Anda di halaman 1dari 13

Suku Nias

Cultural behavior : tradisi lompat batu .Tradisi lompat batu adalah ritus budaya untuk menentukan
apakah seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau
belum. Para pemuda itu akan diakui sebagai lelaki pemberani dan memenuhi syarat untuk menikah
apabila dapat melompati sebuah tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari
dua meter. Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya. Sambil mengenakan
pakaian adat, mereka berlari dengan menginjak batu penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat
melewati bangunan batu yang tinggi tersebut.
Sampai sekarang tradisi ini tetap eksis di tengah budaya moderen yang semakin menghimpit. Semoga
saja kita dapat melestarikan budaya ini agar menjadi kebanggaan tersendiri untuk bangsa kita.
Artifak : fahombo batu, yaitu batu setinggi 2 meter atau lebih yang akan di lompati oleh pemuda yang
melakukan tradisi ini.
Suku Padaung
Cultural behavior : Wanita suku Padaung memiliki budaya memperpanjang leher menggunakan gelang
gelang berwarna emas yg di kalungkan di leher dengan tujuan kecantikan. Semakin panjang leher
mereka, maka wanita tersebut akan semakin anggun.
Artifak : gelang besi yang di gunakan untuk memperpanjang leher.
Suku Aztec

Cultural behavior : suku Aztec memiliki kebiasaan unik yakni menghias gigi dengan batu
permata. Sebuah temuan tengkorak memerlihatkan keunikan pada bagian giginya. Tengkorak
yang diduga berusia sekitar 2500 tahun lalu ini ditemukan di Chiapas, Meksiko.Sebagaimana
tampak dalam gambar, pada bagian gigi terdapat beberapa batu permata berwarna-warni. Batu
permata itu sengaja ditanam di setiap gigi yang ada. Terutama pada bagian depannya. Batu
permata yang masih tersisa di tengkorak tersebut diantaranya jenis zamrud dan pyrus.Temuan
itu menunjukkan, tradisi merawat gigi di kalangan suku Aztek dan suku Maya sudah dikenal.
Meskipun tidak diketahui secara persis bentuk operasinya dan untuk tujuan apa perawatan dan
dekorasi gigi tersebut.“Bukti sementara menunjukkan hiasan batu di gigi tidak menunjukkan
kelas sosial tertentu,” kata José Concepcion Jiménez, antropolog yang mengumumkan hasil
temuannya ini.Menurutnya, orang-orang bangsa Aztek dan Maya sengaja menghiasi giginya
dengan batu permata tersebut tidak berasal dari kalangan bangsawan atau orang-orang kaya
pada masanya. Masyarakat biasa pun ada yang menghiasi giginya dengan permata.Jimenez
menduga, hiasan gigi itu merupakan bagian dari ritual agama yang mereka percaya. Meski
untuk hal ini belum ada bukti mendukung.Sejumlah ilmuwan lain mengatakan bahwa proses
melubangi gigi tersebut tergolong canggih. Bahan-bahan antiseptik dari tumbuhan digunakan
saat pekerjaan itu dilakukan. Itulah sebabnya tidak terjadi infeksi saat gigi dibor. Digunakan
pula getah pohon untuk merekatkan batu permata di gigi.“Ada kemungkinan digunakan bahan
dari tumbuhan untuk mengurangi rasa sakit saat operasi melubangi gigi,” kilah Jimenez, sang
antropolog.

Artifak : batu permata yang di gunakan untuk menghias gigi.


Suku Indian Apatani

Cultural behavior : Suku Indian apatani memiliki tradisi unik sekaligus menyeramkan bagi wanita,
yakni tradisi menyumbat hidung. Menurut Apatani, steker (penutup/penyumbat) hidung itu
terlahir, sebagai cara untuk melindungi wanita-wanita suku itu. Rupanya, perempuan Apatani
selalu dianggap paling indah di antara suku-suku Arunachal, desa mereka terus-menerus
diserbu oleh suku-suku tetangga, dan para wanita itu pun lantas diculik.
Untuk membuat diri mereka tidak menarik bagi suku-suku lainnya, maka wanita Apatani mulai
mengenakan hidung yang disumbat yang mengerikan ini, dan mentato wajah mereka dengan
garis horizontal, dari dahi hingga ke ujung hidung, serta lima garis di dagu mereka.
Artifak : steker (penyumbat hidung)
Suku Inka
Artifak : golden jets

Golden Jets, Pesawat Dari Peradaban Kuno Suku Inca Ternyata Bisa Terbang

Selama ini, berbagai artifak - artifak misterius telah ditemukan di berbagai belahan dunia dengan
bentuk dan fungsi yang masih diperdebatkan. Salah satunya adalah artifak yang diduga
berbentuk mirip pesawat yang ditemukan di Mesir, yaitu Saqqara Bird. Meskipun telah diteliti
dan secara desain Saqqara bird tidak mampu untuk terbang jauh, namun desainnya yang
mengacu kepada desain pesawat modern telah menimbulkan berbagai spekulasi mengenai asal
usul artifak ini. Lalu,apakah artifak serupa hanya ditemukan pada peradaban Mesir kuno?
Ternyata tidak, peradaban Prekolombia yang pernah eksis ribuan tahun yang lalu ini juga
memiliki artifak dengan bentuk serupa.

Entah apa yang terjadi pada masa lampau sehingga berbagai artifak misterius ditemukan dengan
fungsi yang tidak jelas, dan salah satunya adalah artifak ini. Sebuah artifak berupa perhiasan
emas ditemukan di sebuah tempat di wilayah Amerika Tengah dan Selatan, sayang tidak ada
keterangan pasti dimana lokasinya. Artifak tersebut terbuat dari emas, dan diperkirakan telah
berumur lebih dari 1000 tahun, karena peneliti tidak dapat memastikan kapan artifak tersebut
dibuat.

Pada tahun 1954, Pemerintah Kolombia mengirimkan koleksi artifak emasnya kepada sejumlah
museum di Amerika Serikat. Selama berada di Amerika, seorang pengusaha berlian terkaya di
wilayah itu ingin membuat replikanya dan mencoba untuk mengungkap misteri yang
tersembunyi dalam setiap artifak tersebut. Salah satu artifak tersebut kemudian dikirimkan
kepada seorang zoologist bernama Ivan T. Anderson untuk diteliti. Ketika melihat desain benda
tersebut, Ivan teringat akan bentuk pesawat terbang, kemudian ia meminta pendapat dari seorang
ahli aerodinamis pesawat terbang asal Aeronautical Institute of New York, Dr. Arthur Poyslee.
Dari hasil investigasinya, memang benda tersebut memiliki kemiripan dengan desain pesawat
terbang modern, dan bentuk sayapnya tidak mirip dengan hewan manapun didunia, namun belum
dapat dipastikan apakah artifak tersebut menggambarkan desain pesawat terbang masa lampau,
karena masih membutuhkan penelitian yang lebih jauh lagi.
Artifak yang berukuran kurang lebih 2 inci tersebut diperkirakan berasal dari peradaban Sinu,
Chimu, atau Mochica, yaitu peradaban Inca kuno yang eksis pada tahun 500 samapi 800 sebelum
masehi. Kembali pada desain benda ini, menurut Dr. Arthur, jika artifak ini adalah
merepresentasikan hewan, maka penempatan bagian sayap dalam benda ini salah karena pusat
gravitasinya tidak akan sesuai sehingga tidak memungkinkan untuk terbang. Sebaliknya,
konfigurasi sayap depan dan belakangnya sangat ideal untuk mesin jet berkecepatan tinggi
seperti desain pesawat Concorde! meski hanya berupa gambaran saja. Wadehel!? Apakah
peradaban masa lampau sudah memikirkan aspek aerodinamis segala ?sampai - sampai pesawat
concorde pun menggunakan desain serupa?

Jika kita perhatikan, memang sekilas artifak tersebut berbentuk mirip dengan sejenis hewan,
walaupun ekornya aneh. Para arkeolog menyebut artifak ini sebagai zoomorphic objects, yaitu
benda yang berbentuk seperti hewan. Tetapi, jika memang bentuknya mirip hewan, lalu, hewan
apakah itu? jika dilihat dari bentuk kepala, tubuh, serta bagian yang mirip dengan sayap,
mungkin benda ini bentuknya mirip dengan sejenis ikan terbang, namun dengan bentuk ekor
yang berbeda. Ya, bagi saya, bentuk ekornya sangat mirip dengan bentuk ekor pesawat terbang
modern, coba bandingkan bentuk ekor benda ini dengan ekor pesawat terbang. Walaupun
kelihatannya memaksa, tetapi pada bagian ekornya, juga terdapat tailplane yang biasanya
terdapat pada pesawat modern.
Sementara itu, para peneliti yang lain masih sibuk dengan cara kerja dan aspek aerodinamis pada
artifak ini. Mereka berpendapat jika benar artifak ini adalah sebuah rancangan pesawat terbang,
maka benda ini tidak akan bisa terbang karena desainnya yang tidak memungkinkan. Namun,
mereka menemukan sesuatu dalam artifak ini. Pada bagian kepala dan tubuhnya, terdapat celah
misterius yang belum diketahui fungsinya. Beberapa peneliti berpendapat jika celah tersebut
adalah mekanisme dari banda ini agar bisa terbang, dan inilah mekanisme yang mereka maksud.

Anggaplah jika para peneliti itu benar, dengan mekanisme seperti itu, apakah benda ini bisa
terbang? Hmm...saya ragu akan hal itu.

Enam artifak serupa juga dipajang di Chicago Field Museum of Natural History. Sedangkan, dua
artifak lain disimpan Smithsonian Museum of Natural History dan Museum of Primitive Art in
New York City. Artifak yang tersimpan dalam Museum Chicago dikatakan memiliki desain yang
lebih detail dibandingkan dengan artifak yang lain, sayangnya saya tidak menemukan
gambarnya.
Sementara itu, Ivan sangat yakin jika artifak - artifak tersebut adalah bukti nyata tentang
kemajuan peradaban modern. Seperti yang ia katakan, “The concrete evidence that the ancients
knew of flight was forced upon us only a few years ago. Now we have to explain it. And when
we do we will have to rearrange a great many of our concepts of ancient history.”, terkihat ia
sangat yakin jika artifak tersebut adalah bukti bahwa desain pesawat terbang modern telah
ditemukan sejak ribuan tahun yang lalu.

Tetapi, tentu saja banyak yang meragukan statement Ivan itu. Mereka yang tidak setuju dengan
pendapat Ivan serta bala - balanya, mengatakan jika mereka (Ivan cs.) terlalu cepat menyimpulkn
bahwa artifak tersebut adalah desain pesawat terbang modern tanpa dilakukan penelitian lebih
lanjut. Teori tanpa pembuktian memang tidak lebih dari "omdo" belaka. Berbeda dengan Saqqara
Bird yang telah diteliti dan sampai dibuat replikanya oleh ahli desain glider bernama Martin
Greorie, Artifak Inca yang tidak bernama ini belum juga dibuktikan kebenarannya jika memang
benda tersebut adalah sebuah pesawat terbang kuno. Oh ya, Mengenai ulasan tentang Saqqara
Bird, bisa dibaca disini.

Selain itu, tidak menutup kemungkinan jika artifak tersebut tidak lebih dari sebuah perhiasan
masa lampau jika dilihat dari sisi artistiknya. Coba deh perhatikan dengan seksama, pasti kita
akan melihat ukiran - ukiran pada bagian sayap, kepala,dan ekor benda ini. Last, bagi saya
pribadi, jika penelitia lebih lanjut mengenai artifak ini belum dilakukan, artifak tersbeut tidak
lebih dari sebuah benda seni peninggalan masa lampau, seperti anggapan bahwa Saqqara Bird
sebenarnya hanya mainan anak - anak Mesir jaman dulu.

Dalam tes yang dilakukan oleh tim penguji, pesawat replika tersebut mampu lepas landas, dan
melakukan manuver yang sulit dibayangkan sebelumnya, bahkan mendarat dengan mulus.
Sungguh sulit dibayangkan jika desain benda tersbeut berasal dari peradaban masa lampau. Jika
Golden Jets berhasil terbang dengan sukses, lalu mengapa hal yang sama tidak terjadi pada
replika Saqqara Bird? Menurut Algund dan Peter, hal tersebut karena konsep desain keduanya
sangatlah berbeda. Pada Golden Jets, kedua insinyur tersebut mengatakan jika bentuk artifak
tersebut mengacu kepada bentuk tubuh serangga, ini dilihat dari segi aerodinamis. Saya tidak
begitu paham dengan dunia penerbangan, namun yang jelas, golden jets menunjukkan konstruksi
yang sempurna untuk memungkinkannya terbang dan hal ini tidak ditemukan pada Saqqara Bird,
itulah gagasan dua insinyur tersebut.

Terakhir, kesimpulan akhir saya kembalikan kepada para pembaca, apakah anda
mempercayainya atau tidak. Mungkin percobaan diatas memang membuktikan bahwa replika
Golden Jets mampu terbang dengan baik, namun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Apakah Golden Jets bisa terbang tanpa menggunakan mesin? Lalu, bagaimana dengan desain
yang lain, apakah juga bisa terbang jika dibuat replikanya? Itulah sebagian dari pertanyaan yang
belum terjawab dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, jadi kita tunggu saja
perkembangannya.
Artifak : ruang pengorbanan suku inka

Lima - Satu tempat upacara kuno bawah tanah yang digunakan oleh peradaban Pra-Kolombia bagi
pengorbanan manusia telah ditemukan dan digali di pantai Peru utara.

Temuan itu tampaknya menambah kuat teori yang ada mengenai upacara yang dikenal sebagai
'penyajian' yang dilakukan oleh rakyat Moche, peradaban agrikultur yang berkembang antara 100 SM
sampai 800 M. Direktur Museum Bruning di Peru dan pemimpin penggalian tersebut, Carlos Wester La
Torre mengatakan tempat upacara itu tampaknya menjadi tempat pembunuhan melalui upacara
terhadap para tawanan perang.

Gambar yang diambil di lokasi itu memperlihatkan lebih dari satu lusin tengkorak di lantai ruangan
tersebut. "Ada ruang sangat besar buat upacara atau jalur yang disatukan dengan bagian lain bangunan
yang memperlihatkan kehadiran tokoh tertentu Eli Moche dan juga praktik upacara rumit seperti
pengorbanan manusia," kata Wester.

Tim Wester menggali koridor sepanjang 60 meter yang terbuka ke tiga serambi bertiang dan lima
mahkota di piramid utama lokasi arkeologi itu. Sisa lukisan yang ditemukan di dalam koridor tersebut
menggambarkan tiga pendeta tinggi yang ornamen mereka menegaskan keterlibatan pemimpin politik
kebudayaan itu dalam upacara.

Peru dipercaya sebagai salah satu tempat di dunia, tempat pertanian pertama kali berkembang dan
memiliki ratusan situs arkeologi, termasuk reruntuhan Inka di Machu Picchu.

Kerajaan Inka adalah sebuah kerajaan yang terletak di wilayah yang sekarang adalah Peru dari 1438
sampai 1533. Inka disebut sebagai peradaban 'pra-Columbus', artinya sudah ada sejak sebelum
kedatangan Christopher Columbus.

Selama periode tersebut, Inka menguasai sebagian besar wilayah Amerika Selatan bagian barat yang
berpusat di pegunungan Andes hingga 1533, saat bangsa Spanyol menyerbu negeri itu. Atahualpa, yang
merupakan raja Inka terakhir, disebut juga dengan istilah Sapa Inca, tewas terbunuh oleh penjelajah
Spanyol yang bernama Francisco Pizarro, yang juga menandai awal masa berkuasanya Spanyol di daerah
tersebut.

Kerajaan Inka terdiri atas empat suku. Bahasa resmi kerajaan adalah bahasa Quechua, walaupun ada
sekitar 700 bahasa lokal yang digunakan. Suku Inka melakukan pemujaan atas dewa-dewa, dengan Inti
sebagai Dewa Matahari, yang merupakan dewa terdepan.

Anda mungkin juga menyukai