Anda di halaman 1dari 34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang hasil keaktifan

belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran sosiologi dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Adapun yang dianalisis data

kuantitatif berupa hasil observasi keaktifan belajar siswa dari awal tindakan siklus

I sampai kepada siklus terakhir yaitu siklus II, yang diambil dari hasil pengamatan

observer (guru kelas) dan peneliti kemudian dicatat pada lembar observasi.

Sebelum pemaparan hasil penelitian terlebih dahulu akan dipaparkan gambaran

umum pelaksanaan penelitian.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Riwayat Singkat Pendidikan dan Pengembanganya

SMA Negeri (SMAN) 1 Makassar atau biasa disingkat smansa makassar

pada awalnya merupakan Sekolah Pendidikan Zaman Pemerintahan Belanda yang

dikenal dengan nama AMS Makassar dan pada tahun 1950 berubah menjadi SMA

ABC Makassar dibawah pimpinan bapak Yatmo (1950-1952) dan pada tahun

1957 beralih menjadi SMA Negeri 1 Makassar bagian AB. Pada tanggal 21 mei

1979 SMA Negeri 1 Makassar yang beralamat di jalan Gunung Bawakaraeng No.

53 Makassar mengalami musibah kebakaran besar sehingga tidak memungkinkan

berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu pihak kantor Wilayah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan bekerja sama

32
dengan pimpinan sekolah untuk menempatkan siswa di beberapa sekolah

menengah atas agar proses pembelajaran tetap berlangsung.

Dalam perkembangan SMA Negeri 1 Makassar dari tahun ke tahun

semakin menunjukan eksistensinya sebagai salah satu sekolah yang di favoritkan

di Indonesia bagian timur, dengan segudang pengalaman dan kegigihan para

pendidik untuk memajukan pendidikan di daerah ini, SMA Negeri 1 Makassar

berkembang dengan pesatnya, terbukti dari standar NEM penerimaan siswa baru

yang meningkat setiap tahunya dan dikategorikan sebagai SMA Negeri yang

Terakreditasi “A”, demikian pula dengan mutu lulusan yang dihasilkannya yang

berhasil melampaui tes saringan EBTANAS dan UMPTN baik dari segi kuantitas

maupun kualitas.

Selama perkembanganya SMA Negeri 1 Makassar selalu mengadakan

pembenahan struktur organisasi termasuk personil – personil yang duduk di

dalamnya, terutama kepala sekolah mulai dari awal terbentuknya sampai

sekarang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

33
Tabel 4.1. Daftar Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Makassar.

No Nama Kepala Sekolah Tahun


1. Yatmo 1950 – 1952

2. J.C.Pangkerego 1953 – 1957

3. A. Soenardhi Notohamidjojo 1958 – 1960

4. Alex Mozer Oppier 1961 – 1962

5. Drs. Mattulada 1963 – 1967

6. Drs. Edy Waworuntu 1967 – 1975

7. H. Makkutanang Dg. Nuntung 1975 – 1981

8. Drs. Soeharwoto 1981 – 1982

9. Drs. Muh. Sanusi Thahir 1982 – 1983


10. Drs. Wiempi Marthin Parinusa 1983 – 1986

11. Drs. And. Rifai Tamri 1986 – 1997

12. Dra. Marwah Paturungi 1997 – 2000

13. Drs. S. Dahri Pattara 2000 – 2003

14. Drs. Herman Hading, M.Pd. 2003 – 2011

15. Dr. H. Sakaruddin, M.Pd. 2011 - Desember 2015


16. (Plt.)Drs. Muhammad Azman, M.Pd Desember 2015 – April 2016

17. Abdul Hajar, S.Pd, M.Pd April 2016 – Sekarang

Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2017

Beberapa peristiwa penting telah terukir dan pernah tercapai oleh lembaga

ini termasuk pada tahun 2010 SMAN 1 Makassar sudah masuk dalam status

34
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, tetapi pada awal tahun 2013, MK

mengeluarkan keputusan bahwa status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

ditiadakan dan gelar RSBI pada SMA Negeri 1 Makassar dicabut. Sejumlah siswa

SMA Negeri 1 Makassar telah menunjukan prestasi di berbagai kompetisi sains

maupun olahraga baik di tingkat kota Makassar, tingkat Provinsi Sulawesi

Selatan, maupun tingkat Nasional, dan juga Internasional di antaranya :

1) Tandiary Michael Andreas: 1. Peraih medali perak olimpiade Sains Nasional

2005 Jakarta bidang kimia

2) Almeizar Pramadya Yakti : 1. Peraih medali Emas Kejurnas Softball junior

2012, Manado–Indonesia

3) 2.Peraih medali Perunggu Asian Junior Men (19&Under) Softball

Championship 2013, Chaiyaphum-Thailand

Pada tahun 2007, sekolah ini menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang pada tahun sebelumnya dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK). Kemudian pada awal penerimaan siswa baru tahun ajaran

2013/2014, SMA Negeri 1 Makassar telah menggunakan sistem kurikulum baru,

yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini dikeluarkan oleh kementerian

pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, dan pada tingkat SMA diadakan

penjurusan MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu

Pengetahuan Sosial) pada kelas X yang dilihat berdasarkan nilai raport dan nilai

SKHU/Ijazah SMP.

b. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Makassar

Visi :

35
Unggul dalam mutu, kompetitif, dan berbudi pekerti luhur.

Misi :

a) Melaksanakan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan

dengan mengacu kepada standar nasional pendidikan.

b) Melaksanakan pengembangan SDM melalui kegiatan pendidikan

dan latihan.

c) Melaksanakan inovasi pembelajaran disekolah dan penembangan

pembelajaran berbasis ICT.

d) Melaksanakan kegiatan kreatifitas Guru/siswa dan kompetisi dalam

berbagai bidang sains, olahraga, dan seni.

e) Mendorong tumbuhnya lingkungan berbasis komunitas yang

kondusif terhadap manajemen perubahan.

f) Menumbuhkan rasa akuntabilitas bagi semua aparat sekolah dan

mengoptimalkan partisipasi stakeholder sekolah.

c. Sarana dan Prasarana

Berbagai sarana dan prasarana dimiliki SMA Negeri 1 Makassar untuk

menunjang kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakurikuler. Sarana

dan prasarana tersebut antara lain :

Kelas, Perpustakaan, Masjid Darul Ulum, Laboratorium Biologi,

Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium Komputer,

Laboratorium Bahasa, Aula, Lapangan Bulu Tanglis, Lapangan Upacara,

Lapangan Basket, Lapangan Futsal, Sanggar Seni, Kantin, Unit Kesehatan

Sekolah (UKS), Koperasi Sekolah, Ruang Peralatan Olahraga, Ruang Guru,

36
Ruang Kepala Sekolah, Ruang wakil kepala sekolah, Kebun Mini Sekolah,

Gudang, Kamar Mandi/WC Guru dan Siswa.

d. Ekstrakurikuler Sekolah

SMA Negeri 1 Makassar memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler,

diantaranya :

1) Palang Merah Remaja SMA Negeri 1 Makassar (PMR SMANSA)

2) Fotografi Smansa (FORSA)

3) Pramuka Oryza Sativa (ORZAT)

4) Pasukan Pengibar Bendera SMA Negeri 1 Makassar (PASKIBRA SMANSA)

5) Bawakaraeng Basketball Club Smansa (BBC SMANSA)

6) Bawakaraeng Futsal Club Smansa (BFC SMANSA)

7) Kelompok Ilmiah Remaja Smansa (KIRZHA)

8) Smansa Art (SMART)

9) Sanggar Seni Sa’da Pawinru

10) Marching Band Sa’da Pawinru

11) Natural Chemistry Lovers of Smansa (NUCLEAR)

12) Smansa English Conversation Club (SECC)

13) Ikatan Remaja Masjid Darul Ulum (IRMADAM)

14) Persekutuan Siswa-siswi Kristen SMA Negeri 1 Makassar (PERISAI)

15) Persatuan Remaja Sastra (PERS)

16) Taekwondo Smansa (TEKSAS)

17) Bawakaraeng Softball Club Smansa (BSC SMANSA)

18) Cyberg Information Technology of Smansa (CITOS)

37
2. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Makassar dengan jumlah siswa

39 orang yang terdiri dari 20 laki–laki dan 19 perempuan. Penelitian yang

dilaksanakan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dalam

pelaksanaanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scramble.

Model ini dilaksanakan dengan langkah–langkah sebagai berikut, pertama, guru

menyampaikan materi pembelajaran. kedua, guru membagi siswa secara

berkelompok yang terbentuk menjadi 6 kelompok dimana setiap anggota dari

masing–masing kelompok dipilih secara acak, kemudian guru menjelaskan aturan

serta menjelaskan cara dalam menjawab soal yang akan diberikan nantinya.

Ketiga, guru membacakan soal yang sudah dipersiapkan kepada semua kelompok

berdasarkan materi yang telah diberikan dan kemudian tiap–tiap anggota

kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya dalam mencari jawaban yang

benar. Keempat, guru memperkenankan wakil dari kelompok yang lebih dahulu

menjawab soal untuk maju di depan kelas meluruskan jawaban. Setelah itu guru

bersama kelompok yang lain mengevaluasi jawaban dari kelompok yang

menjawab soal. Dan pada tahap akhir, guru memberikan reward berupa hadiah

kepada kelompok yang paling banyak menjawab soal dan benar sebagai tanda

apresiasi untuk kelompok yang lebih unggul.

Kelebihan pada model pembelajaran ini adalah dapat membuat siswa lebih

kreatif dalam belajar dan berfikir, hal ini dikarenakan mereka mempelajari materi

secara lebih santai dan tanpa tekanan dimana model pembelajaran ini

38
memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain. Pelaksanaan penelitian

ini berlangsung dalam dua siklus yang secara teknis pelaksaan tindakannya

berbeda antara siklus I dan siklus II. Pada setiap pertemuan selalu dilakukan

pengamatan serta pengisian lembar observasi yang dilakukan observer (guru

kelas) dan peneliti. Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan dengan

materi perbedaan kesetaraan dan harmoni sosial, sedangkan pada siklus II

dilaksanakan selama satu kali pertemuan dengan materi lanjutan dari kesetaraan

dan harmoni sosial dalam masyarakat multicultural dan konflik, kekerasan, dan

upaya penyelesaianya.

1) Siklus I Penerapan Model Scramble

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan siklus 1 dibuat oleh peneliti berkolaborasi dengan

guru. Dalam tahap penyusunan rancangan ini, materi pelajaran yang digunakan

adalah perbedaan, kesetaraan dan harmoni sosial. Materi ini diberikan karena

selain mengikuti alur pembelajaran yang terdapat pada semester genap juga agar

tidak mengganggu jalanya materi proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran

tindakan siklus 1 dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran

dengan mengikuti tahap yang sudah ditentukan.

Tahapan–tahapan yang dilakukan pada siklus pertama meliputi (1).

Menyusun materi yang akan di berikan pada saat proses pembelajaran yang di

siapkan dalam sebuah power point serta membuat soal dan jawaban dalam bentuk

scramble kata. (2) membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan

39
menggunakan model pembelajara kooperatif tipe scramble. (3) membuat skenario

pembelajaran untuk peaksanaan tindakan siklus pertama (4). Peneliti dan observer

menyiapkan lenbar instrument yang berupa lembar observasi keaktifan belajar

siswa dan guru untuk pengamatan selama proses belajar mengajar pada tindakan

siklus I. (5). Menyiapkan setting kelas, media, bahan dan alat-alat bantu yang

akan digunakan pada tahap pelaksanaan tindakan. (6). Menyediakan reward yang

berupa hadiah kepada kelompok yang lebih unggul untuk lebih memotivasi siswa

pada saat pemberian kuis.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari kamis, 19 Januari 2017 dengan

materi perbedaan, kesetaraan dan harmoni sosial. Pelaksanaan proses

pembelajaran pada siklus I menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

scramble dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran

sosiologi dilaksanakan berdasarkan tahapan yang sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang sudah disusun pada tahap perencanaan

sebelumnya. Pada kegiatan awal terlebih dahulu peneliti menyiapkan setting kelas

berupa alat bantu untuk proses pembelajaran agar proses pembelajaran

berlangsung menjadi lebih efektif. Kemudian guru membuka pelajaran yang

didahului dengan salam dan doa yang dipimpin oleh siswa, setelah itu sebelum

memulai pembelajaran guru memulai dengan apersepsi, yaitu mengawali

pelajaran dengan mangajukan pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari

sebelumnya dan juga mengecek kehadiran siswa serta memberikan motivasi untuk

pelajaran hari itu.

40
Pada kegiatan inti terlebih dahulu menjelaskan materi yaitu pengertian

kesetaraan, harmoni sosial, dan struktur sosial. Dengan menggunakan power point

dilengkapi dengan buku paket yang sudah disediakan. Kemudian peneliti

membagi jumlah siswa kedalam beberapa kelompok yang masing–masing

kelompok beranggotakan lima sampai enam orang sehingga terbentuk 6 kelompok

dalam kelas tersebut. Setelah kelompok terbentuk terlebih dahulu guru

menjelaskan aturan main dalam menjawab soal dan merumuskan jawaban, dan

memberitahukan bahwa setiap kelompok yang paling unggul akan mendapatkan

reward berupa hadiah untuk menghidupkan motivasi semangat belajar siswa

dalam bekerja sama dengan kelompoknya. Setelah setiap kelompok telah siap

dalam menerima soal, kemudian guru membacakan satu per satu soal yang sudah

guru siapkan yang terdiri dari 9 soal berdasarkan materi yang telah dipelajari yang

kemudian di diskusikan dan diperebutkan untuk dijawab oleh tiap kelompok.

Kelompok yang paling cepat mengangkat tangan untuk menjawab soal maka

wakil dari kelompok tersebut diperkenankan untuk maju di depan kelas dalam

merumuskan jawaban, begitupun selanjutnya sampai kepada pemberian soal yang

terakhir. Sambil kegiatan pembelajaran berlangsung observer dan peneliti juga

mengamati kegiatan pembelajaran tersebut dengan mengisi lembar observasi

kegiatan siswa dan guru yang sudah disediakan.

Kegiatan akhir yang dilaksanakan oleh guru pada tindakan siklus I, adalah

mengakhiri pelajaran dan menutup kelas yang didahului dengan memberikan

kesimpulan pembelajaran pada materi yang telah dijelaskan hari itu serta

memberikan reward, berupa hadiah kepada kelompok yang paling banyak dalam

41
menjawab soal dan benar dalam merumuskan jawaban yang telah diberikan agar

dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya.

c. Paparan Hasil Observasi

Penelitian tindakan siklus I yang telah dilaksanakan diamati oleh peneliti

dan observer (guru kelas mata pelajaran sosiologi) pada saat pemberian tindakan,

dengan mengisi lembar observasi yang terdiri dari kegiatan siswa dan guru yang

sudah disusun sebelumnya atau pada tahap persiapan tindakan. Adapun yang

menjadi kriteria penilaian observasi kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel. 4.2. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Tindakan Siklus 1

No Objek yang Diamati Skor Nilai

I II

42
1. Perhatian siswa terhadap materi yang diberikan, 3 4

2. Kemauan siswa untuk bertanya dan menjawab 2 3


pertanyaan ,
3. Terfokusnya perhatian siswa ketika mengikuti 4 3
arahan Guru,
4. Antusias siswa dalam menerima pembelajaran 3 4
kooperatif,
5. Bagusnya pelaksanan diskusi untuk 6 orang, 3 4

6. Kerjasama siswa dalam kelompok, 2 2

7. Ketertiban siswa ketika melaksanakan diskusi, 3 3


8. Kecepatan dan ketepatan siswa dalam 3 4
penyusunan jawaban,
9. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat 3 3
dalam kelompok,
10. Semangat siswa dalam merumuskan jawaban, 3 3
11. Kemampuan siswa dalam menyusun huruf, 3 3

12. Tingkat kemampuan siswa dalam membuat dan 4 4


menjawab pertanyaan,
13. Keberanian siswa mengemukakan pendapat di 4 4
depan kelas,
14. Sikap menghargai dan bersimpati terhadap 3 3
pendapat orang lain.
Total 90 : 2 = 45
Skor Maksimal 56
Sumber : Hasil Olah Data, 2017

Tabel. 4.3. Hasil Rekapitulasi Observasi Kegiatan Siswa Tindakan Siklus I

No Uraian Hasil

1 Skor Maksimal 56

43
2 Skor Yang Didapatkan 45

3 Presentase Observasi Siswa 80,35 %

4 Kategori Tingkat Keberhasilan Aktif

Sumber : Hasil Olah Data, 2017

Berdasarkan tabel hasil olah data di atas, menunjukan bahwa pada

pelaksanaan tindakan siklus I kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan

observer terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe scramble, berada pada kategori aktif atau sekitar 80,35 % dengan

skor perolehan 45 dari 56 skor maksimal yang bisa diperoleh. Namun kategori

tingkat keberhasilan pada kegiatan observasi tindakan siklus I ini belum

menunjukan kategori yang sangat aktif disebabkan masih ada beberapa siswa

yang sibuk melakukan kegiatan tambahan seperti menggunakan handphone,

memakai headsed dan sibuk bercerita dengan teman sebangkunya, sehingga tidak

memperhatikan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal inilah yang

menyebabkan beberapa siswa tidak fokus pada proses pembelajaran. sedangkan

hasil observasi guru dengan menggunakan model pembelajaran scramble yang

dilakukan oleh observer (guru kelas mata pelajaran sosiologi) dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel. 4.4. Hasil Observasi Kegiatan Guru, menggunakan model pembelajaran


kooperatif tipe scramble Tindakan Siklus I

44
Aspek yang diamati Skor Penilaian

I II
I. Pendahuluan
1. Mengecek kehadiran siswa dan 3 4
mempersiapkan kelas
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3
3. Memotivasi siswa 3 3
II. Kegiatan Inti
1. Menyampaaikan materi 3 3
2. Membuat model pembelajaran
kooperatif tipe Scramble
a. Membagi siswa dalam 4 4
kelompok
b. Mengorganisasikan kelompok
dan aktivitasnya sesuai model
pembelajaran Kooperatif tipe 3 3
Scramble
c. Mengawasi setiap kelompok
dan memerhatikan kegiatan – 2 4
kegiatan kelompok
d. Memberikan soal kepada
semua kelompok 3 3
e. Memberikan kesempatan
kepada salah satu wakil 3 3
kelompok untuk menjawab
f. Mengevaluasi jawaban dari
kelompok yang menjawab 2 3
soal
III. Penutup
1. Memberikan reward kepada
kelompok yang lebih banyak 4 4
mendapatkan poin
2. Memberikan kesimpulan 3 3
pembelajaran
3. Menutup pembelajaran 3 3
TOTAL 82 : 2 = 41
Skor Maksimal 52
Sumber : Hasil Olah Data, 2017

45
Tabel. 4.5. Rekapitulasi Hasil Observasi Guru Tindakan Siklus I Memakai Model
Pembelajaran Scramble.

No Uraian Hasil

1 Skor Maksimal 52

2 Skor Yang Didapatkan 41

3 Presentase Observasi Guru 78,84 %

4 Kategori Tingkat Keberhasilan Baik

Sumber : Hasil Olah Data, 2017

Berdasarkan hasil olah data tabel di atas, menunjukan bahwa pada

pelaksanaan tindakan guru siklus I dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe scramble yang dilakukan oleh observer dan peneliti terhadap

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, berada pada tingkat kategori

baik atau sekitar 78,84 %, dengan skor perolehan 41 dari 52 skor maksimal yang

bisa diperoleh. Namun peneliti masih belum merasa berhasil dalam pelaksanaan

tindakan menggunakan model pembelajaran scramble, hal ini dikarenakan adanya

hal–hal yang kurang mampu dilakukan dengan baik oleh peneliti misalkan

pengelolaan kelas masiih kurang, kontak langsung dengan siswa belum optimal,

proses pendekatan yang belum maksimal dengan siswa, dan cara untuk

memberikan arahan kepada siswa agar mengikuti pelajaran dengan baik belum

tercapai. Sehingga melihat dari hasil yang dicapai pada siklus pertama ini peneliti

masih perlu mengadakan tindakan lanjutan untuk memperbaiki kekurangan–

kekurangan yang dialami pada siklus pertama.

46
d. Refleksi Tindakan Siklus I

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun

yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe scramble, serta mengkaji hasil observasi dan

permasalahan yang dihadapi selama tindakan yang dihadapi siklus pertama. Pada

hasil tindakan siklus I, diperoleh data bahwa siswa sudah mulai aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran walaupun keaktifan belajar siswa belum

menunjukan indikator keaktifan belajar yang maksimal. Setelah berdiskusi dan

melihat hasil obeservasi bersama guru sosiologi maka dapat disimpulkan hal

tersebut disebabkan oleh beberapa kendala antara lain :

a. Masih ada beberapa siswa yang melakukan aktifitas lain yang tidak berkaitan

dengan pembelajaran seperti mengobrol dengan teman sebangkunya.

b. Waktu menjelaskan materi yang molor sehingga waktu pemberian soal dan

proses menjawab soal menjadi berkurang.

c. Masih banyak siswa yang belum berani bertanya dan berpendapat.

d. Beberapa siswa masih belum optimal dalam bekerjasama dan berdiskusi

dengan kelompoknya, karena masih ada yang sibuk menggunakan handphone

saat diskusi.

e. Selama proses pembelajaran berlangsung guru jarang melakukan kontak

langsung dengan siswa, sehingga siswa enggan menanyakan materi yang

mereka belum pahami.

47
f. Guru dalam pengelolaan kelas untuk menciptakan kondisi belajar yang

optimal belum menguasai dengan baik sehingga kondisi belajar yang efektif

belum maksimal.

Melihat dari masih banyaknya kekurangan-kekurangan yang telah

dihadapi pada siklus pertama maka hipotesis tindakan pada siklus I bisa dikatakan

belum diterima. Oleh karena itu perlu diadakan tindakan lanjutan atau dilanjutkan

pada siklus ke II dengan melakukan beberapa tindakan penyempurnaan

berdasarkan kendala dan kekurangan yang sudah dialami pada siklus pertama,

tindakan–tindakan penyempurnaan itu antara lain sebagai berikut :

a) Pada siklus pertama masih ada aspek–aspek yang tidak diikuti siswa dengan

baik, sehingga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. untuk itu guru perlu

memperhatikan pengelolaan kelas, serta lebih banyak lagi melakukan kontak

langsung kepada siswa secara aktif sehingga siswa dapat belajar dengan lebih

baik.

b) Proses menjelaskan materi yang harus lebih dipersingkat dan diperjelas

sehingga tidak mengurangi waktu pada saat siswa melakukan diskusi.

c) Lebih mengontrol kegiatan siswa pada saat berdiskusi dan pada saat

merumuskan jawaban sehingga proses dalam merumuskan jawaban dari siswa

dapat berlangsung lancar dan tertib.

d) Masih kurangnya keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara

kondisi belajar yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif

misalnya, menghentikan tingkah laku anak didik yang menyelewengkan

perhatian kelas.

48
e) Reward berupa hadiah akan diberikan kepada dua kelompok, kelompok yang

juara dan kelompok yang paling kompak, hal ini dilakukan untuk lebih

membuat siswa semangat dalam bekerjasama dengan kelompoknya.

f) Pada siklus I semua soal dan jawaban yang di acak hurufnya dibuat oleh guru,

tetapi pada siklus II para siswa lah yang terbagi dalam tiap-tiap kelompok

yang membuat soal beserta jawaban acak. Hal ini dilakukan karena selain guru

dapat lebih efektif dalam mengontrol jalanya diskusi juga agar siswa dapat

kreatif dan lebih optimal dalam bekerja sama dengan kelompoknya.

2) Siklus II Penerapan Model Scramble

a. Perencanaan Tindakan

Pada perencanaan tindakan siklus II ini, materi yang dilaksanakan

merupakan lanjutan materi yang ada di siklus pertama yaitu kesetaraan dan

harmoni sosial dalam masyarakat multikultural. Perencanaan pembelajaran pada

tahap ini dibuat oleh peneliti bekerja sama dengan guru, sesuai hasil refleksi siklus

pertama. Tahap yang dilakukan dalam siklus II dilakukan sedikit perbedaan pada

tahap pemberian tindakan yaitu, mengubah yang sebelumnya pemberian soal

beserta jawan yang diacak hurufnya sudah disiapkan dan dibuat oleh guru menjadi

siswa dalam tiap-tiap kelompok yang membuat soal beserta jawaban yang diacak

hurufnya. Hal ini dilakukan agar guru dapat lebih optimal dalam melakukan

pengelolaan kelas sehingga proses pembelajaran dapat menjadi aktif dan kondusif

serta agar dapat mengoptimalkan kerjasama siswa diantara kelompoknya. Hal ini

dilakukan untuk memperbaiiki kendala dalam proses pengelolaan kelas yang

dialami pada siklus I.

49
Tahap kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan diadakan

perubahan sedikit pada skenario pemberian kuis pada saat pemberian tindakan,

meliputi (1). Menyusun materi yang akan di berikan pada saat proses

pembelajaran yang di siapkan dalam sebuah power point. (2) membuat rancangan

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan tetap menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe scramble. (3) membuat skenario pembelajaran untuk pelaksanaan

tindakan siklus kedua dengan melakukan inovasi pada saat pemberian soal (4).

Peneliti dan observer menyiapkan lenbar instrument yang berupa lembar

observasi keaktifan belajar siswa dan guru untuk pengamatan selama proses

belajar mengajar pada tindakan siklus II. (5). Menyiapkan setting kelas, media,

bahan dan alat-alat bantu yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan tindakan.

(6). Menyediakan dua reward yang berupa hadiah kepada kelompok yang lebih

unggul dan juga kepada kelompok yang lebih kompak. untuk lebih memotivasi

siswa dalam berdiskusi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari kamis, 26 januari 2017

dengan alokasi waktu 2 kali 40 menit dengan materi lanjutan yaitu kesetaraan dan

harmoni sosial dalam masyarakat multicultural. Pelaksanaan proses pembelajaran

pada Siklus ke II ini masih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

scramble, namun pada siklus ke II ini peneliti lebih mengutamakan proses

pengelolaan kelas dan keterampilan dalam melakukan pendekatan yang lebih baik

agar kondisi belajar menjadi lebih baik dan keaktifan belajar siswa lebih optimal.

50
Peneliti melakukan inovasi pada saat pemberian soal, dimana guru

tidak lagi menyiapkan soal dan jawaban yang hurufnya diacak tetapi diubah

menjadi siswa yang berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat soal beserta

jawaban yang hurufnya diacak dengan menggunakan tahapan yang sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disusun sebelumnya. Pada kegiatan

awal guru memulai dengan mempersiapkan media pembelajaran dan mengecek

kehadiran siswa, kemudian dilanjut dengan melakukan apersepsi yaitu mencoba

menanyakan kepada siswa mengenai materi yang sudah dipelajari pada pertemuan

sebelumnya,hal ini dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah dibuat.

Pada kegiatan inti guru terlebih dahulu menjelaskan materi yaitu

kesetaraan dan harmoni sosial dalam masyarakat multicultural dengan

menggunakan media power point beserta buku paket yang sudah disiapkan,

setelah penjelasan materi selesai guru langsung membagi siswa kedalam beberapa

kelompok dengan cara mempersilahkan setiap siswa untuk berhitung dari angka

1–6 yang dimulai dari barisan belakang sampai barisan yang ada di depan

sehingga terbentuk 6 kelompok yang ber anggootakan 5-6 orang dalam kelompok

tersebut. Setelah kelompok terbentuk guru kemudian memberikan arahan

bagaimana cara bekerja sama, berdiskusi dengan baik, dan melakukan pembagian

tugas diantara tiap anggota-anggota kelompok, serta menjelaskan juga aturan

mengenai cara dalam membuat soal beserta jawaban yang hurufnya diacak

sedemikian rupa. pada saat inilah guru lebih terfokus untuk melakukan pengelolan

kelas dan lebih melakukan pendekatan kepada tiap kelompok agar dapat

51
mengikuti arahan dengan baik sehingga kondisi belajar yang optimal dapat terjadi

dan keaktifan belajar tiap siswa dalam kelompok menjadi lebih efektif.

Ketika siswa yang terdiri dalam tiap–tiap kelompok sudah paham dan

mengerti mengenai cara dan aturan dalam proses pembuatan soal beserta jawaban

yang diacak, guru kemudian memberikan waktu kurang lebih 15 menit untuk

dipakai berdiskusi dalam membuat soal dan jawaban sebanyak 3 soal beserta

jawaban yang harus dibuat oleh masing-masing kelompok. selanjutnya ketika

setiap kelompok sudah menyelesaikan tugasnya masing–masing guru kemudian

memperkenankan wakil dari tiap-tiap kelompok untuk maju di depan kelas

menuliskan jawaban yang di acak dan membacakan soal yang sudah dibuat

sebelumnya, dimulai dari kelompok 6 untuk membacakan soal yang akan di

perebutkan dan dijawab oleh kelompok 1–5, begitupun selanjutnya secara

bergantian maju di depan kelas sampai pada kelompok terakhir yaitu kelompok 1.

Sambil kegiatan pembelajaran berlangsung, selain berusaha untuk melakukan

pendekatan dan pengelolaan kelas yang lebih baik peneliti dan observer juga

mengamati kegiatan pembelajaran tersebut dengan melihat tingkat keaktifan

belajar siswa yang di catat dalam lembar observasi.

Pada kegiatan akhir yang dilaksanakan oleh guru pada siklus II pemberian

reward yang berupa hadiah, berbeda dengan siklus yang pertama, jika di siklus

pertama hadiah yang diberikan hanya kepada satu kelompok yang paling banyak

dalam menjawab jawaban namun pada siklus ke II guru memberikan hadiah

kepada dua kelompok sekaligus, yaitu kepada kelompok yang lebih unggul dan

kepada kelompok yang lebih kompak dan aktif.

52
c. Paparan Hasil Observasi

Proses pada saat pembelajaran tindakan siklus II, Peneliti bersama dengan

observer (guru kelas mata pelajaran sosiologi) melaksanakan pengamatan pada

keaktifan belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi yang sudah di

susun sebelumnya atau pada tahap persiapan tindakan. Hasil observasi siswa pada

siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 4.6. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Tindakan Siklus II

No Objek yang Diamati Skor Nilai


I II
1. Perhatian siswa terhadap materi yang diberikan, 3 4
2. Kemauan siswa untuk bertanya dan menjawab 3 4
pertanyaan ,
3. Terfokusnya perhatian siswa ketika mengikuti arahan 4 3
Guru,
4. Antusias siswa dalam menerima pembelajaran 4 4
kooperatif,
5. Bagusnya pelaksanan diskusi untuk 6 orang, 3 4
6. Kerjasama siswa dalam kelompok, 4 4
7. Ketertiban siswa ketika melaksanakan diskusi, 4 3
8. Kecepatan dan ketepatan siswa dalam penyusunan 3 4
jawaban,
9. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam 4 4
kelompok,
10. Semangat siswa dalam merumuskan jawaban, 4 4
11. Kemampuan siswa dalam menyusun huruf, 4 4
12. Tingkat kemampuan siswa dalam membuat dan 4 4
menjawab pertanyaan,
13. Keberanian siswa mengemukakan pendapat di depan 3 4
kelas,
14. Sikap menghargai dan bersimpati terhadap pendapat 2 3
orang lain.
Total 103 : 2 = 51,5
Skor Maksimal 56
Sumber : Hasil Olah Data, 2017

53
Tabel. 4.7. Hasil Rekapitulasi Observasi Kegiatan Siswa Tindakan Siklus II

No Uraian Hasil

1 Skor Maksimal 56

2 Skor Yang Didapatkan 51,5

3 Presentase Observasi Siswa 91,96 %

4 Kategori Tingkat Keberhasilan Sangat Aktif

Sumber : Hasil Olah Data, 2017

Hasil penelitian pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada kegiatan

pembelajaran siklus II presesentase observasi siswa sudah meningkat dari siklus

sebelumnya. Pada siklus II hasil obervasi siswa pada saat pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe scramble yang di lakukan oleh

peneliti serta observer, menunjukan bahwa tingkat keberhasilan siswa berada pada

kategori sangat aktif, dan presentase hasil observasi mencapai angka 91,96 %

dengan skor yang didapatkan 51,5 dari 56 skor maksimal keseluruhan.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa

proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe scramble pada

mata pelajaran sosiologi di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Makassar, pada

kenyataanya sudah berhasil dan semua aspek–aspek indikator keaktifan belajar

siswa pada umumnya sudah berada dalam kategori sangat aktif dan sudah

berjalan sesuai apa yang diharapkan, yang mengalami peningkatan dari siklus I ke

siklus II. Tentunya peningkatan keaktifan belajar siswa yang dapat meningkat

disebabkan oleh proses pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru berdasarkan

54
kekurangan yang sudah dialami pada siklus pertama, sehingga hasil observasi

kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran scramble juga meningkat

menjadi lebih baik. Untuk hasil observasi kegiatan guru dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel. 4.8. Hasil Observasi Kegiatan Guru, menggunakan model pembelajaran


kooperatif tipe scramble Tindakan Siklus II

Aspek yang diamati Skor Penilaian

I. Pendahuluan
1. Mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan 3 4
kelas
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3
3. Memotivasi siswa 4 4
II. Kegiatan Inti
1. Menyampaaikan materi 4 4
2. Membuat model pembelajaran kooperatif tipe
Scramble
a. Membagi siswa dalam kelompok 4 4

b. Mengorganisasikan kelompok dan


aktivitasnya sesuai model pembelajaran 3 3
Kooperatif tipe Scramble
c. Mengawasi setiap kelompok dan
memerhatikan kegiatan – kegiatan kelompok 4 4
d. Memberikan soal kepada semua kelompok 3 4
e. Memberikan kesempatan kepada salah satu
wakil kelompok untuk menjawab 4 4
f. Mengevaluasi jawaban dari kelompok yang
menjawab soal 3 3
III. Penutup
1. Memberikan reward kepada kelompok yang lebih 4 4
banyak mendapatkan poin
2. Memberikan kesimpulan pembelajaran 3 4
3. Menutup pembelajaran 3 4
TOTAL 94 : 2 = 47
Skor Maksimal 52
Sumber : Hasil Olah data, 2017

55
Tabel. 4.9. Rekapitulasi Hasil Observasi Guru Tindakan Siklus II Memakai Model
Pembelajaran Scramble.

No Uraian Hasil

1 Skor Maksimal 52

2 Skor Yang Didapatkan 47

3 Presentase Observasi Guru 90,38 %

4 Kategori Tingkat Keberhasilan Guru Sangat Baik

Sumber : Hasil Olah Data, 2017

Berdasarkan hasil rekapitulasi observasi kegiatan guru dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe scramble menunjukan bahwa pada

pelaksanaan tindakan siklus II kegiatan observasi yang dilakukan oleh observer

dan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe scramble, berada pada kategori

sangat baik atau presentase tingkat keberhasilan mencapai 90,38 % dengan skor

yang di dapatkan 47 dari 52 skor maksimal ideal yang bisa diperoleh. Hal ini

menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

scramble berhasil memberikan perubahan terhadap kegiatan pembelajaran di

kelas, sehingga dapat dikatakan melalui hasil observasi yang dilakukan oleh

observer dan juga peneliti, pembelajaran sudah berhasil dan sudah mencapai

indicator keaktifan belajar yang diharapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

scramble pada mata pelajaran sosiologi di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Makassar

pada kenyataanya sudah berhasil dan seemua aspek–aspek indicator kektifan

56
belajar sudah berada pada kategori sangat baik dan sudah berjalan sesuai apa yang

di harapkan.

d. Refleksi Tindakan Siklus II

Hasil evaluasi yang di peroleh pada siklus II ini merupakan kesimpulan

yang menunjukan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran

sosiologi di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Makassar. Peingkatan keaktifan belajar

siswa dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Makassar

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat dilihat

melalui hasil observasi selama berlangsungnya penelitian mulai dari siklus 1

dimana presentase keaktifan belajar siswa diperoleh 80,35 % atau sudah

memenuhi kriteria siswa yang aktif sampai dengan siklus ke II dimana presentase

keaktifan belajar siswa bertambah menjadi lebih meningkat yaitu 91,96 % atau

sudah mencaapai kriteria tingkat keaktifan belajar siswa yang sangat aktif. Hasil

tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan, sehingga pelaksanaan tindakan

hanya sampai pada siklus II.

Berdasarkan refleksi di atas dengan mengacu kepada indicator

keberhasilan yang sudah di tetapkan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

sudah berhasil karena keaktifan belajar siswa sudah meningkat, selain itu pada

siklus II hasil observasi kegiatan guru dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe scramble juga mengalami peningkatan yaitu 78,84 % pada siklus I

dimana memenuhi kategori tingkat keberhasilan guru dengan predikat baik yang

di lanjut pada siklus ke II dimana presentase kategori tingkat keberhasilan guru

meningkat yaitu 90,38 % dengan kategori tingkat keberhasilan guru mendapatkan

57
predikat sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pada tindakan

siklus II sudah diterima dan penelitian ini dianggap sudah berhasil dan selesai.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk

meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi pada kelas XI

IPS 4 SMA Negeri 1 Makassar dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe scramble. Pemberian tindakan dilakukan melalui dua siklus, siklus

I dan siklus II. Dari hasil tindakan yang dilakukan pada siklus 1 dengan melihat

hasil observasi keaktifan belajar siswa terlihat bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe scramble keaktifan belajar siswa sudah mencapai

standar dari indicator keaktifan belajar siswa yaitu 80,35% atau dengan melihat

pada kategori tingkat keberhasilan keaktifan siswa yaitu sudah mencapai kategori

siswa yang aktif. tetapi berdasarkan hasil yang didapatkan pada siklus I ini,

peneliti belum merasa puas dengan hasil yang didapatkan, dikarenakan hasil yang

di peroleh masih tergolong standar atau masih setara dengan tingkat keaktifan

belajar siswa pada umumnya selain itu masih terdapat banyak kekurangan yang

dialami guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dalam menciptakan kondisi

belajar yang optimal, sehingga penelitian diputuskan untuk dilanjutkan pada

tindakan siklus II yang secara teknis pelaksanaanya mengalami sedikit perubahan,

hal ini dilakukan bersasarkan kekurangan–kekurangan yang terdapat pada siklus

pertama sehingga pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan juga

observer tingkat kektifan belajar siswa mengalami peningkatan sesuai yang

58
diharapkan yaitu 91,96 % atau dengan melihat pada kategori tingkat keberhasilan

keaktifan siswa yaitu sudah mencapai kategori siswa yang sangat aktif.

Keberhasilan dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa selain

dipengaruhi oleh model pembelajaran scramble juga ditentukan oleh cara guru

dalam mengelola kelas pada saat proses belajar mengajar, dapat dilihat pada siklus

kedua tingkat keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran scramble

mengalami peningkatan yaitu mencapai 90,38% hal ini menunjukan bahwa

tingkat kemampuan guru dalam mengelola kelas akan mempengaruhi respon

siswa pada saat proses pembelajaran. Melihat dari tingkat keaktifan belajar siswa

yang sudah menunjukan indicator ideal keaktifan belajar dan juga tingkat

keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran scramble yang sudah

optimal maka dari itu penelitian ini dinyatakan telah sukses dan berhasil, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel rekapitulasi hasil observasi keaktifan

belajar siswa dan keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe scarmble berikut ini :

59
Tabel. 4.10. Hasil Rekapitulasi Observasi Keaktifan Belajar Siswa dan Kegiatan
Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Scramble Tindakan
Siklus I dan Siklus II

Hasil
No Uraian
Siklus I Siklus II

Keaktifan Kegiatan Keaktifan Kegiatan


Siswa Guru
Siswa Guru
1 Skor Maksimal 56 52 56 52

2 Skor yang diberikan 43 39 49 45


observer (guru kelas)
Skor yang diberikan
3 47 43 53 49
peneliti
Total Skor setelah di
4 45 41 51,5 47
analisis
Presentase Keberhasilan
5 80,35 % 78,84 % 91,96 % 90,38 %
Observasi

Kategori Tingkat
6 Aktif Baik Sangat Sangat
Keberhasilan Aktif Baik

Sumber : Hasil Olah Data, 2017

Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe scramble

terbukti dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran sosiologi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Piping Sugiharti

tahun 2009 dalam penelitianya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

scramble, yang menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat

meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, serta memberikan pengaruh

positif terhadap perkembangan siswa. Pengaruh positif tersebut adalah :

meningkatkan hasil belajar, meningkatkan daya ingat, dapat digunakan untuk

60
mencapai taraf penalaran tinggi, mendorong tumbuhnya motivasi intrinsic

(kesadaran individu), meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen,

meningkatkan harga diri siswa, meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang

positif dan meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

Hasil keaktifan belajar siswa dari siklus 1 ke siklus II yang mengalami

peningkatan tidak lepas dari peranan seorang guru dalam menerapkan model

pembelajaran koperatif tipe scramble serta melakukan pengelolaan kelas dengan

baik, dimana guru dalam pemberian tindakan harus dapat menyesuaikan kondisi

siswa dengan keadaan di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan Teori Behavioristik

yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner 28yaitu dalam proses pembelajaran yang

terpenting adalah input yang berupa stimulus dari seorang guru yang kemudian

memberikan pengaruh yang berupa respon dari peserta didik terhadap stimulus

yang diberikan. Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dalam pemberian

tindakan model pembelajaran scramble yang dilakukan oleh observer pada siklus I

terlihat bahwa guru dalam pelaksanaanya mencapai tingkat kategori baik atau

sekitar 78,84 %, Ini berarti criteria tingkat keberhasilan guru sudah mencapai

standar, namun belum mencapai skor maksimal ideal yang bisa diperoleh. Setelah

melalui hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan bekerjasama dengan

observer maka diputuskan penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan

inovasi dalam pemberian tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe scramble, sehingga pada siklus ke II tingkat keaktifan belajar siswa menjadi

meningkat yang disebabkan oleh pemberian tindakan yang dilakukan guru yaitu

28
Sumadi Suryabrata, psikologi pendidikan, (Yogyakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2014), Ed. 5,Cet.21, hlm. 232.

61
memperbaiki setiap kekurangan yang ada pada siklus pertama. Hasil observasi

kegiatan guru menerapkan model pembelajarann kooperatif tipe scramble pada

siklus ke II ini benar saja mengalami peningkatan yaitu 90,38 % atau dalam

kategori tingkat keberhasilan guru mendapat predikat sangat baik. Berdasarkan

hal ini peneliti memberikan kesimpulan yaitu factor yang menjadi pendorong

terbesar dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah peranan seorang guru

dalam mengelola kelas serta memahami keadaan situasi dan kondisi siswa dalam

proses pembelaajaran.

Oleh karena itu, indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai,

ini berarti pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini telah terjawab yaitu keaktifan

belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 4 dapat meningkat melalui penerapan model

pembelajaran koopertif tipe scramble di SMA Negeri 1 Makassar, berdasarkan

hasil tersebut, maka H1 diterima yaitu jika menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe scramble pada mata pelajaran sosiologi maka keaktifan belajar

siswa meningkat. Maka Hipotesis dalam penelitian ini diterima.

62
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab

ini penulis akan menarik suatu kesimpulan bahwa :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat meningkatkan

keaktifan belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Makassar kota

Makassar. Keaktifan belajar siswa dapat meningkat juga disebabkan oleh

peranan guru dalam mengelola kelas dan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe scramble, hal ini dapat diketahui dikarenakan adanya

peningkatan keaktifan belajar siswa dari siklus I ke siklus II yang diikuti oleh

peningkatan presentase observasi guru dalam menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe scramble. Pada siklus I hasil keaktifan belajar

siswa berada pada kategori aktif atau sekitar 80,35% dan tingkat hasil

presentase guru berada pada kategori Baik atau sekitar 78,84 %, dan pada

siklus ke II hasil yang didapatkan sesuai apa yang diharapkan yaitu 91,96 %

pada keaktifan hasil belajar siswa atau sudah berada pada kategori “sangat

aktif”, yang diikuti dengan hasil observasi keberhasilan guru dalam

menerapkan model scramble yaitu 90,38 % atau sudah berada pada kategori

“sangat baik”. Pada siklus ke II keaktifan belajar sosiologi siswa sudah

63
meningkat dan mencapai indicator keberhasilan yang ideal, dengan demikian

hipotesis tindakan pada penelitian ini Diterima.

B. Implikasi

Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan

maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang

pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal

tersebut maka impikasinya adalah sebagai berikut:

Hasil penelitian mengenai peningkatan keaktifan belajar siswa melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada mata pelajaran

sosiologi siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Makassar, ternyata mampu

meningkatkan keaktifan belajar siswa di dalam kelas yaitu mencapai 91,96 % dan

sudah mencapai kategori siswa yang sangat aktif. Di samping itu melalui

penelitian ini juga memberikan dorongan kepada para guru dalam hal mengajar

yang menyenangkan dan usaha mengaktifkan siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka penulis

mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Karena menggunakan model permainan, model pembelajaran ini sering

menimbulkan kegaduhan yang bisa mengganggu kelas, sehingga di sarankan

kepada Guru agar dapat mengelola kelas dengan baik.

2. Diharapkan kepada para guru khususnya guru bidang studi sosiologi kiranya

dapat memanfaatkan model pembelajaran dalam proses pembelajaran

64
sehiingga meningkatkan minat belajar siswa khususnya model pembelajaran

kooperatif tipe scramble.

3. Model pembelajaran ini masih susah diterapkan karena keberhasilan

model pembelajaran ini tergantung pada kemampuan siswa, jadi

diharapkan para guru dalam menerapkan model ini dapat menyesuaikan

dengan kondisi keadaan siswa.

4. Model pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakanya karena

terbentur dengan kebiasaan-kebiasaan siswa dalam belajar, oleh karena itu

diperlukan penguasaan kelas yang baik dari seorang guru.

5. Penelitian ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak memiliki

kekurangan, penulis menyadari akan hal itu, oleh karena itu diharapkan

masukan dan saran sehingga penelitian kedepanya lebih sempurna dan

maksimal.

65

Anda mungkin juga menyukai