konsep tersebut.
d) Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,
e) Mampu memeberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.
f) Mampu menerapkan konsep secara algorotma.
g) Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004, merinnci


indicator pemahaman konsep matematis adalah mampu;

a) Menyatakan ulang sebuah konsep.


b) Mengklasifikasikan objek menurut tertentu sesuai dengan sifatnyaa.
c) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.
d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk reprsentasi matematis.
e) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
f) Menggunakan dan memanfaatkan serta mmilih prosedur atau opeerasi
tertentu.
g) Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahaan masalah.

Hendriana dan Sumarmo (2014), membedakan dua tingkat pemahamaan


sebagai berikut:
a) Pemahamaan tingkat rendah yaitu pemahaman mekanikal, komputasional,
instrumental, dan induktif yang meliputi kegiatan: mengingat dan
menerapkanrumus secara rutin atau dalam perhitungan sederhana.
b) Pemahaman tingkat tingkat tinggi yaitu pemahaman rasional, fungsional,
relasional, dan intuitif yang meliputi: mengkait suatu konsep / prinsip
dengan konsep / prinsip lainnya, menyadari proses yang dikerjakan dan
membuat perkiraan yang benar.

Indicator pemahaman konsep matematik dalam kurikulum 2013 adalah:

a) Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.


b) Mengklarifikasi objek-objek berdasarkan dipeenuhi tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut.
c) Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep.
d) Menerapkan konsep secara logis.
e) Memberikan contoh atau contoh kontra ( lawan contoh ) dari konsep yang
dipelajari.
f) Menyajikan konsep dalam berbagaimacam beentuk representasi matematik
(table, grafik, sketsa, model matematika atau cara lainnya)
g) Mengaitkan berbaagaai konsep dalam matematika maaupun diluar
matematika.
h) Mengembangkan syaraat perlu dan ataau syarat cukup suatu konsep.
E. Pengertian Rubrik
Kata “rubrik” berasal dari bahasa Latin rubra yang artinya merah. Dalam
perkembangannya, Kamus online Merriam-Webster mendefinisikan makna rubric
yang pertama sebagai “suatu peraturan otoritatif”. Selanjutnya, pada makna
keempat, rubric dimaknai sebagai “panduan yang mencantumkan kriteria khusus
untuk menilai atau menskor makalah akademis, proyek, atau tes”. Brookhart
(2013:3) dan Ülkü Ayhan dan M. Uğur Türkyılmaz (2015) menjelaskan proses
pergeseran makna kata rubrik dari “merah” menjadi “peraturan dan panduan”
seperti berikut ini. Pada abad pertengahan dalam tradisi gereja, aturan untuk
pelaksanaan ibadah liturgis sering ditulis dengan warna merah pada bagian
pinggir buku liturgi. Catatan tangan berwarna merah ini dianggap penting karena
berisi perturan-peraturan tentang liturgi. Hal itu menjadi kebiasaan yang
berlangsung lama dan dipahami oleh banyak orang. Berdasarkan pada tradisi ini,
kata rubra dalam bahasa Latin, yang awalnya bermakna “merah”, setelah diserap
ke dalam bahasa Inggris rubric, maknanya bergeser menjadi “peraturan dan
panduan”.
Rubrik menurut Kenneth Wolf† dan Ellen Stevens (2007) adalah panduan
penilaian multi guna untuk menilai produk atau karya dan kinerja peserta didik.
Panduan ini mencantumkan kriteria khusus untuk produk atau karya dan kinerja
peserta didik. Kriteria tersebut membantu peserta didik untuk memiliki
pemahaman dan visualisasi konkret tentang "apa yang penting". Setiap kriteria
juga mencakup skala gradasi kualitas. Skala penilaian bisa berupa numerik,
kualitatif, atau kombinasi dari keduanya.
Selanjutnya, rubrik menurut Brookhart (2013:4) adalah seperangkat
kriteria yang koheren untuk pekerjaan peserta didik yang mencakup deskripsi
tingkat kualitas kinerja berdasarkan kriteria. Dalam bentuk aslinya, rubrik lebih
bersifat deskriptif dan bukan evaluatif. Tentu saja rubrik bisa digunakan untuk
mengevaluasi, tapi prinsip operasinya adalah kesesuaian dengan deskripsi dan
bukan menilainya.
Selain itu, menurut Hafner dan Hafner (2003) kata 'rubrik' umumnya
dipahami untuk mengkonotasi alat penilaian sederhana yang menggambarkan
tingkat kinerja pada tugas tertentu dan ini digunakan untuk menilai hasil kinerja
peserta didik dalam konteks TK sampai perguruan (K-16). Rubrik, dalam hal ini,
memberitahu instruktur dan peserta didik tentang apa yang dianggap penting dan
apa yang harus dicari ketika menilai (lihat Arter dan McTighe, 2001).
Menurut Arebs rubrik adalah deskripsi terperinci tentang tipe kinerja
tertentu dan kriteria yang digunakan untuk menilainya.
Menurut Bernie Dogde dan Nancy Pickett rubrik adalah alat skoring untuk
asesmen yang bersifat subjektif, yang didalamnya terdapat satu set kriteria dan
standar yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan diakses ke anak
didik.
Menurut Nitko rubrik adalah suatu alat yang berisi seperangkat aturan
yang digunakan untuk mengakses kualitas dari performansi/kinerja peserta didik.
Menurut Heidi Goodrich Andrade rubrik adalah suatu alat penskoran yang
terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung.
Sebagai suatu panduan pengamatan dalam menilai kinerja dan produk,
rubrik dibuat dengan mengacu pada tes kinerja yang berisi deskripsi tugas.
Deskrip[si tugas tersebut memuat proses kerja atau spesifikasi produk hasil kerja,
yang harus diperhatikan oleh peserta didik, baik dalam melakukan, membuat,
mendemonstrasikan, memperagakan, atau menggunakan sesuatu. Deskripsi tugas
dapat berupa salah satu dari proses kerja atau produk hasil kerja atau bahkan
keduanya. Dalam deskripsi tugas dapat pula diuraikan bahan, alat, langkah-
langkah dan waktu pelaksanaannya.
Satu rubrik paling tidak memiliki kelengkapan komponen berikut:
a) Aspek yang diamati untuk dinilai.
b) Skala atau kategori penilaian untuk menandai tingkatan kualitas pelaksanaan
kinerja atau produk.
c) Deskripsi dari setiap aspek dalam setiap tingkat skala atau kategori
penilaian.
d) Penghitungan nilai akhir.
Aspek (dimensi) adalah bagian-bagian esensial dari proses kinerja atau
produk yang menjadi objek amatan. Oleh karena itu, didalam suatu rubrik,
bagian-bagian esensial tersebut dapat terdiri atas beberapa aspek. Jumlah aspek
amatan bergantung dari kompleksitas kinerja yang dilakukan oleh produk yang
dihasilkan. Berdasarkan pengalaman, jumlah aspek esensial yang ideal antara 3
sampai 5 aspek. Apabila kurang dari 3 dikhawatirkan kurang dapat mewakili
penilaian secara keseluruhan dan apabila lebih dari 5 dikhawatirkan justru
membebani penilai.
Skala atau kategori adalah rentang capaian penilaian yang
memperhatikan gradasi kualitas kinerja atau produk yang dihasilkan peserta
didik. Skala dapat berupa angka 1, 2, 3, dan 4, sedangkan kategori dapat berupa
sebutan baik, cukup, kurang atau selalu, sering, kadang-kadang, jarang. Dapat
pula berupa daftar cek list dengan sebutan ya atau tidak, yang apabila
diwujudkan dalam bentuk skor setara dengan 1 atau 0.
Deskripsi dari setiap skala atau kategori adalah uraian kemampuan atau
karakteristik yang diperlihatkan oleh peserta didik pada tingkatan tersebut.
Deskripsi ini menjadi dasar penetapan skor capaian. Deskripsi tersebut harus
jelas dan berbeda pada setiap aspek dan tingkatan skala. Deskripsi kinerja dapat
berupa tingkatan gradasi kualitas kinerja dari tinggi kerendah, seperti seluruh
langkah dilakukan, sebagian besar langkah dilakukan, hanya sebagian kecil
langkah yang dilakukan, tidak melakukan apa-apa. Deskripsi dapat pula berupa
bewujud perlengkapan aspek yang diperlihatkan, seperti memakai seluruh
perlengkapan: jas lab, masker, kaca mata, dan sarung tangan; hanya memakai
3 perlengkapan, hanya memakai 2 perlengkapan, hanya memakai 1
perlengkapan.
Berikut ini merupakan contoh rubrik dalam penilaian praktik
Membuat jaring-jaring kubus dengan kertas karton

NO ASPEK SKOR DAN INDIKATOR


1. Menyiapkan alat dan 2: Menyiapkan seluruh alat dan bahan
bahan yang di perlukan
1: Menyiapkan sebagian alat dan bahan
yang diperlukan
0: Tidak menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan proses 4: Melakukan empat langkah kerja dengan
pembuatan tepat
3: Melakukan tiga langkah kerja dengan
tepat
2: Melakukan dua langkah kerja dengan
tepat
1: Melakukan satu langkah kerja dengan
tepat
0: Tidak melakukan langkah kerja
Langkah kerja:
1. Ambil karton yang telah disediakan
2. Buatlah pola jaring-jaring kubus
menggunakan pensil
3. Gunting karton sesuai dengan pola
yang telah di buat sebelumnya
4. Buatlah lipatan distiap garis lurus
pada pola agar jaring-jaring bisa
dibentuk menjadi kubus
Nilai =
DAFTAR PUSTAKA
Hendriana,Heris. Euis Eti Rohaeti dan Utari Sumarmo.2017. HARD SKILLS dan
SOFT
SKILLS MATEMATIKA SMA. Bandung: PT Refika Aditama
www.unhas.ac.id (18 februari 2020)
Mulyati.2013. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Representasi
Matematis Siswa SMA Melalui Strategi Preview-Question-Read-Reflekst-
Recite-Review. Universitas Pendidikan Indonesia (
http://repository.upy.edu/578/4/t MTK1102516 CHAPTER1.pdf), diakses
tanggal 18 februari 2020.
Hikmah, Rezkiyana. Penerapan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Siswa. Jurnal of SAP, Vol. 1 No. 3 April 2017, 271-
272.

Anda mungkin juga menyukai