Anda di halaman 1dari 5

2020

Dosen Mata
KEPERAWATAN
Kuliah: Ns. GADAR
HAMMAD,
KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN RESUSITASI JANTUNG
PARU
M.Kep

KHAIRIL
RAHMAN
NIM: P07120118073

KEMENTRIAN
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
POLTEKKES RESUME
KEMENKES
BANJARMASIN
PRODI D3
KEPERAWATAN
RESUME
KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN RESUSITASI
JANTUNG PARU
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pembimbing: Ns. Hammad, M.Kep.

Disusun Oleh:

Khairil Rahman P07120118073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
PRODI DIPLOMA III JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2020
KONSEP KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT
I. Gawat Darurat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong
apabila tidak segera ditolong akan mengalami kecacatan atau kematian.
II. Keperawatan Gawat Darurat:
1. Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada individu dan
keluarga/orang terdekat yang diperkirakan atau sedang mengalami
keadaan gawat darurat.
2. Merupakan pelayanan keperawatan yang komperhensif diberikan
kepada pasien dengan injury akut atau sakit yang mengancam
kehidupan (askep Gadar TIM 2012)
III. Peran Perawat Dalam Pelayanan Ke gawat Daruratan secara pasti
memberikan perawatan yang berkualitas, efektif, menyeluruh, dan
terkoordinasi dalam hal: perawatan terhadap pasien gawat darurat,
pencegahan cidera, serta kesiagaan menghadapi bencana.
IV. Pinsip Penangulangan pasien gawat darurat: mencegah atau mengurangi
intra cranial, kehilangan darah, ketidak mampuaan bernafas, sumbatan
jalan nafas, dan kematian.
V. Keberhasilan di Gawat darurat: pasien ditemukan, minta tolong, kecepatan
pelayanan dan kualitas
KONSEP RESUSITASI JANTUNG
PARU
I. Serangan jantung adalah kondisi fatal yang terjadi ketika jantung tidak
menerima pasokan oksigen yang cukup dari aliran darah yang menuju
jantung. Henti janntung adalah kondisi ketika jangtung berhenti berdetak
secara tiba-tiba karena adanya gangguan gaya listrik pada otot jantung.
II. Perawatan untuk semua pasien pasca- serangan jantung, di mana pun
lokasi serangan tersebut terjadi, akan dipusatkan di rumah sakit, biasanya
di ruang unit perawatan intensif (ICU/intensive care unit tempat
penanganan pasca-serangan jantung tersedia. Penolong tidak terlatih harus
mengenali serangan, meminta bantuan, dan memulai RJP, serta
memberikan defibrilasi (misalnya, PAD/public-access defibrillation)
hingga tim penyedia layanan medis darurat (EMS/emergency medical
service) yang terlatih secara profesional mengambil alih tanggung jawab,
lalu memindahkan pasien ke unit gawat darurat dan/atau laboratorium
kateterisasi jantung. Degan memanfaatkan media sosial untuk memanggil
penolong.
III. Akses cepat ke defibrilator merupakan komponen utama dalam sistem
perawatan. RJP saja tidak mungkin menyebabkan jantung berdetak
kembali. Defibrilator diperlukan untuk mengantarkan kejut listrik ke
jantung. Untuk pasien dewasa yang mengalami serangan jantung dan terlihat
jatuh saat defibrilator dapat segera tersedia, penting bahwa defibrilator
digunakan secepat mungkin.
IV. Pengenalan serangan jantung: periksa adanya reaksi henti nafas atau
tersengal, tidak adanya denyut yang terasa selama 10 detik (pemeriksaan
napas dan denyut dapat dilakukan bersamaan kurang dari 10 detik).
V. Rasio kompresi ventilasi tanpa saluran udara lanjutan untuk dewasa 1 atau
2 penolong 30 : 2. Untuk anak-anak dan bayi 1 penolong 30 : 2 serta untuk
2 penolong atau lebih 15 : 2.
VI. Rasio kompresi ventilasi dengan saluran udara lanjutan, kompresi
berkelanjutan dengan kecepatan 100-120/min berikan 1 napas buatan
setiap 6 detik (10 napas buatan/min). Hindari pemberian napas yang
terlalu banyak atau dengan tenaga berlebihan.
VII. Kecepatan kompresi 100-120/min.
VIII. Kedalaman kompresi untuk dewas minimum 2 inci (5 cm). Anak-anak
sepertiga dari diameter AP dada sekitar 2 inci (5cm). Bayi sekitar 4 cm.
IX. Penempatan tangan untuk dewasa 2 tangan berada diseparuh bagian bawah
tulang dada (sternum). Anak-anak 2 tangan atau 1 tangan (opsional untuk
anak yang sangat kecil) posisi tangan berada di separuh bagian bawah
tulang sternum. Untuk bayi dengan 1 penolong: 2 jari dibagian tengah
dada tepat dibawah baris puting, 2 penolong atau lebih: 2 tangan dengan
ibu jari bergerak melingkar dibagian tengah dada, tepat dibawah baris
puting.
X. Lakukan recoil penuh dada setelah setiap kali kompresi, jangan bertumpu
diatas dada setelah setiap kali recoil.
XI. Batasi gangguan dalam kompresi dada menjadi kurang dari 10 detik.

Anda mungkin juga menyukai