Karakteristik Pati Sagu Hidroksipropil PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/298071896

Preparasi dan Karakterisasi Pati Sagu Asetil

Article · June 2010

CITATIONS READS

0 535

2 authors, including:

Febby J Polnaya
Pattimura University
33 PUBLICATIONS   75 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PENGEMBANGAN KINERJA WIRAUSAHA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK PANGAN LOKAL SAGU DAN UBI KAYU UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEBERLANJUTAN
AGROINDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DI PROVINSI MALUKU View project

IbM Kelompok Tani Budidaya Tanaman Sayuran Organik Mendukung Biosecurity di Dusun Telaga Kodok View project

All content following this page was uploaded by Febby J Polnaya on 14 March 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Buletin Penelitian BIAM, Vol. VI, No. 56, Juni 2010 : 10 – 13 .....................................................

PREPARASI DAN KARAKATERISASI PATI SAGU ASETIL


PREPARATION AND CHARACTERISATION OF THE SAGO STARCH ACETYL
POLNAYA FEBBY, J1) dan PUTURUHU B.R.I2)
1)Dosen Fakultas Pertanian (P.S. Teknologi Hasil Pertanian) – Universitas Pattimura
2) Peneliti pada Baristrand Industri Ambon

ABSTRACT

A cetylating of the starch (100 g) was conducted at 40oC at alkaline condition for 60 min used 0, 7.5 and 10.0 %
(v/w) acetic anhydride. Acetylated sago starch (ASS) was analyzed its characteristics for acetyl group, degree of
substitution (DS), swelling power, solubility, and paste clarity. Research results showed that increased of acetic
anhydride resulted increased of DS ASS (0.049 to 0.056). ASS resulted increased in swelling power, solubility, and
clarity compared to native sago starch.
Key words : native sago starch, acetyl group, degree of substitution, swelling power, solubility, paste clarity.

(Polnaya & Talahatu, 2007) dan modifikasi asetilasi


(Haryadi & Kuswanto, 1997).
PENDAHULUAN
Sifat-sifat dan karakter pati hasil modifikasi
secara asetilasi dibanding dengan pati tanpa
Sagu merupakan komoditas potensial sebagai modifikasi sebagai berikut: 1) suhu gelatinisasi dan
bahan subtitusi pangan dan bahan baku untuk suhu pasta lebih rendah; 2) kemampuan
industri. Sebagai salah satu sumber karbohidrat, mengembang dan kelarutan granula pati meningkat;
potensinya belum dimanfaatkan secara maksimal. 3) kejernihan dan viskositas pasta meningkat; serta 4)
Pemanfaatan pati sagu secara optimal akan
kecenderungan terjadinya retrogradasi menurun,
meningkatkan keterkaitan antara industri, mengurangi akan tetapi stabilitas viskositas pasta menurun dalam
ketergantungan import terhadap tepung lainnya dan kondisi pengolahan yang keras dengan pH yang
menumbuhkan industri berbahan dasar pati sagu. rendah (Rutenberg & Solarek, 1984).
Menurut Wattanachant et al. (2003), pati sagu alami Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mempunyai sifat-sifat yang tidak diinginkan, seperti, pengaruh dari derajat subtitusi (DS) terhadap sifat-
penurunan viskositas yang tinggi selama pemanasan sifat pati sagu alami (PSA) dan pati sagu asetil
dan kerusakan lebih lanjut dalam kondisi asam, serta (PSAS) berdasarkan FT-IR, kemampuan
menunjukkan tingkat retrogradasi dan sineresis yang
menggelembung, daya larut dan kejernihan pasta
tinggi. Sehingga diperlukan modifikasi untuk pati.
memperbaiki sifat fisik pati sagu alami tersebut.
Modifikasi pati secara kimiawi telah banyak
digunakan untuk mengintroduksi sifat-sifat pati yang
baru dan dapat digunakan untuk aplikasi yang METODOLOGI PENELITIAN
berbeda (Yeh & Li, 1996). Modifikasi secara asetilasi,
hidroksipropil dan ikat silang adalah metode yang 1. Bahan dan Alat.
paling luas digunakan untuk memodifikasi pati. Pati sagu diperoleh dari Desa Mahu, Pulau
Pati termodifikasi dapat menghasilkan sifat Saparua yang diolah secara semi tradisional untuk
fisik dan kimia yang lebih baik dibandingkan pati menghasilkan pati sagu kering yang digunakan
alaminya, meliputi modifikasi kimia, fisik maupun sebagai bahan dasar untuk menghasilkan pati sagu
enzimatis. Beberapa contoh pati termodifikasi adalah: asetil (PSAS). Reagen modifikasi asetat anhidrida,
modifikasi pati ikat silang dengan fosforil klorida dapat NaOH, HCl, dan bahan kimia lainnya yang digunakan
mengendalikan penggelembungan pati (Fleche, adalah analytical grade, berasal dari Merck.
1985); modifikasi hidroksipropil dengan propilen 2. Metode.
oksida pada pati barley dapat meningkatkan stabilitas Pati Sagu Asetil
beku-cair (Wu & Seib, 1990). Penggunaan pati sagu Modifikasi pati sagu dengan asetilasi untuk
sebagai bahan dasar modifikasi telah dilakukan mendapatkan pati asetil mengikuti metode Phillips et
meliputi modifikasi hidroksipropil-ikat silang (Haryadi al. (1999), menggunakan asetat anhidrida sebagai
& Kuswanto, 1996; Wattanachant et al., 2002a; reagen modifikasinya, dengan penambahan sebesar
2002b; 2003), modifikasi hidroksipropil-asetilasi 0, 7,5, dan 10% (v/b). Pelaksanaannya adalah
(Polnaya et al., 2008), modifikasi hidroksipropil sebagai berikut: 100 g pati sagu didispersikan dalam

10
Preparasi Dan Karakterisasi Pati Sagu Asetil ................................ Polnaya dan Puturuhu

225 mL akuades dan homogenkan dengan magnetic menggelembung pada kondisi alkalin selama
stirrer selama 60 menit (25oC) untuk memperoleh asetilasi, sehingga gugus asetil lebih mudah
suspensi yang homogen. Kemudian pH suspensi pati tersubtitusi pada gugus hidroksil granula pati sagu.
ditentukan menjadi 8,0 dengan penambahan NaOH Tetapi, menurut Said (2005) semakin tingginya
3,0%. Perlakuan asetat anhidrida ditambahkan sesuai konsentrasi reagen modifikasi asetat anhidrida
dengan konsentrasi yang dicobakan pada suspensi menunjukkan kenaikkan yang semakin menurun dan
pati dengan kisaran pH diatur 8,0-8,4. memperlihatkan kecenderungan yang mendatar,
Untuk mempertahankan pH pada kisaran 8,0- dikarenakan terbatasnya gugus hidroksil pada
8,4, dapat dilakukan dengan penambahan asetat granula pati sehingga tidak semua gugus asetil yang
anhidrida secara bergantian dengan larutan NaOH dapat tersubtitusi.
3%, hingga penambahan asetat anhidrida selesai. Tabel 1. Gugus Asetil (%) dan DS pati sagu
Penambahan secara bergantian ditujukan untuk Asetat Gugus Asetil Derajat
mencegah kelebihannya NaOH dalam suspensi pati. anhidrida (%) (%) Subtitusi (DS)
Kelebihan NaOH dapat berperan sebagai katalisator 0,0 0,000 c 0,000 c
sehingga menyebabkan reaksi antara asetat 7,5 1,301 b 0,049 b
anhidrida dengan NaOH. Reaksi dibiarkan selama 10 10,0 1,456 a 0,056 a
menit setelah penambahan asetat anhidrida selesai Keterangan : Kolom yang diikuti dengan huruf yang sama
dan pH suspensi pati diatur menjadi 4,5 dengan tidak berbeda nyata pada taraf  = 0,05,
penambahan 0,5 N HCl untuk menghentikan reaksi. untuk uji BNJ
Gugus Asetil dan Derajat Subtitusi (DS) DS pati asetil pada penelitian ini tergolong
Gugus asetil ditentukan dengan menggunakan rendah jika dibandingkan dengan pati asetat
metode yang dikemukakan oleh Wurzburg (1978). komersial yang umumnya 0,2. Rendahnya DS
Derajat subtitusi (DS) PSAS ditentukan berdasarkan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: cara asetilasi,
metode yang dikemukakan oleh Whistler & Daniel perbedaan bentuk pati, jumlah dan kerapuhan
(1995). granula pati. Namun demikian PSAS yang dihasilkan
FT-IR (Fourier Transform Infrared) spectroscopy dengan gugus asetil 1,701% masih tergolong aman
Spektra FT-IR PSA dan PSAS ditentukan untuk dikonsumsi sebagai produk makanan sesuai
dengan instrumen Shimadzu FT-IR 8201 dengan batas yang diizinkan oleh peratutan Food and Drug
menggunakan metode yang dikemukakan oleh Singh Administration (FDA) yaitu sebesar 2,5%.
et al. (2004).
FT-IR
Sifat-sifat pasta
Spektra FT-IR (Gambar 1) dapat digunakan
Kemampuan menggelembung dan daya larut
untuk memperkuat bukti tersubtitusinya gugus asetil
ditentukan berdasarkan metode seperti dikemukakan
pada granula pati sagu. Serapan pada 1735,8 cm-1
oleh Adebowale et al. (2002).
adalah serapan khas dari gugus karbonil, yang
Kejernihan pasta ditentukan berdasarkan
mengindikasikan tersubtitusinya gugus asetil pada
metode seperti yang dikemukakan oleh Craig et al.
granula pati sagu (Gambar 1b). Jika dibandingkan
(1989) dalam Singh et al. (2004).
dengan spektra FT-IR pati alami (Gambar 1a), tidak
Analisis Statistika
terdapat serapan khas gugus karbonil. Hal tersebut
Data dianalisis menggunakan analisis ragam
sesuai dengan pendapat Nieto (1993) dalam Singh et
pada tingkat kepercayaan 95% dan perlakuan diulang
al., (2004) bahwa modifikasi pati Xanthosoma
lima kali. Untuk mengetahui perbedaan antara rataan
violaceum pada tingkat pemberian asetat anhidrida
perlakuan dilakukan uji beda dengan Uji Beda Nyata
7,2% pH 8,0-8,4, menunjukan terjadi pengaruh
Jujur (BNJ) ( = 0,05). Program SAS 9.0 digunakan
serapan molekul asetat pada 1733,25 cm-1-1652,59
untuk menganalisis data.
cm-1. Intensitas pada bilangan gelombang tersebut
merupakan kelompok karbonil dari gugus asetit.
HASIL DAN PEMBAHASAN a)
Pati Sagu Asetil
PSA menunjukkan peningkatan terhadap
gugus asetil sebesar 0,000-1,456% dan DS 0,000-
0,056 seiring dengan meningkatnya konsentrasi
reagen modifikasi asetat anhidrida (Tabel 1).
Meningkatnya gugus asetil dan DS disebabkan
karena semakin mudahnya granula pati untuk

11
Buletin Penelitian BIAM, Vol. VI, No. 56, Juni 2010 : 10 – 13 .....................................................

b) mengakibatkan peningkatan kelarutan, dan


kejernihan pasta. Kejernihan pasta berhubungan
langsung dengan keadaan dispersi suspensi pati dan
kecenderungan terjadinya retrogradasi pati. Menurut
Polnaya & Rumapar (2006), PSA memberikan warna
gel yang buram.
Tabel 3. Kejernihan pasta pati sagu
Kejernihan pasta
Gugus Karbonil Derajat
Kejernihan (%T) setelah
Subtitusi
pasta (%T) disimpan 5 hari
(DS)
pada suhu 4oC)
0,000 29,19 c 27,85 c
Gambar 1. Spektra FTIR: a) PSA; b) PSAS DS 0,049 38,39 b 37,69 b
0,065 0,056 39,28 a 38,60 a
Sifat-sifat pasta pati sagu asetil Keterangan: Kolom yang diikuti dengan huruf yang sama
Kemampuan menggelembung tidak berbeda nyata pada taraf  = 0,05,
Kemampuan menggelembung pati untuk uji BNJ
menunjukkan seberapa besar pati dapat Modifikasi pati meningkatkan kejernihan pasta
menggelembung yang ditunjukkan melalui perubahan PSAS (DS 0,056) menjadi 39,28%T dibandingkan
berat karena penyerapan air oleh granula pati. PSA 29,19%T. Granula pati asetil cenderung untuk
Kemampuan menggelembung PSA (21,73 g/g) lebih merenggang antara granula pati yang berdekatan dan
rendah dibandingkan PSAS (34,96-39,95 g/g). dengan nyata mengurangi interchain association,
Semakin tinggi DS meningkatkan kemampuan yang memfasilitasi peningkatan %transmitansi.
menggelembung PSAS. Hal ini disebabkan karena Meningkatnya kejernihan pasta pati termodifikasi
melemahnya kekuatan ikatan hidrogen antara secara asetilasi ditunjukkan oleh Liu et al. (1997)
molekul pati sebagai akibat tersubtitusinya gugus untuk pati jagung asetil; Singh et al. (2004) untuk pati
asetil. Peningkatan kemampuan menggelembung pati jagung dan kentang asetilasi; dan Polnaya et al.
sagu hidroksipropil-asetil (Polnaya et al., 2008), pati (2008) untuk pati sagu hidroksipropil-asetil.
jagung (Liu et al., 1997) Penyimpanan pasta pati selama 5 hari pada
Tabel 2. Kemampuan menggelembung dan daya suhu 4oC, ditujukan untuk mengevaluasi tendensi
larut pati sagu retrogradasi. Jika pasta pati disimpan pada suhu
Kemampuan rendah, maka proses retrogradasi cenderung
Derajat Daya Larut
menggelembung berlangsung lebih cepat. Pengukuran kejernihan
Subtitusi (DS) (%)
(g/g) pasta PSA setelah penyimpanan pada suhu 4oC
0,000 21,73 c 14,79 b menurun sebesar 1,34%T, sedangkan PSAS
0,049 34,96 b 20.18 a ±0,7%T. Hasil yang relatif sama ditunjukkan oleh
0,056 39,95 a 22,13 a Polnaya et al. (2008), penurunan kejernihana pasta
Keterangan: Kolom yang diikuti dengan huruf yang sama pati sagu termodifikasi setelah disimpan selama 5
tidak berbeda nyata pada taraf  = 0,05, hari (4oC) adalah sebesar ±1-2%, sedangkan PSA
untuk uji BNJ sebasar ±6%. Hal ini menunjukkan tendensi
Daya larut PSAS (20,18-22,13%) lebih tinggi retrogradasi. Efek retrogradasi menurun untuk PSAS
dibandingkan PSA (14,79%). Semakin tinggi DS sebagai akibat perlakuan modifikasi (Polnaya et al.,
menghasilkan peningkatan daya larut pati sagu. 2008). Menurut Singh et al. (2004) bahwa terjadi
Meningkatnya daya larut PSAS disebabkan karena penurunan kejernihan pasta pati asetil dari 47,8
gugus modifikasi cenderung mengakibatkan molekul menjadi 40,7%, dibandingkan dengan pati alami yaitu
pati merenggang satu sama lain dan menurunkan 34,8 menjadi 25,8%T.
kekuatan ikatan intermolekuler, memfasilitasi akses
air pada daerah amorf. Menurut Leach (1965)
bahwa kemampuan menggelembung granula pati KESIMPULAN
sebanding dengan daya larut granula pati.
Kejernihan pasta (%T) pati sagu Hasil penelitian meunjukkan bahwa modifikasi
Suspensi pati encer yang mula-mula buram pati dengan asetat anhidrida dapat merubah sifat-sifat
bila dipanaskan berangsur-angsur menjadi jernih atau fisik PSA yang dimofikasi dengan asetil.
transparan akibat menggelembungnya granula pati. Tersubtitusinya gugus asetil dapat ditunjukkan
Penggelembungan granula pati yang semakin besar dengan pengukuran DS dan FT-IR digunakan untuk

12
Preparasi Dan Karakterisasi Pati Sagu Asetil ................................ Polnaya dan Puturuhu

menguatkan tersubtitusinya gugus hidroksil, Polnaya, F.J. & J. Talahatu. 2007. Karakterisitik Pati
ditunjukkan dengan serapan khas dari gugus karbonil Sagu Hidroksipropil. Eugenia 13: 335-345.
pada PSAS. Polnaya, F.J. & M. Rumapar. 2006. Perlakuan
PSAS menunjukkan perubahan sifat-sifat pati kimiawi untuk meningkatkan kejernihan pasta
meliputi kemampuan menggelembung, daya larut dan pati sagu. Buletin Penelitian Biam 2: 19-24.
kejernihan pasta, yang cenderung lebih tinggi
dibandingkan PSA. Rutenberg, M.W. & D. Solarek. 1984. Starch
Derivatives: Production and Uses. p:311-388.
In: Whistler, R.L., J.N. BeMiller, & E.F.
DAFTAR PUSTAKA Paschall, 1984. Starch Chemistry and
Technology, 2nd ed. Academic Press, Inc.:
Orlando, Florida.
Adebowale, K.O., T.A. Afolabi, & O.S. Lawal, 2002.
Isolation, Chemical Modification and Said, M. 2005. Pembuatan dan karakterisasi pati
Physicohemical Characterisation of Bambarra sagu asetil serta edible film yang dihasilkan.
Groundnut (Voandzeia subterranean) Starch Tesis. Sekolah Pascasarjana. Universitas
and Flour. Food Chemistry 78:305-311. Gadjah Mada.
Craig, S.A.S., C.C. Maningat, P.A. Seib, & R.C. Singh, N., D. Chawla & J. Singh. 2004. Influence of
Hoseney. 1989. Starch Paste Clarity. Cereal Acetic Anhydride on Physicochemical,
Chemistry 66:173-182. Morphological and Thermal Properties of Corn
and Potato Starch. Food Chemistry 86:601-
Fleche, G. 1985. Chemical Modification and 608.
Degradation of Starch. In: Van Beynum, G.M
A., & J.A. Roels, 1985. Starch Conversion Wattanachant, S., S.K.S. Muhammad, D.M. Hashim,
Technology. (eds). Marcel Dekker, Inc. New & R.Abd. Rahman, 2002a. Characterisation of
York. Hydroxypropylated Crosslinked Sago Starch
as Compared to Commercial Modified
Haryadi & K.R. Kuswanto. 1996. Some Starches. Songklanakarin Journal of Science
Characteristics of cross-linked hydroxypropyl and Technology 24:439-450.
sago starch. Agritech 16(4):14-18.
Wattanachant, S., S.K.S. Muhammad, D.M. Hashim,
Haryadi & K.R. Kuswanto. 1997. Some characteristics & R.Abd. Rahman, 2002b. Suitability of Sago
of oil palm and sago starch acetates. Agritech Starch as a Base for Dual-Modification.
17(2):11-14. Songklanakarin Journal of Science and
Jacobson, M.R., M. Obanni, & J.N. BeMiller. 1997. Technology 24:431-438.
Retrogradation of Starches from Different Wattanachant, S., S.K.S. Muhammad, D.M. Hashim &
Botanical Sources. Cereal Chemistry R.Abd. Rahman, 2003. Effect of crosslingking
74(5):511-518. reagent and hydroxypropylation levels on dua-
Leach, E.T. 1965. Gelatinization of Starch. In : modified sago starch properties. Food
Whistler, R.L. dan Paschall, E.F. (eds). Starch Chemistry 80:463-471.
: Chemistry and Technology, Vol I. Industrial Whistler, R.L. & J.R. Daniel. 1995. Carbohydrates. In:
Aspects. Academic Press. New York and Food Chemistry (Fennema O.R. ed.) Marcel
London. Decker (New York) 69-137.
Liu, H., L. Ramsden, & H. Corke. 1997. Physical Wu, Y. & P.A. Seib, 1990. Acetylated and
Properties and Enzymatic Digestibility of Hydroxypropylated Distarch Phosphates from
Acetylated ae, wx, and Normal Maize Starch. Waxy Barley: Paste Properties and Freeze-
Carbohydrate Polymers 34:283-289. Thaw Stability. Cereal Chemistry 67:202-208.
Phillips, D.L., H.L. Liu, D. Pan, & H. Corke. 1999. Wurzburg, O.B. 1978. Starch, modified starch and
Generap application of raman spectroscopy for dextrin. In: Products of the corn refining
the determination of level of acetylation in industry. Seminar proceedings. Corn Refiners
modified starches. Cereal Chemistry 76: 439- Association, Inc. (Washington, DC) 23-32.
443.
Yeh, A.I. & J.Y. Li. 1996. Kinetics of Phase Transition
Polnaya, F.J., Haryadi & D.W. Marseno. 2008. of Native, Cross-Linked, and Hydroxypro
Characteristics of hydroxypropylated and pylated Rice Starch. Starch/Stärke 48:17-21.
acetylated sago starches. Sago Palm 16: 85-
94.

13

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai