Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan aspek dari suatu organisasi yang bergerak

di bidang pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pasien dan

sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, rehabilitas, dan

pelayanan keperawatan. Rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu

organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan

paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan

penyakit (preventif) kepada masyarakat (World Health Organization).

Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan

dan pusat penelitian medik. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2016 Rumah sakit merupakan sarana

pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang

sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan

terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang

Rumah Sakit pasal 1 ayat 1).

Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu, terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan

upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan

1
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu dengan dengan upaya peningkatan dan

pencegahan.

Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai

visi dan misi, rumah sakit tidak terlepas dari proses manajemen.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam organisasi

keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen

keperawatan.

Upaya rujukan salah satu kegiatan pelayanan yang sangat vital

untuk melaksanakan tugas tersebut di rumah sakit, adalah

penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan (Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Standar

Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit).

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan

keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang

menentukan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Keberadaan

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dalam situasi yang

kompleks selama 24 jam secara berkesinambungan, melibatkan klien,

keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan yang lain.

Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,

keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun

sehat. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu,

2
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Praktik

Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam

bentuk Asuhan Keperawatan. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian

interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan

pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya.

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang

Keperawatan).

Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan ditentukan oleh teknik

manajemen dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat harus

mempunyai pengetahuan, teori yang mantap yang mendasari ketrampilan

manajerial. Terkait dengan pentingnya pemberian asuhan keperawatan

yang profesional dengan pendekatan manajerial yang mantap, perawat

harus menunjukkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan yang

berkembang terus menerus.

Manajemen adalah proses perencanaan/planning, pengorganisasian,

pengkoordinasisasian, serta pengontrolan setiap sumber daya yang ada

guna mencapai tujuan ataupun goals yang telah ditentukan dengan efektif

dan efisien. Efektif berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana yang

ada, dan efisien berarti dilaksanakan dengan benar dan terorganisis yang

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.(Henry Fayol dalam Roket

manajemen).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional (Nursalam, 2011). Manajer keperawatan dituntut untuk

merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi sarana dan

prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan

3
yang seefektif dan seefisien mungkun bagi individu, keluarga dan

masyarakat.

Peningkatan mutu pelayanan merupakan suatu indikator untuk

keberhasilan rumah sakit, untuk itu perawat dituntut agar dapat melakukan

asuhan keperawatan yang profesional sesuai dengan standar keperawatan

yang berlaku. Pemerintah sudah menetapkan kebijakan melalui Surat

Keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik No YM.00.03.26.7637/2010

yang berisi tentang standar asuhan keperawatan yang resmi diberakukan

untuk diterapkan di Rumah Sakit dalam SK tersebut dijelaskan bahwa

seluruh tenaga keperawatan harus berorientasi pada kebutuhan klien

dengan menggunakan pendekatan secara sistematis.

Asuhan keperawatan yang bermutu dapat dilaksanakan melalui

pendekatan metodologis keperawatan. Pendekatan ini dapat berupa

pendekatan keperawatan Tim, Kasus, atau keperawatan Primer (Grohar,

Murray dan Dicroce, 1997 dalam Nursalam, 2011). Penetapan pendekatan

ini sangat dipengaruhi oleh visi, misi dan tujuan rumah sakit dan ruang

perawatan, ketersediaan tenaga keperawatan baik jumlah maupun

kualifikasi, fasilitas fisik ruangan, tingkat ketergantungan dan mobilitas klien,

tersedianya prosedur dan standar keperawatan, sifat ruangan dan jenis

pelayanan keperawatan.

Salah satu rumah sakit yang menjadi pusat pelayanan kesehatan di

Kota Cimahi adalah Rumah Sakit Cibabat. Rumah Sakit Umum Daerah

Cibabat adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kota Cimahi Provinsi Jawa

Barat sejak tahun 2001 yang sebelumnya di bawah naungan Pemerintah

Kabupaten Bandung. Berdiri di area seluas 20.290m². Salah satu unit

pelayanan kesehatan yang dimiliki Rumah Sakit Cibabat adalah ruang

4
rawat inap E2 yaitu ruang penyakit dalam wanita kelas III , Ruang E2

memiliki 4 kamar pasien dengan bed berjumlah 32, dan 1 ruang perawat, 1

ruang tindakan dan 1 nurse station.

Ruang rawat inap E2 merupakan salah satu bagian pelayanan

kesehatan dengan kelompok penyakit beresiko dan memiliki banyak

pasien, sehingga memerlukan penerapan manajemen keperawatan yang

tepat, komprehensif mencakup bio-psiko-sosial-spiritual, berfokus kepada

respons klien dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia secara holistik.

Asuhan keperawatan yang diberikan tersebut tidak lepas dari bagaimana

penerapan manajemen asuhan keperawatan di ruangan tersebut.

Oleh sebab itu kami mahasiswa Program Pendidikan Ners Tahap

Profesi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Budi Luhur Cimahi,

bermaksud mengkaji situasi dan kondisi Ruangan Ruang rawat inap E2

yang hasilnya diharapkan dapat menemukan apakah terdapat masalah,

dan bertujuan untuk mencari solusinya, sehingga pelayanan dan asuhan

keperawatan di Ruang rawat inap E2 semakin meningkat.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan proses manajemen keperawatan secara

umum di Ruang rawat inap E2 di Rumah Sakit Cibabat.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima

dimensi manajemen yaitu Man, Metode, Material, Machine, dan

Marketing di Ruang rawat inap E2.

5
b. Mendiagnosa masalah-masalah terkait lima dimensi manajemen

yaitu Man, Metode, Material, Machine, Marketing. dalam proses

pemberian pelayanan keperawatan diruangan Ruang rawat inap E2

c. Membuat Plan Of Action untuk menjawab masalah-masalah yang

ditemukan di Ruang rawat inap E2.

d. Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah

yang ditemukan di Ruang rawat inap E2.

C. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Membantu meningkatkan kualitas manajemen Rumah Sakit Cibabat

khususnya ruang rawat inap E2 untuk dapat mencapai tujuan organisasi

dibidang peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna

dan sebagai lahan pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan, penelitian

dan pengembangan ilmu kesehatan klinis dan perawatan dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2. Bagi Ruangan

Membantu SDM di ruangan khususnya para perawat dalam

mencapai standar pelayanan yang paripurna sesuai dengan akreditasi

yang telah dimiliki, termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan yang bermutu terhadap peningkatan kualitas hidup pasien,

yang didasari manajemen keperawatan.

3. Bagi Mahasiswa

6
Dapat secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip Model Praktik Keperawatan
dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di instalasi Ruang Halimun disuatu tatanan
pelayanan kesehatan dan dapat berperan sebagai pembaharuan dan model peran dalam
kepemimpinan dan pengelolaan keperawatan profesional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MANAJEMEN
1. Definisi Manajemen

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang pengertian manajemen,

yaitu sebagai berikut :

a. Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha

untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang

lain (Hersey and Blancchard, dalam buku Suchri Suarli dan Yanyan

Bahtiar, 2010).

b. Manajemen adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekaryaan

melalui orang lain. Manajemen yang efektif merupakan kombinasi dari

ilmu pengetahuan dan seni dalam pelaksanaannya. Ilmu manajemen

adalah cara – cara yang rasional,bertumpu pada logika, bersifat

objektif, dan sistematis. Sedangkan seni manajemen adalah cara –

caramemecahkan permasalahan dengan intuisi, pengalaman, dan

pandangan pribadi. Manajer mengandalkan keterampilan konseptual

dan hubungan antar pribadi (Gillies 2005 dalam Nursalam 2014).

c. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif

dalam menjalankan suatu kegiatatan diorganisasi. Didalam

manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planing, Organizing,

Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam

mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey 2005 dalam Nursalam,

2012).

7
2. Fungsi – Fungsi Manajemen

Fungsi menajemen secara ringkas adalah sebagai berikut:

a. Perencaanan (Planning)

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang hal – hal yang akan dikerjakan dimasa

mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

(Siagian, 2011). Sedangkan menurut Fayol didalam Swansburg (2011)

mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah

membuat suatu rencana untuk memberikan pandangan kedepan.

Secara umum, perencanaan dapat ditinjau sebagai suatu:

1) Proses
Pemilihan dan pengembangan tindakan yang paling

menguntungkan untuk mencapai tujuan.

2) Fungsi
Pemimpin dengan kewenangannya dapat mengubah kegiatan dan
tujuan yang harus dicapai organisasi.
3) Keputusan
Apa yang akan dilakukan untuk waktu yang akan datang.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengertian pengorganisasian dapat dibedakan menjadi dua

bagianyaitu secara statis dan dinamis. Organisasi dilihat secara statis,

yaitu sebagai wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan

tertentu. Sedangkan secara dinamis, yaitu bahwa organisasi merupakan

suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk

mencapai tujuan tertentu. (Suchri Suarli dan Yanyan Bachtiar, 2012).

Prinsip – prinsip pengorganisasian diantaranya sebagai berikut:

1) Organisasi (harus) mempunyai tujuan yang jelas (Clearly Objective)

8
2) Adanya skala hierarki (The Scalar Principle)

3) Adanya kesatuan komando atau perintah (Unity Of Command)

4) Pelimpahan wewenang (Deliegation Of Authority)

5) Adanya pertanggungjawaban (Responsibility)

6) Pembagian kerja (Division Of Work)

7) Rentang kendali (Span Of Control)

8) Fungsionalisasi (Functionalitation)

9) Adanya pemisahan tugas (Task Sparation)

10) Fleksibilitas atau kelenturan (Flexsibility)

11) Keseimbangan (Balance)

12) Kepemimpinan (Leadership)

c. Penggerak (Actuating)

Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain

agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi

tercapainya tujuan bersama. Penggerakan ini, seringkali terjadi hambatan

karena yang digerakan adalah manusia, yang mempunyai keinginan

pribadi, sikap, dan perilaku yang khusus.

d. Pengendalian (Controling)
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah hasil

pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman,

ketentuan, kebijakasanaan, tujuan, sasaran yang sudah ditentukan

sebelumnya. (Suchri Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2011).

Fungsi manajemen di dalam keperawatan menurut Nursalam (2011)

diantaranya adalah: Menurut Gr. Terry POAC (Planning, Organizing,

Actuating, Controling).

1) Menurut Henry Fayol

POCCC (Planning, Organizing, Commanding, Coordinating,

Controling).

9
2) Menurut Luter Gulliek

POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Derecting, Coordinating,

Reporting, Budgeting).

3) Menurut Koont O'Donnell

POSDC (Planning, Organizing, Staffing, Derecting, Controling).

Secara umum fungsi manajemen di dalam keperawatan

menggunakan sistem POAC yaitu Planning (seorang manajer

hendaknya dapat menjalankan suatu perencanaan mengenai tenaga,

anggaran, bahan, peralatan, metode dan pemasaran), Organizing

(mampu menyusun atau mengatur staf), Actuating (hendaknya manajer

diharapkan mampu menggerakan orang lain melaksanakan tugas untuk

mencapai tujuan yang dikehendaki), Controling (seorang manajer

hendaknya mampu mengendalikan dan mengawasi proses manajemen)

(Nursalam, 2010).

3. Tingkatan Manajemen
a. First Line Management (manajemen operasional) merupakan manajemen

tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan

non manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut

supervisor, manajer shift, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor

(Foreman).

b. Middle Management (manajemen tingkat menengah) mencakup semua

manajemen yang berada di antara manajer pertama dan manajer puncak

yang bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang

termasuk manajer menengah yaitu kepala bagian, pemimpin proyek, manajer

pabrik, atau manajer divisi.

c. Top Management (manajemen puncak), dikenal pula dengan istilah Executive

Officer bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara

umum dan mengarahkan jalannya perusahaan secara umum dan

10
mengarahkan jalannya perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya

perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer),

CIO (Chief Information Officer) dan CFO (Chief Financial Officer).

B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

secara profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,

mengorganisir, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang

tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan

seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat (Nursalam,

2011).

Dalam keperawatan, manejemen berhubungan dengan perencaan

(planing) pengoorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),

kepemimpinaan (leading), dan pengendalian (controling), aktifitas –

aktifitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari

sub unit departermen. Menejemen keperawatan merupakan juga

kelompok dari perawat manejer yang mengatur organisasi atau usaha

keperawatan.  (Swanburg, 2011 ).

Manajemen keperawatan adalah perencanaan, perencanaan adalah

yang utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi–fungsi dari

manajemen. (Swansburg, 2011).

Pada hakikatnya proses manajemen keperawatan sejalan dengan

proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan

keperawatan secara professional yang akhirnya keduanya saling

menopang. Sebagaimana dalam proses keperawatan, dalam

manajemen keperawatan terdiri dari: pengumpulan data, identifikasi

masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.

11
a. Unsur-Unsur Manajemen

Manajemen berhubungan erat dengan usaha untuk mencapai

tujuan tertentu dengan cara menggerakkan orang dan sumber-

sumber lain yang tersedia. Dalam fungsinya menggerakkan

organisasi, maka manajemen merupakan proses yang dinamis.

Selanjutnya dalam pencapaian tujuan manajer sebagai pelaksana

menggunakan berbagai unsur yang tersedia dalam organisasi itu.

Unsur-unsur manajemen pada dasarnya terdiri dari 5 M, yaitu :

1. Manusia (man)
Dalam pencapaian tujuan menekankan faktor manusia sebagai

faktor utama, manusialah yang melakukan kegiatan dan

aktivitas.

2. Sarana / bahan (materials)


Bahan apa yang dikelola untuk mencapai tujuan, berarti bahan

yang diperlukan untuk menunjang manajerial harus cukup

tersedia baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitasnya

3. Mesin (machine)
Dengan alat apa tujuan dapat tercapai

4. Metode (methode)
Cara apa yang harus ditempuh untuk melaksanakan proses

tersebut agar tercapainya tujuan.

5. Pasar / masyarakat (Market)


Dalam pengertian luas menunjuk kemana hasil tersebut akan

dipasarkan atau di konsumsikan.

2. Tujuan Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan yang umumnya ditetapkan oleh bidang

keperawatan meliputi :

a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah

sakit.

12
b. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya

mempertahankan kenyamanan klien.

c. Meningkatkan hubungan dengan klien, keluarga, dan masyarakat.

d. Meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf keperawatan.

e. Meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf keperawatan.

Dengan demikian setiap kegiatan keperawatan diarahkan pada

pencapaian tujuan dan merupakan upaya manager keperawatan

untuk selalu mengkoordinasikan, mengarahkan, mengendalikan

proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi dan

integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.

f. Meningkatkan komunikasi antar staf.

g. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi

keperawatan dengan mendidik perawat yang mempunyai sikap

profesional dan bertanggung jawab dalam pekerjaan.

3. Proses Manajemen Keperawatan

Pengkajian – Pengumpulan Data :

Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada

suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin

berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan

komplikasi, agumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan

kemudahan dari kebebasan maksimal..

Data – data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat

pelayanan diruangan atau sebagian pendekatan system yang

disampaikan oleh (Gillies 1989 dalam Buku Nursalam, 2012).

a. Perencanaan

1) Definisi Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran

dan penentuan secara matang hal – hal yang akan dikerjakan

13
di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditentukan (Siagian, 2011).

Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu

perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan

organisasi yang telah ditetapkan yaitu :

a) Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan.

b) Menegakan tujuan.

c) Mengalokasikan anggaran belanja.

d) Membuat pola struktur organisasi.

e) Menegakan kebijaksanaan.

f) Prosedur operasional untuk mencapai visi misi yang

ditetapkan.

2) Tujuan perencanaan menurut Douglas

a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran

dan tujuan.

b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan.

c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel dan

..fasilitas yang tersedia.

d) Hal tersebut efektif dalam hal biaya.

e) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga

membantu elemen perubahan.

f) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk

berubah.

g) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif.

3) Langkah – langkah perencanaan

a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan.

b) Kumpulkan data.

c) Analisa.

14
d) Buat alternatif.

e) Pilih dan usulkan alternatif.

f) Pimpinan menetapkan alternatif.

g) Susun rencana.

h) Kaji ulang

4) Tahapan dalam perencanaan

a) Pengumpulan data.

b) Sensus pasien harian.

c) Kapasitas tempat tidur.

d) Rata – rata rawat jalan.

e) Kecenderungan populasi pasien.

f) Perkembangan teknologi.

g) Ketenagaan.

5) Analisa lingkungan

a) Internal : Strength, Weakness.

b) Eksternal : Opportunity, Threats.

c) Pengorganisasian data.

6) Pilih data penunjang dan penghambat

7) Pembuatan rencana

b. Pelaksanaan

Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang

lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas

bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang

telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi lagi dalam komponen

fungsi yang terdiri atas kepemimpinan, komunikasi dan motivasi (Nursalam,

2010).

c. Evaluasi

15
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan

yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai

seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan

organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor–faktor yang

menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan (Nursalam, 2010).

Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan (Gillies,


2006)
Gambar 2.2
Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan (Gillies,
2006)

d. Manfaat penggunaan proses keperawatan

Manfaat penggunaan proses keperawatan dapat dilihat dari sisi pelayanan

kesehatan, pelaksanaan keperawatan, dan bagi klien / pasien sendiri.

1) Manfaat bagi pelayanan kesehatan

a) Sebagai pedoman yang sistematis bagi terselanggaranya pelayanan

kesehatan.

b) Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,

khususnya pelayanan keperawatan.

2) Manfaat bagi pelaksana keperawatan

a) Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan,

karena tujuan yang ingin di capai jelas.

b) Kepuasan kerja. Menulis rencana asuhan yang baik akan member

rasa percaya diri kepada perawat-perawat bahwa, intervensi

keperawatan yang di dasarkan kepada identifikasi masalah klien di

16
lakukan sungguh-sungguh, senhingga mencegah keperatan yang

tidak terkordinasi, coba-coba, dan salah. Perencanaan juga dapat

menimbulkan rasa bangga atau puas jika tujuan asuhan tercapai.

c) Menimbulkan professional. Dengan mengevaluasi efektifnya intervensi

keperawatan, perawat belajar menintervensi yang efektif dan dafat

memilih mana yang dapat di terapkan untuk memenuhi kebutuhan

kepada pasien lainya rencana asuhan keperawatan, dapat

mempertinggi pengetahuan perawat.

d) Avoindance of legal action (philpott, 2006). Apabila setiap tahap

proses keperawatan dipergunakan dalam memberikan asuhan

keperawatan, perawat memberikan legalnya kepada pasien. Gagal

dalam melakukan pengkajian keperawatan yang lengkap atau gagal

dalam mendokumentasikan data dengan tepat, dapat merugikan

konsekuensi legal.

e) Proses keperawatan yang mengandung tanggung gugat dan tanggung

jawab perawat untuk mengkaji, menganalisa, merencanakan,

melaksanakan, dan menilai asuhan klien.

3) Manfaat bagi klien/ pasien antara lain.

a) Merangsang partisivasi klien/pasien dalam perawat dirinya;

b) Pengulangan instruksi dalam pemberian suhan keperawatan dapat di


hindari.
4. Pendekatan Manajemen Keperawatan
Pada model praktik keperawatan profesional harus mampu memberikan

asuhan keperawatan profesional dan untuk itu diperlukan penataan 5

komponen utama (Hoffart & Woods, 1996, dalam Suarli dan Bahtiar, 2007).

1) Sumber Daya Manusia (Man)


a. Tenaga perawat Jumlah tenaga perawat keseluruhan (Profesional

lanjut, Profesional pemula, vokasional dan lain-lain). Jumlah tenaga

professional lainnya yang terkait meliputi: Dokter, Ahli Gizi, Petugas

17
Lab, Tenaga Administrasi dan Cleaning Service (Nursallam, 2007).

Dibawah ini terdapat beberapa cara menghitung tenaga perawat,

diantaranya adalah:

a) Cara Rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator

personal yang diperlukan. Metoda ini paling sering digunakan karena

sederhana dan mudah. Dapat juga dengan menggunakan kemampuan

dan sumber daya untuk perencanaan personal terbatas, jenis, tipe,

dan volume pelayanan kesehatan yang relatif stabil. Cara rasio yang

umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I.

Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit, dengan

standar sebagai berikut :

Tabel 2.1 Cara Rasio


Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 ¾
D 1/15 ½ 1/6 2/3
Khusus Disesuaikan

Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = Tenaga Para Medis Non Perawatan
TNP = Tenaga Non Medis

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun

banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena

adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai

dengan kondisi rumah sakit dan profesional.

b) Cara need

18
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang

diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk

menghitung seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu

gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama

di rumah sakit. menggunakan standar waktu pelayanan pasien sebagai

berikut :

Tabel 2.2 Distribusi Standar Waktu Pelayanan Pasien

Lama waktu(menit) untuk


Tugas pasien
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7

Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan

standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :

a) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam

b) Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam

c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori

tersebut di atas adalah sebagai berikut :

a) Kategori I : Self care/perawatan mandiri

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara

umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi

waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan

dan simpel.

b) Kategori II : Intermediet care/perawatan sedang

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu

makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri

19
juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan

pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-

tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosinal,

kelancaran drainage atau infus.

Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support

emosi 5-10 menit/shift atau 30-60 menit/shift dengan mengobservasi side

efek obat atau reaksi alergi.

c) Kategori III : Intensive care/perawatan total

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua dibantu

oleh perawat, penampian sakit berat, pasien memerlukan observasi terus-

menerus.

c) Metode Douglas
Douglas (1984), dalam Swansburg dan Swanburg, (1999),

menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit

perawatan berdasarkan klasifikasi klien dimana masing-masing

kategori mempunyai nilai standard per siftnya, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.3 Nilai Standar Per shift


Klasifikasi klien
Jml Minimal Parsial Total
klien pagi Sore Mlm Pag Sor Mlm pagi sore Mlm
i e
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst..
Contoh :

Rata-rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari

Rata-rata = 17 klien/hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8

orang dengan ketergantunganpartial dan 6 orang dengan ketergantungan

total). Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam dibagi 6 = 7 jam/hari

Jumlah hari libur :73 hari (52+8 (cuti) + 13 (libur nasional).

a) Jumlah keperawatan langsung

20
- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam =3 jam
- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam =24 jam
- Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam : = 63 jam

b) Jumlah keperawatan tidak langsung


17 orang klien x 1 jam = 17 jam
c) Pendidikan kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam sehingga
jumlah total jam keperawatan/klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 jam/klien/hari
17 orang
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96x17x365 = 30.776,8 = 15,06 orang (15 orang)

(365-73) x 7 2044
Untuk cadangan 20% menjadi 15x20%= 3 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15+3= 18
orang/hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vokasional = 55% : 45%=
10 : 8 orang
5. Visi, Misi Dan Filosofi Keperawatan
Visi adalah perawat / manajer keperawatan harus mempunyai suatu

pandangan dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses

perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang

penduduk, sosial, ekonomi, politik yang akan berdampak pada pelayanan

kesehatan.

Misi adalah sebagai suatu langkah – langkah nyata dari profesi

keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu menjaga

dan mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan indonesia agar

terus berjalan dan berkesinambungan.

Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan

dan manifestasi dari nilai–nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk

berfikir dan bertindak (Chitty, 1997 dalam Nursalam, 2010).

21
Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/ rumah sakit ditekankan

pada :

a. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan menentukan


kehidupannya.
b. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda – bedakan
agama, suku, warna kulit, status dan jenis kelamin.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan indvidu.
d. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan lain.
e. Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan sumber
daya yang ada dalam mencapai tujuan organisasi.
f. Perlunya evaluasi secara terus–menerus terhadap semua pelayanan

keperawatan yang diberikan.

C. KONSEP INSTALASI RAWAT INAP


Menurut UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, rumah sakit

adalah suatu kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

dasar atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang,

dengan tetap memperhatikan fungsi sosial, serta dapat juga dipergunakan

untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana

penderita tinggi/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari

pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan

kesehatan lain. Rawat inap merupakan pelayanan kesehatan perorangan

yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi,

diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di

ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta,

serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena

penyakitnya penderita harus menginap.

22
Ruang perawatan untuk unit rawat inap di rumah sakit terbagi menjadi 8

bagian, yaitu:

1. Pelayanan Penerimaan Pasien

Pelayanan penerimaan pasien merupakan awal proses yang

dilakukan oleh pasien yang akan dirawat di rumah sakit. Pasien akan

diberikan tempat diruang perawatan oleh bagian pelayanan

penerimaan pasien. Oleh karena itu, pelayanan ini merupakan pusat

pengendalian ruang rawat inap.

2. Pelayanan Rawat Inap

Proses pelayanan rawat inap dimulai setelah pasien diterima

dibagian penerimaan pasien, yaitu admission departement rumah

sakit. Kemudian bagian penerimaan pasien akan mendata dan

menempatkan pasien ke ruang atau kamar perawatan. Diruang atau

kamar perawatan, pasien mendapatkan beberapa pelayanan, yaitu:

 Pelayanan tenaga medik

 Pelayanan non paramedik

 Lingkungan langsung penderita

 Penyediaan sarana medik

 Penyediaan sarana non-medik

 Obat-obatan

 Pelayanan makanan dan menu

3. Pelayanan Tenaga Medis

Pelayanan tenaga medik dirumah sakit hanya akan mendapatkan

dari dokter yang bertugas dirumah sakit. Dokter bertugas memberikan

pelyanan kepada pasien dan mempertanggungjawabkannya sesuai

dengan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik

23
yang berlaku. Tenaga medik adalah dokter umum dan spesialis yang

bekerja dirumah sakit.

4. Pelayanan Non Medik

Pemberian pelayanan tenaga non medik kepada pasien rawat

inap merupakan tugas dari keperawatan, bagian keperawatan

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan secara

profesional berdasarkan ilmu dan kiat perawatan, berbentuk bio-psiko,

sosio, spritual yang komperenshif yang ditunjukan kepada pasien,

keluarga dan masyarakat, baik yang sakit maupun sehat.

5. Sarana Medik, Non Medik, Dan Obat-Obatan


Penyediaan sarana medik dan non medik disesuaikan dngan

standar peralatan masing-masing kelas di rumah sakit. Untuk sarana

non medik dibedakan dalam hal kenyamanan yang berbeda antar

kelas. Untuk obat-obatan, pihak rumah sakit bertanggung jawab

kepada bagian farmasi terhadap pengawasan kualitas, kuantitas,

persediaan, penyediaan, penyaluran dan kadaluarsa obat kepada

pasien.

6. Pelayanan Menu Dan Makanan


Pelayanan menu dan makanan terletak dibawah pengawasan

ahli gizi makanan yang dihidangkan harus sesuai dengan kebutuhan

pasien, enak dipandang, dirasa, dapat dicerna dengan baik, kualitas

baik, bersih dan bebas dari kontaminasi, dan disediakan pada waktu

yang tepat dan teratur. Pelayanan menu dan makanan tidak hanya

ditunjukan untuk pasien rawat inap tetapi juga untuk rawat jalan dan

karyawan rumah sakit.

7. Lingkungan Langsung Penderita


Lingkungan langsung penderita adalah tempat pasien dirawat

yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi

24
pasien, besarnya ruang, kebersihan, penata ruang yang teratur,

penerangan, ventilasi yang baik, tidak bising dan bebas serangga

merupakan faktor yang harus diberikan pihak rumah sakit.

8. Pelayanan Administrasi Dan Keuangan


Pelayanan administrasi dan keuangan adalah tempat

dilakukannya prosedur penerimaan uang pemasukan rumah sakit

berupa uang muka perawatan, penagihan berkala dan penyelesaian

rekening pada saat pasien akan keluar dari ruang perawatan apabila

pasien telah menyelesaikan pelayanan ini, maka pasien diperbolehkan

pulang.

D. KONSEP MANAJEMEN UNIT


Pada model praktik keperawatan profesional harus mampu memberikan

asuhan keperawatan profesional dan untuk itu diperlukan penataan 5

komponen utama yaitu Man, Methode, Material, Marketing, dan Money.

1. Man

a. Sumber Dasar Manusia (Man)

Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh

organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling

menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang

melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak

ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk

kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang –

orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan (M. Fais. 2009).

1) Tenaga Perawat

Jumlah tenaga perawat keseluruhan (Profesional lanjut,

Profesional pemula, vokasional dan lain – lain). Jenis

ketenagaan atau pendidikan, keterampilan khusus yang

dimiliki perawat yang dapat melalui kursus atau pendidikan

25
dan pealatihan. Jumlah tenaga professional lainnya yang

terkait meliputi : Dokter, Ahli Gizi, Petugas Lab, Tenaga

Administrasi dan Cleaning Service (Nursallam, 2012).

2) Cara menghitung kebutuhan tenaga perawat dengan metode


douglas.
Douglas dalam Swansburg dan Swanburg (1999)

menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit

perawatan berdasarkan klasifikasi pasien dimana masing –

masing kategori mempunyai nilai standar persiftnya, yaitu

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Nilai Standar Persift


Jumla Klasifikasi Klien
h Klien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Mala Pagi Sore Mala Pagi Sore Malam
m m
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,57 0,28 0,21 0,21 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst

Menghitung rata – rata pasien dengan menghitung jumlah

seluruh tempat tidur dikalikan rata – rata BOR. Sehingga didapatkan

hasil rata – rata jumlah pasien. Setelah itu cari persentase pasien

minimal care, partial care, dan total care dari jumlah pasien minimal

care/partial care/total care dibagi hasil rata – rata jumlah pasien

dikalikan 100%.

Setelah didapatkan hasil masukan ke rumus metode douglas

dengan mengkalikan jumlah pasien minimal care di shif pagi, siang,

dan malam, mengkalikan jumlah pasien partial care dishift pagi,

siang, dan malam, dan mengkalikan jumlah pasien total care dshift

pagi, siang, dan malam. Setelah itu dijumlahkan total kebutuhan

tenaga perawat pagi, siang, dan malam/ hari. Kemudian hitung

26
jumlah cadangan perawat dengan menjumlahkan seluruh perawat

perhari ditambah dengan 25% dikali jumlah perawat perhari

sehingga didapatkan nilai kebutuhan tenaga perawat dengan metode

Douglas.

3) Cara menghitung kebutuhan tenaga perawat dengan metoda


gillies

Keterangan :
BOR di dapat dengan rumus

4) Waktu keperawatan langsung (rata – rata 4 – 5 jam/klien/hari).

Untuk pasien rawat inap Douglas (1984) menyampaikan standar waktu

pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :

a) Minimal Care : 1- 2 Jam/ 24 jam

b) Intermidiate Care : 3 – 4 Jam/ 24 jam

c) Maksimal Care : 5 - 6 Jam/ 24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kateori sebagai

berikut :

 Kategori 1 :

Self care/perawatan mandiri.

Kegiatan sehari – hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara

umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi

waku, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya

ringan dan simple.

 Kategori 2 :

Intermediate care/perawatan sedang.

27
Kegiatan sehari – hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu

makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan

kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar

mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan keperawatan

pada pasien ini monitor ttv periks aurin reduksi, fungsi fisiologis,

status emosional, kelancaran drainae atau infus, pasien memerlukan

bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5 – 10 menit/shif

atau 30 – 60 menit/shif dengan mengobservasi side efek obat atau

reaksi alergi.

 Kategori 3 :
Intensive care/perawatan total.
Kebutuhan sehari – hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua
dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat, pasien memerlukan
observasi terus – menerus.
a) Waktu keperawatan tidak langsung menurut Gillies : 38
menit/klien/hari adapun yang menyebukan 60 menit/klien/hari.
b) Waktu penkes 15 menit/hari/ klien : 0,25 jam/hari/klien.

c) Jumlah hari/ tahun : 365 hari.

d) Hari libur masing – masing perawat pertahun :73 hari (hari

minggu/ libur : 52 hari, hari libur nasional 13 hari, cuti tahunan : 8

hari).

e) Jumlah jam kerja perawat : 40 jam/minggu (bila hari kerja

efektifnya 6 hari maka 40/ 6 : 7 jam/hari).

b. Standar Beban Kerja Tenaga Kesehatan Berdasarkan Standar Nasional

Standar beban kerja tenaga kesehatan berdasarkan standar nasional

yaitu jumlah jam kerja perawat dalam 1 minggu = 40 jam, kalau hari kerja

efektif 5 hari per minggu, maka 40/5 = 8 jam per hari, kalau hari kerja efektif 6

hari per minggu, maka 40/6 = 6,6 jam per hari, (Depkes RI (2006) dalam

Sadariah (2008).

28
Penentuan Waktu Istirahat

Bilamana seseorang harus bekerja berat dengan mengkonsumsikan energi

rata – rata 5,2 Kcal/menit maka secara perlahan lahan kelelahan akan

menumpuk untuk beberapa waktu tertentu. Untuk mengestimasikan jumlah

waktu untuk istirahat (baik yang terjadwal atau tidak terjadwal) maka menurut

Wignjosoebroto (2008) dapat diformulasikan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

R : Waktu istirahat yang diperlukan (menit)

T : Total waktu yang digunakan untuk bekerja (menit)

K :rata – rata energi yang dikonsumsikan untuk kerja (kCal/menit)

S: Standar beban kerja normal yang diaplikasikan (kCal/menit)

c. Gaya Kepemimpinan

Gaya diartikan sebagai sutu cara penampilan karakteristik atau

tersendiri. Menurut Follet (2011), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa

yang tersendiri dari ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan

isu sampingan. Gillies (2010), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat

diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku

seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun – tahun dalam

kehidupannya. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan

yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain :

1. Liberal atau Laissez Fair


Kepimpinan gaya liberal atau Laissez Fair adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai

tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaannya dilakukan lebih

banyak diseahkan kepada bawahan. Gaya kepemimpinan ini bercirikan

sebagai berikut :

29
a) Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.

b) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan.

c) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan.

d) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.

e) Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan.

f) Prakarsa selau berasal dari bawahan.

g) Hampir tiada pengarahan dari pimpinan.

h) Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok.

i) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok.

j) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan.

2. Kepemimpinan Transaksional

Model kepemimpinan yang terjadi ketika pola relasi antara pemimpin

dengan konstituen, maupun antara pemimpin dengan elit politik lainnya

dilandasi oleh semangat pertukaran kepentingan ekonomi atau politik.

Menurut Bycio dkk. (2010) kepemimpinan transaksional adalah gaya

kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya

pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang

melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada

kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan

kerja, dan penghargaan.

Dari pengertian tersebut secara sederhana Kepemimpinan

Transaksional dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang

pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dengan menawarkan

imbalan/akibat terhadap setiap kontribusi yang diberikan oleh anggota

kepada organisasi. Karakteristik Pemimpin Transaksionalis :

a) Mengetahui keinginan bawahan

b) Terampil Memberikan imbalan atau janji yang tepat

c) Responsif terhadap kepentingan bawahan

30
3. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh – sungguh

diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini

sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi

kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin

secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru

(Locke, 2011).

Secara sederhana dapat dipahami bahwa Kepemimpinan

Transformasional adalah kepemimpinan yang membawa organisasi pada

sebuah tujuan baru yang lebih besar dan belum pernah dicapai

sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan keyakinan kepada

para anggota agar mereka bergerak secara sungguh – sungguh menuju

tujuan bersama tersebut dengan mengesampingkan kepentingan/keadaan

personalnya.

Karakteristik Pemimpin Transformasionalis :

a) Kharismatik

b) Inspiratif dan motivatif

c) Percaya diri

d) Mampu berkomunikasi dengan baik

e) Visioner

f) Memiliki idealisme yang tinggi

d. Kepuasan Kerja (Nursalam, 2007)

Beberapa dimensi kepuasan pekerjaan perawat, yaitu :

1. Dimensi upah yaitu jaminan kesehatan yang diterima oleh perawat.

2. Dimensi tuntutan yaitu unsur kesesuaian antara beban kerja diberi kepada

perawat dengan waku diperlukan oleh perawat itu sendiri.

31
3. Dimensi kebijakan organisasi, yaitu untuk mengenai unsur kebijakan

rumah sakit terhadap penyediaan lingkungan dan prasarana guna

menunjang kelancaran dan kemudahan perawat dalam bekerja.

4. Dimensi interaksi yaitu unsur hubungan dan kerjasama antara tenaga

perawat dengan tenaga medis dan non medis.

5. Dimensi wewenang yaitu kesesuaian antara tanggung jawab yang

diberikan kepada perawat dalam wewenang sebagai seorang perawat.

6. Dimensi profesional yaitu perasaan perawat terhadap keberartian dan

pentingnya pekerjaan yang mereka lakukan.

e. Gaya Kepemimpinan

Komunikasi adalah alat atau cara seseorang mengirim pesan ke orang

lain dan mengharapkan respon dari orang tersebut. Dalam konteks

manajemen manajer mengirimkan berita kepada bawahannya baru dapat

dikatakan berkomunikasi bila bawahannya menerima dan mengerti pesan

yang disampaikan dan memiliki persepsi yang sama diantara keduanya.

1. Hambatan Komunikasi

Secara objektif hambatan yang secara tidak disengaja keberadaannya

(faktor lingkungan, kurang kemapuan, waktu yang tidak tepat, media tidak

cocok). Secara subjektif hambatan yang secara sengaja dibuat sehingga

menimbulkan gangguan (pertentangan kepentingan, prejudis, iri hati).

a) Faktor komunikator

1) Keterampilan yang kurang dalam penyampaian isi pesan

2) Penggunaan media tidak tepat.

3) Tidak bisa memanipulasi kondisi lingkungan yang tidak kondusif

4) Kurang kemampuan dalam merumuskan tujuan komunikasi ke dalam

pesan yang disampaikan.

b) Faktor komunikan

1) Selektifitas

32
2) Antisipasi terhadap isi pesan

3) Komunikan mempunyai anggapan – anggapan tertentu terhadap

komunikator

c) Faktor pendukung

1) Komunikator

Kepercayaan terhadap komunikator, faktor ahli dalam bidangnya,

faktor apakah komunikator adalah orang yang dipercaya atau tidak.

2) Daya tarik komunikator

3) Komunikan

 Komunikan benar – benar mengerti isi pesan.

 Pada saat iya mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan

itu sesuai dengan tujuannya.

 Pada saat iya mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan

itu bersangkutan dengan kepentingan dirinya.

 Komunikan mampu menepati baik secara mental maupun secara

fisik.

4) Teknik komunikasi efektif manajer dengan bawahan model ohiostate

dari Suprianto (2005).

Tabel 2.2 Metode Kepemimpinan Ohio State


Pertimbangan tinggi struktur tugas
Pt – Tr Pt – T
Partisipasi Selling
Pr – Tr Pr – Tt
Delegasi Telling

2. Hersey dan Blanchard (1977) menggunakan teori kepemimpinan

situasional untuk menggolongkan dan menjelaskan kata kerja aktif dari tiap

perilaku pemimpin :

a) Telling yang mana pemimpin memberi intruksi dan mengawasi

pelaksanaan tuas dan kinerja anak buahnya :

33
1) Digunakan untuk kondisi struktur tugas tinggi dan pertimbangan

rendah.

2) Komunikasi satu arah.

3) Manajer memerintahkan bawahan tentang apa, bagaimana, dimana,

bawahan harus melakukan tugasnya.

b) Selling yang mana pemimpin menjelaskan keputusannya dan membuka

kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas :

1) Digunakan pada struktur tugas tinggi dan pertimbangan/ hubungan

rendah.

2) Sebagian besar arahan masih dibuat oleh manajer.

3) Komunikasi dilakukan dengan dua arah.

c) Partisipasi merupakan pemimpin memberi kesempatan untuk

menyampaikan ide – ide sebagai dasar penambilan keputusan :

1) Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/ hubungan

tinggi.

2) Pimpinan dan bawahan bersama – sama membuat keputusan

melalui komunikasi dua arah.

3) Manajer hanya memfaasilitasi karena bawahan memiliki kemampuan

dan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah yang ada

d) Delegasi merupakan pemimpin melimpahkan keputusan dan

pelaksanaan tugas kepada bawahannya :

1) Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/ hubungan

rendah.

2) Bawahan diberi kesempatan untuk memainkan kemampuan yang

dimilikinya.

3) Dituntut bawahan memiliki kemampuan tinggi dalam menyelesaikan

masalah.

f. Proses Komunikasi

34
Komunikasi merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan

menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain

dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.Pesan

dapat berupa pesan verbal, tertulis, ataupun nonverbal. Proses ini juga

melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, dimana komunikasi

dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi : nilai – nilai, kepercayaan,

temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan dan penerima pesan,

sedangkan faktor eksternal meliputi : keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan,

dan waktu. Kedua belah harus peka terhadap faktor internal dan eksternal,

seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal

yang ada.

Tabel 2.3 Diagram Proses Komunikasi (Marquis & Huston, 1998 dalam
Nursalam, 2009)
Faktor Internal
Faktor Eksternal Komunikator
Tertulis
Verbal
Non – Verbal Pesan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Komunikan

g. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan


Walaupun komunikasi dalam satu organisasi adalah sangat kompleks,

manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap di

bawah ini (Nursalam, 2009) :

1) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk pemahaman tentang

siapa yamg akan terkena dampek dari pengambilan keputusan yang telah

dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu dibangun antara

manajer dan staf.

2) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian

proses yang tak terpisahkan dalam kebijakan organisasi. Jika bagian

lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus

35
berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang

yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan.

3) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.

4) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima

secara akurat. Salah satu cara untuk melakukannya pada proses ini

adalah meminta penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi

yang disampaikan.

5) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi

manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang

disampaikan orang lain, dan menunjukan rasa menghargai dan ingin tahu

terhadap pesan yang disampaikan.

h. Model Komunikasi Menurut Nursalam (2009)


1) Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi.

Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah

mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan

pelaksanaaan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat

menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam

komunikasi tertulis, khususnya pada stafnya. Menurut Asosiasi pendidikan

kesehatan di Amerika komunikasi tertulis dan memo dalam suatu

organisasi meliputi :

a) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis.

b) Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu dipertimbangkan

dampaknya.

c) Gunakan kata aktif, dimana akan mempunyai pengaruh yang baik.

d) Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata. Tulisan yang

sederhana akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan untuk

dibaca orang lain.

36
e) Gunakan seminimal mungkin kata–kata yang tidak penting. Temukan

cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan, sehingga orang lain

mudah mengerti.

2) Komunikasi secara langsung

Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan

bawahan baik secara formal maupun informal.Mereka juga melakukan

komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu

dalam kelompok dan presentasi secara formal (Nursalam, 2009).

Tujuan komunikasi verbal adalah “assertiveness”. Pelaku asertif

adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu

untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur dan dengan

cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak

berkomunikasi. Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif

adalah pasif dan agresif, khususnya agresif yang tidak

langsung.Komunikasi pasif terjadi jika individu tidak tertarik terhadap topik

atau karena enggan berkomunikasi, sedangkan komunikasi agresif terjadi

jika individu merasa superior terhadap topik yang dibicarakan (Nursalam

2009).

3) Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan

ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap tubuh atau body language.

Komunikasi non verbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang

diterima atau disampaikan, maka komunikasi non verbal lebih

mengandung arti yang signifikan dibandingkan komunikasi verbal. Tetapi

akan menjadi sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal

disalah artikan tanpa adanya penjelasan secara verbal (Nursalam 2007).

Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non verbal,

37
agar individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan secara jelas

(Nursalam 2007).

4) Komunikasi via telpon

Pada era milenium ini, manajer sangat terantun melakukan

komunikasi menggunakan telepon. Dengan kemudahan sarana

komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk merespon setiap

perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh karena itu, untuk

menjaga citra organisasi, manajer, dan semua staf, harus belajar dan

sopan serta menghargai setiap menjawab telefon. Jika orang lain harus

menunggu untuk berbicara, maka waktu yang diperlukan harus singkat

untuk menghindari kesan yang negatif.

i. Stategi Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan Di Rumah Sakit

Komunikasi pada tahapan ini tidak hanya ditujukan secara spesifik melalui

strategi perencanaan. Tetapi juga 3 komponen yaitu : struktur, budaya, dan

teknologi harus mendapat perhatian yang sama.

Struktur dalam organisasi bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi

efektif yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja. Setiap

struktur yang ada harus memiliki kelompok klinik yang dirancang untuk

pelaksanaan prinsip – prinsip asuhan keperawatan kepada pasien,

keterampilan yang baik, dan dapat membantu penyelesaian organisasi.

Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk dirubah

dalam waktu sesaat. Kita percaya bahwa kita akan bekerja dengan

lingkungan dan individu Yang mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini

penting untuk diperhatikan mengingat perubahan suatu budaya dalam

manajemen adalah aspek yang penting pada proses perubahan yang efektif.

Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik komunikasi yang efektif.

Komunikasi interpersonal dan organisasi sering memerlukan perantara yang

akan sangat bermanfaaat di masa akan datang, yaitu teknologi elektronik,

38
dan penggunaan media. Setiap suatu perubahan di Rumah Sakit harus

didukung dengan perencanaan Health Information System (HIS) yang efektif

dan selalu dipantau dan dievaluasi pada setiap proses perubahan.

2. Metode

a. Konsep metode praktek keperawatan profesional

1) Pengertian MPKP

Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik

keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep,

dan teori keperawatan. Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan

teknologi kesehatan menurut perawat, sebagai suatu profesi, memberi

pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya

mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

2) Tujuan MPKP

a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

b) Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.

c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan

keputusan.

e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dari tujuan asuhan

keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan. Ada 5 komponen

MPKP :

 Nilai professional

 Pendekatan manajemen

 Metode pemberi asuhan keperawatan

 Hubungan professional

 System penghargaan dan kompensasi

39
b. Konsep diskusi refleksi kasus

1) Definisi Diskusi Refleksi Kasus

Diskusi refleksi kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran dalam

merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan yang aktual dan menarik

dalam memberikan dan mengelola asuhan keperawatan di lapangan

melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman standar

yang ditetapkan.

2) Tujuan Diskusi Refleksi Kasus

a) Mengembangkan profesionalisme perawat.

b) Salah satu wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu

pada standar keperawatan yang telah ditetapkan.

3) Manfaat Diskusi Refleksi Kasus

Diskusi Refleksi Kasus (DRK) mempunyai manfaat sebagai berikut :

a) Meningkatkan aktualisasi diri perawat.

b) Membangkitkan motivasi belajar perawat.

c) Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar dan meningkatkan

kerjasama.

d) Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa

merasa tertekan.

e) Memberikan masukan kepada pimpinan.

4) Langkah – Langkah Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus

Memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan, topik – topik bahasan

yang diterapkan untuk didiskusikan dalam DRK antara lain :

a) Pengalaman pribadi perawat yang aktual dan menarik dalam

menangani kasus/ pasien di lahan klinis.

b) Pengalaman dalam mengelola pelayanan keperawatan dan isu – isu

stategis.

40
c) Pengalaman yang masih relevan untuk dibahas dan akan memberikan

informasi berharga untuk meningkatkan mutu pelayanan.

d) Proses diskusi akan memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta

untuk merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuannya

dan mengarahkan maupun meningkatkan pemahaman perawat

terhadap standar yang akan mengacu mereka untuk melakukan kinerja

yang bermutu tinggi.

5) Menyusun jadwal kegiatan

Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegiatan yang harus dilaksanakan

dalam waktu kurun waktu yang telah ditetapkan dan disepakati. Kegiatan

DRK dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan dan sebaiknya jadwal

disusun untuk kegiatan satu tahun, dengan demikian para peserta yang

telah ditetapkan akan mempunyai waktu yang cukup untuk

mempersiapkannya.

6) Waktu pelaksanaan DRK

Waktu yang dibutuhkan melakukan kegiatan tersebut minimal 60 menit

7) Peran masing – masing peserta dalam DRK

Dalam Diskusi Refleksi Kasus ditetapkan suatu aturan main yang harus

dipatuhi oleh semua peserta agar diskusi tersebut dapat terlaksana

dengan tertib. Ada 3 peran yang telah disepakati dan dipahami dalam

melaksanakan DRK yaitu :

a) Peran penyaji

 Menyiapkan kasus klinis keperawatan yang pernah dialami ataupun

pernah terlibat di dalamnya yang merupakan kasus yang menarik

bagi kasus yang lalu maupun kasus – kasus saat ini. Selain kasus

klinis dapat pula dipilih kasus management dan pengalaman

keberhasilan dalam pelayanan.

 Menjelaskan menjelaskan kasus yang telah disiapkan

41
 Menyimak pertanyaan yang disampaikan peserta.

 Memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan dan

pegalamannya yang telah dilakukan dan merujuk pada standar yang

relevan atau SOP yang berlaku.

 Mencatat hal – hal penting selama proses DRK

b) Peran moderator

 Mempersiapkan ruangan diskusi dengan mengatur posisi tempat

duduk dalam bentuk lingkaran sehingga peserta dapat saling

bertatapan muka dengan leluasa.

 Membuka pertemuan

 Mengucapkan selamat datang

 Menyampaikan tujuan pertemuan

 Membuat komitmen bersama dengan seluruh anggota diskusi

tentang lamanya waktu diskusi atau kontrak waktu

 Menyampaikan tata tertib diskusi

 Selama penyajian kasus tidak boleh ada interupsi

 Yang berbicara hanya satu orang dalam satu saat

 Peserta boleh bertanya tanpa memojokkan/ menyalahkan satu

sama lain

 Tidak ada yang mendominasi dalam diskusi

 Mempersilahkan penyaji untuk menyampaikan kasusnya.

 Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan

pertanyaan secara bergilir selama 30 menit.

 Mengatur lalu lintas pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan

klarifikasi jika ada yang kurang jelas.

 Merangkum hasil diskusi.

42
 Melakukan refleksi terhadap proses diskusi dengan meminta peserta

untuk menyampaikan pendapat dan komentarnya tentang diskusi

tersebut.

 Membuat kesimpulan hasil refleksi dan menyampaikan isu – isu yang

muncul.

 Meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya.

 Menutup pertemuan dengan memberikan penghargaan kepada

seluruh peserta dan berjabat tangan.

 Membuat laporan hasil diskusi sesuai format dan menyimpan

laporan DRK pada arsip yang telah ditentukan bersama.

c) Peran peserta

 Mengikuti kegiatan sampai selesai diakhiri untuk mengisi daftar hadir.

 Memberikan perhatian penuh selama kegiatan.

 Mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan minimal

satu pertanyaan.

 Dalam mengajukan pertanyaan agar merujuk pada standar, tidak

dibenarkan untuk mengajukan pertanyaan/ pernyataan yang sifatnya

memojokkan/ menyalahkan.

 Tidak dibenarkan untuk mendominasi pertanyaan.

 Pertanyaan berupa klarifikasi dan tidak bersifat menggurui.

d) Penyusunan laporan hasil DRK

Setelah melakukan kegiatan, langkah berikutnya adalah menyusun

laporan DRK, agar kegiatan DRK dapat diketahui dan dibaca oleh

pimpinan, anggota kelompok atau teman sejawat lainnya maka kegiatan

tersebut harus dicatat/ didokumentasikan sebagai laporan. Bentuk

laporan dikemas dengan menggunakan suatu format antara lain

berisikan :

43
 Nama peserta yang hadir

 Tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan

 Isu – isu atau masalah yang muncul selama diskusi

 Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah.

c. Konsep timbang terima

1) Pengertian timbang terima

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan klien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin

dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri

perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan

perkembangan saat itu Informasi yang disampaikan harus akurat,

sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan

sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer (penanggung

jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam

2010).

2) Tujuan

a) Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi

yang penting.

b) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).

c) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian

asuhan keperawatan kepada pasien.

d) Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat

dinas berikutnya.

e) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

3) Mafaat

a) Bagi perawat

44
 Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar

perawat

 Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna

 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan

b) Bagi pasien

Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang

belum terungkap.

Bagan 2.1 Alur Timbang Terima

Pasien/ Klien

Diagnosa Medis Masalah Diagnosa Keperawatan


Kolaboratif (Didukung Data)

Rencana
Tindakan

Telah Dilakukan Belum Dilakukan

Perkembangan
Keadaan
Pasien/ Klien

Masalah :

1. Teratasi
2. Belum Teratasi
3. Teratasi Sebagian
4. Muncul Masalah
d. Konsep supervisi

1) Pengertian

45
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan

yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup

masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan, dalam peralatan

agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Depkes,

2010). Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya

adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama – sama (H.

Burton, dalam Pier AS, 2009).

2) Tujuan

a) Mengoreintasi staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

b) Melatih staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

c) Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari

dan mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksanaan

asuhan keparawatan.

d) Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksanaan

keperawatan dalam memberikan asuhan.

e) Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman.

3) Prinsip

a) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.

b) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,

keterampilan, hubungan antara manusia dan kemampuan

menerapkan prinsip manajemen dan kepimimpinan.

c) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan

dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar.

d) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara

supervisior dan perawat pelaksana.

e) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang

spesifik.

46
f) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,

kreativitas, dan motivasi.

g) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam

pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan

manajer.

4) Pelaksanaan supervisi

a) Kepala ruangan

 Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan

dalam pelayanan keperawatan pada klien diruang perawatan.

 Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

 Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik

keperawatan diruang perawatan sesuai dengan tugas yang

didelegasikan.

b) Pengawas keperawatan

Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan kepada

kepala ruangan yang ada diinstalasinya.

c) Kepala seksi keperawatan

Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung

dan seluruh perawat secara tidak langsung.

5) Langkah – langkah supervisi

a) Pra – supervisi

 Supervisior menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.

 Supervisior menetapkan tujuan.

b) Pelaksanaan supervisi

 Supervisior menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau

instrumen yang telah disiapkan.

47
 Supervisior mendapat beberapa hal yang memerlukan

pembinaan.

 Supervisior memanggil Ka.tim dan PA untuk mengadakan

pembinaan dan klasifikasi permasalahan.

 Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan

memvalidasi data sekunder.

c) Pasca – supervisi 3F

 Supervisior memberikan penilaian supervisi (F – Fair).

 Supervisior memberikan feedback dan klarifikasi.

 Supervisior memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.

6) Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan

Peran dan fungsi supervisior dalam supervisi adalah mempertahankan

keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya

yang tersedia (Nursalam, 2010).

7) Manajemen pelayanan keperawatan

Tanggung jawab supervisior dalam supervisi keperawatan adalah :

a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan.

b) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.

c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.

8) Manajemen aggaran

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan,

dan pengembangan. Supervisor berperan dalam :

a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana

tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat

dicapai sesuai tujuan RS.

48
b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan

anggaran keperawatan.

c) Memberi justifikasi projeksi anggaran unit yang dikelola.

Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi

begitu saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar

dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat

menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.

9) Teknik supervisi (Nursalam, 2010)

Proses supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok,yaitu :

a) Mengacu pada standar asuhan keperawatan.

b) Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk

menetapkan pencapaian.

c) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan

kualitas asuhan.

10) Area supervisi

a) Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada

klien.

b) Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.

c) Sikap penghargaan terhadap pekarya misalnya kejujuran dan

empati.

11) Cara supervisi

a) Langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang

berlangsung, dimana supervisior dapat terlibat dalam kegiatan,

umpan balik dan perbaikan.

Proses supervisi keperawatan meliputi :

 Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan

keperawatan didampingi oleh supervisior.

49
 Selama proses, supervisior dapat memberi dukungan,

reinforcement, dan petujuk.

 Setelah selesai, supervisior dan perawat pelaksana melakukan

diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan

memperbaiki yang masih kurang. Reinfocement pada aspek yang

positif sangat penting dilakukan oleh supervisior.

b) Tidak langsung

e. Konsep konferensi

1) Tujuan dilakukan konferensi

a) Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah di buat

oleh PP.

b) Menetapkan klien yang menjadi tangung jawab masing – masing PA.

c) Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari

itu. Tindakan didasarkan pada renpra yang ditetapkan oleh PP.

d) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tangung

jawabnya.

2) Panduan bagi PP dalam melakukan konferensi

a) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian

dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal dinas.

b) Konferensi dihadiri oleh PP dan PA dalam tim masing – masing.

c) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil

3) Hal yang disampaikan oleh PP meliputi

a) Keadaan umum klien

b) Keluhan klien

c) Tanda – tanda vital kesadaran

d) Hasil pemeriksaan laboratorium/ diagnostik terbaru

e) Masalah keperawatan

f) Rencana keperawatan hari ini

50
g) Perubahan terapi medis

h) Rencana medis

i) PP mendiskusikan dan mendengarkan PP tentang masalah yang

terkait dengan keperawatan klien meliputi :

 Keluhan klien terkait dengan pelayanan, seperti : keterlambatan

karena kesalahan pemberian makan, kebisingan pengunjung lain,

ketidakhadiran dokter visite.

 Ketepatan pemberian infus.

 Ketepatan pemantauwan asupan dan keluaran cairan.

 Ketepatan pemberian obat oral atau injeksi.

 Ketepatan pelaksanaan tindakan lain.

 Ketepan dokumentasi.

 Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.

 Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan

kemajuan masing – masing PA.

 Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat

diselesaikan.

f. Orentasi pasien/ klien baru

Orientasi terhadap pasien baru adalah pemberian informasi kepada pasien

baru berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan oleh rumah

sakit. Informasi adalah pesan atau isi berita yang ingin disampaikan oleh

seseorang kepada orang lain dengan harapan orang tersebut mengetahui

dan mengerti akan maksud dan tujuan dari isi pesan atau berita yang

disampaikan. Orientasi terhadap pasien baru merupakan usaha memberikan

informasi/sosialisasi kepada pasien dan keluargatentang segala sesuatu yang

berkaitan dengan pelayanan selama di rumah sakit (Ragusti, 2008).

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

51
1) Orientasi dilakukan saat pertama kali pasien datang (24 jam pertama) dan

kondisi pasien sudah tenang.Orientasi dilakukan oleh PP (perawat primer).

Bila PP tidak ada PA (Perawat asosiet) dapat memberikan orientasi untuk

pasien dankeluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh

PPsegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab

terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan Orientasi diberikan

pada pasien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan di kamar

pasien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya pasien

diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang

ditempelkan di kamar pasien.

2) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada pasien dan

keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci pasien.

3) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang

mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan ,

sekaligus menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan pasien

dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien.

4) Pada saat penggantian dinas (di kamar pasien), ingatkan pasien nama

perawat yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan pasien atau keluarga

melihat pada daftar nama tim.

g. Konsep Ronde Keperawatan

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien

yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas

dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu

harus dilakukan oleh penanggung jawab dengan melibatkan seluruh anggota

tim yang jaga.

1) Karakteristik

a) Klien dilibatkan secara langsung.

b) Klien merupakan fokus kegiatan.

52
c) Perawat asosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi

bersama.

d) Kosuler memfasilitasi kreatifitas.

e) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,

perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi

masalah.

2) Tujuan

a) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.

b) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal

dari masalah klien.

c) Meningkatkan validitas data klien.

d) Menilai kemampuan justifikasi.

e) Peningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.

f) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.

3) Manfaat

a) Masalah pasien dapat teratasi.

b) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

c) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional.

d) Terjalinya kerja sama antar tim kesehatan.

e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat

dan benar.

4) Kriteria pasien/ klien

pasien yang dipilih dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang

memiliki kriteria sebagai berikut :

a) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun

dilakukan tindakan keperawatan.

b) Pasien dengan kasus baru atau lengkap.

c) Hasil

53
 Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.

 Masalah pasien dapat teratasi.

 Perawat dapat :

 Menumbuhkan cara berfikir yang kritis serta meningkatkan cara

berfikir yang sistematis dan kemampuan validitas pasien.

 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.

 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien.

 Meningkatkan kemampuan justifikasi.

 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

 Langkah – langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai

berikut.

Bagan 2.2 Langkah – Langkah Ronde Keperawatan


PP

Penetapan pasien/ klien

Persiapan pasien/ klien :

 Inform consent
 Apa yang menjadikan masalah
 Hasil pengkajian/ intervesi data
 Cross cek data yang ada
 Apa yang menyebabkan
masalah tersebut
Penyajian data  Bagaimana pendekatan
(proses, SAK, SOP)

Validasi data

Diskusi karu, PP, perawat konselor


Tahap ronde pada bed
pasien/ klien
Analisa data

Masalah teratasi Aplikasi hasil analisa


dan diskusi

54
3. Material (Material)

a. Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis

1) Alat tenun

a) Sprei

b) Bantal Kepala

c) selimut

d) Stik Laken

e) Sarung bantal

f) Apron plastik

g) Baju pasien

h) Vitrace

i) Perlak Oscar kasur

j) Gordeng pembatas pasien

k) Gordeng jendela

2) Alat kedokteran dan kesehatan

a) Alat mandi: waskom mandi

b) Alat eliminasi: pispot dan urinal

c) Alat oksigenasi: manometer oksigen, trolley oksigen besar dan kecil,

tabung oksigen besar dan kecil, selang oksigen dan ambu bag.

d) Pengukuran tanda-tanda vital: tensimeter, stetoskop, thermometer dan

timbangan.

e) Alat transportasi: blankar, kursi roda, roda cucianMachine,suction

portabel, vacum, trolley tindakan, meja makan pasien, nebulizer

set,tolley oksigen dan trolley emergency.

f) Alat penunjang : EKG dan USG

55
g) Lain-lain:sterilisator, standar infuse,lampu sorot, lemari alkes, tempat

cuci alat dan tempat pembuangan niddle.

h) Dressing set: gunting verban, korentang, bak instrumen besar, bak

instrumen sedang, bak instrumen kecil,bengkok, set ganti balutan,

torniquet,APD, baki tindakan, gunting plester, kom alkohol + tutup,

pinset anatomis, pinset cirurgis, tromol kasa besar, tromol kasa

sedang, tromol kasa kecil dan alas baki.

3) Alat Kantor

a) Alat elektronik : lemari es, AC, televisi, Komputer, Telepon, Dispenser.

Alat tulis kantor : Buku keterangan dirawat, buku, buku resep umum,

buku laporan dinas ruangan VK dan nifas, buku catatan IUD, buku

penyuluhan, buku harian pasien, buku observasi TPRS, buku surat

rujukan, buku epidemic, lembar pengantar control, lembar

pemeriksaan penunjang, lembar observasi, resep obat, lembar resume

keperawatan, spidol, pencil, peng

4. Marketing (Marketing)

a. Jumlah Hari Rawat Inap

Indikator penilaian efisiensi pelayanan adalah:

1) Bed Occupancy Rate.

Bed occupancy rate (BOR) atau Pemakaian Tempat Tidur

dipergunakan untuk melihat berapa banyak tempat tidur di rumah sakit yang

digunakan pasien dalam suatu masa.

Jumlah hari perawatan


BOR = ————————————– x 100%
Jumlah TT x hari perawatan

Prosentase ini menunjukkan sampai berapa jauh pemakaian tempat

tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu.Bila nilai ini

mendekati 100 berarti ideal tetapi bila BOR Rumah Sakit 60-80%sudah bias

dikatakan ideal.

56
BOR antara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh

karena adanya perbedaan fasilitas rumah sakit, tindakan medik, perbedaan

teknologi intervensi.Semua perbedaan tadi disebut sebagai “case mix”.

2) Bed Turn Over.

Turn over internal (TOI), waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong

atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati

lagi oleh pasien lain.

(Jumlah TT x 365) – hari perawatan


TOI = ——————————————–————x 100%
Jumlah semua pasien keluar hidup + mati

TOI diusahakan lebih kecil daripada 5 hari.Bed turn over

(BTO), berapa kali satu tempat tidur ditempati pasien dalam satu

tahun.Usahakan BTO lebih besar dari 40.

3) Length Of Stay

Length of stay yang baik 5-13 hari atau maksimum 12 hari, 6-10

hari.Infant mortality rate (angka kematian bayi). Standar 20%

Jumlah kematian bayi yang lahir di RS


IMR = ————————————————————— x 100%
Jumlah bayi yang lahir di RS dalam waktu tertentu

Maternal Mortality Rate (MMR) atau angka kematian ibu melahirkan. Standard

0,25% atau antara 0,1-0,2%

Jumlah pasien obstetri yang meninggal


MMR = ——————————————————————— x 100%
Jumlah pasien obstetri dalam jangka waktu tertentu

Foetal Death Rate (FDR) atau angka bayi lahir mati.Standar 2%.

Jumlah kematian bayi dengan umur kandungan 20 minggu


FDR = ———————————————————————x 100%
Jumlah semua kelahiran dalam jangka waktu tertentu

Post Operative Death Rate (FODR) atau angka kematian pasca bedah.

Standar 1%.

57
Jumlah kematian setelah operasi dalam satu periode
FODR = —————————————————————— x 100%
Jumlah pasien yang dioperasi dalam periode yang sama

Angka kematian sectio caesaria.Standar 5%.

b. Kepuasan kerja (Nursalam, 2007)

1) Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebihsering mangkir danlebih besar

kemungkinan mengundurkan diri.

2) Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan mempunyaikesehatan

yang lebih baik dalam usia yang lebih panjang.

3) Kepuasan terhadap pekerjaan dibawah dalam kehidupan karyawan diluar

pekerjaan.

4) Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktivitas yang tinggi.

Beberapa Dimensi Kepuasan Kerja Perawat :

1) Dimensi upah yaitu jaminan kesehatan yang diterima oleh perawat.

2) Dimensi tuntutan tugas yaitu unsur kesesuaian antar beban kerja diberikepada

perawat dengan waktu yang diperlukan oleh perawat itusendiri

3) Dimensi kebijakan organisasi yaitu mengenai unsur kebijakan rumah sakit

terhadap penyediaan lingkungan dan prasarana guna menunjangkelancaran dan

kemudahan perawat dalam bekerja.

4) Dimensi interaksi yaitu unsur hubungan dan kerja sama antar tenagaperawat

dengan tenaga medis dan non medis.

5) Dimensi wewenang yaitu kesesuaian antar tanggung jawab yang diberikan

kepada perawat dalam wewenang sebagai seorang perawat.

6) Dimensi profesional yaitu perasaan perawat terhadap keberartian dan pentingnya

pekerjaan yang mereka lakukan.

58
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Analisa Situasi Ruang E2


1) Fokus Telaah
Ruang perawatan E2 merupakan ruang perawatan penyakit dalam
wanita kelas III yang melayani pasien-pasien dengan yang mengalami
penyakit ringan maupun berat.
2) Lingkup Garapan
Lingkup garapan ruang E2 dalam bidang pelayanan adalah bentuk
upaya yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar menusia
individu yang terganggu akibat penyakitdalam yang ringan maupun berat.
3) Basis Intervensi
Intervensi asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan seperti
biasanya di ruang perawatan umum yang lain.
4) Letak Ruang
Ruang perawatan E2 terletak di bagian belakang Rumah Sakit
Cibabat yang bersebrangan dengan gedung D lalu bersebelahan dengan
gedung C, dibawahnya terdapat ruangan UTDRS, sedangkan di atasnya
terdapat ruangan E3.
5) Kapasitas Unit Ruang

59
Kapasitas ruangan yaitu 4 dengan 32 bed yang masing-masing
ruangan berjumlah 8 bed.
Ners station berada di tengah ruangan yang dapat dilihat dari
berbagai ruangan, di dalam ruang E2 terdapat ruang ganti perawat Lengkap
dengan toilet dan terdapat pula mushola.

B. Analisa SWOT
a. Man
Penghitungan kebutuhan tenaga SDM

 Ruangan E2 mengguanakan rumus Gillies

Rumus kebutuhan tenaga yang digunakan menurut Menetty


Hutchinson yaitu :

Jmh jam perawatan x 52 mgg x 7 hr x jmh TT x BOR/ Thn +


koreksi 25%
Jmh mgg efektif ( 40 mgg ) x 40 jam

N
BASIC INDEK JUMLAH
O
1 Jumlah jam perawatan 6
2 Minggu /tahun 52
3 hari/mgg 7
4 Jumlah TT 32
5 BOR 90
    6.289.920
6 faktor koreksi 10% 628.992
    6.918.912
7 jumlah mgg (40 mgg) x 40 jam 1.600
8 JUMLAH TENAGA 4.324

Komposisi ketenagaan sebagai berikut :

Jaga Pagi Kepala Ruangan = 1 orang


Pembimbing Klinik = 1 orang
On Call = 1 orang
Penanggung jawab shif = 1 orang
Pelaksana Perawat = 3 orang
Jaga Siang Penanggung jawab shif = 1 orang
Pelaksana Perawat = 3 orang
Jaga malam Penanggung jawab shif = 1 orang
Pelaksana Perawat = 3 orang
Libur Penanggung jawab shif = 1 orang
Pelaksana Perawat = 3 orang

60
Jadi Total Kebutuhan Tenaga perawat di Gedung E Lt. 2 adalah 19 orang, jadi kekurangan
tenaga sejumlah 2 orang.

Jumlah tenaga keperawatan + non nursing job

 Loss day

 Faktor Koreksi

 Jumlah tenaga
Jumlah tenaga = tenaga yg tersedia + loss day + faktor koreksi
= 17+4,6+5,4
= 27 orang

Pendidikan Jenjang karir Status kepegawaian


PNS
Akper Ners Baru PK I PK II PK III PK IV Kontrak
IIIA IIIB IIIC IIID
7 10 5 2 6 3 1 12 2 1 1 1
Jumlah = 17 Jumlah = 17 Jumlah = 17

Rata-rata jam kerja tim tiap bulan


No Tim 1 Tim 2 Tim 3 Tim 4 Rata-Rata

61
1 175 185 174 161 174
b. Methode
 Penentuan metode keperawatan sesuai kebutuhan
 Pada ruangan E2 menggunakan metode TIM
 Struktur tim

Katim 1 Katim 2 Katim 3 Katim 4


Lina Herlina Mahmudah,Amd.Kep Santi Maryani,Amd.Kep Indah Dahlia,Amd.Kep Suci Setia P.D, Amd,Kep
Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana
M. Abdul Gofur,S.Kep,Ners Neneng,Amd.Kep Heri Hermanto,Amd.Kep Indra Ahmad. M,Amd.Kep
Keni Nuraeni, S.Kep,Ners Dede Yoga,S.Kep,Ners Winda Istiyani,S.Kep,Ners Nuke Saleh,S.Kep,Ners
Roosye Meilani,S.Kep,Ners Rizka Mustika Dewi Intan Ainun Dwiny Fauziani,A.MK
S.Kep,Ners Rachim,S.Kep,Ners

 Efektifitas dokumentasi keperawatan yang digunakan


 Perawat ruangan E2 sudah menggunakan dokumentasi keperawatan sesuai
dengan SOP yang sudah di lakukan oleh rumah sakit

Tabel Hasil Observasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan


∑ ∑ Tidak Dilakukan Tidak
No Prosedur
Dilakukan dilakukan (%) dilakukan (%)
1 Dokumentasi asuhan keperawatan secara individual 17 0 100 0
2 Menggunakan formulir yang berlaku 17 0 100 0
3 Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku 17 0 100 0
4 Segera setelah asuhan keperawatan dilaksanakan 17 0 100 0
Penulisan jelas, ringkas, dan menggunakan istilah
5 17 0 100 0
baku
Setiap pencatatan harus mencantumkan nama
6 perawat, paraf yang melaksanakan tindakan dan 17 0 100 0
waktu kegiatan
Apabila ada tulisan yang salah tidak diperbolehkan
7 mengguankan Tape Ex atau dicorat-coret cukup 17 0 100 0
dengan soretan satu kali dan paraf

 Efektifitas komunikasi terapeutik


 14-01-2020 Perawat ruangan E2 melakukan komunikasi teurapeutik yang

kurang

 14-01-2020 pukul 08.45 perawat tidak memberikan senyuman dan

berkomunikasi seadanya

 14-01-2020 pukul 17.00 perawat tidak melakukan komunikasi terapetik

dengan baik terhadap pasien yang akan diberikan tindakan nebulizer

 15-01-2020 pukul 08.00 perawat menggunakan nada sedikit keras terhadap

keluarga pasien dan bersikap jutek

 Efektifitas universal precaution

62
 Pada ruangan E2 pemilahan linen kotor sudah sesuai tetapi penempatan

penyimpanan linen kotor tidak sesuai

 Terdapat 12 hand rub dan 2 hand wash

Tabel Hasil Observasi Pelaksanaan Universal Precautioin


Tidak
∑ ∑ Tidak Dilakukan
No Prosedur dilakukan
Dilakukan dilakukan (%)
(%)
1 Mencuci tangan 7 0 100 0
2 Pemakaian alat pelindung peropangan 7 0 100 0
3 Pengelolaan alat kesehatan 7 0 100 0
4 Pengelolaan alat-alat tajam 7 0 100 0
5 Pengelolaan limbah 7 0 100 0

 Efektifitas pengendalian infeksi nosokomial


 14-01-2020 pukul 16.38 perawat tidak memakai handscoon saat akan

memberikan tindakan infused dan mengambil darah kepada pasien.

 Efektifitas patient dan staff safety


 Bed plank selalu diingatkan oleh perawat, prinsip 5 benar pun sudah

dilakukan oleh perawat sebelum melakukan tindakan

Tabel Hasil Observasi International Patient Safety Goal (Joint Commission International (JCI))
∑ ∑ Tidak Dilakukan Tidak
No Goals
Dilakukan dilakukan (%) dilakukan (%)
1 Identifikasi pasien secara tepat 8 0 100 0
2 Meningkatkan komunikasi yang efektif 8 0 100 0
3 Meningkatkan Keamanan Penggunaan
8 0 100 0
Obat yang membutuhkan perhatian
4 Meningkatkan benar lokasi, benar
8 0 100 0
pasien, benar prosedur pembedahan
5 Mengurangi resiko infeksi 8 0 100 0
6 Mengurangi risiko pasien cedera karena
8 0 100 0
jatuh

 Bagan organisasi
 Pada ruangan E2 hanya menggunakan struktur organisasi (terlampir)

 Standar Operasional Prosedur


 Pada ruangan E2 terdapat lebih dari 10 besar sop yang sering digunakan

untuk melakukan tindakan (pemeriksaan fisik, pengambilan darah vena,

pemberian injeksi iv lewat infus, memeberi minum personde, pemberian

nebulizer, mobilisasi aktif dan pasif, pemberian obat melalui Intra Cutan (IC),

63
memasang kondom kateter, melepas kateter kandung kemih, mengukur

intake output,dokumentasi asuhan keperawatan)

 Standar Asuhan Keperawatan


 Pada ruangan E2 mengguanakan standar asuhan keperawatan yang sudah

dibakukan oleh Rumah Sakit Cibabat

 Visi dan Misi ruangan


 Pada ruangan E2 menggunakan visi dan misi Rumah Sakit
c. Material

No Nama Alat Jumlah Kondisi


1 Lemari berkas 2 Baik
2 Lemari dokumen pasien 1 Baik
3 Instrumen steril Ada Kurang
4 Instrumen non steril Ada Kurang
5 Tempat sampah infeksius 1 Baik
6 Tempat sampah plabot 1 Baik
7 Safety box 3 Baik
8 Tempat sampah non medis 8 Baik
9 Oxygen mobile 1 Baik
10 Lemari pasien 31 Baik
11 Tiang infus 31 Baik
12 Tempat tidur 31 Baik
13 Troli indakan 6 Baik
14 Troli emergency 1 Baik
15 APAR 2 Baik
16 Hydrant 1 Baik
17 Tangga Darurat 2 Baik
18 Lift 1 Baik
19 Denah Lokasi 2 Baik
20 Mesin suction 1 Baik
21 Mesin EKG 1 Baik
22 Monitor 3 Rusak
23 Oximetri 2 Rusak
24 Syringe pump 9 Baik
25 Infuse pump 2 Baik
26 Mesin nebulizer 2 Baik
27 Tensi digital 2 Baik
28 Tensi manual 1 Rusak
29 Termometer digital 1 Baik

d. Marketing

 Metoda marketing
Rumah Sakit mendapatkan dana dari APBD atau bantuan dari Anggaran Pendapatan
da Belanja Derah
 Sasaran marketing
Sasaran marketing di RSUD cibabat adalah masyarakat kota Cimahi dan Bandung

Tabel 3.1.Analisis Faktor Intenal

64
NO Faktor Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
1. Man 1.Dominasi Perawat jenjang pendidikan 1. Jumlah kurang dari kebutuhan
Ners perawat di ruangan
2.Sehat jasmani rohani 2. Rata-rata jam kerja perawat
3.Berpakaian dan berpenamipilan bersih dalam satu bulan lebibh dari 160
dan rapih jam
4.Mampu mengidentifikasi/memisahkan 3. Beban kerja perawat ruang E2
antara konflik pribadi dengan Cukup tinggi, karena kurangnya
pekerjaan sumber daya manusia yang tidak
5.Dari 17 orang perawat terdapat 1 sesuai dengan kebutuhan ruang
orang perawat dengan masa kerja < 1 E2.
tahun, 16 orang perawat dengan
masa kerja > 1 tahun
6.Tersedianya sumber daya manusia
yang sudah tersertifikasi STR dan SIP
100%
2. Money 1.Dana didapat dari pemerintah 1. Dana terkadang tidak mencukupi
sesuai kebutuhan
3 Material 1. Ruang E2 menggunakan gelang 1. Sebagian besar oxsimetri pada
tangan sebagai identitas pasien monitor tidak bisa
2. Ruang E2 telah memiliki pembagian digunakan/rusak
ruangan yang jelas 2. Oxsimetri mobile tidak bisa
3. Telah tersedia tempat sampah yang digunakan
berbeda untuk jenis sampah medis, 3. Satu spigmomanometer manual
sampah domestik, dan sampah alat- rusak
alat tajam 4. Instrumen ganti balutan tidak
4. Telah terdapat petunjuk tehnik cuci lengkap
tangan yang benar yang diletakan 5. Denah ruangan gedung E2 tidak
didekat tempat disinfektan untuk cuci sesuai
tangan diruang E2 yang dapat 6. Sirkulasi udara tidak maksimal
dimanfaatkan oleh semua pihak baik 7. Tidak terdapat larangan berupa
perawat, mahasiswa, pasien, tulisan “anak dibawah usia 14
maupun keluarga pasien. tahun dilarang masuk ruangan”
5. Terdapat lemari dokumen pasien 8. Bak instrumen kecil untuk
tertata rapih,yang digunakan untuk melakukan tindakan hanya
menyimpan dokumen pasien terdapat 2
4. Methode 1.Operan dinas sudah dilakukan dengan 1.Terdapat beberapa perawat
baik, setiap hari melakukan operan kurang menunjukan caring pada
dinas secara rutin. pasien
2.Audit dokumentasi askep sudah 2.Pelaksanaan universal precaution
dijalankan dengan baik sudah dilakukan dengan baik di
3.Diruang E2 memiliki trolly emergency, mana sarung tangan, masker,
hal ini sangat membantu dalam tempat sampah medis dan benda
keefektifan pelayanan yang dilakukan tajam sudah terkoordinasi dengan
untuk pasien yang memerlukan baik sesuai dengan sop. Namun
tindakan segera. perawat kadang tidak mencuci
4.Setelah timbang terima perawat yang tangan setelah tindakan, tidak
berdinas mengecheck setiap pasien menggunakan masker pada saat
kelolaannya sebelum merencanakan yang tepat sesuai kebutuhan.
tindakan keperawatan dan melakukan
komunikasi terapeutik.
5.Sentralisasi obat sudah dijalankan
secara baik yaitu petugas farmasi

65
mengantarkan obat ke ruangan.
6.Terdapat standar operasional yang
sama di RSUD Cibabat
5. Marketing 1.Terdapat tingkat kepuasan yang baik 1. Tidak adanya evaluasi pelayan
dari pasien/keluargan terhadap berupa ucapan terimakasih dan
pelayanan perawatan di ruang E2. permohonan maaf mengenai
2.Terdapat leaflet untuk pasien/keluarga pelayanan selama perawatan.
dan pengunjung 2. Tidak terdapat visi dan misi dan
3.Kerjasama dengan institusi moto ruangan
pendidikan.
4.Terdapat kotak saran

Tabel 3.2.Analisis Faktor Eksternal


No Faktor Peluang (Opportunity) Ancaman (Treaths)
1. Man 1.Adanya kerjasama dengan institusi 1.Adanya ruang perawatan lain
pendidikan yaitu, E3
2.Terbukanya kesempatan untuk 2.Terbukanya MEA sehingga
melanjutkan pendidikan bagi tenaga peluang tenaga kesehatan asing
medis ke jenjang yang lebih tinggi dapat bekerja di Indonesia
semakin tinggi.
3.Tenaga medis asing
berpendidikan setingkat S1,
dengan status Registered Nurse
(RN) dan mampu berbicara
bahasa Indonesia
2. Money 1.Adanya kebijakan pemerintah tentang 1.Terjadinya wabah penyakit
profesionalisme keperawatan tertentu dimasyarakat sehingga
tingginya kunjungan ke rumah
sakit begitupun ruangan E2
3. Material 1.RSUD Cibabat merupakan rumah 1.Adanya persaingan rumah sakit
sakit tipe B yang memungkinkan untuk di daerah Jawa Barat baik negeri
memperoleh fasilitas yang lengkap maupun swasta dan klinik yang
sehingga ruang E2 memiliki memiliki sarana dan prasarana
kesempatan yang besar untuk yang memadai.
melengkapi fasilitas kesehatan yang 2.Adanya persaingan mutu
belum tersedia. pelayanan antar rumah sakit baik
langsung maupun tidak langsung.
4. Methode 1.Tersedianya fasilitas yang menunjang 1.Adanya peningkatan dan daya
untuk pengelolaan infeksi nasokomial. pikir yang kritis dari masyarakat
2.Adanya kerjasama yang baik antara terhadap pelayanan dan tindakan
pihak rumah sakit dengan institusi keperawatan.
pendidikan 2.Tuntutan masyarakat akan
pelayanan yang maksimal dalam
ruang perawatan.
5. Marketing 1.Kesempatan untuk mengembangkan 1.Terdapat rumah sakit lain di
sarana dan prasarana daerah sekitar.

66
67
ANALISIS SWOT

IFAS TABEL

1. MAN
NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

Strength

1. Status kepegawaian perawat yang ada di Ruang E2 dibedakan 0.16 3 0.16 X 3=0.48
menjadi dibedakan menjadi 2 kategori yaitu, pegawai PNS
sebanyak 5 orang, pegawai KHL sebanyak 12 orang.

2. Perawat di ruangan E2 sehat jasmani dan rohani 0.16 4 0.16 X 4=0.64

3. Perawat di ruangan E2 berpenampilan bersih dan rapih 0.16 4 0.16 X 4=0.64

4. Mampu mengidentifikasi atau memisahkan konflik pribadi dengan 0.16 3 0.16 X 3=0.48
pekerjaan

5. Tersedianya sumber daya manusia yang sudah tersertifikasi STR 0.16 4 0.16 X 4=0.64
dan SIP 100 %

6. Dari 17 orang perawat terdapat 3 orang perawat dengan masa 0.16 2 0.16 X 2=0.32
kerja < 1 tahun, 16 orang perawat dengan masa kerja >1 tahun.

TOTAL 1.00 20 3.2

Weakness

68
1. Jumlah perawat di ruangan kurang dari kebutuhan 0.33 4 4 X 0.33=1.32

2. Rata-rata jam kerja perawat dalam satu bulan >160 jam 0.33 4 4 X 0.33=1.32

3. Beban kerja perawat ruang E2 cukup tinggi, karena kurangnya 0.33 4 4 X 0.33=1.32
sumber daya manusia yang tidak sesuai dengan kebutuhan ruang
E2.

TOTAL 1.00 12 3.96

2. METHODE
NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

Strength

1. Operan dinas sudah dilakukan dengan baik, setiap hari melakukan operan dinas secara 0.16 4 4 X 0.16=0.64
rutin, pagi, siang, dan malam

2. Audit dokumentasi askep sudah dijalankan dengan baik dimana data dalam pengkajian 0.16 4 4 X 0.16=0.64
lengkap (data biodata, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, data
biologis (Fisik), data psikososial-spiritual, pola hidup/ pola aktivitas sehari-hari, data
respon nyeri, dalam data diagnose sesuai dengan prioritas masalah dan dirumuskan
dengan benar (PES), untuk perencanaan rencana keperawatan disusun menurut
prioritas masalah, terdapat tujuan yang harus di capai, mencakup tindakan mandiri
perawat dan tindakan kolaboratif. Untuk pelaksanaan terdapat tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaborasi, tercatat hasil observasi atau respon pasien terhadap

69
tindakan yang sudah dilaksanakan dan tercantum nama dan paraf perawat setiap
tindakan keperawatan yang dilaksanakan dan untuk evaluasi diagnosa keperawatan
dievaluasi setiap hari, diagnosa keperawatan yang teratasi, teratasi sebagian dan yang
tidak teratasi tercantum dalam dokumentasi, tercantum nama dan waktu pelaksanaan
evaluasi, tercantum nama dan paraf perawat yang melakukan evaluasi.

3. Diruang E2 memiliki trolly emergency, hal ini sangat membantu dalam keefektifan 0.14 4 4 X 0.14=0.56
pelayanan yang dilakukan untuk pasien yang memerlukan tindakan secara
cepat/segera.

4. Setelah timbang terima perawat yang berdinas mengecheck setiap pasien kelolaannya 0,12 3 3x 0.12=0.36
sebelum merencanakan tindakan keperawatan dan melakukan komunikasi terapeutik.

5. Sentralisasi obat sudah dijalankan secara baik yaitu petugas farmasi mengantarkan 0.14 4 4 X 0.14=0.56
obat ke ruangan

6. Terdapat standar operasional yang sama di RSUD Cibabat 0.12 4 0.12x4= 0.48

TOTAL 0.84 23 3.24

Weakness

1. Terdapat beberapa perawat kurang menunjukan caring pada pasien 0.45 4 4 X 0.45=1.8

2. Pelaksanaan universal precaution SUDAH dilakukan dengan baik di mana sarung 0.55 4 4 X 0.55=2.2
tangan, masker, tempat sampah medis dan benda tajam masih belum terkoordinasi
dengan baik sesuai dengan sop. Perawat kadang tidak mencuci tangan setelah

70
tindakan, tidak menggunakan masker pada saat yang tepat sesuai kebutuhan.

TOTAL 1.00 8 4

3. MATERIAL
NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

Strength

1. Ruang E2 telah memberikan fasilitas gelang tangan sebagai 0.2 4 4 X 0.2=0.8


identitas pasien sebagai pengganti papan nama identitas pasien

2. Ruang E2 telah memiliki pembagian ruangan yang jelas 0.2 4 4 X 0.2=0.8

3. Telah tersedia tempat sampah yang berbeda untuk jenis sampah 0.2 4 4 X 0.2=0.8
medis, domestik dan alat- alat tajam

4. Telah terdapat petunjuk teknik cuci tangan yang benar yang 0.2 4 4 X 0.2=0.8
diletakkan di dekat tempat desinfektan untuk cuci tangan di
Ruangan E2 yang dapat dimanfaatkan oleh semua pihak baik
perawat, mahasiswa, pasien maupun keluarga pasien

71
5. Terdapat lemari dokumen pasien tertata rapih,yang digunakan untuk 0.2 4 4 X 0.2=0.8
menyimpan dokumen pasien

TOTAL 1.00 20 4

Weakness

1. Sebagian besar oksimetri yang terdapat di ruang E2 tidak dapat 0.16 4 4 x 0.16= 0.64
berfungsi dengan baik karena rusak

2. Satu spigmomanometer manual rusak 0.16 3 3 x 0.16= 0.48

3. Instrumen ganti balutan tidak lengkap 0.16 3 3 x 0.16= 0.48

4. Denah ruangan gedung E2 tidak sesuai 0.16 4 4 x 0.16=0.64

5. Sirkulasi udara tidak maksimal 0.16 4 4 x 0.16=0.64

6. Tidak terdapat larangan berupa tulisan “anak dibawah usia 14 tahun 0.16 3 3 x 0.16=0.48
dilarang masuk ruangan”

TOTAL 1.00 21 3.36

4. MONEY
NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

72
Strength

1. Dana di dapat dari pemerintah 1.00 4 4 x 1.00= 4

TOTAL 1.00 4 4

Weakness

1. Dana terkadang tidak mencukupi sesuai kebutuhan 1.00 4 4 x 1.00= 4

TOTAL 1.00 4 4

5. MARKETING
NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

Strength

1. Terdapat tingkat kepuasan yang baik dari pasien/keluargan terhadap 0.17 4 4 x 0.17= 0.68
pelayanan perawatan di ruang E2.

2. Terdapat leaflet untuk pasien/keluarga dan pengunjung 0.13 3 3 x 0,13= 0.39

3. Kerjasama dengan institusi pendidikan. 0.17 4 4 x 0.17= 0.68

4. Tedapat kotak saran 0.10 2 2 x 0.10= 0.2

TOTAL 1.00 23 3.8

Weakness

73
1. Tidak adanya evaluasi pelayan berupa ucapan terimakasih dan 0.5 3 3 x 0.5= 1.5
permohonan maaf mengenai pelayanan selama perawatan.

2. Tidak terdapat visi dan misi dan moto ruangan 0.5 3 3 x 0.5= 1.5

TOTAL 1.00 6 3

ANALISIS SWOT

EFAS TABEL

1. Man

NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

OPPORTUNITY

7. Adanya kerjasama dengan institusi pendidikan 0.21 4 4 X 0.21=0.84

8. Terbukanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan bagi tenaga 0.16 3 3 X 0.16=0.48


medis ke jenjang yang lebih tinggi

THREAT 1.00 19 3.84

74
4. Adanya ruang perawatan lain yaitu, E3 0.2 1 1 X 0.2 =0.2

5. Terbukanya MEA sehingga peluang tenaga kesehatan asing dapat 0.8 4 4 X 0.8=3.2
bekerja di Indonesia semakin tinggi.

6. Tenaga medis asing berpendidikan setingkat S1, dengan status


Registered Nurse (RN) dan mampu berbicara bahasa Indonesia
TOTAL 1.00 5 3.4

Sumbu X (S : W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan

= 3.2 – 3.96 = - 0.76

Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancaman

= 3.84 – 3.4 = 0.44

2. Methode

NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

Oportunity

1. Tersedianya fasilitas yang menunjang untuk pengelolaan infeksi 0.2 4 4 X 0.2 =0.8
nasokomial.

2. Adanya kerjasama yang baik antara pihak rumah sakit dengan 0.2 4 4 X 0.2 =0.8
institusi pendidikan

TOTAL 1.00 20 4

75
Threat

1. Adanya peningkatan dan daya pikir yang kritis dari masyarakat 0.25 4 4 X 0.25= 1
terhadap pelayanan dan tindakan keperawatan.

2. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal dalam ruang 0.25 4 4 X 0.25= 1
perawatan

TOTAL 1.00 16 4

Sumbu X (S : W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan

= 3.24 – 4 = - 0.76

Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancaman

=4–4=0

3. Material

NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

Opportunity

1. RSUD Cibabat merupakan rumah sakit tipe B yang memungkinkan 1.00 4 4 X 1.00= 4
untuk memperoleh fasilitas yang lengkap sehingga ruangan E2
memiliki kesempatan yang besar untuk melengkapi fasilitas
kesehatan yang belum tersedia

TOTAL 1.00 4 4

Threat

76
1. Adanya persaingan rumah sakit di daerah Jawa Barat baik negeri 1.00 4 4 X 1.00= 4
maupun swasta dan klinik yang memiliki sarana dan prasarana yang
memadai.

2. Adanya persaingan mutu pelayanan antar rumah sakit baik


langsung maupun tidak langsung.

TOTAL 4 4

Sumbu X (S : W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan

= 4 – 3.36 = 0,64

Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancaman

=4–4=0

4. MONEY

NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

OPORTUNITY

2. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisme keperawatan 1.00 3 3 x 1.00 = 3

TOTAL 1.00 3 3

THREAT

2. Sarana dan prasana nya kurang memadai karena dana dari 1.00 4 4 x 1.00= 4
pemerintah yang terbatas

TOTAL 1.00 4 4

77
Sumbu X (S : W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan

=4–4=0

Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancaman

=3–4=-1

5. MARKETING

NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SKOR

OPORTUNITY

1. Kesempatan untuk mengembangkan sarana dan prasarana 0.5 3 3 x 0,5 = 1.5

TOTAL 1.00 6 3

THREAT

1. Terdapat rumah sakit lain di daerah sekitar. 1.00 3 3 x 1.00= 3

TOTAL 1.00 3 3

Sumbu X (S : W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan

= 3.8 – 3 = 0.8

78
Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancam = 3 – 3 = 0

79
Matrix Space

Opportunity

Kuadran II
Strategi Stabilitas

M1
0,44
M3
M2
M5

Weakness 0 Strength
-0,76 -0,61 0,64
0,8
M4 -1

Treath

80
M1 (x -0.76 Y 0.44): Warna biru

M2 (X -0.76 Y 0): hijau

M3 (X 0.64 Y 0): orange

M4 ( X 0 Y -1): merah

M5 (X 0.8 Y 0): ungu

Analisis

Berdasarkan analisi yang dapat di ambil dari diagram yang disajikan dari ke 5 aspek
tersebut yaitu di ruangan E2 kelemahannya terdapat di Man dan Method, sedangkan
kekuatannya terdapat pada Material dan Marketing lalu terdapat ancaman pada Money.

81
PLANING OF ACTION

Tabel 3.52 Planing Of Action

No Strategi Tujuan Kegiatan Penanggung jawab Waktu Indikator keberhasilan

1 Melakukan diskusi Untuk menentukan Melakukan diskusi dengan - Yulia Anggraeni 23/10/2020 - Pembuatan Proposal
dengan kepala rumus yang akan kepala ruangan, dan perawat - Galuh Wicjaksono pengajuan SDM
ruangan terkait digunakan untuk ruangan dalam kebtuhan - Randi Juanda keperawatan
kurangnya standart kebutuhan SDM
kebutuhan SDM perawat dengan pihak
ruangan.

2 Membuat denah Mempermudah Memperbaiki dan membuat - Rizky Apriyanti 23/01/2020 - Membuat denah ruang
ruangan E2 disertai perawat dan kembali denah ruang E2 - Hanifa Nur Azizah E2 dengan ukuran
letak tempat APAR pengunjung dalam dengan benar disertai letak - Insan Bustomi kertas A4
dan oksigen melihat letak-letak APAR dan oksigen.
ruangan, APAR, dan
oksigen.

3. Membuat kembali Memudahkan perawat Membuat struktur organigram - Yulia Anggraeni 24/01/2020 - Buat struktur
Struktur Organigram dalam menentukan dengan lengkap: - Galuh Wicjaksono organigram
ruang E2 dengan Katim dan PP - Randi Juanda dengan lengkap
lengkap - Membuat rancangan - Rizky Apriyanti semua perawat E2
organigram dari kertas - Hanifa Nur Azizah
karton - Insan Bustomi
- Mengumpulkan data - Nurul Siti Atiyah
perawat sesuai - Siti Nurhidayah
tanggung jawab masing- - Ardila Abdul

82
masing
- Mengumpulkan foto
perawat
- Memasukan nama-nama
dan foto yang sudah di
print ke dalam struktur
organigram
- Memasang struktur
organigram di ruang
perawat.

4. Membuat poster Agar pengunjung Membuat poster ukuran yang - Nurul Siti Atiyah 23/01/2020 - Membuat poster
pencegahan infeksi paham bawa anak di bertema tentang pencegahan - Siti Nurhidayah pencegahan infeksi
nasokomial pada umur dibawah 12 infeksi nasokomial pada - Ardila Abdul nasokomial
anak dibawah umur tahun tidakbooleh ikut anak dibawah umur 12 tahun
12 tahun menjenguk ke ruang lalu di tempel di dinding ruang
perawatan karena E2.
bahaya infeksi
nasokomial.

5. Mensosialisasikan Agar perawat ruang Melakukan sosialisasi dengan - Galuh Witjaksono 23/01/2020 - Terlaksananya
atau merefresh E2 lebih baik dalam kepala ruangan, dan perawat - Hanifa Nur Azizah sosialisasi komunikasi
kembali kepada komunikasi terapeutik ruangan tentang komunikasi - Yulia Anggraeni terapeutik dan caring
perawat tentang dan caring kepada terapeutik dan caring perawat terhadap pasien.
komunikasi pasien. terhadap masyarakat
terapeutik dan caring
kepada pasien.

83
6. Mengajukan tentang Agar alat terpantau Melakukan diskusi dengan - Moh Randi Juanda 23/01/2020 - Pembuatan Proposal
adanya timbang jumlah dan kepala ruangan, dan perawat - Nurul Siti Atiyah pengajuan SOP
terima alat dan keadaannya ruangan dalam timbang - Rizky Apriyanti timbang terima alat
membuat gambaran terima alat
SOP timbang terima
alat.

PEMBAHASAN 1:

Berdasarkan hasil kajian pada table di atas bahwa jumlah perawat di ruang E2 sebanyak 17 orang, sedangkan kebutuhan perawat di ruang
E2 sesuai dengan jumlah kekuatan tempat tidur seharusnya berjumlah 19 perawat. Oleh karena itu perlu adanya pengajuan untuk
penambahan SDM di ruang E2 sesuai dengan kebutuhan, sehubung kurangnya SDM maka dari itu kelompok kami akan melakukan diskusi
dengan ruangan terkait kurangnya kebutuhan SDM, dengan perencanaan pembuatan pengajuan proposal SDM keperawatan diruang E2,
namun kita tidak bisa mengimplementasikannya karena ini bukan ranah kami, tapi mungkin kami akan mengkoordinasikan dengan pihak
HRM (human resourse management) RS Cibabat.

PEMBAHASAN 2:

Berdasarkan hasil kajian pada table di atas karena denah ruangan di E2 belum sesuai dan masih banyak kekurangan, kami akan
mengimplementasikan dengan membuat denah ruangan E2 dengan lengkap disertai letak APAR dan oksigen.

PEMBAHASAN 3:

Berdasarkan hasil kajian pada table di atas karena struktur organigram di ruang E2 masih belum lengkap maka kami akan akan
mengimplementasikan dengan membuat kembali struktur organigram.

PEMBAHASAN 4:

Berdasarkan hasil kajian pada table di atas karena di ruang E2 pernah ada anak dibawah 12 tahun yang berkunjung maka kami membuat
poster tentang pencegahan infeksi nasokomial pada anak dibawah umur 12 tahun.

84
PEMBAHASAN 5:

Berdasarkan hasil kajian pada table di atas karena di ruang E2 masih terdapat perawat yang kurang dalam komunikasi dan caring maka
dari itu kami akan mensosialisasikan dan merefresh kembali tentang komunikasi terapeutik dan pentingnya caring

85

Anda mungkin juga menyukai