Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah yang tidak menunjukkan tanda-
tanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah kematian perinatal dapat di di capai
disamping dengan membuat persalinan seaman-amannya bagi bayi ibu. Dengan
mengusahakan agar janin dan ibu kondisinya baik-baik saja.
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi
bayi. Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus) dengan
kehidupansekarang ( ekstrauterus ) yang sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur
ataupun bayi yangdilahirkan dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan
tersebut menjadi lebihsulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yangmenyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke
fase berikutnya(meninggal). Bayi seperti ini yang disebut dengan istilah bayi resiko tinggi.
(Surasmi,dkk. 2003)
Faktor – faktor lain seperti, afiksia neonatorum, letak sungsang dan lain – lain. Dua
hal yang banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah tingkat kekurangan gizi Ibu dan
janin serta pelayanan petugas kesehatan. Latar belakang disusunnya makalah ini adalah
agar meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tetang pengetahuan angka
kematian perinatal dan pelajaran yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi
2. Tujuan
3. Waktu Pelaksanaan
4. Prinsip-Prinsip Bayi Baru Lahir
5. Deteksi Dini Komplikasi Pada BBL
6. Komplikasi Pada BBL
7. Manajemen segera pada BBL

C. Tujuan
Untuk mengetahui deteksi dini komplikasi bayi baru lahir serta penatalaksanaan yang
tepat bagi masalah tersebut.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standart  yang di
berikan oleh tenaga  kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali,selama
periode 0 sampai 28 hari setelah lahir,baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di berikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,selama periode 29 hari sampai dengan 11
bulan setelah bayi lahir.
Asuhan BBLN adalah asuhan yang diberikan pada BBL selama jam pertama setelah
kelahiran BBLN.  (Sarwono, 2002 : 30). Asuhan neonatal asuhan yang diberikan pada
bayi yang berusia 0-28 hari (tumbuh kembang anak :17). Asuhan neonatal adalah asuhan
yang berhubungan dengan 4 minggu pertama setelah kelahiran.  (kamus kedokteran,
Dorland :736).

B. Tujuan
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupannya .
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan tersebut selama 24 jam setelah kelahirannya.
Kunjungan neonatal bertujuan :
a. Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar.
b. Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau masalah kesehatan pada
neonatus.
Kunjungan bayi bertujuan :
a. Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.
b. Untuk Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat
mendapat pertolongan
c. Untuk Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan
pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang.

2
C. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi
lahir.
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan
hari ke 7 setelah bayi lahir.
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan
hari ke-28 setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
1) Kunjungan bayi 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan
2) Kunjungan bayi 1 kali pada umur 3-5 bulan
3) Kunjungan bayi 1 kali pada umur 6-8 bulan
4) Kunjungan bayi 1 kali pada umur 9-11 bulan

D. Prinsip - Prinsip Bayi Baru Lahir


Jika bayi di lahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplikasi dalam persalinan,
penangan bayi tersebut bergantung pada: Apakah bayi mepunyai kondisi atau masalah
yang perlu kebutuhan segera, apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara
penuh, sebagian atau tidak sama sekali seorang bayi dengan tanda bahaya merupakan
masalah yang serius, bayi dapat meninggal bila tidak di tangani segera. Nilailah secepat
mungkin setiap bayi yang datang dengan tanda kegawatan, tidak tergantung apakah anda
di panggil ke ruang bersalin untuk persalinan dengan penyulit, atau bayi yang di bawa dari
ruang bersalin, bangsal bayi atau dar rumah, maupun bayi yang di rujuk dari rumah sakit
lain atau puskesmas. Nilai ulang setiap bayi setelah pemberian terapi atau jika tiba-tiba
keadaannya memburuk.

Penilaian Cepat
Letakkan bayi pada permukaan yang hangat, di bawah pemancar dan dengan
pencahayan yang cukup. Periksa bayi dengan segera adakah tanda bahaya di bawah ini :
a. Megap-megap (merintih) atau tidak bernafas atau frekuensi napas kurang dari 20 kali/
menit
b. Perdarahan
c. Syok (pucat, dingn, denyut jantung > 180 x/menit, tidak sadar atau kesadaran menurun)

3
E. Deteksi Dini Untuk Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir dan  Neonatus
Deteksi dini untuk komplikasi pada bayi baru lahir dan neonatus dengan melihat
tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut:
1) Tidak mau minum atau menyusu atau memuntahkan semua
2) Riwayat kejang
3) Bergerak hanya jika di rangsang (letargis)
4) Frekuensi nafas <30 kali permenit atau >60 kali permenit
5) Suhu tubuh <36,5oC atau >37oC
6) Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7) Merintih
8) Ada pustule pada kulit
9) Nanah banyak di mata dan mata cekung
10) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
11) Turgor kulit kembali <1 detik
12) Timbul kuning atau tinja berwarna pucat
13) Berat badan menurut umur rendah dan atau masalah dalam pemberian ASI
14) Bayi berat lahir rendah <2500 gram atau >4000 gram
15) Kelaianan congenital seperti  ada celah di bibir atau langit-langit

Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di
kamar bersalin) :
1) Tidak bernafas
2) Sesak nafas
3) Sianosis sentral ( kulit biru)
4) Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram
5) Letargis
6) Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c)
7) Kejang

Kondisi perlu tindakan awal :


1) Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama)
2) Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)

4
Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera (oleh tenaga di
kamar bersalin) :
1) Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran bayi
2) Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai

F. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus


Komplikasi pada bayi baru lahir dan neonates,antara lain:
1) Prematuritas dan BBLR
2) Asfiksia
3) Infeksi bakteri
4) Kejang
5) IkterusDiare
6) Hipotermi
7) Tetanus neonatorum
8) Masalah pemberian ASI
9) Trauma lahir
10) Sindroma gangguan pernafasan
11) Kelainan congenital

1) Prematuritas dan BBLR


BBLR Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan menjadi : BBLSR Bayi Berat Lahir
Sangat Rendah bila lahir berat lahir kurang dari 1.500 gram, BBLR Bayi Berat Lahir
Rendah bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram. Sedangkan bayi prematur adalah bayi
yang dilahirkan kurang dari usia kehamilan 37 minggu. Penyebab BBLR dan kelahiran
prematur sangatlah multifaktorial, antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa
kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat), faktor
plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lainnya.

Faktor Resiko BBLR


a. Asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa
menit setelah lahir.
b. Sindrom Gawat Napas salah satu disebabkan karena  faktor paru yang belum matang
atau TRDN sesak sementara pada bayi baru lahir karena cairan paru yang
berlebihan.

5
c. hiportemia (suhu tubuh 6,5 167 C).
Penanganan umum perawatan BBLR atau prematur setelah lahir adalah
mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan
infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya
cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di
otak. Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnyaUpaya yang paling
efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan
menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan
bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung
kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya.
Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir ,
bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat
atau alat pemancar panas.
Minum sangat diperlukan BBLR dan prematur, selain untuk pertumbuhan juga
harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama
dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan
atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk
bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya
terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal.
BBLR dan bayi prematur sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah
lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi,
segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan
menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal.
Untuk tumbuh dan berkembang sempurna bayi BBLR dan prematur harus
mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak,
serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat
tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk
melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat
dalam enam bulan pertama.

6
2) Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.

3) Kejang
Kejang, spasme, atau tidak sadar dapat di sebabkan oleh asfiksia neonatorum,
hipoglikemi atau merupakan tanda meningitis atau masalah pada susunan syaraf.
Diantara episode kejang yang terjadi, bayi mungkin tidak sadar, letargi, rewel atau
masih normal. Spasme pada tetanus neonatorum hamper mirip dengan kejang, tetapi
kedua hal tersebut harus dibedakan karena manajemen keduanya berbeda.

4) Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-14, tidak
disertai tanda dan gejala ikterus patologis (Muslihatun, 2010).
Ikterus adalah keadaan transisional  normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi
aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkonjugasi dan
ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009).
Ikterus adalah kadar bilirubin yang tak terkonjugasi pada minggu pertama >2
mg/dl (Kosim, 2008).

5) Hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5 oC pengukuran
dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.

7
Hipotermi disebabkan oleh :
a. Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang dingin, seperti
pada waktu menimbang bayi.
c. Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.
d. Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena pintu,
jendela terbuka.

Cara Mengatasi Hipotermi :


a. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat dan kering,
memakai topi dan selimut yang hangat.
b. Bila ada ibu/ pengganti ibu anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak
kulit dengan kulit.
c. Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pada batas normal (36,5
-37,5o C), berarti usaha meenghangatkan berhasil.
d. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras.

Rujuk apabila terdapat salah satu keadaan :


a. Jika setelah menghangatkan selama 1 jam tidak ada kenaikan suhu (membaik).
b. Bila bayi tidak dapat minum.
c. Terdapat gangguaan nafas atau kejang.
d. Bila disertai salah satu tanda tampak mengantuk/ letargis atau ada bagian tubuh bayi
yang mengeras.
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi tidak perlu dirujuk.
Nasehati ibu cara merawat bayi lekat/ metode Kanguru dirumah. (Departemen
kesehatan RI 2009)

6) Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir
(neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang
bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa

8
neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak
aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

7) Sindroma Gangguan Pernafasan Nafas


Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dispnea, frekuensi pernafasan yang lebih
dari 60 kali per menit, adanya sianosis, adanya rintihan bayi saat ekspirasi serta adanya
retraksi suprasternal,interkostal,epigastrium saat inspirasi. Penyakit ini merupakan
penyakit membrane hialin, dimana terjadi perubahan atau kurangnya komponen
surfaktan pulmoner komponen ini merupakan suatu zat aktif pada alveoli yang dapat
mencegah kolapnya paru.
Fungsi surfaktan itu sendiri adalah merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir ekspirasi.
Penyakit ini terjadi pada bayi mengingat produksi surfaktan yang kurang . Pada
penyakit ini kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi terganggu dan
alveolus akan kembali kolaps pada setiap akhir ekspirasi dan pada pernafasan
selanjutnya dibutuhkan tekanan negative intra thorak yang lebih besar dengan cara
inspirasi yang lebih kuat . Keadaan kolapsnya paru dapat menyebabkan gangguan
pentilasi yang akan menyebabkan hipoksia dan asidosis.
Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh beberapa
sebab,apabila gangguan pernapasan tersebut disertai dengan tanda-tanda hipoksia
(kekurangan oksigen),maka proknosisnya buruk dan merupakan penyebab kematian
bayi baru lahir. Kalau seandainya bayi selamat dan tetap hidup akan beresiko tinggi dan
terjadi kelainan neorologis dikemudian hari.

Penyebab Gangguan Pernafasan


a. penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran hialin atelektatis
b. kelainan perkembangan organ misalnya agenesis paru – paru, hemia diafragmatika
c. obstruksi jalan nafas , misalnya trakeomalasia, makrolasia.

Penilaian
Tanda – tanda gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat diketahui dengan cara
menghitung frekuensi pernafasan dan melihat tarikan dinding iga serta warna kulit bayi.

9
Ciri – Ciri Bayi Yang Mengalami Gangguan Pernafasan
a. Nafas bayi berhenti lebih 20 detik
b. Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )
c. Frekuensi nafas bayi kurang 30 kali / menit
d. Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali /menit , mungkin menunjukan tanda tambahan
gangguan nafas.

Penatalaksanaan
Tindakan yang harus dilakukan pada bayi yang mengalami gangguan pernafasan antara
lain:
1. Beri oksigen dengan kecepatan sedang
2. Jika bayi menglami apnea :
a. Bayi dirangsang dengan mengusap dada atau punggung bayi
b. Bila bayi tidak mulai bernafas atau mengalami sianosis sentral , nafas megap –
megap atau bunyi jantung menetap kurang dari 100 kali /menit,lakukan resusitasi
dengan memakai balon dan sungkup.
3. Kaji ulang temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Periksa kadar glukosa darah.Bila kadar glukosa kurang dari 40 mg, tangani sebagai
hipoglikemia .
5. Berikan perawatan selanjutnya dan tentukan gangguan nafas berat manejemen
spesifik menurut jenis gangguan nafasnya
6. Tentukan apakah gangguan nafas berat,sedang atau ringan

Cara Mencegah Terjadinya Gangguan Pernafasan :


Jadi untuk mencegah terjadinya ganguan pernapasan segera lakukan resusitasi pada
bayi baru lahir, apabila bayi :
a. tidak bernapas sama sekali / bernapas dengan megap-megap
b. bernapas kurang dari 20 kali per menit.

Manajemen Segera Pada Tanda Bahaya


Tiga keadaan yang perlu tindakan segera ialah: tidak bernafas atau megap-megap, 
sianosis atau sukar bernafas.

10
1) Tidak bernafas atau megap-megap
Penanganan umum :
a. Keringkan bayi, ganti kain basah dan bungkus dengan pakaian hangat kering
b. Jika belum di lakukan, segera klem dan potong tali pusat
c. Letakkan bayi di tempat yang keras dan hangat untuk resusitasi
d. Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan perawatan dan resusitasi

2) Resusitasi
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan.
Indikator terpenting bahwa di perlukan resusitasi ialah kegagalan nafas setelah bayi lahir.

Peralatan yang dibutuhkan pada resusitasi neonatus


a. Ruang yang hangat & terang
b. Meja / tempat resusitasi
c. Sumber pemancar panas
d. Kain : bersih, kering, hangat
e. Sarung tangan & pelindung lain
f. Jam
g. Plester

Perlengkapan Penghisap
a. Penghisap manual
b. Mekanik kateter penghisap: 5F, 8F, 10F, 12F
c. Pipa lambung no 8F, semprit 20 ml
d. Penghisap mekonium

Peralatan Balon dan Sungkup


a. Balon resusitasi
b. Katup pelepas tekanan
c. Sungkup bayi cukup & kurang bulan
d. Tabung dan sungkup
e. Oksigen 90 – 100%
f. Sumber oksogen dg flowmeter

11
Tujuan Resusitasi
Agar ventilasi adekuat, O2 dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan O2 ke otak,
jantung dan alat vital lainnya.

Penatalaksaan Resusitasi

Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:

 Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada letak


kepala.
PENILAIAN
Segera setelah bayi lahir:

 Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap –


megap atau tidak bernapas

Memutuskan bayi perlu resusitasi apabila:

KEPUTUSAN a. Bayi tidak bernafas atau bernafas megap – megap


b. Air ketuban bercampur mekonium

Mulai melakukan resusitasi segera bila:

a. Bayi tidak bernapas atau megap – megap:

Lakukan tindakan resusitasi BBL


TINDAKAN
b. Bila air ketuban bercampur mekonium:

Lakukan resusitasi dengan manajemen air ketuban bercampur


mekonium

12
Tempat Resusitasi
a. Tempat rata, keras, bersih dan kering
b. Meja atau tikar
c. 3 lembar kain hangat, kering & bersih diatas meja
d. Dipan ibu: 45 cm dari perineum ibu

Cara Membersihkan Jalan Napas


Tergantung:
a. Ada / tidak ada mekonium
b. Tingkat keaktifan bayi
Dilakukan pada mulut terlebih dahulu kemudian hidung.

Ada mekonium, tetapi bayi bugar:


a. Bersihkan sekret dari mulut dan hidung
b. Kateter penghisap 12 atau 14 F

Tindakan yang dilakukan bila jalan napas sudah bersih, untuk:


a. Merangsang napas
b. Mencegah kehilangan panas, dengan cara:
Mengeringkan tubuh, singkirkan kain basah, dan reposisi kepala

Rangsangan Yang Dapat Membantu Bayi Bernapas:


a. Menepuk atau menyentil telapak kaki
b. Menggosok punggung, perut, dada atau ekstremitas bayi

13
Rangsangan yang Berbahaya

TINDAKAN BERBAHAYA AKIBAT YANG BISA TERJADI

a. Menepuk punggung g. Perlukaan

b. Menekan rongga dada h. Patah tulang, pneumotoraks,

c. Menekan pada keperut distress napas, kematian

d. Dilatasi sfingter ani i. Pecahnya hati, limpa

e. Kompres dingin, panas j. Robeknya sfingter ani

f. Menggoyang – goyang tubuh k. Hipotermi, hipertermi, luka bakar

l. Kerusakan otak

Ventilasi Tekanan Positip (Vtp)


a. Penilaian dan langkah awal 30 “
- Bayi tidak bernapas / megap – megap
- Frekuensi jantung < 100 ./ menit
- ( dan warna kulit tetap sianosis)
b. VTP
c. Oksigenasi 100%

Resusitasi tidak dimulai, apabila keadaan bayi:


a. UK < 23 minggu (berat < 400 gram)
b. Anencepali
c. Trisomi 13, 18

Resusitasi Dihentikan, apabila:


a. Setelah semua langkah dilakukan dengan cara yang benar, tetapi:
Bayi tidak ber-respon, setelah resusitasi 10 menit.

14
Asuhan Pasca Resusitasi
1) Resusitasi bayi baru lahir :
a. Berhasil
Bayi menangis dan bernapas normal sesudaj langkah atau ventilasi, diperlukan
pemantauan dan dukungan.
b. Belum / Lurang Berhasil
 3X ventilasi tetapi belum bernapas / megap – megap, perlu dilakukan rujukan
c. Tidak Berhasil
Sesudah 10 menit tetapi bayi tidak bernapas

Resusitasi Berhasil
Konseling
Bicara dengan ibu dan keluarga mengenai tindakan resusitasi yang telah dilakaukan
dan ajari ibu dan keluarga yaitu dengan cara: menialai pernafasan, tetap menjaga
kehangatan bayi, serta waspadai tanda bahaya.

Asuhan Neonatal
Minimal 2 jam pertama
a. Pernafasan, warna kulit normal, berikan bayi kepada ibu
b. Pemantauan sekasama 2 jam pertama
c. Jaga bayi tetap hangat dan kering
d. Waspadai apabila Kondisi bayi memburuk

Bayi Perlu Rujukan


a. Ventilasi 2 menit tetapi tetap tidak bernapas / megap – megap
b. Frekuensi napas < 40 / menit atau > 60 / menit
c. Tarikan dinding dada
d. Merintih (napas bunyi saat ekspirasi) atau megap – megap (napas bunyi saat
e. inspirasi)
f. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
g. Bayi lemas

15
Resusitasi Tidak Berhasil
Ventilasi 10 menit tetapi bayi tidak bernapas makan hentikan resusitasi, berikan:
a. Konseling berupa dukungan moral kepada ibu dan keluarga
b. Asuhan ibu
c. Asuhan tindak lanjut
d. Pencatatan

Asuhan Tindak Lanjut Pasca Resusitasi


Tanda bahaya, berupa:
a. Gangguan napas
b. Hipotermi
c. Kemungkinan infeksi bakteri
d. Ikterus
e. Gangguan saluran cerna

Sianosis atau sukar bernafas


a. Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi< 30 atau > 60 x per menit,
tarikan dinding dada kedalam atau merintih)
b. Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas bersih
c. Beri oksigen 0,5 l/menit lewatkateter hidung atau nasal porong
d. Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang di tuju
e. Jaga bayi tetap hangat.bungkus bayi dengan kaim lunak, kering, selimuti dan pakai topi
untuk mencegah kehilangan panas
f. Pemberian oksigen hanya pada sianosis atau sukar bernapas
g. Jika terdapat tarikan dinding dada kedalam, atau megap-megap, atau sianosis menetap,
tingkatkan konsentrasi oksigen dengan kateter nasal, nasal prong, atau kap oksigen
Catatan:
Pemberian oksigen secara sembarangan pada bayi prematur dapat menimbulkan kebutaan.

16
G. Manajemen Segera pada Tanda Bahaya
1) Perdarahan
Manajemen segera
a. Hentikan perdarahan yang tampak (misalnya perdarahan dan tali pusat),ulangi
penjepitan atau pengiktan tal pusat, jika perdarahan dari tempat khitan atau
sirkumsisi, tekan kompres perdarahan dengan kompres steril.
b. Beri vit k1 1 mg IM
c. Ambil contoh darah untuk pemeriksaan golongan dan reaksi silang
d. Lakukan manajemen umum perdarahan dan kemudian lengkapi penilaian lebih
lanjut.
2) Syok
Manajemen segera
Jika perdarahan sebagai penyebab syok :
a. Beri segera cairan infus ringer laktat atau NaCl 0,9% dengan dosis 10 mL/kg BB di
berikan selama 10 menit
b. Bila tanda syok masih berlanjut ulangi lagi dosis diatas sesudah  20 menit
c. Beri segera tranfusi darah O, Rhesus negatif (bila tersedia)
d. Kemudian beri infus glukosa 10%  dengan dosis rumatan sesuai dengan umur bayi
e. Beri oksigen dengan aliran kecepatan maksimal
f. Hangatkan bayi
g. Setelah kondisinya stabil, lengkapi penilaian lanjut

Jika perdarahan bukan penyebab syok :


a. Naikkan kecepatan infus cairan IV sampai 20 cc/kg BB/jam selama 1 jam pertama
b. Hangatkan bayi, pastikan lebih hangat
c. Cari tanda-tandasepsis (misalnya gangguan napas, suhu tubuh tidak normal,
muntah) dan mulai terapi kecurigaan sepsis, jika tanda tersebut ditemukan.
d. Setelah kondisi stabil,lengkapi penilaian lanjut.
3) Kejang
Manajemen segera
a. Atasi kejang dengan fenobarbital
b. Bila jalur IV sudah terpasang beri injeksi fenobarbital20 mg/kgsecara IV pelan
dalam waktu 5 menit.

17
c. Bila jalur IV belum terpasang,   beri injeksi   fenobarbital 20 mg/kg BB dosis
tunggal secara IM
d. Pasang jalur IV dan beri caiarn IV dengan dosis rumatan
e. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka
f. Beri oksigen, bila perlu
g. Periksa kadar glukosa darah. Bila kadar glukosa darah < 45 menit, tangani
h. untuk hipoglikemi lakukan manajemen lanjut kejang.
i. Tidak sadar Pasang jalur IV, beri cairan IV dengan dosis rumatan
j. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka, bila perlu beri oksigen
k. Lakukan manajemen lanjut tidak sadar.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terjadinya kematian bayi baru lahir masih tinggi di indonesia oleh karena itu kita
sebagai petugas kesehatan harus mampu mendeteksi dini adanya komplikasi pada bayi
baru lahir sehingga kita dapat membuat perencanaan dan penatalaksanaan dari
komplikasi tersebutsehingga dapat memberikan pertolongan segera serta dapat mencegah
terjadinya kematian.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah laksanakanlah penatalaksanaan
yang sebaik- baiknya pada Bayi baru lahir, sehingga pada akhirnya akan dapatmenurunkan
angka kematian Bayi baru lahir. Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan
mahasiswa dapat melakukan pengkajianyang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan mampu memberikan asuhan yang kompeten bagi pasien. Mahasiswa juga
diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yangdiperolehnya selama proses pembelajaran di
lapangan. Pendidikan Diharapkan bimbingan yang seoptimal mungkin dalam
membimbingmahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan bagi pasien, sehingga
mahasiswa dapat mengevaluasikan teori dan praktek yang telah diperolehnya. Diharapkan
kepada klien agar menerapkan asuhan kebidanan yang telah diberikan baik berupatindakan
pencegahan maupun dalam pelaksanaannya

19
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta:EGC.


Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Fauziah, Afroh dan Sudarti.2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak.Yogyakarta: Nuha Medika
Hanifa Gulardi, dkk. 2007. Buku Panduan Praktisi Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Puataka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjio, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP.
Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info
Media

20

Anda mungkin juga menyukai