Anda di halaman 1dari 7

Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 6 (2): 129-135, 2020 p-ISSN : 2461-0437, e-ISSN : 2540-9131

HUBUNGAN ANTARA JARAK SUNGAI SEBAGAI SUMBERPENCEMAR


DENGAN KANDUNGAN COLIFORM PADA SUMUR GALI
THE RELATIONSHIP BETWEEN RIVER DISTANCE AS A SOURCE OF
POLLUTANTS WITH COLIFORM CONTENT OF THE DUG WELLS

Erlan Siswandi, Taufik Abdullah, Muhamad Majdi, Maskur


Teknik Lingkungan, STTL Mataram, Jl. Bung Karno No. 60 Mataram, 83121, Indonesia
E-mail: erllando.michelle@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan industri, kandang ternak, perilaku masyarakat dan aktivitas rumah tangga
menghasilkan limbah yang terbuang ke sungai. Limbah tersebut meresap ke tanah dan
menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Gubuk
Timuk Desa Pohgading Kecamatan Pringgabaya. Tujuan penelitian ini yaitu: 1) untuk
mengetahui rata-rata kandungan bakteri Coliform pada air sumur gali dengan variasi jarak 1-5
meter, 6-10 meter dan 11-15 meter dari sungai sebagai sumber pencemar, 2) untuk mengetahui
hubungan antara jarak sungai dengan tingkat pencemaran pada sumur gali. Jumlah sampel 18
sumur dipilih secara acak. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan dianalisis dengan
teknik analisis kuantitatif. Dari hasil pemeriksaan sampel menunjukkan bahwa rata–rata
kandungan bakteri Coliform pada air sumur gali Dusun Gubuk Timuk Desa Pohgading dengan
jarak 1-5 meter dari sungai adalah 190/100ml, jarak 6-10 meter dari sungai adalah
90,875/100ml dan jarak 11-15 meter dari sungai adalah 51/100ml. Hasil pemeriksaan sampel
tersebut sebagian besar tidak memenuhi kualitas sebagai air bersih, sesuai Permenkes
416/Menkes/Per/IX/1990 dengan kadar maksimal yang diperbolehkan adalah 50/100ml sebagai
air non perpipaan. Kemudian hasil uji Anova dengan α = 0,02 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara jarak sungai sebagai sumber pencemar dengan kandungan Coliform pada
sumur gali di Dusun Gubuk Timuk Desa Pohgading Kecamatan Pringgabaya.

Kata kunci: Bakteri Coliform, jarak sungai, sumur gali.

ABSTRACT

Industrial activities, animal pens, community behavior and household activities produced waste
into rivers. The waste seeps into the ground and couses groundwater pollution. This research
was carried out in Gubuk Timuk Hamlet, Pohgading Village, Pringgabaya District. The study
aims were: (1) to find out the average content of Coliform bacteria in dug well water with
variations in distance of 1-5 meters, 6-10 meters and 11-15 meters from the river as a source of
pollution, 2) to determine the relationship between river distance with level of pollution in dug
wells. There were 18 well samples randomly selected. Data were collected by observation and
analyzed using quantitative analysis techniques. The research results of the sample examination
showed that the average content of Coliform bacteria in the dug well water of the Gubuk Timuk,

129
Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 6 (2): 129-135, 2020 p-ISSN : 2461-0437, e-ISSN : 2540-9131

Pohfading Village with a distance of 1-5 meters from the river was 190/100ml, a distance of 6-10
meters from the river was 90.875/100ml and a distance of 11-15 meters of the river was
51/100ml. Most of the samples examination did not meet the quality as clean water, according to
Permenkes 416/Menkes/Per/IX/1990 with the maximum level allowed is 50/100ml as non-piped
water. The Anova test results with α = 0.02 indicate that there is a relationship between the
distance of river as a source of pollutants and the Coliform content in dug wells in Gubuk Timuk
Hamlet, Pohgading Village, Pringgabaya District.

Keywords: Coliform bacteria, dug wells, river distance.

1. PENDAHULUAN

Masalah yang dihadapi pemerintah beberapa tahun ini yaitu terkait dengan ketersediaan air
bersih. Secara nasional, penggunaan air bersih di Indonesia mencapai 76,43%, dengan tingkat
perlindungan sarana air bersih sebesar 57,23%. Angka tersebut hanya 51,4% yang memenuhi
syarat bakteriologis (Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman, 2000). Hal tersebut menyebabkan terjadinya penyakit diare yang ditularkan melalui
air menjadi masalah yang terus-menerus di masyarakat.

Salah satu upaya pemerintah dalam memenuhi ketersediaan air bersih yaitu dengan mendorong
masyarakat untuk menggunakan sumur gali. Sumur gali merupakan salah satu sumber air bersih
yang digunakan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Di Indonesia, terdapat sekitar
45% masyarakat menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya, dan dari 45%
pengguna sumur tersebut, diperkirakan sekitar 70% menggunakan sumur gali (Chandra, 2006).

Sumur gali yang ada di masyarakat tidak terlepas dari terjadinya pencemaran, baik yang
disebabkan oleh mikrobiologi maupun limbah makluk hidup seperti hewan, manusia, dan
tumbuhan. Selain itu, limbah industri juga memiliki peran dalam terjadinya pencemaran. Limbah
industri apabila tidak dikelola dan terbuang sembarangan maka limbah ini bisa menyerap atau
merembes ke tanah dan dapat mencemari air tanah, sehingga terjadi pencemaran pada sumur gali
yang ada di masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Keberadaan sumber pencemar pada sumur gali disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu
terdapatnya sampah di sekitar sumur gali, terdapat sungai di sekitarnya, keberadaan tinja,
keberadaan jamban yang dekat dengan sumur gali, adanya limbah rumah tangga dan juga limbah
industri.

130
Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 6 (2): 129-135, 2020 p-ISSN : 2461-0437, e-ISSN : 2540-9131

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan pada bulan Februari tahun 2019 di Dusun
Gubuk Timuk Desa Pohgading Kecamatan Pringgabaya ditemukan adanya industri tahu,
kandang ternak yang hasil limbahnya masih dibuang ke sungai, sedangkan di daerah sekitar
aliran sungai tersebut banyak sumur gali yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
air bersihnya seperti untuk minum, mandi, mencuci dan keperluan lainnya, jika sungai yang
sudah tercemar limbah tidak ditangani dengan baik maka akan mencemari sumur gali yang ada
disekitarnya.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu 1) untuk mengetahui rata-rata kandungan bakteri Coliform
pada air sumur gali dengan variasi jarak 1-5 meter, 6-10 meter dan 11-15 meter dari sungai
sebagai sumber pencemar, 2) untuk mengetahui hubungan jarak sungai dengan tingkat
pencemaran pada sumur gali.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Dusun Gubuk Timuk Desa Pohgading Kecamatan Pringgabaya
Kabupaten Lombok Timur. Lokasi pemeriksaan atau uji kandungan bakteri dilakukan di
Laboratorium Pengawasan Kualitas Air (PKA) Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.
Obyek penelitian adalah sungai sebagai sumber pencemar dan sumur gali di Dusun Gubuk Timuk
Desa Pohgading dengan tingkat risiko pencemaran rendah dan jarak dari sungai adalah 1-5 meter,
6-10 meter dan 11-15 meter. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur gali di Dusun
Gubuk Timuk Desa Pohgading dengan tingkat risiko pencemaran rendah. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan yaitu teknik random sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan
secara acak pada sumur gali yang berjarak 1-5 meter, 6-10 meter dan 11-15 meter dari sungai
sebagai sumber pencemar. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi ke sumur
yang telah dijadikan sampel.

Adapun penentuan jumlah sampel didasarkan pada data hasil Insfeksi Sanitasi Puskesmas
Batuyang (laporan bulanan 1 Januari 2019) dengan rincian tingkat pencemaran sebagai berikut:
Rendah: 106 unit, Sedang : 150 unit, Tinggi: 166 unit, Amat Tinggi: 40 unit. 1) Persentase
jumlah sumur gali dengan kriteria tingkat risiko pencemaran rendah berdasarkan jarak: 1-5 meter:
19 = 17%, 6-10 meter: 25 = 23%, 11-15 meter: 19 = 17%, > 15 meter: 43 = 43%. 2) Nilai N
(Populasi) berdasarkan jarak antara 5 meter sampai dengan 15 meter = 63 unit sumur dengan
persentase: 1-5 meter: 19/63 = 30%, 6-10 meter: 25/63 = 40%, 11-15 meter: 19/63 = 30%. 3)
Menentukan jumlah sampel dengan tingkat ketelitian 0,2: n = N/(1+N(e) 2) = 63/(1+63(0,22) =
63/3,52 = 17,89 = 18 sampel. 4) Menetukan jumlah sampel berdasarkan jarak: 1-5 meter = 30%
x 18 = 30/100 x 18 = 5,4 (dibulatkan menjadi 5 sampel), 6-10 meter = 40% x 18 = 40/100
x 18 = 7,2 (dibulatkan menjadi 8 sampel), 11-15 meter = 30% x 18 = 30/100 x 18 = 5,4
(dibulatkan menjadi 5 sampel) (Uma Sekaran, 2006).

Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif
yang menggunakan model-model, disajikan dalam angka-angka yang kemudian diinterpretasikan
dan diuraian. Langkah-langkahnya yaitu: 1) Editing yaitu pengoreksian data, karena data yang
terkumpul meragukan atau tidak logis. 2) Coding yaitu pembuatan kode pada tiap-tiap data yang
termasuk dalam katagori sama. 3) Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang

131
Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 6 (2): 129-135, 2020 p-ISSN : 2461-0437, e-ISSN : 2540-9131

telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan, data-data yang didapatkan dimasukkan
ke tabel. 4) Statistik, untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini, maka dilakukan analisis
dengan statistik. Analisis statistik yang dipergunakan adalah “ ANOVA” dengan bantuan
perangkat lunak SPSS for Windows versi 16.0. Adapun formula yang digunakan adalah
berdasarkan hasil perhitungan statistik yaitu: 1) Jika nilai f > f tabel dan probabilitas (p value) ≤
0,02 berarti hipotesis diterima. 2) Jika nilai f < f tabel dan probabilitas (p value) > 0,02 berarti
hipotesis ditolak (Sugiyono, 2007).

Tahapan pemeriksaan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Tahap sampling awal, sampling
dilakukan dengan menentukan sungai sebagai sumber pencemar dan sumur gali yang sesuai
dengan kriteria yang sudah ditentukan yaitu: a) Inspeksi sanitasi sumur gali menyimpang rendah,
b) Kondisi fisik sumur gali memenuhi syarat kesehatan dimana dindingnya berjarak 3 meter dari
muka tanah, diberi tembok pengaman setinggi 1 meter pada bibir sumur, sumur diberi lantai rapat
air selebar 1 meter dan terdapat saluran pembuangan. 2) Tahap pengukuran, setelah mendapatkan
sampel sumur gali yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan maka dilanjutkan dengan
pengukuran jarak antara sumur gali tersebut dengan sungai yaitu 1-5 meter, 6-10 meter dan 11-15
meter. 3) Tahap pengambilan sampel, pengambilan sampel dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut: a) Menyiapkan semua bahan dan alat pengambilan sampel, b) Mencatat: waktu
pengambilan (hari, tanggal dan jam), lokasi pengambilan, jenis sarana, pemilik atau penanggung
jawab sarana, nomor sampel, nama petugas pengambilan sampel. c) Sampel dibawa ke
Laboratorium. 4) Tahap pemeriksaan bakteri, pemeriksaan harus sudah dikerjakan dalam waktu
24 jam sejak saat pengambilan sampel. Hasil pemeriksaan bakterinya kemudian dibandingkan
dengan baku mutu yang ditetapkan oleh Permenkes 416/Menkes/Per/IX/1990.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pemeriksaan Bakteri Coliform pada Sumur Gali dengan Variasi Jarak dari
Sungai
Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 20 sampel yang terdiri dari 2 sampel air sungai
sebagai pembanding dan 18 sampel air sumur gali dengan variasi jarak antara sumur gali dengan
sungai yaitu 1-5 meter, 6-10 meter dan 11-15 meter, kemudian sampel dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa jumlah bakteri Coliform. Adapun hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 3.1. Hasil Pemeriksaan Bakteri Coliform pada Sumur Gali dengan Berbagai Variasi Jarak
dari Sungai.
Jarak dengan Jumlah Rata-rata Baku Mutu Keterangan
No Range
Sungai Sampel Coliform (Permenkes) (*)
1 1-5m 5 190 ± 7,91 180-200 50 TMS
2 6-10m 8 90,87 ± 33,38 58-155 50 TMS
TMS : 2
3 11-15m 5 51 ± 1,41 50-53 50
MS : 3
4 Sungai 2 325 ± 35,36 300-350 50 TMS
* Keterangan: TMS = tidak memenuhi syarat, MS = memenuhi syarat.

132
Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 6 (2): 129-135, 2020 p-ISSN : 2461-0437, e-ISSN : 2540-9131

Dari hasil tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah bakteri Coliform pada sumur gali di Desa
Pohgading Dusun Gubuk Timuk dengan variasi jarak 1-5 meter dari sungai ternyata tidak
memenuhi syarat sebagai air bersih. Dari 5 sampel tidak ada satupun yang memenuhi syarat
sebagai air bersih dengan rata-rata jumlah Coliform adalah 190/100ml. Jumlah Coliform pada
sumur gali dengan variasi jarak 6-10 meter dari sungai juga tidak memenuhi syarat sebagai air
bersih. Dari 8 sampel tidak ada satupun yang memenuhi syarat sebagai air bersih dengan jumlah
rata-rata Coliform adalah 90,875/100ml. Jumlah Coliform pada sumur gali dengan jarak 11-15
meter dari sungai tidak semuanya memenuhi syarat sebagai air bersih. Dari 5 buah sampel yang
diambil ada 3 buah sampel yang memenuhi syarat sebagai air bersih dan 2 buah sampel tidak
memenuhi syarat sebagai air bersih, dengan jumlah rata-rata Coliform adalah 51/100ml. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan (1990), jarak minimal sumber pencemar dengan sumur gali adalah
10 meter. Sehingga, jika sumber pencemar yang berada lebih dari 10 meter tidak mempengaruhi
terhadap air sumur gali.

Dari pemeriksaan 18 sampel sumur gali di atas, didapatkan bahwa 15 (83,3%) sumur gali tidak
memenuhi syarat sebagai air bersih dan 3 (16,7%) memenuhi syarat sebagai air bersih sesuai
dengan Permenkes 416/Menkes/Per/IX/1990 dengan kadar maksimum yang diperbolehkan
adalah 50/100ml sebagai air non perpipaan. Jadi, hampir sebagian besar sumur gali yang
dijadikan sampel tidak memenuhi syarat sebagai air bersih.

Penelitian yang dilakukan Marsono (2009) di Desa Karanganom menyatakan bahwa 40 sumur
yang dijadikan sampel, 34 sumur memiliki jarak dengan sumber pencemar kurang dari 10 meter,
27 (79,4%) sumur memiliki kandungan Coliform yang tidak memenuhi syarat, 7 (20,6%) sumur
memiliki kandungan Coliform yang memenuhi syarat dan 6 sumur yang memiliki jarak dengan
sumber pencemar lebih dari 10 m.

Sungai merupakan saluran air (irigasi) yang bermanfaat bagi masyarakat. Akan tetapi, sungai
juga bisa menjadi sumber pencemaran air sumur gali apabila masyarakat tidak sadar terhadap
lingkungan. Hasil observasi yang dilakukan di sekitar lokasi penelitian didapatkan bahwa jenis
sumber pencemar yang ada yaitu limbah rumah tangga, limbah industri, ternak, dan jamban.
Beberapa jenis pencemar ini terbuang sampai ke sungai, hal ini mengakibatkan terjadinya
pencemaran air sungai. Air sungai yang tercemar merembes/meresap masuk ke dalam tanah
sehingga sampai ke dalam sumur-sumur warga dan terjadilah pencemaran air tanah. Jarak sumur
yang terlalu dekat dengan sungai memiliki kemungkinan pencemaran lebih besar dari pada sumur
yang keberadaannya lebih jauh dari sungai. Hal ini terjadi apabila sungai menjadi tempat
penampungan/tempat pembuangan sumber-sumber pencemar oleh masyarakat.

3.2 Analisis Hubungan Antara Jarak Sungai Dengan kandungan Coliform pada Sumur
Gali.
Untuk mengetahui hubungan jarak sungai dengan kandungan Coliform pada sumur gali di Dusun
Gubuk Timuk Desa Pohgading maka dilakukan analisis berdasarkan perbandingan F hitung
dengan F table sebagai berikut. a) Jika statistik hitung (angka F output > statistik tabel (tabel F)),
maka hipotesis diterima. b) Jika statistik hitung angka F output < statistik tabel (tabel F), maka
hipotesis ditolak. Adapun hasil uji statistik hubungan antara jarak sungai dengan kandungan
Coliform pada sumur gali menggunakan Anova dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

133
Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 6 (2): 129-135, 2020 p-ISSN : 2461-0437, e-ISSN : 2540-9131

Tabel 3.2 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Jarak Sungai dengan Kandungan Coliform pada Sumur
Gali Menggunakan Anova
95% Confidence
Jumlah Std. Interval for Mean
No Mean Std. Error Minimum Maximum
Sampel Deviation Lower Upper
Bound Bound
1 2 325.00 35.355 25.000 7.34 642.66 300 350
2 5 190.00 7.906 3.536 180.18 199.82 180 200
3 8 90.88 25.267 8.933 69.75 112.00 58 120
4 5 51.00 1.414 .632 49.24 52.76 50 53
Total 20 129.10 86.894 19.430 88.43 169.77 50 350

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


Between Groups 137484.925 3 45828.308 122.682 .000
Within Groups 5976.875 16 373.555
Total 143461.800 19
Sumber: Analisis Data Anova (2019)

Berdasarkan analisa data dari Anova maka didapatkan F hitung dari output adalah 122,682
dengan nilai sig 0,000. Sedangkan statistik tabel pada tabel F dapat dihitung dengan cara: a).
Tingkat singnifikan (α) adalah 2% atau 0,02, b). Numerator (Jumlah variasi jarak – 1) atau 3 – 1
= 2, c). Denumerator (Jumlah kasus – jumlah variasi jarak ) atau 18 – 3 = 15, d). Dari tabel F
didapat angka 5,1355.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik maka didapatkan nilai F hitung dari Anova > dari F tabel
yaitu 122,682 > 5,1355 dan probabilitas < 0,02, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
diterima yaitu terdapat hubungan antara jarak sungai sebagai sumber pencemar dengan
kandungan Coliform pada sumur gali di Dusun Gubuk Timuk Desa Pohgading Kecamatan
Pringgabaya.

Hasil penelitian Marsono (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas
bakteriologis air sumur gali di Desa Karanganom menyatakan bahwa sumur yang dibangun dekat
limbah domestik, jamban, genangan air, dan tempat pemotongan hewan memiliki kandungan
Coliform yang tinggi. Dalam penelitian yang dilakukan di Dusun Gubuk Timuk Desa Pohgading
ini didapatkan bahwa dari 18 sumur yang dijadikan sampel, 5 sumur yang memiliki jarak 1-5
meter dengan sumber pencemar 100% memiliki kandungan Coliform yang tidak memenuhi
syarat, 8 sumur yang memiliki jarak 6-10 meter dengan sumber pencemar memiliki kandungan
Coliform 100% tidak memenuhi syarat, 5 sumur memiliki jarak 11-15 meter dengan sumber
pencemar, 3 (60%) memiliki kandungan Coliform yang memenuhi syarat, 2 (40%) memiliki
kandungan Coliform yang tidak memenuhi syarat.

Hasil pengujian statistik hubungan jarak terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali
menggunakan Anova diperoleh nilai signifikan (0,000) yang berarti semakin dekat jarak sumur
gali dengan sumber pencemar maka jumlah Coliform akan semakin tinggi, dan sebaliknya

134
Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 6 (2): 129-135, 2020 p-ISSN : 2461-0437, e-ISSN : 2540-9131

semakin jauh jarak sumur gali dengan sumber pencemar maka jumlah Coliform akan semakin
sedikit. Hal tersebut dikarenakan material yang terkandung di dalam tanah yaitu pasir, batu, tanah
liat, dan sebagainya dapat menyaring partikel termasuk bakteri yang melewatinya. Pada proses
penyaringan, bakteri dapat sampai pada air tanah atau sumur secara vertikal maupun horizontal.
Dengan keadaan tersebut memungkinkan semakin jauh jarak sumur gali dengan sumber
pencemar maka bakteri yang terbawa oleh air akan semakin sedikit karena terjadinya proses
penyaringan yang semakin tinggi sehingga bakteri yang terkandung dalam air sumur juga sedikit,
dan begitupun sebaliknya.

4. KESIMPULAN

Dari uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) Rata–rata kandungan bakteri
Coliform pada air sumur gali Dusun Gubuk Timuk Desa Pohgading dengan jarak 1-5 meter dari
sungai adalah 190/100ml (seluruh sampel tidak memenuhi syarat sebagai air bersih), rata-rata
bakteri Coliform pada sumur gali dengan jarak 6-10 meter dari sungai adalah 90,875/100ml
(seluruh sampel tidak memenuhi syarat sebagai air bersih), dan rata–rata bakteri Coliform pada
sumur gali dengan jarak 11-15 meter dari sungai adalah 51/100ml (2 buah sampel tidak
memenuhi syarat sebagai air bersih dan 3 buah sampel memenuhi syarat sebagai air bersih). Dari
hasil pemeriksaan sampel tersebut sebagian besar tidak memenuhi kualitas sebagai air bersih,
sesuai dengan Permenkes 416/Menkes/Per/IX/1990 dengan kadar maksimum yang diperbolehkan
adalah 50/100ml sebagai air non perpipaan. 2) Berdasarkan hasil perhitungan statistik
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jarak sungai sebagai sumber pencemar dengan
kandungan Coliform pada sumur gali di Dusun Gubuk Timuk Desa Pohgading Kecamatan
Pringgabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.


Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. (2000).
Program Penyehatan Air (Buku Panduan Bagi Para Pengelola Program). Jakarta.
Insfeksi Sanitasi Puskesmas Batuyang. 2019. Lombok Timur.
Marsono. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis Air Sumur
Gali di Pemukiman, Studi di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten
Klaten. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air. 1990. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran. 2001. Jakarta.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Uma Sekaran. (2006). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba 4.

135

Anda mungkin juga menyukai