BIDANG APOTEK
ANGKATAN VIII
Tanggal 27 Juli 2020 sampai 15 Agustus 2020
Disusun oleh :
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker Koordinator PKPA Perapotekan
Puji syukur yang tak terhingga bagi Allah SWT atas berkah, rahmat, dan
hidayah serta bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Perapotekan
secara daring. Shalawat serta salam juga tidak henti-hentinya kita kirimkan
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabat, yang telah
membawa pelita sebagai sumber penerangan dalam kegelapan untuk meraih
cahaya, yang menutup pintu-pintu kejahiliaan dan membuka pintu-pintu ilmiah
bagi umat manusia.
Penulis menyadari bahwa kegiatan PKPA ini dapat terlaksana dengan baik
walaupun harus dilaksanankan secara daring berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
2. Ketua Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Muslim
Indonesia
3. Koordinator PKPA Farmasi Perapotekan Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
4. Dosen Pembimbing PKPA Perapotekan
5. Segenap Dosen-dosen, dan Pengelola Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
6. Teman-teman PKPA Apotek
7. Terakhir untuk orang tua penulis, Zahabudin dan Zalumi serta keluarga besar
penulis yang telah memberikan dorongan moral dan materi bagi penulis dalam
menyelesaikan PKPA perapotekan ini.
Atas segala bantuan, bimbingan dan arahan serta fasilitas yang telah
diberikan kepada penulis selama melakukan PKPA hingga selesai dan menyusun
laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, namun
harapan penulis semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua
dan tentunya penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun agar dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan PKPA 3
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 4
A. Aspek Legalitas
1. Peraturan Perundang-undangan yang Terkait Apotek
2. Etik Profesi Farmasis/Apoteker
B. Tata Cara Pendirian Apotek dan Studi Kelayakan
1. Tata Cara Perizinan Pendirian Apotek
2. Tinjauan Studi Kelayakan
C. Pengelolaan Apotek
1. Manajemen Pendukung
a. Sistem Informasi Manajemen Apotek
b. Sumber Daya Manusia
2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pemusnahan
f. Pengendalian
g. Pencatatan dan Pelaporan
3. Pelayanan Farmasi Klinik
a. Pengkajian Resep
b. Dispensing
c. Pelayanan Informasi Obat
d. Konseling
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah
f. Pemantauan Terapi Obat
g. Monitoring Efek Samping Obat
4. Pengelolaan Obat Wajib Apotek
5. Pengelolaan Obat Keras, Narkotika, dan Psikkotropika
6. Pengelolaan Obat Bebas, Bebas Terbatas, Obat Tradisional,
Kosmetik, dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN
A. Studi Kelayakan dan Sistem Manajerial Apotek
B. Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP
C. Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 40
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Kepadatan Penduduk Kecamatan Salahutu 24
2. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Salahutu 35
3. Data Sarana Kesehatan di Kecamatan Salahutu 35
4. Data Jumlah Penyakit Terbanyak di Kecamatan Salahutu 35
5. Penyimpanan 44
6. Pembacaan Resep 48
7. Kajian Administrasi Resep Racikan 67
8. Kajian Farmaseutik Resep Racikan 87
9. Kajian Klinis Resep Racikan 88
10. Kajian Administrasi Resep Psikotropika 88
11. Kajian Farmaseutik Resep Psikotropika 88
12. Kajian Klinis Resep Psikotropika 88
13. Kajian Administrasi Resep Narkotika 89
14. Kajian Farmaseutik Resep Narkotika 89
15. Kajian Klinis Resep Narkotika 89
16. Kajian Administrasi Resep Penggunaan Khusus 90
17. Kajian Farmaseutik Resep Penggunaan Khusus 90
18. Kajian Klinis Resep Penggunaan Khusus 90
19. Data MESO 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penandaan Narkotik 8
2. Penandaan Obat Bebas 8
3. Penandaan Obat Bebas Terbatas 9
4. Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas 9
5. Contoh SP Narkotik, Psikotropik, Prekursor, dan Obat Bebas 9
6. Contoh Kartu Stok 10
7. Resep Racikan 14
8. Resep Psikotropika 14
9. Resep Narkotika 14
10. Resep Penggunaan Khusus 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Denah Lokasi 8
2. Denah Bangunan 9
3. Contoh STRA 10
4. Contoh NPWP 11
5. Contoh BAP Narkotika 12
6. Contoh BAP Resep 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor yang utama dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang unggul dan berkualitas demi tercapainya tujuan bangsa,
yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
dalam pembangunan nasional. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan telah diatur
berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2015. Pelayanan Kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Standar Pelayanan Kefarmasian
adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Permenkes RI
No. 73, 2016).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kefarmasian telah teerjadi perubahan orientasi dalam pelayanannya
dari pengelolaan obat sebagai komoditas kepada pelayanan yang lebih
komprehensif (Pharmaceutical Care) dalam pengertian tidak hanya sebaga
pengelola obat, namun mencakup pemberian Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional,
melakukan monitoring penggunaan obat untuk mengetahui target terapi serta
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengobatan (medication error). Hal
ini tentu sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya, dimana Apoteker hanya
berfokus pada penyiapan dan penyaluran obat. Saat ini, Apoteker diharapkan
lebih aktif dalam perancangan hingga pemantauan terapi obat pada pasien.
Apotek merupakan salah satu tempat yang dijadikan untuk melakukan
praktek kefarmasian. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasia oleh apoteker. Penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian di apotek harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan
terjangkau. Penyelenggarakan Pelayanan kefarmasian di apotek wajib
mengikuti standar pelayanan kefarmasian sebagaimana diatur dalam peraturan
menteri ini. Apotek wajib mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian secara
berjenjang kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi,
dan kementerian kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (Permenkes RI No. 73, 2016).
Apotek sebagai sebagai salah satu sarana pelayanan, perlu
mengutamakan kepentingan masyarakat dan wajib menyediakan, menyimpan
dan menyerahkan perbekalan farmasi. Apotek dapat diusahakan oleh suatu
lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat
maupun daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan
Apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin dari
Dinas Kesehatan setempat.
Apoteker sebagai penanggung jawab sebuah apotek memiliki peranan
penting dalam menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai bisnis ataupun
fungsi sosial, terutama perannya dalam menunjang upaya kesehatan dan
sebagai penyalur perbekalan farmasi kepada masyarakat. Kondisi masyarakat
yang semakin kritis terhadap kesehatan mereka dan kemudahan dalam
mengakses informasi seperti sekarang ini menjadi tantangan besar bagi
apoteker. Kunjungan masyarakat ke apotek saat in bukan hanya sekedar
membeli obat, melainkan untuk mendapatkan informasi lengkap tentang obat
yang diterima.
Berdasarkan hal di atas, maka dilakukan Praktek Kerja Profesi
Apoteker Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker Universitas Muslim
Indonesia secara Daring yang dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2020 hingga
15 Agustus 2020. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Perapotekan ini,
diharapkan mahasiswa telah memiliki kemampuan dalam bidang perapotekan
yang nantinya dapat menerapkan serta mengembangkan keilmuannya pada
dunia kerja, sehingga dapat menjadi apoteker yang kompeten dibidangnya.
B. Tujuan PKPA
Tujuan dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bidang
perapotekan ini yaitu untuk :
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
3. Memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di apotek.
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
A. Aspek Legalitas
1. Peraturan Prundang-Undangan yang Terkait Dengan Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang diatur dalam:
1) Undang –Undang antara lain:
a. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang - Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
c. Undang - Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
2) Peraturan Pemerintah antara lain:
a. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas
PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.
b. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti
Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 184/Menkes/Per/II/1995.
c. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
3) Peraturan Menteri Kesehatan antara lain:
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
695/Menkes/Per/VI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang
Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin kerja Apoteker.
4) Keputusan Menteri Kesehatan antara lain;
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
14
pendingin.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian
sebuah apotek, antara lain:
a. Lokasi
Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan
jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi
ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/peraturan
daerah masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan
mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan,
jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan
kesehatan lain, sanitasi dan faktor - faktor lainnya.
b. Bangunan
Suatu apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup
sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
apotek. Bangunan apotek yang baik hendaknya memiliki ruang
tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang
administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan kamar
kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat
memberikan penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran,
serta ventilasi dan sanitasi yang baik. Papan nama apotek dipasang di
depan bangunan dengan ketentuan memenuhi ukuran minimal
panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam diatas dasar putih,
tinggi huruf minimal 5 cm, umumnya terbuat dari papan seng yang
pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA,
alamat apotek, nomor telepon.
c. Peralatan Apotek
Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki
peralatan apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan
kefarmasiannya. Peralatan apotek yang harus dimiliki antara lain :
18
PBP = x 1 tahun
BEP =
P. No. 3 P. No. 4
Awas! Obat Awas! Obat
Keras Hanya Keras
untuk bagian
P. No. 5 P. No. 6
Awas! Obat Awas! Obat
Keras Keras
Obat wasir,
jangan
Apoteker
Pemilik Sarana
Pengelola
Apotek
Apotek
Apoteker
Pendamping
Asisten Pembantu
Apoteker/TTK Umum
2. Jam Kerja
Apotek ARA FARMA buka setiap hari kerja (hari libur nasional tutup).
Buka mulai jam 08.00-20.00 WIT. Jam kerja di Apotek ARA FARMA
terbagi atas 2 waktu kerja, yaitu:
1) Jam 08.00-14.00 WIT
2) Jam 14.00-20.00 WIT
3. Tugas dan Fungsi
Adapun tugas dan fungsi masing-masing anggota berdasarkan struktur
organisasi Apotek kami yaitu sebagai berikut:
a. Pemilik Sarana Apotek
1) Bertanggung jawab terhadap modal pendirian Apotek
2) Mengurus semua persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendirikan apotek
3) Berhak memilih APA
4) Mengontrol keuangan apotek
b. Apoteker Pengelola Apotek
1) Memimpin seluruh kegiatan apotek, merencanakan
pengembangan apotek dan bertanggung jawab pada
kelangsungan hidup apotek
2) Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, melalui
pelayanan teknis kefarmasian dan informasi
3) Mengelola, melaksanakan dan mengawasi kegiatan administrasi
4) Membuat laporan dan memberikan data kegiatan apotek untuk
jangka waktu tertentu
5) Melakukan dan merencanakan kegiatan pengembangan apotek
6) Memimpin dan mengawasi seluruh karyawan serta menilai
kinerjanya
7) Mengusahakan agar kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan
dapat berjalan dengan baik dan lancar
c. Apoteker Pendamping
1) Membantu pekerjaan APA dalam manajerial apotek
2) Menggantikan APA di apotek ketika APA sedang tidak ada di
tempat
d. Asisten Apoteker/TTK
1) Pengaturan dan penyusunan dalam hal penyimpanan obat dan
perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis
barang yang disusun secara alfabetis
2) Penerimaan resep dan pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan
resep sesuai peraturan kefarmasian
3) Pemeriksaan ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya
berdasarkan resep yang diterima
4) Pemberian harga pada setiap resep dokter yang masuk
5) Pelayanan dan peracikan obat sesuai dengan resep dokter, antara
lain menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan,
meracik, mengemas obat dan memberikan etiket
6) Pembuatan kwitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya
diambil sebagian atau bila diperlukan pasien
7) Pemeriksaan kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien
meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama obat, nama pasien,
dan cara pemakaian
8) Pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat
9) Penyerahan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien
dan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau
informasi lain yang dibutuhkan
10) Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang
e. Administrasi
Menangani kegiatan administrasi, pembelian, penjualan, pajak dan
tugas administrasi lainnya
f. Pembantu Umum
Bertanggung jawab atas kebersihan dan keamanan apotek
e. Peluang atau Prospek Pemasaran (Analisis SWOT)
Berdasarkan data-data pendukung yang diperoleh dari survey terhadap
lokasi apotek dan keberadaan competitor, maka dapat diterangkan beberapa
hal penting terkait aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
terhadap apotek yang akan didirikan berdasarkan analisis SWOT sebagai
berikut:
1. Strength/Kekuatan
a. Ketersediaan obat dan perbekalan farmasi di Apotek ARA FARMA
relative lengkap dan sesuai kebutuhan masyarakat serta mampu
memberikan Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan) sehingga
dapat meningkatkan omset
b. Harga yang diberikan lebih ekonomis dan terjangkau
c. Letak atau lokasi Apotek yang mudah dijangkau, serta dekat dengan
pusat keramaian, seperti SPBU dan pelabuhan
d. Memiliki sumber daya manusia yang ahli pada bidangnya
2. Weakness/Kelemahan
a. Belum dikenal masyarakat banyak
b. Belum menggunakan sistem komputerisasi dalam kegiatan
manajemennya sehingga pengaturan obat masuk dan keluar tidak
efisien. Misalnya apabila ada obat kadaluwarsa atau obat yang
hilang, maka akan sulit untuk terdeteksi.
3. Opportunity/Peluang
a. Jumlah penduduk di sekitar apotek cukup padat karena berdekatan
dengan pemukiman warga
b. Apotek ditata dengan nyaman, bersih dan elegan sehingga dapat
menarik pelanggan
4. Threats/Ancaman
a. Jarak kompetitor yang lumayan dekat yaitu dalam radius ± 1 km,
sehingga meningkatkan persaingan
b. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat sekitar masih kurang terkait
obat. Berdasarkan survei, masyarakat sekitar masih lebih memilih
untuk menggunakan pengobatan tradisional ataupun membeli obat
secara bebas di toko-toko terdekat untuk pengobatannya.
f. Aspek Pemasaran dan Rencana Strategi Pengembangan
Strategi pemasaran dan pengembangan Apotek kami meliputi beberapa
aspek, yaitu product, price, place, promotion, people, process, dan physical
evidence.
1) Product
Strategi pemasaran dari aspek ini yaitu terkait kombinasi barang dan jasa
yang ditawarkan kepada konsumen/pasien. Strategi ketersediaan obat
dan pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh apotek akan menjadi
daya tarik tersendiri bagi konsumen. Dengan tersedianya obat yang
lengkap dengan mutu terjamin serta pelayanan kefarmasian yang ramah,
cepat dan tepat dapat memberikan keunggulan tersendiri bagi apotek.
2) Price
Price atau harga yang disediakan konsumen untuk mendapatkan produk,
juga menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam strategi
pemasaran. Metode penentuan harga obat yang digunakan adalah metode
standard mark-up pricing, yaitu menentukan harga dengan menambah
presentase tambahan di atas total biaya tertentu yang besarnya
ditentukan oleh apotek. Margin yang diambil oleh apotek yaitu 10%.
3) Place
Dari segi tempat, apotek ARA FARMA mempunyai keunggulan
tersendiri yaitu terletak di tempat yang strategis, dekat keramaian dan
kemudahan konsumen dalam mengakses apotek.
4) Promotion
Promotion berarti terkait kegiatan yang dilakukan dalam
mengkomunikasikan manfaat produk dan memengaruhi target konsumen
agar membeli produk. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan
memasang papan nama apotek semenarik mungkin dan mudah terlihat
konsumen, membuat brosur, spanduk, atau poster kesehatan yang dapat
dibagi-bagikan kepada masyarakat, melakukan promosi apotek melalui
media social (Instagram, Facebook), juga dapat berpartisipasi atau
menjadi sponsor dalam event kesehatan atau event yang dilakukan
masyarakat setempat.
5) People
People terkait dengan sumber daya manusia yang dapat meningkatkan
penjualan produk kepada konsumen. Dalam hal ini apotek kami akan
menggunakan sumber daya manusia yang unggul di bidangnya
khususnya di bidang kefarmasian.
6) Process
Process yang dimaksud meliputi pelayanan yang cepat, tepat, serta
penjelasan cara pemakaian obat yang benar dan mudah dimengerti,
adanya pelayanan konsultasi gratis, pelayanan kefarmasian langsung
oleh apoteker, pembayaran yang mudah yaitu berupa cash, kartu debit
ataupun kartu kredit.
7) Physical evidence
Physical evidence terkait dengan penampilan fisik apotek seperti
kebersihan, tempat parkir yang memadai, ruang tunggu yang luas dan
nyaman dengan adanya TV dan kipas angin, serta tata letak obat bebas
yang mudah dilihat oleh konsumen.
g. Aspek Modal dan Biaya
1) Modal Awal
Modal Tetap
Pembangunan apotek Rp 100.000.000,00
Sarana fisik:
1 buah kulkas Rp 900.000,00
2 buah lemari obat/etalase Rp 7.500.000,00
1 buah lemari narkotik/psikotropik Rp 300.000,00
1 buah kursi kasir Rp 50.000,00
2 buah kipas angina Rp 300.000,00
1 buah TV 14’ Rp 400.000,00
1 set kursi tunggu Rp 800.000,00
1 buah dispenser Rp 100 .000,00
1 buah kompor/pemanas Rp 100.000,00
1 buah rak piring dan perlengkapannya Rp 300.000,00
1 buah billboard nama apotek Rp 100.000,00
1 buah pemadam kebakaran Rp 300.000,00
Sumber air Rp 300.000,00
1 buah timbangan badan Rp 60.000,00
2 buah jam dinding Rp 100.000,00
3 buah tempat sampah Rp 50.000,00
Jumlah: Rp 11.660.000,00
Sarana Administrasi
1 set mesin kasir Rp 2.000.000,00
Kalkulator Rp 100.000,00
Nota, kwitansi, SP, dll Rp 250.000,00
Stampel, tinta dan bantalan Rp 60.000,00
Alat tulis Rp 40.000,00
Buku pesanan, faktur Rp 80.000,00
Kartu stok, catatan resep, copy resep Rp 100.000,00
Blanko laporan narkotika dan psikotropika Rp 20.000,00
Daftar harga obat Rp 20.000,00
Lem, gunting, isolasi Rp 15.000,00
Jumlah: Rp 2.685.000,00
Sarana Pelayanan
1 buah meja racik Rp 500.000,00
2 buah kursi racik Rp 100.000,00
2 buah kursi layanan Rp 300.000,00
Tempat pencucian alat-alat Rp 200.000,00
2 pasang mortir dan stamper Rp 300.000,00
Pot salep, botol, dan kapsul Rp 100.000,00
Kertas perkamen Rp 20.000,00
Pengaduk, alat gelas, dan pipet Rp 100.000,00
Corong Rp 50.000,00
Labu Erlenmeyer Rp 100.000,00
Kertas puyer Rp 50.000,00
1 set timbangan Rp 2.500.000,00
Plastik obat Rp 100.000,00
Lap Rp 10.000,00
Etiket biru dan putih Rp 30.000,00
Buku-buku standard apotek Rp 750.000,00
Jumlah: Rp 5.210.000,00
Biaya perizinan Rp4.000.000,00
Modal Operasional (obat) Rp 30.000.000,00
Cadangan Modal Rp 6.445.000,00
Total Modal: Rp 160.000.000,00
PBP
ROI
BEP =
% BEP
R/ Bisoprolol 5 mg 30 tablet
Tandai 1 kali sehari 1 tablet pada pagi hari
atau tiap 24 jam
R/Valsartan 160 mg 30 tablet
Tandai 1 kali sehari 1 tablet pada malam hari
Persyaratan Tidak
No. Ada Keterangan
Administratif Ada
1. Nama Pasien - M. A
2. Jenis Kelamin - -
3. Usia/tanggal lahir - 3 tahun
4. Berat badan - -
6. Nama Dokter - Dr.N
7. Paraf Dokter - -
8. Tanggal Resep - 10 Maret 20xx
Alamat
9. - -
Praktek
b. Kajian farmaseutik
Tabel 8. Kajian Farmasetik resep racikan(pio.binfar.depkes.go.id)
Persyaratan Tidak
No. Sesuai Keterangan
Farmasetik Sesuai
a. Paracetamol
b. GG
1. Nama Obat -
c. Clorpheniramin Maleat
d. Dexamethasone
Bentuk
2. - Tablet
sediaan
a. 150 mg
Kekuatan b. -
3. -
sediaan c. -
d. -
4. Jumlah obat - 10 bungkus
Rute
5. - Pemakaian oral
pemberian
Obat disimpan ditempat yang
Stabilitas
6. - kering dan sejuk, dan terhindar
obat
dari cahaya matahari
7. Ketersediaan - Obat ada
Diminum 3 kali sehari 1
Cara
8. - bungkus tiap 8 jam sesudah
penggunaan
makan
c. Kajian Klinis
Tabel 9. Kajian Klinis resep racikan
No Persyaratan Tidak
Sesuai Keterangan
. Klinis Sesuai
1. - a. Paracetamol :
analgesic/antipiretik
b. GG : ekspektoran
Tepat indikasi
c. CTM : antihistamin
d. Deksametasone :
kortikosteroid
2. a. Paracetamol : untuk anak
hingga 1-5 tahun: 120-250 mg
b. GG : untuk anak 2-5 tahun
Tepat dosis 50-100 mg
- c. CTM : 2-5 tahun 1 mg
d. Deksametasone : 0,5-10
mg/hari
3. a. Paracetamol : untuk anak
hingga 10 tahun: 125-250 mg
tiap 4-6 jam.
- b. GG : untuk anak 2-5 tahun
Tepat
setiap 4 jam seklai sesuai
frekuensi
kebutuhan
c. CTM : 2-5 tahun 1 mg tiap
4-6 jam
d. Deksametasone :
4. Tepat waktu - Sesudah makan selama 3 hari
penggunaan
obat dan lama
penggunaan
obat
5. Tidak ada
duplikasi - -
penggunaan
obat /
polifarmasi
6. Alergi dan - -
efek samping
7. Tidak - -
kontraindikasi
8. Tidak - -
interaksi
Adapun untuk perhitungan racikan, yaitu :
2. GG = 1/3 tablet
4. Deksamethasone = ¼ tablet
Kesimpulan :
a. Kajian administrasi
Berdasarkan kajian administrasi yang dilakukan, resep tersebut
telah memenuhi beberapa persyaratan akan tetapi jenis kelamin
pasien tidak dicantumkan. Selain itu tidak terdapat SIP dokter,
alamat, dan paraf dokter solusi yang dapat dilakukan yaitu
menghubungi dokter.
b. Kajian farmasetik
Berdasarkan kajian farmaseutik yang dilakukan bahwa semua
persyaratan telah terpenuhi dan sudah sesuai.
c. Kajian klinis
Berdasarkan kajian klinis yang dilakukan sudah sesuai
Resep 2 : Resep obat psikotropika
a. Kajian Administrasi
Tabel 10. Kajian administratif resep psikotropika
Persyaratan Tidak
No. Ada Keterangan
Administratif Ada
1. Nama Pasien - A.F
2. Jenis Kelamin - -
3. Usia/tanggal lahir - 53 Tahun
4. Berat badan - -
6. Nama Dokter - Tidak jelas
7. Paraf Dokter Ada
8. Tanggal Resep - 30 Januari 2020
c. Kajian Klinis
Tabel 12. Kajian klinis resep psikotropika
Tidak
No. Persyaratan Klinis Sesuai Keterangan
Sesuai
1. Tepat indikasi - -
2. - a. Fluoxetin 20 mg
Tepat dosis b. Alprazolam 0,5 mg
(pio.binfar.depkes.go.id)
3. - a. Fluoxetin 20 mg 1 kali
sehari
Tepat frekuensi b. Alprazolam 0,5 mg 3
kali sehari
(pio.binfar.depkes.go.id)
4. Tepat waktu - Dua kali sehari sesudah
penggunaan obat makan
5. Tidak ada duplikasi - -
penggunaan obat /
polifarmasi
6. Alergi dan efek - -
samping
7. Tidak kontraindikasi - -
8. Tidak interaksi - -
Kesimpulan :
a. Kajian administrasi
Berdasarkan kajian administrasi yang dilakukan, resep tersebut
telah memenuhi beberapa persyaratan akan tetapi jenis kelamin dan
berat badan pasien tidak dicantumkan, solusi yang dilakukan yaitu
untuk jenis kelamin dapat mengkonfirmasi langsung kepada pasien
atau keluarga pasien sedangkan untuk berat badan pasien dapat
dilakukan penimbangan berat badan di apotek. Kelengkapan data
dokter juga kurang jelas sehingga perlu diperjelas karena merupakan
resep yang mengandung psikotropik.
b. Kajian farmaseutik
Berdasarkan kajian farmaseutik yang dilakukan sudah sesuai.
c. Kajian klinis
Berdasarkan kajian klinis yang dilakukan sudah sesuai.
Resep 3 : Resep obat narkotika
Tidak
No. Persyaratan Klinis Sesuai Keterangan
Sesuai
1. Tepat indikasi - -
2. - Tablet 10 mg, 15 mg
Tepat dosis dan 20 mg
(pio.binfar.depkes.go.id)
3. - Dosis antitusif : 10 – 20
mg tiap 4- 6 jam
Tepat frekuensi
maksimal 120 mg/hari.
(pio.binfar.depkes.go.id)
4. Tepat waktu - Sesudah makan
penggunaan obat
5. Tidak ada duplikasi - -
penggunaan obat /
polifarmasi
6. Alergi dan efek -
samping
7. Tidak kontraindikasi - -
8. Tidak interaksi - -
Kesimpulan :
a. Kajian administrasi
Berdasarkan telaah administrasi yang dilakukan, resep tersebut
telah memenuhi beberapa persyaratan namun berat badan dan dan
jenis kelamin tidak dicantumkan, adapun solusi yang dapat diberikan
yaitu mengkonfirmasi lansgung kepada pasien atau keluarga pasien
dan karena resep tersebut adalah resep narkotika kelengkapan terkait
tanda tangan dokter dan alamat lengkap pasien telah dicantumkan.
b. Kajian farmasetik
Berdasarkan telaah farmaseutik yang dilakukan bahwa semua
persyaratan telah terpenuhi dan sudah sesuai.
c. Kajian klinis
Berdasarkan telaah klinis yang dilakukan, persyaratan terkait
klinis tersebut sudah memenuhi dan tidak ada masalah terkait
obatnya.
Resep 4 : Resep penggunaan khusus
Kesimpulan :
a. Kajian administrasi
Berdasarkan telaah administrasi yang dilakukan, resep tersebut
tidak dicantumkan berat badan tetapi hal ini dapat langsung
ditanyakan kepada pasien dan untuk berat badan dapat dilakukan
penimbangan di apotek jika diperlukan hal ini brtujuan untuk
mencegah medication error.
b. Kajian farmasetik
Berdasarkan telaah farmaseutik yang dilakukan bahwa semua
persyaratan telah sesuai
c. Kajian klinis
Berdasarkan kajian klinis yang dilakukan bahwa semua
persyaratan telah sesuai, karena didalam resep tersebut tidak terjadi
interaksi antar obat, selain itu perlunya pemberian informasi
mengenai pola makan dan perlunya dilakukan pengontrolan kadar
gula darah dan tekanan darah pasien.
2. Dispensing
Kegiatan dispensing merupakan kegiatan penyiapan obat
berdasarkan permintaan pasien tanpa resep dan juga penyiapan obat sesuai
permintaan resep kemudian obat-obat tersebut dicek stoknya dan dihitung
harga obat. Setelah itu, harga obat diberitahukan ke pasien dan jika
disetujui dengan harga tersebut barulah dilakukan dispensing. Setelah hal
tersebut disetujui dilakukan penyiapan obat sesuai dengan permintaan
resep dengan menghitung kebutuhan jumlah obat dan mengambilnya pada
tempat penyimpanan. Kemudian obat diracik, diberikan etiket (etiket putih
untuk obat dalam atau oral dan etiket biru untuk obat luar dan suntik),
selanjutnya obat dimasukkan ke dalam sak plastik obat. Setiap obat
dimasukkan ke dalam sak plastik yang berbeda untuk menghindari
kesalahan penggunaan. Obat yang sebelumnya diserahkan kepada pasien
harus dilakukan penyesuaian kembali antara penulisan etiket, obat dan
resep oleh apoteker atau asisten apoteker. Setelah itu, pastikan bahwa yang
menerima obat adalah pasien atau keluarga pasien. Penyerahan obat
kemudian dilakukan disertai dengan pemberian informasi obat.
3. Swamedikasi
Swamedikasi adalah kegiatan mengobati keluhan atau penyakit
dengan obat-obat yang dapat dibeli di Apotek tanpa menggunakan resep
dokter. Kegiatan swamedikasi dapat dilakukan untuk Obat Bebas, Obat
Bebas Terbatas, Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) dan produk Herbal.
Dalam berswamedikasi tetap harus mengikuti prinsip penggunaan obat
secara umum, yaitu penggunaan yang aman dan rasional. Berikut
merupakan video simulasi swamedikasi pada penderita flu :
https://drive.google.com/file/d/19NwIKv3oef8m4slLl7UAwyLY
S_zw7YiB/view?usp=sharing
Pada video di atas, telah dilakukan pelayanan obat tanpa resep
dengan pemberian informasi pada keluarga pasien yang mengalami flu.
Pasien merupakan anak usia 5 tahun, dan mengalami flu disertai batuk.
Apoteker kemudian memberikan obat Pimtrakol Syrup, karena pasien
belum bisa mengonsumsi tablet. Apoteker memberikan informasi terkait
obat seperti nama obat, kandungan di dalamnya, indikasi, aturan pakai,
serta efek samping.
4. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat yang dilakukan adalah pemberian
informasi obat ke pasien dengan informasi yang berupa nama dan indikasi
obat, bentuk sediaan, aturan pakai, cara dan lama penggunaan obat, efek
samping yang mungkin terjadi, interaksi obat, hal-hal yang harus dihindari
dan lain-lainnya. Kegiatan pelayanan informasi obat yang dilakukan sudah
sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016.
5. Konseling
Kegiatan Konseling merupakan suatu proses interaksi antara
Apoteker dengan pasien atau keluarga pasien untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah
yang dihadapi pasien terkait dengan pengobatannya.
Kriteria pasien yang dapat diberikan konseling yaitu pasien dengan
kondisi khusus (pediatric, geriatric, gangguan fungsi hati atau ginjal, ibu
hamil dan menyusui), pasien dengan terapi jangka panjang atau dengan
penyakit kronis, pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus,
pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit, pasien
dengan polifarmasi, serta pasien dengan tingkat kepatuhan yang rendah.
Dalam melakukan konseling diperlukan beberapa persyaratan diantaranya
ruang konseling dimana dengan ruangan tersebut diharapkan bahwa
privasi tentang penyakit pasien dapat terjaga.
https://drive.google.com/file/d/1I1oBTaynFT8r2UK6oPctpAQhx7J2
_5bA/view?usp=sharing
Kegiatan konseling yang dapat dilakukan yaitu konseling kepada
pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus, yaitu obat tetes
telinga, tetes mata, dan ovula. Pada video di atas, terdapat dua pasien.
Pasien pertama adalah pasien yang menggunakan obat tetes mata, dan
pasien kedua adalah pasien yang menggunakan obat ovula dan tetes
telinga. Apoteker menanyakan tentang riwayat alergi pasien. Pada pasien
kedua yang menggunakna ovula, Apoteker menanyakan apakah pasien
tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kesalahan dalam pengobatan karena ovula tersebut yang akan
digunakan berbahaya bagi pasien yang hamil khususnya pada trimester
pertama karna dapat membahayakan janin hingga menyebabkan
keguguran. Apoteker juga menanyakan kepada kedua pasien tersebut
untuk dapat diberikan konseling terlebih dahulu. Setelah mendapat
persetujuan dari pasien, kemudian apoteker baru memberikan konseling
terkait cara penggunaan obat-obat tersebut.
Cara penggunaan obat tetes mata sebagai berikut pertama-tama cuci
tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Periksa botol tetes, pastikan
ujung penetes tidak rusak atau retak. Ambil posisi yang nyaman, dapat
berbaring atau mendongak. Jari telunjuk menarik kelopak mata bagian
bawah sehhingga terbentuk kantung. Satu tangan memegang botol penetes
mendekat ke arah kantung mata, kemudian teteskan obat sesuai dosis.
Setelah itu, tutup mata kurang lebih selama 1-2 menit. Bersihkan sisa-sisa
cairan yang ada pada sekitar wajah dengan menggunakan tissue. Tutup
kembali botol tetes mata, dan cuci tangan.
Cara penggunaan obat tetes telinga sebagia berikut, cuci tangan
terlebih dahulu menggunakan sabun dan air. Periksa botol tetes, pastikan
ujung penetesnya tidak rusak ataupun retak. Kocok terlebih dahulu
obatnya. Miringkan kepala sesuaikan dengan telingan mana yang akan
ditetesi obat. Dekatkan ujung penetes ke telinga tanpa menyentuh ujung
penetesnya. Tarik telinga kea rah atas dan belakang. Teteskan cairan obat
sesuai dosis. Kepala tetap dimiringkan selama 1-2 menit agar cairan obat
dapat masuk sempurna ke dalam telinga. Setelah itu, tutup kembali botol
tetes, dan cuci tangan.
Cara penggunaan ovula sebagai berikut cuci tangan terlebih dahulu
menggunakan sabun dan air. Apabila ovula melembek atau melunak,
masukkan ke dalam air dingin selama 30 menit. Setelah itu, bungkusannya
dibuka. Apabila menggunakan aplikator, pasang ovula ke dalam lubang
aplikator. Pasien dapat duduk dengan satu tangan menopang badan, dan
satu tangan memegang aplikator yang sudah dipasang ovula. Kaki dibuka
agar memudahkan masuknya aplikator ke dalam miss V. Masukkan
aplikator ke dalam miss V, setelah itu tekan tombol yang ada pada
aplikator untuk melepaskan ovula. Apabila tidak menggunakan aplikator,
pasien dapat menggunakan jari untuk memasukkan ovula dengan bagian
runcing. Masukkan hingga sedalam jari telunjuk. Setelah itu, rapatkan kaki
beberapa detik. Kemudian, pasien duduk selama 5 menit agar ovula tidak
keluar. Bersihkan aplikator dan cuci tangan hingga bersih.
6. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Pelayanan kefarmasian di rumah merupakan pelayanan kepada
pasien yang dilakukan di rumah khususunya kepada kelompok pasien
lanjut usia, pasien yang menggunakan obat dalam jangka waktu lama, atau
untuk pasien yang memeiliki penyakit-penyakit kronis seperti Diabetes,
Hipertensi, dan TB. Pelayanan kefarmasian di rumah diharapkan dapat
memberikan pemahaman tentang pengobatan dan memastikan bahwa
pasien dapat menggunakan obatnya dengan benar. Berikut merupakan link
video simulasi home pharmacy care :
https://drive.google.com/file/d/1oRK5ShiEAH5CswJbdxJPUVm1he
EB9PX2/view?usp=sharing
Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah berdasarkan video di atas
dilakukan pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020. Kami mengunjungi
rumah pasien atas nama Ny. N yang berusia 58 tahun. Pasien sebelumnya
pernah menebus obat dan konseling di Apotek ARA FARMA. Apoteker
meminta persetujuan pasien untuk dilakukan Home Pharmacy Care karena
pasien merupakan penderita Diabetes yang menggunakan cukup banyak
obat. Obat-obat yang digunakan pasien yaitu Clopidogrel 70 mg (1x1),
Miniaspi 80 mg (1x1), Candesartan 16 mg (1x1), Simvastatin 10 mg (1x1),
Diaversa 2 mg (1x1), Nitrokaf Retard (1x1), dan Glucodex (2x1).
Pada saat kunjungan, Apoteker menanyakan keadaan pasien, dan
kepatuhan pasien dalam minum obat. Anak pasien tersebut mengakui
bahwa pasien tidak mengkonsumsi obat secara rutin karena sering lupa
dan pasien tidak mengetahui pentingnya pengobatan yang diterimanya,
selain itu pasien tersebut juga mengeluh karna tidak suka dengan aturan-
aturan makan yang dianjurkan dokter, serta pasien juga tidak melakukan
aktivitas fisik. Kemudian apoteker menyarankan untuk menggunakan
alarm pada hp dan menyarankan anak pasien tersebut untuk selalu
mengingatkan pasien agar rajin minum obat. Apoteker juga memberi
informasi terkait bahayanya apabila pasien tidak patuh minu obat.
Apoteker memberi informasi terkait makanan-makanan yang sebaiknya
dihindari, serta pentingnya aktivitas fisik ringan minimal jalan-jalan tiap
pagi di depan rumah. Hal tersebut juga bertujuan sebagai terapi untuk
melancarkan peredaran darah pasien.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan monitoring efek samping obat dilakukan pada tanggal 14
Agustus 2020. Pasien bernama Tn. Dahlan usia 55 tahun. Pasien memiliki
nilai lab sebagai berikut :
Data Lab Nilai
Tekanan Darah 110/70 mmHg
Gula Darah Puasa 149 mg/dl
Gula Darah 2 Jam 248 mg/dl
Kolesterol Total 290 mg/dl
LDL 194 mg/dl
HDL 48 mg/dl
Tabel 19. Data MESO
Diketahui bahwa pasien menerima obat Simvastatin 20 mg 1 kali
sehari 1 tablet, Glimepiride 2 mg 1 kali sehari 1 tablet, dan Metformin 500
mg 2 kali sehari 1 tablet. Setelah mendapat obat tersebut, pasien
mengeluhkan lemas dan susah BAB. Diketahui pasien mengalami hal
tersebuk dikarenakan efek samping dari Simvastatin yang dapat
menyebabkan Konstipasi atau susah BAB.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik setelah melakukan Praktek Kerja Profesi
Apoteker yang dilakukan secara daring ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam pembuatan studi kelayakan apotek dengan memperhatikan
beberapa aspek seperti aspek lokasi, pemasaran, manajerial dan lainnya.
Dilakukan juga analisis keuangan dengan menggunakan beberapa analisis
yaitu Break Event Point, Pay Back Period, Return of Investment untuk
mengetahui suatu usaha layak atau tidak layak dilakukan.
2. Setiap karyawan memiliki beban kerja yang sama, tugas pokok dan fungsi
untuk Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan Tenaga
Teknis Kefarmasian.
3. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai
yang telah dilakukan diantaranya adalah perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pengendalian, pemusnahan, pencatatan dan
pelaporan.
4. Pelayanan klinik yang dilakukan adalah swamedikasi, pengkajian resep,
dispensing, pelayanan informasi obat, konseling, monitoring efek samping
obat, pemantauan terapi obat, dan home pharmacy care.
5. Semua kegiatan dilakukan secara daring karena kondisi yang tidak
memungkinkan untuk melakukan praktek kerja secara langsung sehingga
ada beberapa keterbatasan yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan
praktek kerja ini.
B. Saran
Saran saya setelah melewati Praktek Kerja Perapotekan secara Daring
selama ini yaitu ebaiknya system untuk pengumpulan tugas-tugas selama
praktek kerja lebih diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes Nomor 919. (1993). Kriteria Obat yang Dapat Diberikan Tanpa
Resep. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Lokasi
Apotek