Anda di halaman 1dari 28

( pandangan agama terhadap KB dan kesehatan meliputi suami istri )

KELOMPOK III

SRI AYU LESTARI

DINI ADRIANI

KURNIA SUKMA INDAH

NURSANTI

AMELIA

DIII KEBIDANAN TINGKAT 1

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AJARAN 2020/2021


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................ ii

BAB I:PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................... 1

B. Rumusan masalah........................................................... 1

C. Ruang lingkup................................................................. 2

D. Maksud dan tujuan .......................................................... 2

E. Metode pengumpulan data ................................................. 2

F. Sistematika penulisan makalah............................................. 3

BAB II: PEMBAHASAN

A. Arti pernikahan menurut islam............................................ 4

B. Pengertian keluarga........................................................... 4

C. Pengertian keluarga sakinah............................................... 5

D. ciri ciri keluarga sakinah..................................................... 6

E. faktor faktor pembentukan keluarga sakinah....................... 13

F. KB dalam pandangan islam..................................................

BAB III: PENUTUP

A.Kesimpulan...................................................................... 19

B. Kritik dan Saran............................................................... 19

i
BAB IV: DAFTAR PUSTAKA................................................... 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran allah SWT.yang telah memberikan


rahmat, hidayah dan petunjuknyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Dengan judul’’Pandangan agama terhadap
kesehatan meliputi hubungan suami istri’’.

Penyusunan makalah ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan


dukungan dari banyak pihak,sehingga bisa memudahkan dalam
penyusunanya.untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terimah kasih dari
berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah
ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu,kami sadar sepenunya bahwa dalam makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta
aspek aspek lainnya.maka dari itu, dengan lapan dada kami membuka dengan
seluas luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
saranya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini
bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat berbagai masalah lainya yang masih berhubungan pada
makalah makalah berikutnya .

Bulukumba, 24 Maret 2020

Penyusun

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan
perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu Bab 1 pasal 1 menetapkan bahwa
”Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan
demikian jelas bahwa diantara tujuan pernikahan adalah membentuk sebuah
rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Sebuah masyarakat di
negara manapun adalah kumpulan dari beberapa keluarga. Apabila keluarga
kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh. Namun apabila rapuh, maka
rapuhlah masyarakat. Menikah memang tidaklah sullit, tetapi membangun
Keluarga Sakinah bukan sesuatu yang mudah. Pekerjaan membangun,
pertama harus didahului dengan adanya gambar yang merupakan konsep dari
bangunan yang diinginkan. Demikian juga membangun keluarga sakinah,
terlebih dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga sakinah. Al-
Qur’an membangunkan sebuah keluarga yang sakinah dan kuat untuk
membentuk suatu tatanan masyarakat yang memelihara aturan-aturan Allah
SWT dalam kehidupan. Aturan yang ditawarkan oleh Islam menjamin
terbinanya keluarga bahagia, lantaran nilai kebenaran yang dikandunginya,
serta keselarasannya yang ada dalam fitrah manusia. Hal demikianlah yang
mendasari kami menulis makalah ini. Pada makalah ini akan diuraikan
tentang keluarga sakinah, dan konsep-konsep cara membangun keluarga
sakinah berdasarkan Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
 1. Bagaimana cara memilih pendamping hidup? 
2. Apa arti pernikahan menurut islam? 
3. Pengertian keluarga? 

1
4. Pengertian keluarga sakinah?
 5. Bagaimana ciri-ciri keluarga sakinah? 
6. Apa saja factor-faktor pembentukan keluarga sakinah? 
7. Bagainna pandangan islam terhadap KB?
C. Ruang Lingkup

Dalam makalah ini, kami membatasi masalah mengenai keluarga sakinah


dan konsep membangun keluarga sakinah berdasarkan Al-Qur’an. Hal tersebut
dimaksudkan untuk mempertegas pembahasan sehingga dapat terfokus pada
masalah yang akan dibahas serta dapat memberikan gambaran umum tentang isi
makalah sehingga pembaca lebih mudah dalammempelajarinya

 D. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi
salah satu tugas mata kuliah Agama Islam di Bina Sarana Informatika. Sedangkan
tujuan dari penulisan tugas ini adalah:

1. Memahami bagaimana memilih pendamping hidup


2. Memahami hakekat keluarga
3. Memahami fungsi-fungsi keluarga
4. Memberikan konsep tentang keluarga sakinah dan bagaimana membangun
keluarga sakinah
5. Memahami hukum KB dalam islam

 E. Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penyusunan tugas
ini,penulis menggunakan metode membaca buku referensi-referensi dan browsing
internet yang berkaitan dengan masalah yang dibahas tugas ini dibuku maupun
internet.

2
 F. Sistematika Penulisan Makalah ini terbagi dalam 3 bagian inti yakni:

Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang latar belakang penulisan,


rumusan masalah, ruang lingkup, maksud dan tujuan, serta metode-metode yang
digunakan dalam pengumpulan data untuk menyusun tugas ini. Selain itu, penulis
juga menguraikan mengenai sitematika penulisan.Dalam bab ini, penulis
menguraikan tentang materi-materi yang akan dibahas karena bab ini merupakan
bab utama dari makalah ini. Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang keluarga
sakinah, meliputi: cara memilih pendamping hidup, arti pernikahan menurut
islam, pengertian keluarga, pengertian keluarga sakinah, cirri-ciri keluarga
sakinah, faktor-faktor pembentukan keluarga sakinah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Pernikahan Menurut Islam


Dalam menganjurkan umatnya untuk melakukan pernikahan, Islam tidak
semata-mata beranggapan bahwa pernikahan merupakan sarana yang sah dalam
pembentukan keluarga, bahwa pernikahan bukanlah semata sarana terhormat
untuk mendapatkan anak yang sholeh, bukan semata cara untuk mengekang
penglihatan, memelihara fajar atau hendak menyalurkan biologis, atau semata
menyalurkan naluri saja. Sekali lagi bukan alasan tersebut di atas. Akan tetapi
lebih dari itu Islam memandang bahwa pernikahan sebagai salah satu jalan untuk
merealisasikan tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek
kemayarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh mendasar
terhadap kaum muslimin dan eksistensi ummat Islam

Tujuan Pernikahan Dalam Islam


Setelah anda menemukan jodoh sebagai umat islam seharusnya anda harus
segera menikahinya.pernikahan haruslah memiliki tujuan-tujuan. Berikut ini
adalah pelajaran berharga bagi kita untuk mengetahui apa saja tujuan pernikahan
dalam agama islam.
1.Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi 
2.Untuk membentengi ahlak yang luhur 
3.Untuk menegakkan rumah tangga yang islamik
4.Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah
5.Untuk mencari keturunan yang shalih dan shaliha

B. Pengertian Keluarga
Keluarga secara sinonimnya ialah rumahtangga, dan keluarga adalah
satu institusi sosial yang berasas karena keluarga menjadi penentu
(determinant) utama tentang apa jenis warga masyarakat. Keluarga menyuburi
(nurture) dan membentuk (cultivate) manusia yang budiman, keluarga yang

4
sejahtera adalah tiang dalam pembinaan masyarakat (Sufean Hussin dan
Jamaluddin Tubah, 2004 : Menurut Dr Leha @ Zaleha Muhamat (2005: 2),
perkataan ‘keluarga’ ialah komponen masyarakat yang terdiri daripada suami,
istri dan anak-anak atau suami dan istri saja (sekiranya pasangan masih belum
mempunyai anak baik anak kandung/angkat atau pasangan terus meredhai
kehidupan dengan tanpa dihiasi dengan gelagat kehidupan anak-anak).
Pengertian ini hampir sama dengan pengertian keluarga yang dijelaskan oleh
Zakaria Lemat (2003: 71) yaitu, keluarga merupakan kelompok paling kecil
dalam masyarakat, sekurang kurangnya dianggotai oleh suami dan istri atau
ibu bapak dan anak-anak. Ia adalah asas pembentukan sebuah masyarakat.
Kebahagiaan masyarakat adalah bergantung kepada setiap keluarga yang
menganggotai masyarakat. William J. Goode menjelaskan keluarga sebagai
suatu unit sosial yang ekspresif atau emosional, ia bertugas sebagai agensi
instrumental untuk struktur sosial yang lebih besar, kesemua institusi dan
agensi lain bergantung kepada sumbangannya. Misalnya, tingkah laku
peranan yang dipelajari dalam keluarga menjadi tingkah laku yang diperlukan
dalam segmen masyarakat lain.
 
C. Pengertian Keluarga Sakinah
 Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian,
ketentraman, ketenangan, kebahagiaan Jadi keluarga sakinah mengandung
makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah
adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga. Keluarga sakinah
juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia. Menurut pandangan Barat,
keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah keluarga yang memiliki dan
menikmati segala kemewahan material. Anggota-anggota keluarga tersebut
memiliki kesehatan yang baik yang memungkinkan mereka menikmati
limpahan kekayaan material. Bagi mencapai tujuan ini, seluruh perhatian,
tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan kecapaian
kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat
kepada kesejahteraan (Dr. Hasan Hj. Mohd Ali, 1993 : 15). Pandangan yang

5
dinyatakan oleh Barat jauh berbeda dengan konsep keluarga bahagia atau
keluarga sakinah yang diterapkan oleh Islam. Menurut Dr. Hasan Hj. Mohd
Ali (1993: 18 – 19) asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di
dalam Islam terletak kepada ketaqwaan kepada Allah SWT. Keluarga bahagia
adalah keluarga yang mendapat keredhaan Allah SWT. Allah SWT redha
kepada mereka dan mereka redha kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
“Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada- Nya, yang demikian
itu, bagi orang yang takut kepada-Nya”.(Surah Al-Baiyyinah : 8). Menurut
Paizah Ismail (2003 : 147), keluarga bahagia ialah suatu kelompok sosial
yang terdiri dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak saudara
yang sama-sama dapat merasa senang terhadap satu sama lain dan terhadap
hidup sendiri dengan gembira, mempunyai objektif hidup baik secara individu
atau secara bersama, optimistik dan mempunyai keyakinan terhadap sesama
sendiri . Dengan demikian, keluarga sakinah ialah kondisi sebuah keluarga
yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai
ukuran untuk membentuk keluarga bahagia sebagaimana yang telah
dinyatakan oleh negara barat.

D. Ciri-ciri Keluarga Sakinah


 Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu
perkara yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang
berumahtangga. Namun, terdapat beberapa ciri-ciri keluarga sakinah,
diantaranya Bermuara pada rasa cinta dan kasih sayang, 
 Jadikanlah komunikasi anda sebagai muara cinta dan kasih sayang yang tulus
karena ALLAH, sebab semua pesannya merupakan rahmat bagi keluarga
bahkan bagi seluruh alam. Abu Sulaiman Bin Al-Huawairi berkata, ”kami
datang pada Nabi dan kami tinggal bersamanya selama 20 hari. Ternyata Nabi
orang yang di penuhi oleh kasih sayang dan kelembutan kepada keluarganya
sehingga kami menjadi rindu kepada keluarga kami.” Kemudian beliau
menannyakan keluarga yang kami tinggalkan maka kami menceritakannya

6
kepada beliau. Kemudian beliau bersabda, “pulanglah kepada keluargamu dan
penuhilah hak-hak mereka serta didiklah mereka dan berbuat baiklah kepada
mereka”.
Komunikasi dengan panggilan yang menyenangkan 
 Panggilah putra-putri anda dengan panggilan yang menyenangkan dan
pasangan anda dengan panggilan kemuliaan atau panggilan yang
menyanjungkannya seperti, ”wahai kakanda” dan sejenisnnya. Karna Nabi
memanggil Fatimah dengan panggilan, ”wahai ananda” dan memanggil
istrinya Aisyah dengan ”Ya Humairah” atau “Ya Aaisy”. Panggilan itu
menghadirkan kebahagiaan dan kesenagan bagi orang-orang disekitarnnya.
Berkomunikasi tanpa emosi Sulit? Ya!
Namun jika anda ingin pesan anda di pahami dan misi anda tercapai, anda
harus melakukannya tanpa emosi yang meluap-luap. Komunikasi tanpa emosi
telah di contohkan oleh Nabi sehingga pesan beliau dengan misinya. Karena
Nabi selalu berbicara yang berbobot, penuh makna, mengandung nilai-nilai
kebaikan dengan penuh kelembutan. Bahkan ketika Nabi menegur istrinya,
disaat Aisyah membuang makanan yang dikirim oleh Ummu Salamah. Beliau
bersabda, “Ibumu sedang cemburu, Hai Aisyah, satu nampan yang engkau
terima harus engkau antar satu nampan juga”. Begitu juga ketika aisyah tidur
setelah sholat subuh, beliau bersabda kepadanya, ”Hai Aisyah, jemputlah
rezeki mu dan janganlah engkau menolaknya.”
Iringi Komunikasi Dengan Bahasa Tubuh  Jauh sebelum barat
menggulirkan gaya romantis mencinta melalui film-film picisan, Aisyah
bercerita, “saya biasa minum dari gelas yang sama ketika haid, lalu Nabi
mengambil gelas tersebut, dan meletakkan mulutnya di tempat saya
meletakkan mulut saya lalu beliau minum kemudian saya mengambil cangkir
lalu saya menghirup isinya, kemudian beliau mengambilnya dari saya lalu
beliau meletakkan mulutnya pada tempat meletakkan mulut saya. Lalu Beliau
menghirupnya.” (HR. Abu Rajak dan Sa’id bin Mansur). Ini merupakan
ekspresi cinta yang mengalir dari bahasa tubuh. Bahkan Nabi biasa mencium
istrinya setelah wudhu, kemudian beliau sholat dan tidak mengulangi wudhu

7
nya. Jadi, apa yang menghalangi anda untuk menciptakan romantisme dalam
keluarga anda. Jadi, ajak dia mendekati anda saat akhir pekan. Lalu biarkan
pasangan anda menikmati senyum tercantik yang bermuara dari hati anda dan
biarkan teh hangat menghangatkan tubuhnya saat mentari muncul dari balik
kaca jendela. Nikmati secangkir teh untuk berdua sambil bermesra, bercakap
sesuatu yang indah atau tentang impian-impian yang manis.
Bersikap Bijak Kepada Istri 
 Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti
tetanggganya,berilah nasihat kebaikan kepada istri kalian, karena mereka
diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya bagian paling bengkok dari
tulang rusuk adalah bagian ujungnya, jika kamu meluruskannya maka kamu
akan mematahkannya, jika kamu meninggalkannnya maka tulang itu akan
tetap bengkok. Maka berilah nasihat kepada istri kalian.”(HR Bukhari dan
Muslim). Dalam riwayat muslim disebutkan: “Jika kamu bersenang-senang
dengannya, dan di dalamnya terdapat kebengkokan, jika kamu ingin
meluruskannya maka kamu akan mematahkannya, dan mematahkannya
adalah dengan mentalaknya.”( HR Muslim). Maksud perkataan beliau ini
adalah bahwa Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, sebagaimana
pendapat sebagian besar ulama. Mereka berdalil dengan ayat Al-Qur’an,”Hai
manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya.”(An-Nisaa’ [4]:1).
Sabda Rasulullah,”Sesungguhnya bagian palig bengkok dari tulang rusuk
adalah bagian ujungnya,” maksudnya bahwa bagian paling bengkok pada
wanita adalah bagian atasnya,yaitu kepalanya. Dan,di kepla ada lidah.
Kebanyakan fitnah perempuan ada pada lidahnya,dari perkataan dan
omongannya yang menyakitkan orang lain. Mungkin juga maksudnya adalah
kepala dan apa yang terdapat di dalamnya,termasuk cara berpikir. Cara
berpikir wanita berbeda dengan cara berpikir laki-laki. Dalam menghadapi
maslah ini,yang dituntut dari suami adalah memberi nasihat kebaikan kepada
istri,memaafkan kelemahannya,cara berpikirnya,dan perasaan yang dapat

8
mengalahkan akalnya. Larangan Membenci Istri Yang Muminah 
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Janganlah
suami yang mukmin benci kepada istrinya yang muminah,jika ia membenci
satu perangai dari istrinya,maka masih banyak perangai yang lain ia
senangi.”(HR Bukhari dan Muslim). Nasihat Rasulullah ini diperuntukkan
bagi suami. Ini termasuk salah satu nasihat beliau yang sangat berharga,yang
dibutuhkan oleh para suami.. faedah yang diambil dari nasihat ini adalah
larangan Rasulullah bagi suami untuk membenci istrinya karena suatu sifat
tertentu. Seorang suami hendaknya bersabar,karena dalam diri istri selain
terdapat perilaku yang buruk dan dibenci,pasti masih banyak perilaku lain
yang dia sukai.Allah berfirman: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,(maka bersabarlah)karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.”( An-Nisaa [4]:19). Islam menganjurkan basa-basi
antara suami dan istri,yaitu suami memuji istri dan istri menyanjung
suami,sehingga terjalinlah rasaa cinta antara keduanya,dan supaya keduanya
tidak saling menjauhi atau tidak saling membenci. Terkadang, basa-basi dan
memuji sangat diperlukan. Kamu bisa mengatakan kepada istri,”kamu cantik
dengan gaun ini,”sehingga menambah rasa cinta kepda suami,dan gaun itu
menjadi gaun yang paling digemarinya. Hak Suami Atas Istri 
Rasulullah bersabda: “Seoarng istri tidak boleh berpuasa,sementara suaminya
hadir (sedang berada di tempat atau rumah) kecuali dengan izin suaminya.
Hendaklah istri tidak mengizinkan orang lain masuk rumah suaminya kecuali
dengan izin suaminya. Dan hartaa yang ia sedekahkan dari suami tanpa ada
perintah dari suami,maka separoh pahalanya untuk sang suami.”(HR
Bukhari). Maksud perkataan Rasul,”suaminya hadir” adalah ketika suaminya
ada di tempat tinggal,tidak sedang pergi. Puasa yang dilarang di sini adalah
puasa sunah. Akan halnya puasa Ramadhan,tidak ada permintaan izin. Suami
atau siapapun tidak berhak melarang istri berpuasa Ramadhan jika ia tidak
sedang berhalangan(udzur). Seandainya suami melarang istrinya berpuasa
Ramadhan,maka tidak boleh taat kepada makhluk dalam hal maksiat kepada

9
khaliq. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Fath menjelaskan,”At-
Thabranimeriwayatkan hadist dari Ibnu Abbas secara marfu’(sampai ke
Nabi),di tengah hadist ditambah kalimat,’Dan di antara hak suami dari
istrinya adalah istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izinnya,jika istri
tetap berpuasa maka puasanya tidak di terima.’” Al-Muhallab mengatakan
larangan dalam hadist tersebut bersifat tanzih,”Tidak berpuasa sunnah ketika
suami ada di tempat termasuk salah sau etika dalm hubungan suami-istri. Istri
boleh melakukan ibadah-ibadaah sunnah tanpa izin suami selama tidak
merugikan suami dan tidak menghalangi hak-hak suami. Suami tidak boleh
membatalkan ibadah sunnah yang tengah dsuami dan tidak menghalangi hak-
hak suami. Suami tidak boleh membatalkan ibadah sunnah yang tengah
dikerjakan istri,meski tanpa seizinnya. Namun pendapat ini bertentangan
dengan zhahir hadist. Dalam hadist disebutkan bahwa hak suami itu lebih kuat
untuk dipenuhi dari pada melakukan ibadah sunnah,karena hak suami
hukumnya wajib dipenuhi. Melaksanakan kewajiban lebih didahulukan dari
melaksanakan hal yang sunnah. Suami Bisa Menjadi Surga Atau Neraka Bagi
IstriHushain bin Muhshan berkata,”Bibiku memberitahuku,’Aku datang
menemui Rasulullah untuk suatu keperluan,beliau bertanya,’Siapa kamu?
Apakah kamu punya suami (telah menikah)? ‘Aku menjawab,’Ya’. Rasul
bertanya lagi,’Bagaiman sikapmu kepadanya? ‘Aku menjawab,’Aku tidak
berhenti berkhidmat kepadanya sekuat tenagaku kecuali apa yang tidak
mampu aku lakukan.’Rasul berkata,’Lihatlah,di mana kedudukanmu
terhadapnya? Ia adalah surgamu dan nerakamu.’”(HR Ahmad,Al-Hakim,An-
Nasa’I dan At-Thabrani). Dari konteks hadist ini tampak bahwa bibi Hushain
bin Muhshan menemui Rasulullah untuk suatu keperluan. Tapi Rasulullah
ingin menunjukkan perkara yang penting padanya,yaitu keutamaan menaati
suami dan mempergaulinya dengan baik. Meskipun ia tidak menanyakan
kepada RAsul sedikit pun tentang hal pernikahan,dengan dalil bahwa Rasul
bertanya,”Apakah kamu punya suami?” yakni,apakah kamu sudah menika?
Dan pada perkataan Rasul,”sesungguhnya ia(bisa jadi) surgemu dan (bias
jadi) nerakamu.” Maksudnya,ketaatan istri terhadap suami dan keridhaan

10
suami kepadanya menyebabkan sang istri masuk surga. Sedangkan
maksiat(kedurhakaan) seorang istri kepada suami dan kemarahan suami
kepadanya bisa menyebabkan istri nasuk neraka. Jadi,suami bisa menjadi
surge dan bisa menjadi neraka bagi istri. Banyak hadist lain yang
menganjurkan kepada istri untuk selalu taat kepada suami dan bersikap baik
kepadanya,serta mewanti-wanti istri agar tidak melawan dan tidak durhaka
kepada suami. Termasuk di dalamnya memperingatkan istri tentang akibat-
akibat kemarahan suami. Diantaranya adalah hadist-hadist dan nasihat-nasihat
Rasulullah berikut ini: 1. Rasulullah bersabda: “Jika istri telah melaksankan
kewajiban sholat lima waktu,menjaga kemaluannya,,menaati
suaminya,niscaya ia akan masuk surga dari pintu surge manapun yang ia
inginkan.”(HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan hadist ini hasan). 2. Rasulullah
bersabda: “Manakah wanita meninggal,sementara suaminya ridha
terhadapnya, Niscaya ia akan masuk surge.”(HR At-Tirmidzi, Ibnu Majah,
Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan At-Thabrani). 3. Rasulullah bersabda: “Seorang
istri yang menyakiti suaminya di dunia,niscaya bidadari yang menjadi istri
suaminya akan mengatakan kepadanya,’Semoga Allah membalas
perbuatanmu dengan keburukan,suamimu hanyalah sebagai tamu bagimu,ia
akan meninggalkanmu dan pergi kepada kami.”(HR At-Tirmidzi dan Ibnu
Majah). 4. Rasulullah bersabda: “Dan demi Tuhan yang menjaga jiwa Nabi
Muhammad dala kuasa-Nya,seorang istri belum bisa dikatakan telah
menunaikan hak Tuhan atasnya sebelum ia memenuhi hak suaminya.”(HR
Ibnu Majah dan Al-Hakim). 5. Rasulullah bersabda: “Allah tidak akan
melihat(tidak ridha) kepada istri yang tidak berterima kasih kepada
suaminya,sementara ia masih butuh kepada suaminya.”
Larangan Seorang Wanita Melihat Wanita Lain,Lalu Menggambarkannya 
kepada Suaminya. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah
bersabda: “Janganlah seorang wanita melihat wanita lain,lalu
meggambarkannya apa yang ia lihat kepada suaminya,sehingga suaminya
melihat sendiri.” Al-Qabisi mengatakan,”ini merupakan dalil bagi Iman Malik
mengenai saddudz dzara’i (mencegah timbulnya bahaya). Hikmah dari

11
larangan ini supaya suami tidak terpikat oelh wanita yang diceritakan istrinya.
Apakah suami tertarik oleh wanita tersebut, bisa jadi ia akan menceraikan
istrinya atau terobsesi mendapatkan wanita yang telah digambarkan oleh
istrinya sendiri. Wanita Adalah Pemimpin di Rumah Suaminya 
 Rasulullah bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung
jawab atas yang dipimpinya. Penguasa adalah pemimpin yang bertanggung
jawab atas rakyatnya, suami adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas
keluarganya,istri di rumah suaminya adalah pemimpin yang bertanggung
jawab atas suami dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin yang
bertanggung jawab atas yang dipimpinya.”(Muttafaq’alaih). Nasihat ini
membahas tentang tanggung jawab yang besar bagi setiap pasangan suami-
istri atas apa yang telah dipercayakan kepaada mereka berdua. Seorang suami
sebagai kepala rumah tangga,tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan
materi,semisal pangan,sandang,papan,dan obat-obatan bagi keluarganya,tapi
yang lebih penting dari itu adalah tanggung jawab dalam
mendidik,mengarahkan,dan membimbing keluarga. Agar Tetap Disayng
Suami, Rasulullah bersabda: “Di antara kebahagian bagi suami adalah wanita
yang salehah; jika kamu melihatnya,ia akan membahagiakanmu. Jika kamu
pergi,kamu merasa aman dengannya pada dirimu dan hartamu. Dan di antara
kesedihan (bagi suami) adalah wanita jika kamu melihatnya,ia akan
menyakitimu,dan lidahnya menjelekkanmu. Jika kamu pergi darinya, kamu
tidak merasa aman dengannya pada dirinya dan hartanya.”(HR Ibnu Hibban).
Perhatian seorang istri terhadap kecantikannya merupakan hal yang pening
dalam kehidupan rumah tangga,meski ad beberapa wanita yang
meremehkannya. Ini demi kepentingan suami. Ali bin Abi Thalib
berkata,”Wanita yang paling baik adalah yang paling wangi bau
tubuhnya,paling enak makanan yang dibuatnya. Jika berbelanja ia tidak boros
dan jika berhemat tidak pelit.” Selain penampilan yang cantik dan
menarik,lebih penting lagi adalahperilaku dan budi pekerti yang baik.adalah
suatu musibah jika seorang suami mendapatkan istri yang panjang lidah.
Lidah wanita mencerminkan kecantikan atau keburukan sifatnya.meski

12
berwajah cantik,kalau ia suka mengucapkan kata-kata yang melukai
perasaan,maka lidahnya telah menghilangkan
kecantikannya.sebaliknya,meski wajahnya tidak cantik,tetapi memiliki tutur
kata dan akhlak yang baik,maka lidahnya akan menjadikannya sebagai wanita
tercantik di dunia.kecantikan yang hakiki adalah kecantikan dalam perilaku
dan budi pekerti. Kecantikan wanita juga terletak pada rasa malunya untuk
tidak mempertontonkan keindahan tubuhnya kepada orang lain yang tidak
berhak.

 E. Faktor-faktor Pembentukan Keluarga Sakinah


 Membina sebuah keluarga bahagia dalam rumahtangga bukanlah
suatuperkara yang mudah. Terdapat banyak faktor yang mendorong pasangan
suami istri boleh membentuk keluarga bahagia yang diredhai Allah SWT.
Antara faktor-faktor yang dinyatakan dalam kajian ini ialah faktor suami istri,
faktor keilmuan, faktor hubungan ahli kerabat, dan faktor ekonomi.
a. Faktor Suami Istri
Suami istri merupakan tunjang utama dalam pembentukan sebuah
keluarga bahagia. Damainya sebuah institusi perkawinan itu bergantung
kepada hubungan dan peranan suami istri untuk membentuk keluarga
masing-masing. Ibu bapak atau ketua keluarga perlu memainkan peranan
terutamanya saling hormat-menghormati di antara satu sama lain karena
anak-anak akan mudah terpengaruh dengan tingkah laku mereka.
Walaupun ketenteraman rumahtangga tanpa krisis dan kesepahaman
merupakan ateri penyumbang kepada kebahagiaan rumahtangga, tetapi
tanggung jawab suami istri seharusnya tidak ditepikan. Suami istri perlu
menjalankan tanggungjawab sebagai suami, istri, dan tanggung jawab
bersama. Suami merupakan ketua keluarga yang memainkan peranan
paling penting untuk membentuk sebuah keluarga bahagia. Suami yang
bahagia ialah suami yang sanggup berkorban dan berusaha untuk
kepentingan keluarga dan rumah tangga yaitu memberi makan makanan
yang baik untuk anak-anak dan istri, menjaga hak istri, memberi pakaian

13
yang bersesuaian dengan pakaian Islam, mendidik anak-anak dan istri
dengan didikan Islam yang benar serta memberi tempat perlindungan.
Istri solehah ialah istri yang tahu menjaga hak suami, harta suami, anak-
anak, menjaga maruah diri dan juga maruah suami serta membantu
menjalankan urusan keluarga dengan sifat ikhlas, jujur, bertimbang rasa,
amanah, dan bertanggungjawab. Tanggungjawab istri terhadap ahli
keluarganya amatlah besar dan ia hendaklah taat terhadap segala perintah
suaminya selagi tidak bertentangan dengan larangan Allah.

 b. Faktor Keilmuan

Membentuk sebuah keluarga bahagia bukanlah bergantung kepada


pengalaman semata-mata. Setiap pasangan hendaklah mempunyai ilmu
pengetahuan yang kukuh dalam semua aspek dan bukannya hanya
mengutamakan ilmu perkawinan semata-mata. Pasangan perlu memahirkan
diri dalam pelbagai bidang ilmu antaranya ilmu ekonomi, ateri, akhlak,
ibadah dan sebagainya. Ilmu pengetahuan mampu menyelesaikan segala
masalah yang melanda dalam rumahtangga secara rasionalnya. Membina
sebuah keluarga bahagia dengan asas yang kukuh terutamanya dengan
pengetahuan keagamaan dapat menjadikan individu berfikir, dan bertindak
sesuai dengan fitrah insaniah yang diberikan oleh Allah SWT. Keluarga
Islam harus selalu meningkatkan kualiti pemikiran Islam yang sebenarnya
sesuai dengan perubahan zaman.  

C. Faktor Ahli Kerabat


  Setiap pasangan yang telah berkahwin perlu menyesuaikan diri
dengan keadaan ahli keluarga pasangan masing-masing. Perkara ini sangat
penting supaya tidak berlaku salah faham yang boleh mengeruhkan
keharmonian rumahtangga yang baru ingin dibina. Asas yang paling utama
ialah mengadakan hubungan yang erat dengan ibu bapa kedua-dua belah
pihak. Al-Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa selain ibu bapak, seorang

14
anak juga perlu menjaga hubungan kekeluargaan dengan kerabat-kerabat
sebelah ibu dan bapak. Al-Nawawi menjelaskan bahwa seorang anak
berbakti kepada ibu bapaknya jika dia menjaga hubungan yang baik dengan
kerabat-kerabat mereka (Kamarul Azmi Jasmi, 2004 : 11). Islam juga turut
menggalakkan supaya diutamakan kaum kerabat terlebih dahulu sekiranya
ingin memberikan sedekah kerana melalui cara ini ia akan dapat membantu
mengeratkan hubungan kekeluargaan disamping mendapat ganjaran pahala
bersedekah.

 d. Faktor Ekonomi

 Pengurusan ekonomi dalam rumahtangga seharusnya tidak


dipandang remeh oleh setiap pasangan. Menurut Dr. Johari bin Mat (1998:
12), kedudukan ekonomi yang tidak stabil menyebabkan masalah yang akan
timbul dalam rumahtangga. Masalah akan terjadi jika suami tidak dapat ateri
nafkah yang secukupnya, atau istri terlalu mementingkan aspek material di
luar kemampuan suami atau keluarga. Sebaiknya, setiap keluarga harus
mengukur kemampuan masing-masing agar jangan sampai aspek ekonomi
rumahtangga sebagai sebab bergolaknya keluarga dan penghalang untuk
membentuk sebuah keluarga bahagia. Suami istri sepatutnya bijak dalam
menyusun, mengatur, dan merancang keuangan keluarga. Oleh karena itu,
pasangan perlu merancang setiap perbelanjaan dan bukannya hanya
mengikut tuntutan nafsu yang ingin memenuhi kehidupan aterial.
Perbelanjaan tanpa perancangan menyebabkan kehidupan sentiasa terasa
terhimpit.

E. Keluarga Broken home

William J.Goode (2007) Broken home merupakan pecahnya suatu unit


keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial jika satu atau beberapa
anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka.

a. Kriteria keluarga broken home

15
William J.Goode mengemukakan bentuk atau kriteria darei keretakan dalam
keluarga (broken home).yaitu:

1.)Ketidaksahan

Merupakan keluarga yang tidak lengkap karena ayah (suami) atau ibu (istri) tidak
ada dan karenanya tidak menjalankan tugas atau perannya seperti yang telah
ditentukan.

2.)Pembatalan,perpisahan,perceraian dan peninggalan

Terputusnya keluarga disebabkan karena salah satu atau kedua pasangan


memutuskan untuk saling meninggalkan dan berhenti melaksanakan kewajiban
atau perannya.

3.)keluarga selaput kosong

Anggota-anggota keluarga tetap tinggal bersama namun tidak saling


berkomunikasi atau bekerjasama dan gagal memberikan dukungan emosional satu
sama lain.

4.)ketiadaan seseorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan

Keluarga pecah karena suami atau istri meninngal, dipenjara, atau terpisah dari
keluarga karena peperangan depresi, atau malapetaka lain.

5.)kegagalan peran penting yang tidak diinginkan

Masalah ini dapat berupa penyakit mental dan emosional yang parah yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam menjalankan peran utama.

b.ciri-ciri keluarga yang mengalami broken home

1.) kematian salah-satu atau kedua orangtua

2.) orangtua berpisah atau bercerai

16
3.) hubungan kedua orangtua tidak baik

4.) hubungan orangtua dengan anak tidak baik

5.) suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan

6.) orangtua sibuk dan jarang ada dirumah

7.) salah-satu atau kedua orangtua memiliki kelainan kepribadian atau


gangguan jiwa

faktor-faktor terjadinya kelurga broken home

1.) kurang atau putus komunikasi diantara keluarga terutama ayah dan ibu
sering dituduh faktor kesibukan sebagai biang keladi.dalam keluarga
sibuk,dimana ayah dan ibu bekerja sampai sore hari dan tak punya waktu untuk
keluarga.

2.) sifat egoisme,masing-masing suami istri merupakan penyebab terjadinya


konflik rumah tangga yang berujung pada pertengkaran yang terus-
menerus.orangtua mementingkan dirinya sendiri

3.) sikap egosentrisme

Masing masing suami istri merupakan penyebab pula terjadinya konflik rumah
tangga yang berujung pertengkaran yang terus menerus.

Egisme adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan diri


sendiri.yang lebih berbahaya lagi adalah sifat egisentrisme yaitu sifat yang
menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh seseorang dengan segala
cara.pada orang yang seperti ini,orang lain tidaklah penting.orang tua
mementingkan dirinya sendiri,dan bagaimna menarik perhatian pihak lain agar
mengikutinya minimal memperhatikanya.

4.)Masalah ekonomi,

17
Keluarga miskin masih besar jumlahnya dinegeri ini..berbagai cara
diusahakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.akan tetapi tetap saja
kemiskinan tidak terkendali.terakhir pemerintah memberikan bantuan langsung
tunai(BLT)pada tahun 2007 dan 2008,kemiskinan jelas berdampak terhadap
kehidupan keluarga.

5.)Masalah kesibukan

Kesibukan adalah satu kayta yang telah melekat pada masyarakat


modern dikota kota.terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang. Filsafat
hidup mereka mengatakan uang adalah harga diri,dan waktu adalah uang.

6.)Masalah pendidikan

Masalah pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya krisis di dalam


keluarga. Jika pendidikan agak lumayan pada suami-istri, maka wawasan tentang
kehidupan keluarga dapat di pahami oleh mereka. Sebaiknya pada suami istri
yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami liku-liku keluarga.
Karena itu sering salah penyalahan bila terjadi kesalahan di persoalan keluarga.
Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang munkin terjadi perceraian.

F. KB dalam pandangan islam

Dalam buku Fondasi Keluarga Sakinah yang diterbitkan oleh Ditjen Bimas
Islam Kementerian Agama RI tahun 2017 dijelaskan bahwa semua ulama
melarang pembatasan kelahiran karena cara ini dianggap permanen dan mencegah
kelahiran secara permanen diharamkan dalam Islam.

. Sedangkan pengaturan kelahiran diperbolehkan oleh para ulama karena


pengaturan kehamilan dan kelahiran tidak tergolong pembatasan. Apalagi jika

18
program KB yang ditujukanoleh keluarga untuk kemasalahatan keluarganya agar
menjadi keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang mendapat rida Allah SWT.

Pengaturan kelahiran diisyaratkan dalam Al-Quran pada surat Al-Baqarah ayat


223 dan surat Luqman ayat 14 tentang anjuran menyusui anak selama dua tahun.
Sejalan dengan ayat-ayat tersebut, terdapat anjuran agar ibu yang sedang
menyusui tidak hamil, karena hal tersebut akan mengganggu kesehatan ibu, anak
yang sedang disusui, dan janin yang ada di rahimnya.

. Untuk memudahkan pemahaman hal ini dapat dijelaskan bahwa ibu yang
sedang menyusui dan hamil, maka asupan makanan ibu akan terbagi kepada
dirinya sendiri, bayi yang sedang disusui dan janin yang dikandungnya.

Dalam Q.S An.Nisa ayat 9 Allah SWT juga berfirman:

‫ض َعافًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا اللَّهَ َو ْليَقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬


ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَوْ تَ َر ُكوا ِم ْن خ َْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Pengertian yang lemah pada ayat di atas mempunyai makna lemah secara fisik
biologis, mental psikologi, mental spiritual, sosial ekonomi, pendidikan dan
keterampilan, sosial kemasyarakatan dan sebagainya. Ayat tersebut sejalan
dengan hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:

ِ ‫ـويُّ َخـ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إِلَـى هللاِ ِمنَ ْالـ ُم ْؤ ِم ِن الض َِّعي‬
‫ْف‬ ِ َ‫اَ ْلـ ُم ْؤ ِمنُ ْالق‬

Artinya: Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin
yang lemah (HR Bukhari).

. Menurut Cholil Nafis dalam bukunya yang berjudul Fikih Keluarga, ada
banyak alasan yang mendorong dilakukannya keluarga berencana dalam Islam,
namum ada tiga hal yang utama, diantaranya adalah:

19
Pertama: Mengkhawatirkan terhadap kehidupan atau kesehatan si ibu apabila
hamil atau melahirkan anak, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter yang
dapat dipercaya. Sebab pada firman Allah yang artinya:

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu


menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Baqarah:
195)

Kedua: Khawatir akan terjadinya bahaya pada urusan dunia yang kadang-kadang
bisa mempersukar beribadah, sehingga menyebabkan orang mau menerima barang
yang haram dan mengerjakan yang terlarang, justru untuk kepentingan anak-
anaknya. Sedang Allah telah berfirman yang artinya:

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran


bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Ketiga: Keharusan melakukan azl yang biasa terkenal dalam syara’ ialah karena
mengkhawatirkan kondisi perempuan yang sedang menyusui kalau hamil dan
melahirkan anak baru. Nabi menamakan kehamilan sewaktu perempuan masih
menyusui, dengan ghilah atau ghail, karena penghamilan itu dapat merusak air
susu dan melemahkan anak.

Sementara kenapa dinamakannya ghilah atau ghail karena suatu bentuk


kriminalitas yang sangat rahasia terhadap anak yang sedang disusui. Oleh karena
itu sikap seperti ini dapat disamakan dengan pembunuhan misterius (rahasia).

Rasulullah SAW memperingatkan supaya perempuan tidak hamil bila dalam


keadaan menyusui karena sangat membahayakan bagi si anak maupun si ibu. Hal
ini tercantum dalam HR. Abu Daud yang artinya:

20
“Janganlah kamu membunuh anak-anakmu secara rahasia, karena ghail
(perempuan hamil yang menyusukan anaknya) itu mengejar penunggang kuda
(pendekar) lalu dilemparkan dari kudanya.”

Karenanya Cholil menegaskan, Islam mendukung program KB. Hal ini


ditunjukkan oleh beberapa hadits yang membolehkan azl atau yang kita kenal
dengan senggama putus, Moms. Azl merupakan pencegahan kehamilan dengan
cara alami dan sederhana.

Di zaman seperti saat ini, kata Cholil, sudah ada beberapa alat kontrasepsi yang
dapat dipastikan kemaslahatannya dan justru maslahah itulah yang dituju oleh
Nabi Muhammad SAW yaitu melindungi anak yang masih menyusu dari
marabahaya termasuk menjauhi masalah yang lain pula, yaitu: tidak bersetubuh
dengan istrinya selama menyusui, di mana hal itu memberatkan sekali.

. Namun, ada perbedaan pendapat para ulama pada penggunaan alat atau obat
kontrasepsi modern, terutama yang masih dianggap permanen seperti tubektomi
dan vasektomi. Dengan kata lain jumhur ulama atau mayoritas ulama menyetujui
penggunaan alat dan obat kontrasepsi selama hal itu tidak bersifat permanen
seperti kondom, pil, suntik, implan, IUD, dan jelly.

Sebagian ulama juga membolehkan juga membolehkan melakukan vasektomi


untuk laki-laki dan tubektomi untuk perempuan karena penemuan keilmuan dan
teknologi kedokteran yang menyatakan bahwa keduanya bisa disambung kembali
saluran sperma atau saluran telur perempuan yang dikenal dengan rekanalisasi
sehingga tidak lagi permanen.

Dengan menggunakan alat kontrasepsi pasangan menjadi aman dan tenang dalam
melakukan hubungan badan dengan istrinya karena tidak ada ketakutan isteri akan
hamil saat usia anak masih sangat kecil. Karena itu, ber-KB tidak bertentangan
dengan syariat Islam.

21
Dasar kebolehan obat dan alat kontrasepsi modern tersebut dapat ditelusuri dari
beberapa hadis Rasulullah SAW, yang salah satunya adalah:

‫ْز ُل َو ْالقُرْ آنُ يَ ْن ِز ُل‬


ِ ‫ُكنَّا نَع‬

Artinya: “Kami dahulu pernah melakukan ‘azl di masa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam dan Qur’an turun ketika itu” (HR. Bukhari dan Muslim).

. Hadis di atas menunjukkan bahwa melakukan azl yaitu mencabut kemaluan


laki-laki dari vagina saat hampir keluar sperma dan mengeluarkannya di luar
vagina istrinya itu diperbolehkan. Jika azl pada zaman Rasulullah SAW dilarang
oleh Allah SWT, maka akan ada ayat yang melarangnya, Moms. Namun, ternyata
ayat tersebut tidak ada.

. Dengan demikan, maka melakukan azl tidak dilarang dalam Islam. Kebolehan
penggunaan alat dan obat kontrasepsi dianalogikan kepada praktek azl tersebut
karena mempunyai tujuan yang sama, yaitu menghindari kehamilan.

BAB IV

22
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Memasuki gerbang kehidupan rumah tangga laksana menapaki jalan yang tak
berujung dan tak pernah kita kenal. Kadang datar,menurun,dan menanjak
terjang,kadang lempang dan berkelok tanpa rambu maka pesan dan nasihat
Nabi pilihan bisa dijadikan cahaya pelita yang menerangi jalan. Pernikahan
merupakan ikatan antarmanusia yang paling suci. Ia harus sepi dari
keinginan-keinginan sahwati. Rasulullah membimbing dan menuntun kita saat
menentukan pasangan. Jangan terjebak oleh nafsu sesaat. Menelusuri
perjalanan yang panjang perlu teman pendamping yang bisa saling
mengingatkan. “Pilihlah wanita yang baik kehidupan beragamanya”, ini salah
satu pesan Nabi. Beliau juga memberikan bimbingan bagimana kiat
mewujudkan keluarga yang kokoh dan harmonis. Termasuk didalamnya
menuntun bagaimana menjadikan bahtera keluarga sebagai tempat menabur
amal shalih dan damai dalam Ridho Allah SWT.

B. Kritik dan Saran

 Di zaman serba modern seperti sekarang ini sulit di jumpai keluarga
yang sakinah,mawaddah dan warohmah. Teknologi yang berkembang pesat
ternyata mempengaruhi kehidupan masyarakat karena membawa dampak
yang buruk bagi kehidupan,mereka jadi sibuk dengan urusan masing-masing
dengan alat kumunikasinya, tidak memperdulikan keadaan disekitarnya dan
tidak bisa menghargai orang-orang yang ada disekitarnya. Saran yang bisa
kita sampaikan adalah agar jangan terlalu berlebihan dengan alat komunikasi
atau alat elektonik karena dapat menimbulkan dampak yang kurang bagus
buat diri kita. Maka kita akan menjadi pribadi yang kurang peduli terhadap
keadaan sekitar dan sibuk dengan urusan sendiri sehingga kurang
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

23
DAFTAR PUSTAKA

 Adil Fathi Abdullah, Nasihat Pengantin, Embun Publishing, Jakarta, 2007.

Nur Atik Kasim dan Rose Faujiah.Solo. Agar Telapakmu Menjadi Surga, Indiva
Media Kreasi, 2009.

Ustadz ilham azis, Amalan doa dan dzikir untuk mendapatkan jodoh, Araska,
2011. Ichsnudin, Agar diberi jodoh terbaik oleh Allah, Al-ihsan media utama,

2010. http://google.com

24

Anda mungkin juga menyukai