Anda di halaman 1dari 54

Makalah keterampilan dasar kebidanan

“ memahami asuhan pada pasien pre dan pasca bedah


Pada kasus kebidanan “
Di
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama: amelia
Nim. : B. 19.11.003
Prodi D. III. KEBIDANAN
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata pengantar
Puji syukur khadirat Allah SWT. Karna atas rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “MEMAHAMI ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN
PANCA BEDAH PADA KASUS KEBIDANAN “ tepat pada waktunya. Makalah ini
merupakan tugas mata kuliah dari “KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN “. Semoga
makalah ini dapat berguna untuk kita semua, saya juga menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karna itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar di masa yang
akan datang lebih baik lagi.
Daftar isi
HALAMAN JUDUL............................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar belakang...................................................................................
b. Rumusan masalah.............................................................................
c. Tujuan.........................................,....................................................
d. Manfaat.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Pra bedah.........................................................................................
b. Pasca bedah.....................................................................................
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
operasi atau bedah merupakan semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditanganin.pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan
membuat sayatan,setelah bagian yang akan ditanganin di tampilkan ,dilakukan
tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
            dalam melakukan perbedahan yang diperlukan adalah persiapan ,
persiapan perbedahan sangat penting sekali untuk memperkecil risiko operasi
karena hasil akhir suatu perbedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan
penderita dan persiapan pra bedah.dalam persiapan inilah ditentukan adanya
indikasi dan kontra indikasi operasi , toleransi penderita terhadap bedah, dan
ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan.
           tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan
pembedahan adalah untuk mempersiapkan penderita agar penyulit pasca bedah
dapat dicegah sebanyak mungkin.sebagian tindakan tersebut dilakukan secara
rutin,seperti pembersihan kulit, sedangkan yang lain dipilih berdasarkan
keterangan yang diperoleh pada anamnesis pemeriksaan pra bedah dan rencana
pengelolaan .
B. Rumusan masalah
a. Apa yang di maksud dengan pre dan pasca operasi?
b. Bagaimana pelaksanaan asuhan pada pasien pre dan pasca operasi?
C. Tujuan
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang di maksud dengan pre dan
pasca operasi
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pelaksanaan asuhan pada pasien pre
dan pasca operasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. PRE BEDAH
a. Pengertian pre bedah
 pre bedah adalah persiapan yang dilakukan saat ingin melakukan
perbedahan atau operasi untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam
pelaksanaan melakukan operasi 
b. Faktor resiko
resiko yang terjadi saat operasi adalah takut salah satunya adalah
infeksi dimana udara yang dari luar dapat masuk saat berlangsungnya operasi 
infeksi luka operasi ( ILO ) didalam dunia medis disebut dengan surgical site
infection (  SSI ) yang disebabkan bakteri tumbuh di area operasi di area operasi.
ada beberapa bakteri yang bisa disebabkan infeksi diarea operasi
adalah e,coli,klebsiella pneomonia,pseudomonas A, MRSA,
enterobactereceace,  dan masih banyak lagi bakteri yang dapat mengakibatkan
infeksi pada luka operasi.
c. Persiapan pasien
. persiapan operasi bukan hanya pada persiapan alat dan persiapan dokter namun
persiapan pasien juga sangat di utamakan baik itu mencakup keadaan fisik si pasien
maupun keadaan mental si pasien.

a. persiapan mental

           secara mental penderita harus di persiapkan untuk menghadapi pembedahan


karena selalau ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan , nyeri luka ,anastesia,
bahkan terhadap kemungkinan cacat atau bahkan kematian. maka dari itu hubungan
antara keluarga dan dokter sangat diperlukan agar dapat meyakinkan kepada keluarga
dan sipasien terhadap tindakan yang akan kita lakukan pada si penderita dan dapat
menurun kan rasa cemas terhadap keluarga dan si pasien dan dokter mudah untuk
mendapatkan persetujuan dan izin untuk dilakukannya pembedahan atau operasi
terhadap si penderita.

     b. persiapan fisik 

    sebelum pembedahan dilakukan kita harus melakukan pengososngan terhadap


lambun apsien.refluks esofagus midah terjadi terutama pada permulaan anestesia,
sehingga dapat terjadi aspirasi isi lambung yang merupakan keadaan berbahaya karna
dapat menimbulkan pneomonia yang tidak mudah diatasi.

          kulit tubuh, dimana si pasien sebelum melakukan operasi daerah yang akan
dilakukan operasi harus bersih dimana si pasien di wajibkan untuk mandi atau di
mandikan dengan sabun atau larutan antiseptik seperti klorheksidin atau larutan yang
mengandung yodium.

          suhu badan, penderita yang demam metabolisme nya meningkat dan memerlukan
lebih banyak zat asam sehingga iritibilitas miokard meningkatpada pasien hipotermia di
bawah 34,5 c juga membawa resiko karena metabolisme berlangsung terlalu lambat
sehingga pembekuan darah melambat,dan pada saat memandikan pasien air yang
digunakan juga dapat mempengaruhi suhu pasien maka perlunya persiapan yang
matang saat melakukan operasi 
          syok, syok umumnya diakibatkan karena peredaran darah yang kurang lancar dan
gangguan terhadap pada organ vital seperti jantung dan otak oleh karena itu keadaan
syok diatasi sebelum dilakukan nya perbedahan seperti tekanan darah ,bila hipertensi
harus dikoreksi sebelum pembedahan dalam artian tekanan diastol harus diusahakan
dibawah 100 mmHg atau juga 90 mmHg.

          gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa juga harus dikoreksi pada
penderita pada pasien diabetes melitus kalau perlu dilakukan koreksi kadar gula darah 

     c. penilaian gizi

          saat pasien ingin melakukan operasi diwajibkan pasien utnuk puasa selama 3-4-
hari yang pada umumnya dijalankan oleh si pasien termasuk pasien malnutrisi protei-
kalori ringan, walaupun demikian keadaan itu sebaiknay diperhatikan sejak dini untuk
untuk mencegah katabolisme lebih lanjut.gangguan nutrisi umumnya terjadi bila
kekurangan asupan makanan berlangsung lebih dari sepuluh hari. tanda keadaan gizi
yang kurang memuaskan adalah bila berat badan turun lebih dari 10% dalam waktu
singkat, berat bedan terakhir kurang dari 8% berat badan ideal dan kadar serumal bumin
kurang dari 3 gr%

B. PASCA BEDAH
perawatan pasca bedah adalah prosedur rutin yang segera dilaksanakan
setelah operasi dan biasanya akan terus dilakukan hingga pasien benar benar
pulih sepenuhnya.contoh salah satunya yaitu pada pasien bayi atau anak anak
pasca bedah yaitu harus dikerjakan secara teliti karena cadangan fungsi berbagai
sistem tubuh terbatas.perhatian terutama pada jalan nafas, sirkulasi,
keseimbangan cairan dan elektrolit serta suhu tubuh.
a. Efek samping yang dirasakan saat pasca bedah yang diantaranya adalah :
1. rasa nyeri dan tidak nyaman
          obat bius biasanya diberikan pada saat sebelum operasi
untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman , namun keduanya
dapat terasa kembali bila efek obat bius telah habis, kadang
tingkat nyeri sangat tinggi sehingga mempengaruhi keadaan
aktivitas dan pergerakan si pasien.
2. . pendarahan
          pendarahan dapat saja terjadikapan saja pada pasien pasca
operasi pendarahan terjadi biasanya di bagian tempat bekas luka
operasi terutama pada jahitan operasi tidak terpasang dengan
baik atau terlepas, walau pun tidaak selalu bahaya namun kasus
pendarahan telah banyak mengakibatkan terjadinya kekurangan
darah pada pasien bahkan mengakibatkan kematian.
3. infeksi
          infeksi bisa saja terjadi pada pasien pasca operasi yaitu
salah satu nya adalah bakteri pada fasilitas kesehatan yang
dapat mengakibatkan infeksi pada bagian bekas luka operasi.
b. Pengawasan pasca operasi
          pada jenis operasi tertentu seperti operasi hernia, hidrokel,
sirkumsisi, operasi testis yang tidak turrunreposisi tulang, dan prosedur
endoskopi penderita cukup dirawat sehari karena persiapan perbedahan
dapat dapat dikerjakan dirumah dan anak datang sudah dalam keadaan
puasa dan bersih.operasi dikerjakan di pagi hari dan setelah sadar dan
bebas dari obat bius maka anak sudah dapat di bawa pulang kembali.
          adapun pengawasan dalam kebutuhan cairan kpd pasien pasca
operasi pemberian cairan intavena diperlukan untuk keperluan rumatan
dan mencegah dehidrasi,kebutuhan harus meliputi cairan elektrolit,
keseimbangan asam basa dan kebutuhan kalori.lalu menjaga jalan nafas
karna jalan nafas sangat diperlukan bagi kesembuhan si pasien dan
menjaga agar terhindar dari sessuatu yang tdk diinginkan .
resiko terjadinya infeksi pasca bedah dapat dilakukan dengan
memberikan antibiotik harus diberikan jika ada kemungkinan terjadi nfeksi
masif pada luka bedah seperti pembedahan yang dilaksanakan pada atau
melalui jaringan yang mengandung banyak kuman, atau pembedahan
pada pemderita yang terkontaminasi atau mengalami infeksi di tempat
yang jauh dari luka operasi

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Setiap pembedahan yang akan dilakukan harus lah melakukan persiapan yang
matang agar terhindar nya resiko resiko yang tidak dingin kan selama operasi berjalan
maupun setelah operasi selesai dan dilakukan pemeriksaan dan peninjauan terhadap si
pasien resiko apa saja yang dapat timbul selama berlangsungnya operasi baik riwayat
penyakit maupun keadaan fisik si pasien.
Pra operasi adalah tindakan yang dilakuakan sebelum dilakuaknnya operaasi
baik dilakukan saat persiapan sampai ke meja bedah
Sedangkan pasca operasi adalah masa pembedahan dari mula meja
pembedahan sampai dengan masa perawatan atau pemulihan.

DAFTAR PUSTAKA
sjamsuhidajat.R,wim de jong .1996. BUKU AJAR ILMU BEDAH. jakarta : VU
University press/penerbit buku kedokteran EGC
AYUK HAYYU. Pre post operasi.
Https://www.academia.edu/37761350/makalah pre-post-op
mita nimas etika m . resiko infeksi luka operasi .
Https://www.hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-resiko-infeksi-luka-
operasi
www.docdoc.com/id/info/procedure/pemantauan - mengenai -
pembedahan
. Makalah keterampilan dasar kebidanan
“ menerapkan persiapan dan penGAMBILAN SPESIMEN
UNTUK PEMERIKSAAN LABORATARIUM “
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA : AMELIA
Nim. : B. 19.11.003
. Prodi d. Iii. Kebidanan
. . Stikes panrita husada bulukumba
. Tahun ajaran 2020/2021
Kata pengantar

Puji syukur khadirat Allah SWT. Karna atas rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “MENERAPKAN PERSIAPAN DAN
PENGAMBILAN SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN LABORATARIUM “ tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah dari “KETERAMPILAN DASAR
KEBIDANAN “. Semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua, saya juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu saya sangat membutuhkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan agar di masa yang akan datang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR
..........................................................................................................
DAFTAR
ISI...........................................................................................................................
..
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar
belakang.....................................................................................................
b. Rumusan masalah
..........................................................................................
c. Tujua............................................................................................................
...............
d. Manfaat penulisan .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengambilan spesimen darah vena.........................................................
b. Pengambilan spesimen darah arteri........................................................
c. Pengambilan spesimen urine............................................................
d. Pengambilan spesimen feses..................................................................
e. Pengambilan spesimen sputum
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan......................................................................................
b. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sekarang ini, banyak penyakit yang bertambah dan merajalela dalam
kehidupan masyarakat. Akan tetapi, penyakit infeksi tetap menjadi primadona
penyakit yang paling sering menyerang manusia. Penyakit infeksi yang
ditimbul sering diakibatkan mikroorganisme yang bersifat patogen. Dalam
pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan
anamnesa guna menemukan etiologi penyakit. Cara lain dalam menegakkan
diagnosa guna menemukan mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu
penyakit adalah dengan cara pemeriksaan specimen. Oleh karena itu, bagi
orang yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya bidan, harus
mengetahui dan memahami betul cara pengelolaan spesimen yang
berhubungan dalam praktik kebidanan.
Hal yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan spesimen adalah : Cara
Pengambilan/Penyimpanan/Pengiriman spesimen. Adapun tujuan dari
pemahaman cara pengelolaan spesimen tersebut adalah agar spesimen dapat
memberikan hasil yang akurat dalam pemeriksaan secara
makroskopis/mikroskopis dan spesimen tidak rusak dalam rentang waktu
pengiriman ke laboratorium. Salah satu hal paling penting yang mendasari
cara pengelolaan spesimen yaitu harus diperhatikan tujuan pengambilan
Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat,
sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera
dapat disembuhkan, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat,
serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal.
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim
yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium
adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan
atau sampel dari penderita. Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses,
dahak, sekret vagina, dan sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan
uji lainnya sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan
dengan tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko,
memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan
lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan
potensial membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik.  Metode pemeriksaan terus berkembang
dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik,
otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang
sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat.
Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan pemeriksaan
laboratorium yang baik. Salah satu pemeriksan laboratorium yang sering digunakan
dalam pemeriksaan darah adalah pemeriksaan hemoglobin. Pengumpulan atau
pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah awal dalam menjamin
ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium. Spesimen
darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan hemoglobin) dapat diperoleh
dari darah vena ataupun darah kapiler.
Hal lainnya juga pada urine, kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urine
atau metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita sebut buang air kecil (BAK).
Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat
menjadi tidak normal apabila urine yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. 
Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air
kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan
pemeriksaan. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan
atau spesimen urine. Pemeriksaan pada urine dapat menentukan penyakit apa yang
sedang diderita oleh seseorang. 
Selain itu, pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah
lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit.
Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang
modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat
digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit
yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta
pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang
dilakukan oleh klinisi.
Salah satu pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi adalah pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum diperlukan juga jika diduga terdapat penyakit paru-paru.
Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit. Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan
sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya, sedangkan
cairan sputum yang bercampur air liur encer dan terdapat gelembung busa di
atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang
bercampur air liur diambil dari tenggorokan. 
Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang
masyarakat indonesia. Seperti  tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis
kronis, dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan tes terhadap spesimen guna
menentukan penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan menggunakan dahak atau
sputum.
Oleh karena itu, bagi masyarakat yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya
Dokter, Perawat, Bidan dan tenaga kesehatan lainnya harus mengetahui dan
memahami cara pengambilan spesimen. 

B. Tujuan
1.    Agar mahasiswa mampu melakukan pengambilan spesimen darah arteri dan
vena
2.    Agar mahasiswa mampu melakukan pengambilan spesimen urin
3.    Agar mahasiswa mampu melakukan pengambilan spesimen feses
4.    Agar mahasiswa mampu melakukan pengambilan spesimen urine

C. Manfaat
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan klien atau pasien secara umum

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengambilan spesimen darah vena
1. Pengertian
Suatu tindakan memasukkan jarum ke dalam  pembuluh darah
vena klien untuk mendapat spesimen darah.
a. Pengertian pembuluh balik ( vena)
Pembuluh balik (vena) adalah pembuluh darah yang
menghantar darah menuju ke  jantung. Darah dari kapiler
dalam jaringan tubuh kembali ke jantung melalui venula,
setelah itu ke pembuluh balik atau vena. Pembuluh balik
memiliki dinding lebih tipis, tidak elastis, dan berdiamater
lebih lebar dari pada pembuluh nadi. Ini terjadi karena
darah dalam perjalanannya kembali ke jantung memiliki
tekanan yang sangat rendah . 
Tekanan yang rendah tersebut menyebabkan darah
cenderung mengalir kembali meninggalkan jantung. Untuk
mencegah peristiwa itu, pembuluh balik memiliki banyak
katup yang memastikan darah mengalir ke satu arah
menuju jantung. Tekanan darah yang rendah dalam
pembuluh balik menyebabkan tidak terasa adanya
denyutan sehingga darah hanya menetes (tidak
memancar) apabila pembuluh balik terluka. Pembuluh
balik terletak di dekat dengan permukaan tubuh tampak
kebiru-biruan. Pembuluh balik berfungsi menyalurkan
darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung. Pembuluh ini
dilalui darah yang mengandung banyak karbondioksida,
kecuali pada pembuluh balik dari paru-paru menuju ke
jantung (pembuluh balik paru-paru atau vena pulmonalis)
yang dilalui darah mengandung banyak ooksigen
b. Fungsi pembuluh balik ( vena)
Menyalurkan darah dari seluruh tubuh menuju jantung
c. Jenis-jenis pembuluh balik
•    Vena Pulmonalis 
Pembuluh darah yang banyak mengandung oksigen dari
paru-paru menuju ke antrium kiri jantung. Vena pulmonalis
terbagi atas dua macam atau jenis yakni vena pulmonalis
kanan dan vena pulmonalis kiri. 
•    Vena Cava atau vena sistemik 
Pembuluh darah yang membawa darah dari seluruh tubuh
menuju ke jantung bagian antrium kanan. Vena cava
terbagi atas dua yakni vena cava superior dan vena cava
interior. 
•    Vena Superfisialis 
Pembuluh balik yang terletak dekat dengan permukaan
kulit dan tidak terletak dekat dengan arteri yang tepat. 
•    Vena Dalam atau deep 
Pembuluh darah vena yang menyertai arteri dan biasanya
tersimpan dalam selubung pembungkus vena dan arteri.
d. Ciri-ciri pembuluh balik ( vena)
•    Pembuluh balik yang dinding lebih tipis
•    Pembuluh yang tidak elastis, dan berdiamater lebih
lebar daripada pembuluh nadi
•    Pada umumnya terletak didekat dengan permukaan
tubuh  dan tampak kebiru-biruan
•    Memiliki ukuran yang berdiamater i hingga 1,5
centimeter
•    Mengandung banyak karbondioksida
2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan
memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan
b. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah
(infeksi, needle stick injury) akibat vena punctie bagi
petugas maupun penderita.
c. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan
pengambilan darah
3. Indikasi

Semua klien yang membutuhkan pemeriksaan spesimen ddarah.

4. Kontraindikasi
a. Pengambilan darah vena pada sebelah tangan yang
mengalami gangguan sirkulasi darah pada klien dengan
mastektomi (operasi pengangkatan payudara) 
b. Daerah edema
c. Hematome
d. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
e.  Daerah bekas luka atau terdapat tanda tanda infeksi ,
infiltrasi, atau thrombosis pada tempat penusukan.
f.  Daerah bekas cangkokan vascular (avsan) pada penderita
gangguan ginjal
g. Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah pada daerah
ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan
dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
h.
i.  Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan
(kelumpuhan otot dan saraf)
j. Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologi
5. Prosedur pengambilan darah vena
1.    Pengambilan spesimen darah vena dengan syring
(alat suntik) 
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat
suntik (syring) merupakan cara yang masih sering
dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-
tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah
sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah
sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai
ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran
terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G,
24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik
dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena
yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).

Alat dan bahan:


1.    1 pasang sarung tangan bersih
2.    1 botol kecil alkohol
3.    Kapas (secukupnya)
4.    Satu buah bantal kecil sebagai penopang
5.    1 buah pengalas
6.    1 buah tourniquet 
7.    1 buah spuit (sesuaikan ukuran spuit dengan dengan
jumlah darah yang akan diambil)
8.    Plester (secukupnya)
9.    1 buah kertas label
10.    1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
11.    1 buah wadah spesimen dan tutupnya
12.    1 buah plastik spesimen

Prosedur pelaksanaan:
1.    Jaga privasi klien
2.    Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3.    Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau posisi
duduk di kursi
4.    Cuci tangan
5.    Pakai sarung tangan bersih
6.    Pasang pengalas di bawah tangan klien
7.    Pilih lokasi yang akan dilakukan pengambilan
(biasanya di fossa antecubital)
8.    Pasang tourniquet 5-10 cm di atas vena yang dipilih
9.    Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alkohol
dengan arah sirkuler dari dalam ke luar (± 5 cm). biarkan
kulit mongering
10.    Tempatkan jari telunjuk  tangan non domianant di
bawah lokasi penusukan (± 2,5 cm) dan tarik kulit secara
perlahan.
11.    Masukkan jarum suntik dengan arah 15-30 derajat
dengan perlahan
12.    Lakukan aspirasi sampai jumlah darah mencukupi
13.    Lepaskan tourniquet
14.    Cabut jarum suntik dan tutup lokasi penyuntikan
dengan kapas alkohol
15.    Pasang plester di lokasi penyuntikan
16.    Lepaskan jarum suntik dari syingernya
17.    Masukkan darah ke dalam wadah spesimen
18.    Berikan label pada wadah spesimen ( nama klien,
tanggal, jenis pemeriksaan, nama ruangan)
19.    Masukkan wadah spesimen kedalam palstik
spesimen
20.    Rapikan alat dank klien
21.    Lepaskan sarung tangan
22.    Cuci tangan
23.    Dokumentasi tindakan
24.    Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta
form permintaan pemeriksaan laboratarium

2. Pengambilan spesimen darah dengan vakum

Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di


bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa
udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu
telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan
berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi
posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet
sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir
berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat
mendorong tabung menancap pada jarum posterior.

Keuntungan dan Kekurangan pengambilan darah dengan vakum

Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah tidak perlu membagi-


bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat
digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang
diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah
pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan
kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada pengambilan
dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena
tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini
mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering
juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang
disebutkan di atas. Perbedaannya adalah antara jarum anterior dan posterior terdapat
dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan
jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan
masuk pada selang (flash).

Alat dan Bahan:


•    Jarum vakutainer atau winged needle (jarum bersayap)
•    Kapas
•    Alkohol 70%
•    Tali pembendung (turniket)
•    Plester
•    Tabung vakum
•    Kontainer khusus benda tajam (wadah sampah)

Prosedur pelaksanaan:
1.    Jaga privasi klien
2.    Cuci tangan
3.    Pakai sarung tangan bersih 
4.    Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
5.    Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
6.    Minta pasien mengepalkan tangan.
7.    Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
8.    Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
9.    Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70% dan
biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10.    Dengan hati-hati buka tutup jarum, masukkan ke dalam holder dan sekrupkan
11.    Angkat pelindung jarum dan buka tutup jarun
12.    Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan
tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada
tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah
berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi,
cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
13.    Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
14.    Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa saat, lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.
15.    Lipat pelindung jarum kembali ke tempatnya
16.    Buang jarum ke kontainer khusus benda tajam 
17.    Rapikan alat dan klien
18.    Lepaskan sarung tangan
19.    Cuci tangan
20.    Dokumentasi tindakan
21.    Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium

6.Hal-hal yg perlu di perhatikan

1.    Pemasangan turniket (tali pembendung)


•    Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/ PCV dan elemen sel), peningkatan
kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
•    Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
2.    Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan
masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
3.    Penusukan
•    Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali
juga berpotensi menyebabkan hematoma.
•    Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan
darah bocor dengan akibat hematoma
4.    Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel
akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada
pasien ketika dilakukan penusukan

7. Menampung darah dalam tabung

Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium
klinik adalah sebagai berikut :
•    Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi
beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
•    Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST)
yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan
berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
•    Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator
tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan
berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah.
•    Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
•    Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
•    Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
•    Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
•    Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat,
digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
•    Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED
(ESR).
•    Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
imunohematologi.
•    Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR
dan bDNA.
•    Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas; berisi media biakan,
digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur.

B. Pengambilan sampel darah


1.Pengertian

Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil darah arteri yaitu
pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku.
a.    Pengertian pembuluh nadi (arteri)
Pembuluh nadi (arteri) adalah pembuluh darah yang berotot dan membawa darah ke
jantung. Dinding pembuluh nadi tersusun dari tiga lapisan,yakni lapisan luar yang
bersifat elastis, lapisan tengah yang berupa sel-sel otot polos, dan lapisan dalam yang
disusun oleh selapis sel berdinding tipis.
Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastis, yang membantu tenaga
pemompaan jantung untuk menyalurkan darah ke seluruh tubuh. Pemompaan oleh
jantung menyebabkan darah didorong untuk mengalir. Hal itu memberi tekanan di
sepanjang dinding pembuluh yang dilaluinya dan menimbulkan denyutan. maka terjadi,
darah akan memancar keluar apabila pembuluh nadi terluka.
Pada umumnya, pembuluh nadi berada di bagian dalam tubuh. Pembuluh nadi yang
paling besar disebut aorta. Pembuluh ini berpangkal pada bilik kiri jantung dan bertugas
membawa darah yang mengandung banyak oksigen (darah bersih) ke seluruh tubuh.
Pembuluh ini memiliki sebuah katup yang terletak tepat di luar jantung.
Selanjutnya, aorta bercabang dua, satu cabang menuju kekepala dan satu cabang lagi
menuju ke tubuh bagian bawah. Kedua pembuluh nadi (arteri). yang keluar dari jantung
tersebut kemudian bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh nadi yang lebih kecil.
Pembuluh nadi yang paling kecil, disebut arteriol. Arteriol berukuran lebih tipis dari satu
sisir rambut. Arteriol ini bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh kapiler.

b.    Fungsi pembuluh nadi (arteri)


•    Mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh
•    Menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel
•    Mengangkut zat buangan misalnya karbon dioksida
•    Menjaga keseimbangan mobilitasi protein, kimia, unsur-unsur dari sistem kekebalan
tubuh dan sel.

c.    Jenis-jenis pembuluh nadi (arteri)


•    Arteri Pulmonalis 
Arteri pulmonalis atau nadi paru-paru adalah pembuluh yang dilewati darah dari bilik
menuju ke paru-paru. Pembuluh ini mengandung banyak karbon dioksida yang akan
dilepaskan keparu-paru yakni di alveolus
•    Arteri Sistemik
Arteri sistemik adalah pembulu yang mengantar darah ke arteriol setelah itu ke
pembuluh kapiler tempat dimana zat nutrisi dan oksigen ditukarkan
•    Aorta 
Aorta adalah pembuluh terbesar yang ada dalam tubuh dan keluar dari ventrikel yang
membawa banyak oksigen 
•    Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi yang paling kecil yang berhubungan dengan pembuluh
kapiler
•    Pembuluh Kapiler
Pembuluh kapiler adalah tempat pertukaran zat yang menjadi fungsi utama dalam
sistem sirkulasi, pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang bukan sesungguhnya.
Pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang menghubungkan cabang-cabang dan
cabang-cabang dari pembuluh balik dengan sel-sel tubuh. 

d.    Ciri-ciri pembuluh arteri 


•    Dinding pembuluh nadi tersusun atas tiga lapis 
•    Lapisan luar berupa sel-sel otot elastis
•    Lapisan tengah berupa sel-sel otot polos
•    Lapisan dalam yang hanya disusun oleh selapis sel berdinding tipis. 
•    Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastik
•    Membawa darah yang bersih
•    Mempunyai satu kutup yaitu awal pembuluh yang berada di dekat jantung
•    Jika terluka, darah akan memancar
•    Umumnya terletak dibagian dalam tubuh

e.    Lokasi pengambilan darah arteri


Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri yang paling sering unutk
pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan arteri femoralis. Dari
ketiganya, arteri radial adalah area sampling yang paling disukai karena tiga faktor
utama: 
a)    Mudah untuk mengakses
b)    Arteri radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba, stabil,
dan mudak ditusuk, 
c)    Memiliki jaminan aliran darah. 
Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau menjadi terhambat, arteri ulnaris akan
memasok darah ke jaringan biasanya dipasok oleh arteri radial. Untuk menilai arteri
radial untuk sampling, harus melakukan tes Allen dimodifikasi untuk menjamin patensi
arteri ulnaris.
Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut:
a)    Melenyapkan denyut radial dan ulnar secara bersamaan dengan menekan di kedua
pembuluh darah di pergelangan tangan.
b)    Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya sampai kulit terlihat
pucat. 
c)    Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi arteri radial. Perhatikan
kembalinya warna kulit dalam waktu 15 detik.
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radial tidak dapat diakses,
maka arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan sampel vena lebih
besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh darah besar terletak di
dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial terletak sejajar dengan arteri brakialis dan
akan menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda secara tidak sengaja mengenainya
dengan jarum.
Arteri femoralis adalah area sampling arteri yang paling tidak disukai karena merupakan
arteri relatif dalam; terletak berdekatan dengan saraf femoralis dan vena, dan tidak
memiliki jaminan aliran darah. Tusukan dari arteri femoralis biasanya digunakan untuk
situasi muncul atau untuk pasien hipotensi parah yang memiliki perfusi perifer yang burk
2. Tujuan
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas darah yang
digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit pernafasan serta kondisi
yang mempengaruhi seberapa efektif paru-paru mengirimkan oksigen ke darah dan
mengeleminasi karbondioksida dari darah.
Tekanan parsial oksigen (PO2) normal  : 75-100 mmHg, biasanya menurun sesuai
pertambahan usia
Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) normal    : 35-45 mmHg
pH normal                                   : 7,35-7,45
Saturasi oksigen (SaO2)                :  94-100%
Kandungan oksigen (O2CT)  : 15-23 volume%
Konsentrasi Bikarbonat (HCO3-) : 22-26 millimols per liter (mEq/liter)
Perubahan pH disebabkan oleh:
1.    Fungsi pernafasan abnormal.
2.    Fungsi ginjal abnormal.
3.    Jumlah asam atau basa yang berlebihan.
 Perubahan dalam pH, PaCO2, dan bikarbonat standar
pada gangguan asam-basa
    pH    PaCO2    Bikarbonat standar
Asidosis Respiratory    Rendah    Tinggi    Normal-tinggi
Alkalosis Respiratory    Tinggi    Rendah    Normal-tinggi
Asidosis Metabolik    Rendah    Normal-rendah    Rendah
Alakalosis Metabolik    Tinggi    Normal    Tinggi

3.    Indikasi
Pada pasien dengan penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit paru, Diabetes
Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis diabetik.

4.    Kontraindikasi
Pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trombosit rendah.

5.    Komplikasi
Pengambilan darah arteri akan minimal terjadi jika dilakukan dengan benar. Namun
dapat terjadi perdarahan atau perdarahan yang tertunda atau memar pada area tusukan
jarum atau yang jarang terjadi, kerusakan sirkulasi di sekitar area tusukan.

6.    Alat dan Bahan


1.   Spuit  2 ml atau 3ml  dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor
20 atau 21 untuk dewasa
2.   Heparin
3.   Yodium-povidin
4.   Penutup jarum (gabus atau karet)
5.   Kasa steril
6.   Kapas alkohol
7.   Plester dan gunting
8.   Pengalas 
9.   Handuk kecil 
10. Sarung tangan sekali pakai
11. Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
12. Wadah berisi es
13. Kertas label untuk nama
14. Bengkok 

7.    Prosedur pelaksanaan


1.    Cek alat-alat yang akan digunakan
2.    Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
3.    Perkenalkan nama perawat
4.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
5.    Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
6.    Jaga privasi klien
7.    Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
8.    Posisikan klien dengan nyaman
9.    Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
10.    Pasang pengalas
11.    Letakkan handuk kecil di bawah pergelangan tangan
12.    Palpasi arteri radialis
13.    Lakukan allen’s tes
Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis. Penderita
diminta mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan
kedua arteri radialis dan ulnaris. Penderita diminta membuka dan mengepalkan
beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka.
Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan
pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler
tangan.
Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri
radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat
kolateralisasi arteri radialis dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak
boleh digunakan.
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada
arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan
pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila
tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

14.    Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk


15.    Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
16.    Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian
diusap dengan kapas alkohol
17.    Berikan anestesi lokal jika perlu
18.    Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian
kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
19.    Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45° sambil menstabilkan
arteri klien dengan tangan yang lain
20.    Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak
bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
21.    Ambil darah 1 sampai 2 ml
22.    Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
23.    Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
24.    Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
25.    Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
26.    Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang
digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
27.    Kirim segera darah ke laboratorium
28.    Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah
(untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang
lama)
29.    Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
30.    Cuci tangan
31.    Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
32.    Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari
sebelah mana darah diambil dan respon klien

8. Hal-hal yang perlu di perhatikan


1.    Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
2.    Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku
3.    Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan
anestesi lokal
4.    Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui  kepatenan
arteri
5.    Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang
keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah  arteri
6.    Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur
rata dan tidak membeku
7.    Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras
daripada vena).
8.    Keluarkan  udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung
jarum dengan karet atau gabus.
9.    Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil.
10.    Segera kirim ke laboratorium (sito).
C.    Pengambilan spesimen urin
1.    Pegertian pengambilan spesimen urin
Suatu prosedur melakukan pengambilan contoh urin dari klien untuk pemeriksaan
diagnostik.
a.    Pengertian urin
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

b.    Komposisi urin 


Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul
yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi
yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung
oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.

c.    Fungsi urin


Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini
berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing
yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal
dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril
dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin
itu merupakan zat yang steril.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat
dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang
tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

2.    Tujuan pengambilan spesimen urin


1.    Melakukan pemeriksaan kesehatan klien secara umum dan memeriksa apakah urin
klien normal atau tidak. Urin normal adalah urin yang tidak terdapat bakteri, keton, darah,
protein atau zat obat adiktif.
2.    Mendiagnosa penyakit metabolik atau sistemik yang mempengaruhi fungsi ginjal.
3.    Mendiagnosa kelainan endokrin. Untuk tes ini dilakukan pemeriksaan urin 24 jam.
4.    Mendiagnosa kelainan atau penyakit ginjal atau saluran kemih.
5.    Melakukan monitoring klien dengan Diabetes.
6.    Melakukan tes kehamilan.

3.    Indikasi 
Efektif dilakukan jika:
1.    Memastikan apakah urin klien terdapat bakteri, keton, darah, protein atau zat obat
adiktif.
2.    Adanya dugaan penyakit tertentu misalnya penyakit yang berkaitan dengan system
perkemihan, endokrin.
3.    Adanya penyakit-penyakit metabolic atau sistemik yang mempengaruhi fungsi
ginjal.
4.    Ingin memastikan apakah klien dalam keadaan hamil atau tidak.

4.    Kontraindikasi
5.    Jenis pengambilan sampel urine: 
a.    Urin bersih (clean voided urine spesimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin
b.    Urin tengah (clean-catch or midstream urin spesimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu
untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun
ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan
dengan menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.Perlu mekanisme
khusus agar spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
c.    Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya
disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah
pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.Biasanya urin
ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
d.    Urin acak 
Pengambilan urin secara acak tanpa memperhatikan waktu dan kandungan urin
e.    Kateter indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus
disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.Klem kateter selama kurang
lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3
mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar
tidak terkontaminasi.

6.    Prosedur pengambilan urin


a.    Pengambilan spesimen urin sewaktu (random urine)
Alat dan Bahan:
1.    1 pasang sarung tangan bersih
2.    1 buah handuk kecil/ tisu
3.    1 buah pakaian mandi
4.    1 buah sabun
5.    1 buah kertas label
6.    1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
7.    1 buah wadah spesimen dan tutupnya
8.    1 buah plastik spesimen

Prosedur pelaksanaan:
1.    Jaga privasi klien
2.    Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan 
3.    Cuci tangan
4.    Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan sabun
5.    Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun dan mengeringkannya
dengan handuk kecil.
6.    Minta klien untuk menampung urinnya di dalam wadah.
7.    Minta klien menutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian dalam tutup.
8.    Pasang sarung tangan bersih
9.    Keringkan bagian luar wadah dengan tisu
10.    Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
11.    Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
12.    Rapikan alat dank lien
13.    Lepaskan sarung tangan 
14.    Cuci tangan
15.    Dokumentasi tindakan
16.    Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.

b.    Pengambilan spesimen urine midstream (clean- voided)


Alat dan Bahan:
1.    1 pasang sarung tangan bersih
2.    1 buah handuk kecil/ tisu
3.    1 buah pakaian mandi
4.    1 buah sabun
5.    Bedpan (untuk pasien non ambulatory) atau spesimen hat (untuk pasien
ambulatory)
6.    Air secukupnya
7.    Tisu antiseptik
8.    1 buah kertas label
9.    1 berkas form permintaan laboratarium
10.    1 buah plastik spesimen
Prosedur pelaksanaan:
1.    Jaga privasi klien
2.    Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan 
3.    Cuci tangan
4.    Pasang sarung tangan bersih
5.    Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan sabun
6.    Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun dan mengeringkannya
dengan handuk kecil.
7.    Tampung urinnya di dalam wadah, dengan cara:
a.    Laki- laki: pegang penis dengan 1 tangan non dominan, bersihkan perineum dengan
gerakan sirkular dari arah dalam kearah luar dengan menggunakan tissue antiseptik.
b.    Perempuan: regangkan labia minora dengan jari tangan non-dominan dengan tissue
antiseptic dari arah depan (di atas orifisium uretra) kearah belakang (menuju anus).
8.    Sambil memegang penis atau menahan bagian labia, klien diminta untuk miksi lalu
menahan sesaat.
9.    Ambil urin midstream 30-60 cc
10.    Pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin berhenti sambil tetap menahan
labia atau penis dan klien menyelesaikan miksinya.
11.    Tutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian dalam tutup
12.    Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
13.    Berikan label pada wadah spesimen (nama klien,tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
14.    Masukkan wadah spesimen ke dalam plastic spesimen
15.    Rapikan alat dan klien
16.    Lepaskan sarung tangan 
17.    Cuci tangan
18.     Dokumentasi tindakan
19.    Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.

c.    Pengambilan spesimen urin dari kateter


Alat dan Bahan:
1.    1 pasang sarung tangan bersih
2.    1 buah spuit 3 cc dengan jarum ukuran 21-25 (untuk urin kultur)
3.    1 buah spuit 20 cc dengan jarum ukuran 21- 25 (untuk urin rutin)
4.    1 buah klem
5.    Kapas alkohol 
6.    Tissue 
7.    1 buah kertas labelnya
8.    1 buah wadah spesimen (non steril untuk urin rutin dan steril untuk kultur)
9.    1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
10.    1 buah plastik spesimen

Prosedur pelaksanaan:
1.    Jaga privasi klien
2.    Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan 
3.    Cuci tangan
4.    Pasang sarung tangan bersih
5.    Klem kateter selama 30 menit sebelum pengambilan spesimen
6.    Bersihkan entry port posisi penusukan jarum suntik dengan kapas alkohol
7.    Masukkan jarum suntik di entry port dengan arah 30 derajat
8.    Aspirasi urin 3 cc untuk kultur atau 20 cc untuk urin rutin
9.    Pindahkan urin dari syringe ke wadah non steril (untuk urin rutin)atau pindahkan ke
wadah steril (untuk kultur)
10.    Tutup wadah urin tanpa menyentuh bagian dalam tutup
11.    Buka klem kateter dan biarkan urin mengalir ke urin-bag
12.    Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
13.    Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
14.    Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
15.    Rapikan alat dan klien
16.    Lepaskan asarung tangan 
17.    Cuci tangan
18.    Dokumentasi tindakan
19.    Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.

D.    Pengambilan spesimen feses


1.    Pengertian
Pemeriksaan feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai
bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur, jenis makanan
serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya.
a.    Pengertian feses
Feses adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai
sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus
digestifus). Pengertian feses ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang
dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan
sebagai sisa dari proses pernapasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan
sebagainya. Feses juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri dari: sisa - sisa
makanan; air; bakteri; zat warna empedu.

b. Perkiraan komposisi feses Tanpa urine

c. Kuantitas feses dan urine


d.    Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut 70%
merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa - sisa kuman.
Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel - sel epitel
yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak
lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas.
frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

2.    Tujuan
Mendapatkan spesimen feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan dengan menggunakan spesimen feses bertujuan
untuk mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok salmonela, sigela, sherichia coil,
stafilokokus, dan lain-lain.

3.    Indikasi 
1.    Adanya diare dan konstipasi                          
2.    Adanya ikterus
3.    Adanya gangguan pencernaan                        
4.    Adanya lendir dalam feses
5.    Kecurigaan penyakit gastrointestinal              
6.    Adanya darah dalam feses

4.    Kontraindikasi

5.    Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum
pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.

6.    Alat dan Bahan


1.    1 pasang sarung tangan
2.    Alat pengambil feses
3.    Wadah atau penampung spesimen
4.    Hand scoon bersih
5.    Vasseline
6.    Kapas 
7.    Pot tinja (pispot)
8.    Bengkok
9.    Perlak pengalas
10.    Tissue
11.    Sampiran
12.    Label 
7.    Prosedur
Prosedur pengambilan feses pada dewasa:
1.    Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan
2.    Meminta klien untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
3.    Cuci tangan dan pakai sarung tangan
4.    Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
5.    Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing  dan adanya parasit pada
sampel
6.    Buang alat dengan benar
7.    Cuci tangan
8.    Beri label pada wadah spesimen dan kirimkan ke labolatorium
9.    Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi
sendiri:
1.    Mendekatkan alat
2.    Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan 
3.    Mencuci tangan
4.    Memasang sampiran
5.    Melepas pakaian bawah klien
6.    Memakai handscoon
7.    Mengatur posisi miring dengan lutut flexi
8.    Beri vaselin atau jelly pelumas pada jari telunjuk
9.    Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong perlahan-lahan sepanjang dinding
rektum kearah umbilikus (kearah masa feses yang impaksi)
10.    Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan massage daerah feses yang
impaksi (arahkan jari pada inti yang keras)
11.    Gunakan pispot bila klien ingin buang air besar
12.    Dengan alat pengambil feses, ambil feses dan masukkan kedalam wadah
spesimen kemudian tutup
13.    Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
14.    Melepas hand scoon
15.    Merapikan pasien
16.    Mencuci tangan

Prosedur pengambilan feses pada bayi:


1.    Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan pada bayinya
2.    Menyiapkan alat yang diperlukan
3.    Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan
urine
4.    Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5.    Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
6.    Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada
sampel
7.    Buang alat dengan benar
8.    Cuci tangan
9.    Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10.    Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

8.    Hal- hal yang perlu diperhatikan


1.    Klien dapat melakukan pengambilan feses secara mandiri tetapi klien perlu
diajarkan cara pengambilan spesimen dengan teknik antiseptic
2.    Usahakan feses yang diambil tidak bercampur dengan urin, darah menstruasi, kertas
tissue atau air. Akan lebih baik jika klien BAK terlebih dahulu sebelum pengambilan
spesimen feses. Jika feses tercampur dengan air, maka feses tersebut tidak dapat
digunakan untuk pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.
3.    Spesimen feses yang sudah diambil sebaiknya sesegera mungkin dibawa ke
laboratorium karena yang fresh atau baru dikeluarkan oleh klien akan menghasilkan
analisa yang jauh lebih akurat.
4.    Gunakan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi tangan perawat dengan feses
klien. Usahakan feses tidak menyentuh bagian luar penampung feses. Gunakan alat
bantu untuk memindahkan feses kedalam penampung feses. Jika sudah bungkus
terlebih dahulu alat bantu tersebut sebelum dibuang ke kantong plastik sampahkhusus
untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
5.    Feses yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5 cm atau sekitar 15-30 cc (jika dalam
bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan pula dalam
pemeriksaan spesimen. 

E.    Pengambilan spesimen sputum


1.    Pengertian
Proses pengambilan sekresi sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea yang dihasilkan
oleh klien yang sakit. 

a.    Pengertian sputum


Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus dan 
trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata “sputum” yang
dipinjam langsung dari bahasa Latin “meludah,” disebut juga dahak.
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea  melalui mulut
biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang
pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistennya karena
kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik
pada pembentukan sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga
terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap
inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih
kental dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya, sedangkan cairan sputum yang
bercampur air liur encer dan terdapat gelembung busa diatasnya. Sputum diambil dari
saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari
tenggorokan. Sputum diproduksi oleh Trakheobronkhial tree yang secara normal
memproduksi sekitar 3 onsmucus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme
pembersihan normal (Normal Cleaning Mechanism) tetapi produksi sputum akibat batuk
adalah tidak normal. Sputum ialah materi yang di ekspetorasi dari saluran nafas bawah
oleh batuk, yang tercampur bersama ludah.

b.    Proses terbentuknya sputum


Orang dewasa normal bisa memproduksi mucus sejumlah 100 ml dalam  saluran napas
setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel
yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan
(karena gangguan fisik, kimiawi atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa),
menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mukus ini
banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus
akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominalyang tinggi,
dibatukkan udara keluar dengan akselerasi yang cepat beserta membawa sekret mukus
yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum. Sputum yang
dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume
dan konsistensinya, kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses
kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.

c.    Klasifikasi sputum


Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson:
a.    Sputum yang dihasilkan  sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan berasal
dari sinus atau saluran hidung bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
b.    Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif.
c.    Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronchitis/
bronkhiektasis.
d.    Sputum kekuning - kuningan kemungkinan proses infeksi.
e.    Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini dikarenakan
adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita
bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f.    Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
g.    Sputum berlendir, lekat, abu- abu/putih kemungkinan tanda bronkitis kronik.
h.    Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/ bronkhiektasis.
i.    Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis
j.    Berwarna biasanya disebabkanoleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia)
k.    Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk untuk pengobatan
yang efektif pada pasien bronchitis kronis.
l.    Warna (mukopurulen) berwarna kuning- kehijauan menunjukkan bahwa pengobatan
dengan antibiotik dapat mengurangi gejala. 
m.    Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase
n.    Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif
dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi bakteri
atau virus meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
o.    Berbusa putih- mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema. 

d.    Kriteria kondisi sputum yang baik 


Untuk memperoleh kondisi sputum yang baik petugas Laboratorium harus memberikan
penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan sputum baik pemeriksaan pertama
maupun pemeriksaan sputum ulang. Memberi penjelasan tentang batuk yang benar
untuk mendapatkan sputum yang dibatukkan dari bagian dalam paru-paru setelah
beberapa kali bernafas dalam dan tidak hanya air liur dari dalam mulut. Teliti pula
volume sputumnya yaitu 3-5ml, kondisi sputum untuk pemeriksaan Labolatorium adalah
penting, sputum yang baik mengandung beberapa partikel atau sedikit kental dan
berlendir kadang- kadang malah bernanah dan berwarna hijau kekuningan.
Kondisi sputum yang baik ada 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima spesimen
sputum yaitu :
a.    Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket
b.    Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna kuning
kehijauan.
c.    Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.
d.    Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah.
e.    Saliva yaitu Air liur.

2.    Tujuan
1.     Sputum kultur: mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara spesifik sehingga
dapat diketahui penyebab masalah kesehatan klien dan menentukan jenis terapi yang
tepat (uji sensitivitas). 
2.    Sputum sitologi: mengidentifikasi bentuk, struktur, fungsi dan patologi sel.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di dalam paru-paru
serta spesifikasi sel tersebut. Spesimen umtuk kepentingan sitolgi sering dilakukan
secara berseri sebanyak 3 kali setiap pagi.
3.    Sputum AFB (Acid-Fast Bacillus, Bakteri Tahan Asam/BTA): mengidentifikasi adanya
penyakit TBC (Tuberculosis paru). Pemeriksaan ini dilakukan secara berseri sebanyak 3
hari berturut-turut.
4.    Menilai efektifitas terapi yang sudah dilakukan.
3.    Indikasi
Efektif dilakukan pada klien dengan suspect penyakit pernafasan, seperti: bronchitis,
TBC, kanker paru dan lain-lain

4.    Kontraindikasi

5.    Alat dan Bahan 


1.    Wadah spesimen steril dengan penutup
2.    Sarung tangan
3.    Desinfektan 
4.    Tissue
5.    Label terlengkap
6.    Slip permintaan laboratorium 
7.    Obat kumur
8.    Sikat gigi (jika dibutuhkan)
9.    Bengkok (jika dibutuhkan)
10.    Plastik spesimen

6.    Prosedur
1.    Jaga privasi klien
2.    Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3.    Beri klien posisi semi fowler atau dudukdi sisi tempat tidur/ kursi
4.    Jumlah sputum yang diperlukan 1- 2 sendok teh ( 5 -10 ml) 
5.    Cuci tangan
6.    Pasang sarung tangan bersih
7.    Dekatkan bengkok di dekat klien
8.    Minta klien untuk tidak menyentuh bagian dalam tempat penampung sputum
9.    Lakukan teknik nafas dalam dan batuk efektif 
10.    Minta klien mengeluarkan sputum dalam penampung spesimen. Lakukan berulang
kali sampai jumlah sputum terpenuhi atau sekitar 2-10 cc.
11.    Tutup penampung spesimen
12.    Bersihkan dengancairan desinfektan jika terdapat sputum di bagian luar
penampung spesimen.
13.    Berikan klien tissue dan buang bekas tissue dalam bengkok.
14.    Lakukan perawatan mulut (sikat gigi) atau meggunakan obat kumur  jika
diperlukan.
15.    Berikan label pada wadah spesimen (nama, klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
16.    Simpan penampung spesimen dalam plastic spesimen
17.    Rapikan alat dan klien
18.    Lepas sarung tangan
19.    Cuci tangan
20.    Dokumentasi
21.    Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium. 

7.    Hal hal yang perlu diperhatikan


1.    Lakukan pengambilan spesimen sputum di pagi hari karena akumulasi secret paling
banyak di pagi hari. lakukan sebelum melakukan aktivitas harian, termasuk makan dan
minum.
2.    Jika klien menggunakan gigi palsu, maka lepaskan alat tersebut terlebih dahulu
sebelum melakukan prosedur.
3.    Lakukan perawatan mulut sebelum pengambilan sputum karena spesimen dapat
terkontaminasi dengan mikroorganisme yang ada di mulut.
4.    Minta klien untuk menarik nafas panjang kemudian melakukan batuk efektif.
Keluarkan sputum sebanyak kurang lebih 2 sendok makan atau 15-30 cc.
5.    Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan sputum yang
dihasilkan klien.
6.    Yakinkan sputum yang dikeluarkan klien masuk ke dalam penampung sputum dan
tidak menyentuh bagian luar penampung sputum. Jika bagian luar penampung sputum
terkontaminasi dengan sputum, bersihkan dengan cairan desinfektan.
7.    Lakukan perawatan mulut kembali setelah pengambilan sputum untuk
menghilangkan bau atau rasa yang tidak enak
8.    Pemeriksaan sputum kultur membutuhkan waktu beberapa hari. untuk kultur bakteri
diperlukan waktu 2-3 hari untuk tumbuh, sedangkan pertumbuhan jamur membutuhkan
waktu satu minggu atau lebih. Tes sensitivitas untuk menentukan terapi (misalnya
antibiotic) yang tepat, memerlukan waktu tambahan 1-2 hari. 
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Pengambilan spesimen atau bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat
menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan
penyebab infeksi. Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh
cara pengambilan, saat pengambilan dan seleksi spesimen. Pengambilan spesimen
dilakukan dengan standar prosedur yang ada. Menyediakan dan mengirim bahan
pemeriksaan laboratarium sesuai dengan tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan
terhadap pasien atau klien yang bersangkutan. Bahan pemeriksaan dapat segera
dikirimkan ke laboratarium untuk diperiksa. Sehingga hasilnya secepatnya dapat
digunakan untuk menentukan dan mengetahui perkembangan penyakit pasien atau klien
bersangkutan.

B.    Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dituntut mampu untuk mengerjakan segala
sesuatunya dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kita harus selalu mengupdate
ilmu dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Andika, R. (2011).

Aryani, dkk.  (2009). Prosedur Klinik Keperawatan Kebutuahan Dasar Manusia. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.

Dini, N. (2013). Pengambilan Sampel Feses.

Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah.(2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Putri, S.A. (2013). Makalah Pemeriksaan Spesimen.


Makalah keterampilan dasar kebidanan
“Menerapkan persiapan dan pengambilan specimen untuk pemeriksaan radiologi “
Di
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : amelia
Nim. : b 19.11.003
Prodi d..iii. Kebidanan
Stikes panrita husada bulukumba
Tahun ajaran 2020/2021
Kata pengantar
Puji syukur khadirat Allah SWT. Karna atas rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “MENERAPKAN PERSIAPAN DAN
PENGAMBILAN SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN RADIOLOGI “ tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah dari “KETERAMPILAN DASAR
KEBIDANAN “. Semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua, saya juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu saya sangat membutuhkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan agar di masa yang akan datang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar belakang..........................................................................................
b. Rumusan masalah....................................................................................
c. Tujuan.......................................................................................................
d. Manfaat.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pemeriksaan diagnostik................................................
B. Persiapan pemeriksaan spesimen/laboratarium.............................
C. Persiapan pemeriksaan diagnostik..................................................
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan.......................................................................................
b. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diagnostik dan spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak di lakukan untuk
menegakkan suatu diagnose penyakit klien/pasien.
Karena melalui pemeriksaan ini kita dapat mengetahui tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap suatu kesalahan
atau penyakit. Faktir-faktor yang menegakkan suatu masalah, kamampuan klien
untuk menagatasi masalah.
Jenis-jenis pemeriksaan diagnostik yaitu, : USG, rontgen, PAPsmear, endoskopi, CT
scan, Mammografi, EEG, EKG.
Sumber-sumber keslahn diagnostik yaitu : kesalahan pengumpulan data, kesalahan
dalam interprestasi dan analisis data, kesalahan dalam pengelompokan data,
kesalahan dalam pernyataan diagnostik
B. Rumusan masalah
1.Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan diagnostik
2. Apa saja jenis pemeriksaan diagnostik
C. Tujuan
Setelah mempelajari mahasiswa memahami, mengerti tentang diagnostik dan
spesimen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan diagnostik
1.Pengertian
Diagnostik adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya, perawat mampu dan mempunyai kewenangan
standar praktik keperawatan dan kode etik keperawatan yang berlaku
di Indonesia ( Gordon,1976 dalam nursalam, 2004;59 )
2. Persiapan Pemeriksaan Diagnostik
Hasil suatu pemeriksan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,
memantau perjalanan penyakit serta menentukan pragnosa, karena itu perlu
diketahui factor ysng mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
(Ambarwati,2010)
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium
yaitu :
c. Pra instrumentasi
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1.Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pengisian formulir dilakukan secara lengkap, hal ini penting untuk tertukarnya  hasil
ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat
pengobatan khusus dan jangka panjang.
2.Persiapan Penderita
a. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira- kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma.
b. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematology misalnya :
asam folat, vit B12 dll.
c. Waktu Pengambilan
Bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada pasien rawat
inap.
d. Posisi Pengambilan
Posis berbaring kemudian berdiri dapat mengurangi volume plasma       10%.
d. Interpretasi Data
1.Menentukan aspek positif klien
Jika klien memerlukan standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan
bahwa klien memiliki aspek positif tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
atau membantu memecahkan masalah klien yang dihadapi.
2.Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
3.Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Perawat dapat menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu untuk
melawan infeksi tersebut.
4.Menentukan keputusan
Penentuan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang ditemukan. Tidak
ditemukan masalah kesehatan tetapi perlu peningkatan status dan fungsi kesehatan
5.Masalah yang akan muncul
Mengumpulkan data yang lengkap untuk lebih mengidentifikasi masalah- masalah
yang akan muncul.
6.Masalah kalaboratif
Berkonsuktasi dengan tenaga kesehatan lain professional yang kompeten dan
berkalaborasi untuk penyelesaian masalah tersebut.

e. Validasi Data
Perawat memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan dilakukan
bersama klien, keluarga dan masyarakat. Validasi dilakukan dengan mengerjakan
pertanyaan dan pernyataan yang reflektif kepada klien/ keluarga tentang kejelasan 
interpretasi data. (Iyer, taptid dan Bernochi – Losey dalam nursalam, 2004 ; 66)

Diagnosis keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori (Caipe, 2000 dalam


nurasalam, 2004 ; 69) :
1. Aktual
Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus sesuai dengan
data- data klinik yang diperoleh. Diagnosis keperawatan yang dapat ditegakan adalah
kekurangan volume cairan ubuh berhubungan denag kehilangan cairan secara
abnormal( Taylor, lilis dan Lemore, 1988 ; 283 dalam nursalam 2004; 69).
2. Risiko
Menjelaskan malasah kesehatan yang akan terjadi maka tidak dilakukan
intervensi keperawatan ( Keliat, 1990 dalam nursalam 2004 ; 69 )
3. Potensial
Data tambahan digunakan untuk memastikan masalah keperawatan yang
potensial. Perawat dituntut untuk berfikir lebih kritis dalam mengumpulkan data
yang menunjang gangguan konsep diri.
4. Sejahtera
Keputusan klinis tentang status kesehatan klien, keluarga, atau masyarakat
dalam transisi dan tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
5. Sindrom
Diagnosis yang terdiri beberapa diagnosis keperawatan actual dan risiko tinggi
yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian.
B. Persiapan Pemeriksaan Laboratorium/spesimen
1.Darah
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau
specimen darah. Antara lain :
 Darah Rutin :
Hemoglobin/HB
Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
Hematokrit/HT
Mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
Trombosit
Mendeteksi adanya trombositopenia dan trombositosis

 Darah Kimia :
SGPT ( serum glumatik piruvik transaminase )
Pemeriksaan SGPT digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler.
Cara :   - ambil darah + 5- 10 ml dari vena
- masukan pada tabung
- hindari hemolisis
- berikan label dan tanggal
Albumin
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang
disintesis oleh hepar, yang bertujuan untuk menentukan adanya gangguan hepar
seperti luka bakar , gangguan ginjal.
Cara :  - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan pada tabung
- berikan label dan tanggal
 Asam Urat
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, luka bakar
dan kehamilan.
Cara :  - ambil darah + 5-7ml dari vena
- masukan pada tabung
- berikan label dan tanggal
 Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin. Bilirubin direct
dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh batu/ neoplasma,
hepatitis. Bilirubin indirect dilakukan untuk mendeteksi adanaya anemia, malaria.
Cara :  - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan pada tabung
- hindari hemolisis
- berikan label dan tanggal
 Ekstrogen
Pemeriksaan ekstrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium, gejala
menopause dan pasca menopause.
Cara :  - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan pada tabung
 Gas Darah Arteri
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi gangguan keseimbangan
asam basa yang disebabkan oleh gangguan respiratorik/ gangguan metabolic.
Cara :  - ambil darah + 1-5ml dari arteri, dengan spuit dan jarum      berisikan hepain.
- berikan label dan tanggal
 Gula Darah Puasa
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanaya diabetes.
Cara :  - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan ke dalam tabung
- puaskan makan dan  minum 12 jam sebelum pemeriksaan
 Gula Darah Postprandial
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes, pemeriksaan
dilakukan setelah makan.
Cara :  - ambil darah + 5-10ml dari vena 2 jam setelah makan
pagi/siang.
- masukan ke dalam tabung
 Gonadotropin Korionik Manusia ( HCG )
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kehamilan.
Cara :  - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan ke dalam tabung
- berikan label dan tanggal

2.Urine
a. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau
specimen urine. Antara lain :
 Asam urat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada penyakit
ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam dan leukemia.
Cara :  - tampung urine 24 jam dan masukan ke dalam botol/
tabung
- berikan label dan tanggal pengambilan
 Bilirubin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit obstruktif saluran
empedu, penyakit hepar dan kanker hepar.
Cara :  - gunakan ictotet atau tablet bili-labstex untuk
pemeriksaan bilirubiuria.
- tetskan urine + 5 tetes pada tempat pemeriksaan
   asbestos- cellulose.
- masukan tablet dan tambahan 2 tetes air
- hasil positif jika warna biru/ ungu
- hasil negative jika warna merah
 Human Chorionic Gonadotropin ( HCG )
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan
Cara :  - anjurkan puasa 8-12 jam cairan
- ambil urine 60ml, kemudian lakukan pengumpulan
selama 14 jam.
- berikan label dan tanggal
b. Jenis urine
 Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan seawktu- waktu bila diperlukan pemeriksaan
 Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur
 Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan
 Urine 24 jam : urine yang dikumpulkan selama 24 jam

Pemeriksaan lain yang menggunakan specimen urine antara lain, pemeriksaan


uriilinogen untuk menentukan kadar kerusakan hepar, penyakit hemolisis dan infeksi
berat. Pemeriksaan urinealisasi digunakan untuk menentukan berat jenis kadar
glukosa dan pemeriksaan lainnya.

3. Feses
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman
seperti, salmonella, shigella, escherichiacoli, staphylococcus dll.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1.bahan dengan menggunakan spatel steril
2.Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup
3. Tampung Feses jangan dicampur dengan urine
4. Jangan berikan Barium atau minyak mineral yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.
5. berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan

4. Sputum
Pemeriksaan dengan bahan secret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi
adanya kuman.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Siapkan wadah dalam keadaan steril
2. Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan
3. Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum
4. Pertahankan wadah dalam keadaan tertutup
5. Bila kultur untuk pemeriksaan BTA ( Bakteri Tahan Asam ) ikut instruksi yang ada
pada botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum yang dilakukan
selama 3 hari berturut turut.
C. Persiapan pemeriksaan diagnostik
1.Ultrasonografi ( USG )
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas permukaan
kulit/ di rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan.
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi
berbagai kelainan pada abdomen, otak, jantung dan ginjal.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1.Lakukan informed consent
2. Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan USG aorta abdomen, kantung empedu, hepar, limpa dan pancreas.
3. Oleskan Jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke belakang
diatas permukaan kulit.
5. Lakukan antara 10-30 menit
6. Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya
udara.
8. Pada pemeriksan obstruktif ( Trimester pertama & kedua ) pelvis dan ginjal
pasien ketiga, pemeriksaan dilakukan pada saat kandung kemih kosong.
9. Bila pemeriksaan pada jantungn anjurkan untuk bernafas secara perlahan- lahan
10. Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit
rambut dari kepala.
11.
12. Rontgen
13. Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang
memanfaatkan peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan
pada berbagai organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung
kemih, tenggorokan dan rangka.
14. Persiapan dan Pelaksanaan :
15. Lakukan informed consent
16. Tidak ada pembatasan makanan / cairan
17. Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA ( Posterior Anterior) dapat
dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga dilakukan.
18. Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada wakru pengambilan
foto sinar x.        
19. Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi
ukuran dan bentuk jantung.
20. Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien tidur
terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus dilindungi.
21. Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus dlepaskan
sebelum pelaksanaan foto.
22. Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan
immobilisasi pada daerah fraktur.

2.PAP SMEAR ( Papanicolaou Smear )


Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi
adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks
serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan radiasi.
Persiapan dan pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan
3. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina ( pembersihan vagina dengan
zat lain ) memasukan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-
kurangnya 24 jam
4. Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir dimasukan ke vagina .
5. Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian pindahkan ke kaca mikroskop
dan dibenamkan ke dalam cairan fiksasi.
6. Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan
7.
8. Mammografi
9. Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada bagian
payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara secara
periodik.
10. Persiapan dan Pelaksanaan :
11. Lakukan informed consent
12. Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
13. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
14. Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
15. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu diatas meja kaset
sinar x.
16. Lalu lakukan pemeriksaan

3.Endoskopi
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya
kelainan pada saluran cerna. Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer
Kolonoskopi
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi adanya
kelainan pada saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll

4.CT. Scaning
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan
terlokalisir serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen
5.EEG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak ( melihat
kelainan pada gel. Otak )
Indikasi : epilepsy, trauma capitis
Dengan memasangkan elektroda pada bagian kepal klien.
6.EKG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat system hantaran/konduksi dari jantung
indikasi : MCI, Angna fektoris, gagal jantung
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat   
mengambil  kesimpulan bahwa pemeriksaan diagnostik adalah masalah kesehatan
aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat
mampu dan mempunyai kewenangan standar praktik keperawatan dan kode etik
keperawatan yang berlaku di Indonesia. Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan
yang menggunakan bahan atau specimen darah. Body mekanik merupakan
penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan
pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh
dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
SARAN
Penulis menyarankan agar petugas kesehatan dapat berkerja profesional dalam
menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat yang idela dan
bertanggung jawab. Sehingga pasien dapat merasakan kepuasan atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2008.Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.Jakarta :


Salemba Medika
http : // eny ratna ambarwati.blogspot.com/2010/02/pemeriksaan diagnostic :
html
http: // Riswanto. Blogspot. Com/2010/02/pengumpulan specimen-darah-urine-
sputum-feses.html

Anda mungkin juga menyukai