Makalah ini dibuat untuk memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Disusun oleh :
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari komplikasi
diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan: kadar gula darah
sangat tinggi, meningkatkan dehidrasi hipertonik dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi
pada DM tipe II.
EPIDEMIOLOGI
Data di Amerika menunjukkan bahwa insiden HHNK sebesar 17,5 per 100.000 penduduk
HHNK lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki
HHNK lebih sering ditemukan pada orang lanjut usia, dengan rata-rata usia onset padaa
dekade ketujuh. Angka mortalitas pada kasus HHNK cukup tinggi, sekitar 10-20%
TANDA GEJALA
Tanda dan gejala umum pada klien dengan HHNK adalah haus, kulit terasa hangat dan kering,
mual dan muntah, nafsu makan menurun, nyeri abdomen, pusing, pandangan kabur, banyak
kencing, mudah lelah.
Gejala-gejala meliputi:
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul
glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak
dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium,
sodium dan phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga
kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi
ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi
maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang
disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang
disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat
haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus
yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat
lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-
sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh. Kegagalan tubuh
mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis
osmotik berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport
oksigen ke otak dan cenderung menjadi koma (Setyohadi,2010).
KOMPLIKASI POTENSIAL
1. Koma.
2. Gagal jantung : jantung melemah, sehingga kemampuan memompa turun
3. Gagal ginjal (kerusakan ginjal akibat fungsi ginjal terganggu)
4. Gangguan hati.
1) Cairan NACL
Bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik 1000 ml/jam sampai keadaan cairan
intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru diperhitungkan kekurangan dan
diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan isotonik harus mendapatkan pertimbangan
untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal atau hipernatremia. Gklukosa 5%
diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg.
2) Insulin
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik non ketotik
sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan insulin dosis
rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan pengobatan
dapat menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetik
3) Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi ginjal membaik,
perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan
TINDAKAN KEGAWATAN
PENATALAKSANAAN
Terapi HHNK ditujukan untuk mengoreksi penurunan volume, mengendalikan
hiperglikemi dan mengidentifikasi penyebab mendasar HHNK dan mengobatinya.
Prinsip pengobatan KHH meliputi :
1. Koreksi terhadap :
a. Dehidrasi
b. Hiperglikemi
c. Gangguan keseimbangan elektrolit
2. Pengenalan dan pengobatan terhadap faktor pencetus
3. Follow up yang ketat
Terapi cairan
Terapi cairan initial / awal dimaksudkan untuk memperbaiki volume cairan intra dan
ekstravaskuler serta memperbaiki perfusi ginjal. Bila tidak ada kelainan / gangguan fungsi
jantung, diberikan cairan isotonis NaCl 0,9 % dengan kecepatan 15 sampai 20
ml/kgBB/jam. Pada 1 jam pertama tetesan cairan dipercepat (1 – 1,5 liter). Pada jam berikutnya,
terapi cairan tergantung derajat dehidrasi, kadar elektrolit serum dan diuresis (jumlah urin).
Secara umum, infus 0,45% NaCl dengan dosis 4-14 ml/kgBB/jam dapat diberikan bila
kadar Na serum normal atau meningkat. Bila kadar Na rendah, diberikan 0,9% NaCl dengan
kecepatan yang sama. Setelah fungsi ginjal membaik, terlihat dengan adanya diuresis, segera
diberikan infus Kalium sebanyak 20 – 30 mEq/l sampai kondisi pasien stabil dan dapat
menerima suplemen Kalium oral.
Terapi Insulin
Regular Insulin (RI) melalui infus intravena berkesinambungan merupakan terapi pilihan.
Dosis rendah ini biasanya dapat menurunkan kadar glukosa plasma sebesar 50 – 75 mg/dl per
jam, sama seperti pada pemberian regimen insulin dgn dosis yang lebih tinggi. Bila kadar
glukosa plasma tidak turun sebesar 50 mg/dl dari kadar awal, periksa keadaan hidrasi pasien.
Infus insulin dapat ditingkatkan 2 kali lipat setiap jam sampai kadar glukosa plasma turun antara
50 sampai 75 mg/dl per jam. Bila kadar glukosa plasma mencapai 250 mg/dl pada KAD atau 300
mg/dl pada KHH, dosis insulin diturunkan menjadi 0,05-0,1 UI/kgBB/jam (3-6 UI/jam) dan
pemberian Dextrose (5-10%). Selanjutnya kecepatan insulin atau konsentrasi Dextrose
disesuaikan untuk mempertahankan kadar glukosa plasma normal sampai gangguan mental dan
keadaan hiperosmolar pada HHNK dapat diatasi.
Selama pengobatan HHNK, darah sebaiknya diperiksa setiap 2 – 4 jam untuk
menentukan kadar elektrolit serum, glukosa, ureum, kreatinin, osmolalitas dan pH darah vena.
Kalium
Terapi insulin, koreksi terhadap asidosis dan penambahan cairan dapat menurunkan kadar
kalium serum. Untuk mencegah hipokalemi, penambahan kalium hendaklah dimulai bila kadar
kalium serum turun dibawah 5,5 mEq/l dengan syarat bila sudah terjadi diuresis. Umumnya
pemberian Kalium sebanyak 20-30 mEq (2/3 KCl dan 1/3 KPO4) dalam setiap liter cairan infus
sudah cukup untuk mempertahankan kadar Kalium serum dalam batas normal (4 – 5 mEq/l). Bila
terjadi hipokalemi berat hendaklah dimulai bersamaan dengan terapi cairan dan terapi insulin
ditunda dulu sampai kadar kalium mencapai > 3,3 mEq/l, untuk mencegah terjadinya aritmia
atau cardiac arrest dan kelemahan otot pernafasan.
Terapi Definitif
Terapi definitif adalah terapi menggunakan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui
jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya. Dalam kasus ini penyakit hiperglikemi perlu
diberikan :
Pengecekan GCS
Ukur Berat Badan
Observasi Turgor Kulit
Ukur LLA Pasien
Mengajarkan Diet Makan