Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas I Dosen Pengajar : Vina Agustina, Ners.,M.Kep
OLEH : DINDA ANJELINAE. S 2019.C.11a.1005
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S-1 KEPERAWATAN TAHUN 2020/2021 Trend Dan Issue Keperawatan Maternitas Perawatan ibu hamil berfokus pada perawatan wanita hamil dan keluarganya pada seluruh tahap kehamilan dan kelahiran, termasuk masa empat minggu pertama setelah bayi lahir. Selama periode prenatal, perawat memberi perawatan pada ibuhamil dan juga memberikan pendidikan kesehatan untuk membantu klien dankeluarganya dalam menghadapi persalinan. Upaya yang dilakukan perawat ini berpotensi membuat perbedaan yang signifikan, bukan saja dalam meningkatkankesehatan ibu dan bayinya, tetapi juga kesehatan masyarakat. Banyak kita temui di masyarakat, ibu hamil maupun ibu nifas mengalami kesulitan dalam merawat diri sendiri pada saat hamil maupun merawat bayi setelah melahirkan, sebagai seorang perawat yang berkompeten dalam bidang maternitas kita wajib membantu kesulitan yang dialami oleh ibu hamil maupunibu nifas. Ada beberapa kesulitan yang dialami oleh para bumil maupun ibu nifas diantaranya : a. Ketidaktahuan ibu hamil tentang makanan apa yang harus dikonsumsi pada saat hamil. Langkah kongkrit yang harus kita lakukan jika menemukan hak tersebut kita bisa melakukan kegiatan pendidikan kesehatan mengenai makanan yang baik dikonsumsi ibu pada saat hamil. b. Kebingungan ibu nifas jika ASI tidak keluar. Masalah ini sangat sering menimpa ibu dengan kelahiran anak pertama, kita sebagai perawat bisa membantu ibu tersebut untuk mengeluarkan ASInya salah satu caranya yaitu dengan perawatan payudara dan pijat oksitosin. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang banyak teknologi modern yang bisa membantu para petugas kesehatan dalam mengiringi kehamilan serta persalinan pada ibu. Tekhnologi dan cara-cara baru yang berkembang saat ini adalah diantaranya : a. Alat Kontrasepsi Implan Terbaru. UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB generasi ke tiga yang dinamakan gestplan. Kelebihan alat kontresepsi ini bisa bertahan hingga 7 tahun di badingkan implant saat ini yang berumur 5 tahun. Penemuan ini hasil dari penelitian dari jurusan farmatologi dan Toksikologi UGM. b. Water Birth. Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air, manfaaatnya ibu akan merasakan lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi lebih elastic. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejar sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan, di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan lebih cepat. c. USG (Ultrasonografi) 3D dan 4D. Alat USG 3D dan 4D adalah alat yang berkemampuan menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi, di teknologi ini janin dapat terlihat utuh dan jelas seperti layaknya bayi yang sesungguhnya. Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan seluruh tubuh bayi. Teknologi 3 dan 4 dimensi menjadi pelengkap bila di duga janin dalam keadaan tidak normal dan perlu di cari kelainan bawaannya seperti bibir sumbing, kelainan pada jantung dan sebagainya. Secara lebih detail kelebihan USG 3D dan 4D ini pada janin dapat terbaca secara lebih akurat, karena teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan diagnosa. d. Pil KB Terbaru. Pil K! dengan dorspirenone merupakan pil KB terbaru yang memberikan perlindungan kontrasepsi yang dapat diandalkan, dengan berbagai manfaat tambahan dalam suatu kombinasi yang unik Pil KB dengan dorspirenone adalah pil yang membuat seseorang merasa lebih nyaman. Mengandung progestin baru dorspirenone yaitu homon yang sangat menyerupai progesteron salah satu hormon dalam tubuh. Dorspirenone mempunyai profil farmakologis yang sangat mirip dengan progesteron alami dengan karateristik memiliki efek antimineralokortoid dan antiandrogenik tidak memiliki aktifitas ekstrogenik, androgenik, glukortikoid dengan sifat antineralokortikoid. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan yaitu tidak menaikkan berat badan, mengurangi gejala kembung, haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid, tidak menaikan tekanan darah dengan androgennya. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan yaitu mengurangi jerawat, dan mempercantik rambut dan kulit.
1. Family Centered Maternity Care
Family centered maternity care (FCMC) atau keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga didefinisikan sebagai melahirkan secara aman dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas sambil menggali, memfokuskan dan mengadaptasikan terhadap kebutuhan klien, bayi dan keluarga. Penekanannya adalah pada pelayanan ibu dan bayinya yang mendukung kesatuan keluarga sambil mempertahankan keamanan dan keselamatan fisik (May, & Mahlmiester, 1994). Konsep keperawatan maternitas berpusat pada keluarga, diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan, persalinan, dan postpartum, dengan melibatkan keluarga dan lingkungannya sebagai sumber daya manusia yang dapat dioptimalkan untuk mensejahterakan dan mempromosikan ibu dan bayinya (Pilliteri, 2003). Untuk mewujudkan pelayanan maternitas yang berpusat pada keluarga, perawat harus berupaya berubah sikap dan perilaku dalam hal pemberian pelayanan. Perawat diharapkan dapat menggali apa yang diinginkan klien dan bekerjasama dengan klien untuk mencapai pelayanan kesehatan yang optimal. Sepuluh pendekatan yang digunakan pada model family centered maternity care menurut Phillip dan Zwelling (1996) adalah : a. Peristiwa persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu keadaan sejahtera (normal dan alamiah) bukan suatu keadaan sakit, tetapi ibu saat ini mengalami perkembangan kedewasaan, sehingga ibu dapat melakukan perawatan diri dan bayinya sendiri dengan batuan keluarga, b. Pelayanan perinatal bersifat personal disesuaikan dengan kebutuhan fisik, psikososial, latar belakang pendidikan, spiritual dan budaya dari setiap ibu dan keluarga, sehingga ibu dan keluarga dapat melakukan aktifitasnya sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya, c. Program komprehensif edukasi perinatal, mempersiapkan keluarga untuk aktif berpartisipasi sepanjang periode perinatal, serta masa menjadi orang tua. Program ini mempersiapkan ibu dan keluarga sesuai kemampuannya belajar merawat diri, bayi dan keluarganya. d. Penyedia pelayanan kesehatan membantu keluarga agar dapat membuat keputusan untuk perawatan mereka dan membantu keluarga memiliki pengalaman positif sesuai dengan harapannya. Pelayanan yang diberikan diharapkan memberi pengalaman positif dalam merawat keluarga, sehingga keluarga dapat memilih pelayanan yang berkualitas. e. Pasangan/suami/orang yang dipercaya ibu untuk membantu dirinya secara aktif selama proses perinatal. Dalam hal ini FCMC memfasilitasi pasangan/orang yang dipercaya ibu untuk belajar merawat bayinya selama di.rumah sakit, agar dapat membantu istrinya/ibu postpartum setelah pulang perawatan (di rumah). f. Memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan ibu dan keluarga selama perawatan di ruang rawat. Model ini mengajarkan keluarga bagaimana mengetahui masalah dan memecahkan/ mengatasi masalahnya. g. Perawatan rooming-in diberikan kecuali pada ibu dengan persalinan seksio sesarea. Model ini memberi gambaran bagaimana peran keluarga (ayah, ibu dan anak) dalam menjalankan perannya masing-masing di rumah dengan memberikan kesempatan untuk melakukan perawatan sendiri dengan pemantauan perawat. h. Ibu adalah perawat untuk bayinya sendiri, ibu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan bayinya kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun. i. Perawat memfasilitasi ibu dan bayi sebagai satu kesatuan yang menjadi tanggung jawabnya, memberi gambaran pada ibu dan keluarga, kebutuhan mana yang memerlukan bantuan orang lain, j. Para orangtua diijinkan untuk merawat bayi mereka yang sakit/resiko tinggi setiap ada waktu dan mereka diikutsertakan dalam merawat bayinya sesuai dengan kondisinya, memberi kesempatan pada ibu dan keluarga dengan melibatkan ibu dan pasangan dalam merawat bayi yang bermasalah sesuai kemampuannya dengan melihat kondisi bayi, sehingga keluarga tahu masalah bayi dan dapat mengambil keputusan dalam meminta bantuan untuk mengatasinya.
2. Evidence Based Practice (EBP)
Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid. Dengan kata lain, EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek keperawatan sehingga perawat dapat meningkatkan rasa pedulinya terhadap pasien. EBP merupakan suatu pendekatan memecahkan masalah untuk mengambilan keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti - bukti nyata yang baik (pasien dan praktisi). Evidence Based Practice (EBP) adalah Penggunaan bukti terbaik saat ini secara sadar dan bijaksana dalam hubungannya dengan keahlian klinis, nilai pasien, dan keadaan untuk memandu keputusan perawatan kesehatan. EBP merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik keperawatan kesehatan, yang berdasarkan hasil penelitian atau fakta dan bukan hanya asumsi untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan. Tujuan EBP yaitu memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok, 200l / 2002). Sedangkan menurut Stout & Hayes (2005), EBP bertujuan untuk memberi alat, berdasarkan bukti-bukti terbaik, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan artinya dalam memilih suatu pendekatan pengobatan kita hendaknya secara empiris melihat kajian penelitian yang menunjukkan keefektifan suatu pendekatan terapi tertentu pada diri individu tertentu. Adapun manfaat EBP yaitu : a. Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik keperawatan. b. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk. c. Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian. d. Mengeliminasi budaya layanan kesehatan dimana praktik yang tidak berbasis bukti e. Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan f. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan g. kualitas perawatan pada pasien