Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Prima Edukasia

Volume 3 – Nomor 2, Juli 2015, (155 - 165)


Available online at Jurnal Prima Edukasia Website: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/index

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN GURU


PADA PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF DI SD KOTA MATARAM

Muhamad Ahyar Rasidi 1), Farida Agus Setiawati 2)


Prodi Pendidikan Dasar PPs UNY 1), Universitas Negeri Yogyakarta 2)
ahyar32@yahoo.com 1), faridaagus@yahoo.co.id 2)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor kesulitan guru pada pembelajaran
tematik integratif di SD Kota Mataram. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD yang ada di Kota Mataram.
Pengambilan sampel dilakukan secara multistage random sampling dan dianalisis dengan analisis
faktor eksploratori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat faktor kesulitan guru pada
perencanaan pembelajaran yaitu: (1) penjabaran materi yang relevan dengan konten pembelajaran, (2)
pemilihan metode dan media berorientasi lingkungan, (3) penyusunan indikator, dan (4) penjabaran
materi yang relevan dengan tema. Pada aspek pelaksanaan, terdapat tiga faktor yaitu: (1) penguasaan
konsep dalam pembelajaran saintifik yang interaktif, (2) pemanfaatan media dalam menciptakan
karya, dan (3) penguasaan keterampilan apersepsi. Pada pengelolaan kelas, faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah: (1) penataan kelas yang variatif dan edukatif, (2) pengkordinasian belajar
sesuai konteks pembelajaran, dan (3) pengkoordinasian kelas dengan regulasi simpel dan terukur.
Ditemukan tiga faktor pada penilaian pembelajaran yaitu: (1) pengembangan perangkat penilaian
terstandar, (2) pendeskripsian hasil belajar secara kualitatif dan kuantitatif, dan (3) pemilihan
instrumen penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Kata Kunci: faktor-faktor, kesulitan guru, pembelajaran tematik integratif

THE FACTORS THE TEACHERS’ DIFFICULTIES IN THE IMPLEMENTATION


OF AN INTEGRATED THEMATIC TEACHING IN ELEMENTARY SCHOOLS IN MATARAM

Abstract
This study aims to determine the factors the teachers’ difficulties in the implementation of an
integrated thematic teaching in elementary schools in Mataram. This study is a survey with the
quantitative approach. The population in this study was all primary school teachers in the city of
Mataram. The sampling was done by multistage random sampling and were analyzed using the
exploratory factor analysis (EFA).The results show that there are four factors of the teacher’s
difficulty in the lesson planning: (1) elaborating the material relevant to the learning content, (2) the
selection of methods and environment-oriented media, (3) the development of indicators, and (4) the
translation of relevant material by themes. In the aspect of implementation, there are three factors: (1)
the acquisition of scientific concepts in an interactive learning, (2) the use ofthe media in creating
works, and (3) the acquisition of skill apperception. In the classroom management, the factors
include: (1) structuring varied and educational classes, (2) coordinating learning appropriate to
learning context, and (3) coordinating the class with simple and scalable regulation while the learning
assessment deals with (1) developing a standardized assessment tool, (2) describing the results of the
qualitative and quantitative study, and (3) choosing the attitude, knowledgw, and skill instruments.
Keywords: factor analysis, teacher’s difficulty, integrated thematic teaching

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 156
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

Pendahuluan Kurikulum 2013 menekankan Pembel-


ajaran dengan tematik integratif. Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
direncanakan sebagai pegangan guna mencapai
tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan
tujuan pendidikan Nasution, (2005, p.8). Kuri-
untuk mengembangkan potensi peserta didik
kulum adalah seperangkat rencana dan peng-
menjadi insan kreatif, inovatif, mandiri, demo-
aturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
kratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
pendidikan berfungsi mengembangkan kemam-
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
puan, perubahan watak dan peradaban bangsa
mencapai tujuan tertentu. Pengembangan kuri-
yang bermartabat sehingga terbentuk manusia
kulum paling tidak memperhatikan empat lan-
yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
dasan utama yaitu landasan filosofis, sosiologis,
Maha Esa dan berakhlak mulia.
sosial, dan Iptek. Akbar dan Sriwiyana (2012,
Salah satu peran strategis dalam me-
pp. 21-30 ).
wujudkan tujuan pendidikan diemban oleh
Pembelajaran tematik integratif dapat
guru. Guru dituntut untuk dapat menciptakan
mengaitkan dan menghubungkan berbagai as-
suasana pembelajaran yang bermakna, menye-
pek antar mata pelajaran. Berbagai persoalan
nangkan, kreatif dan dinamis, selain itu juga
dalam pembelajaran tematik integratif berdasar-
guru diharapkan memiliki komitmen profesio-
kan hasil wawancara dengan guru-guru SDN 43
nal dan memberi teladan dalam meningkatkan
Ampenan, tematik integratif merupakan pem-
mutu pendidikan.
belajaran yang tergolong baru sehingga guru
Peruwujudan dari pembelajaran yang
masih mengalami kebingungan dalam merenca-
bermakna dapat dilakukan untuk menciptakan
nakan, melaksanakan, mendesain kelas dan me-
pembelajaran yang efektif dan efesien. Pem-
belajaran yang memfasilitasi pemerataan ke- lakukan penilaian.
sempatan peserta didik untuk membangun Perubahan kurikulum dilakukan dengan
kaitan-kaitan konseptual. Penciptaan proses memperhatikan tiga elemen dasar yaitu peni-
pembelajaran yang menarik dilakukan dengan laian, konten dan keterampilan Jacobs (2009, p.
mendorong peserta didik untuk mengembang- 21). Model-model konsep kurikulum dipenga-
kan kemampuan berfikir, memahami materi dan ruhi oleh empat aliran pendidikan yaitu pendi-
membahasakannya dengan bahasa sendiri, dikan klasik, pribadi, teknologi dan interaksio-
bukan dengan meminta peserta didik untuk nis. Secara garis besar perubahan kurikulum
menghafalkan pengetahuan tersebut. menyangkut perubahan standar kompetensi
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, lulusan (SKL), standar proses, standar isi, dan
kualifiasi seorang guru diharapkan memiliki standar penilaian.
empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, Guru memiliki peran strategis dalam
perubahan kurikulum. Proses pembiasaan ter-
kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi
hadap kebaruan dari penerapan kurikulum
pedagogik yaitu kemampuan guru di dalam me-
menjadi persoalan sendiri bagi guru, sehingga
mahami karakteristik teori belajar, evaluasi,
profesi sebagai guru hendaknya merupakan
teknologi informasi dan komunikatif. Kompe-
panggilan hati sehingga selalu dapat berinovasi
tensi kepribadian meliputi perilaku tidak
dan menciptakan pembelajaran yang efektif ser-
menyimpang dari norma dan adat istiadat,
ta mampu beradaftasi dengan situasi perubahan
memiliki semangat kerja yang tinggi dan
di dalam kelas Arthur (2006, pp. 1-2). Secara
menjunjung tinggi kode etik guru. Kompetensi
kontinyu guru menyesuaikan diri dengan per-
sosial yaitu kemampuan guru beradaftasi
kembangan karakteristik peserta didik, intelek-
dengan lingkungan tempat mengajar dan
tual, emosional dan fisiknya Hamalik (2009, p.
kompetensi profesional terkait yaitu
238).
pemahaman konsep trampil mengembangkan
Menurut Trianto (2011, p. 154), Pembel-
materi.
ajaran tematik merupakan suatu model pembel-
Perubahan Kurikulum KTSP menjadi
ajaran yang memadukan beberapa materi pem-
Kurikulum 2013 menghendaki lembaga pendi-
belajaran dari berbagai SK dan KD dari satu
dikan untuk melakukan perubahan secara
atau beberapa mata pelajaran. Model ini dimu-
terpadu, termasuk standar pendidik dan tenaga
lai dari pengembangan tema memetakan materi,
kependidikan, standar proses dan standar peni-
dan menentukan topik-topik dalam pembelajar-
laian. Pembelajaran dilakukan dengan pende-
an (Forgarty, 1991). pembelajaran tematik
katan scientific dan penilaian autentik.
integratif dapat memanfaatkan berbagai sumber

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 157
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

dan pengalaman, teori dan praktek, pemanfaat- 53). Hasil pembelajaran merupakan pernyataan
an yang berbeda, bahkan bertentangan serta mengenai pengetahuan, pemahaman, keteram-
memahami persoalan secara kontekstual Diane pilan dan disposisi yang ingin dikuasai peserta
(2007, p. 275). didik diakhir pembelajaran Killen (2009, p. 80).
Beberapa keunggulan pembelajaran te- Indikator dituangkan dalam tujuan pembel-
matik integratif salah satunya adalah mema- ajaran.
hami keterkaitan antar konsep dan mata pel- Menurut Popham dan Baker (2005), Ada
ajaran Warso (2013, p. 28), sedangkan Trianto dua kriteria yang harus diperhatikan dalam
(2010, pp. 62-63) membagi menjadi empat penyusunan indikator yaitu; (1) keyakinan guru
keunggulannya yaitu holistik, bermakna, oten- tentang apa yang diajarkan dan bagaimana
tik dan aktif. Demikian juga pengalaman belajar mengajarkannya, (2) melakukan analisis prilaku
cendrung melibatkan peserta didik dalam meng- untuk menetukan tujuan apa yang ingin di capai
konstruksi pengetahuan Pasa (2008, p. 109). dalam pembelajaran, perilaku tersebut menca-
Oleh karena itu, Pembelajaran sebagai inti dari kup afektif, kognitif dan psikomotorik. Tujuan
implementasi kurikulum dalam garis besarnya pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara
menyangkut tiga fungsi manajerial yaitu peren- jelas yang di dalamnya mencakup Audience,
canaan, pelaksanaan dan penilaian Mulyasa behaviour, condition dan degree.
(2013, p. 136). Ketepatan memilih pendekatan pembel-
ajaran dilakukan melalui proses pembiasaan
Perencanaan Pembelajaran
Gibbs and Coffey (2004, pp. 93-95). Pendekat-
Perencanaan merupakan proses penyu- an pembelajaran yang digunakan menuntun
sunan materi pelajaran, penggunaan media guru untuk memilih strategi yang tepat dalam
pengajaran, penggunaan metode dan pendekat- melaksanakan pembelajaran. dalam pemilihan
an pengajaran dan penilaian dalam suatu alokasi strategi pembelajaran, ada delapan pertimbang-
waktu yang akan dilaksanakan pada masa an dimana salah satunya adalah kesesuaian
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dengan bidang studi yang terdiri atas aspek
ditetapkan Majid (2009, p. 17). Perencanaan pengetahuan, sikap dan nilai.
pembelajaran merupakan catatan-catatan pemi- Menurut Sukiman (2011, p. 29), media
kiran awal seorang guru sebelum mengelola adalah segala sesuatu yang dapat digunakan un-
proses pembelajaran. sedangkan Ellis (2005, p. tuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
75) menyatakan bahwa Perencanaan strategis penerima sehingga merangsang pikiran, perhati-
mempengaruhi kinerja guru dalam melaksana- an, dan minta serta kemauan peserta didik
kan pembelajaran. sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi
Perencanaan yang baik melibatkan peng- dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
alokasian waktu, pemilihan isi dan metode secara efektif. Demikian juga Sadiman (2009,
pengajaran yang tepat, menciptakan minat p. 7) menyatakan bahwa Media pembelajaran
peserta didik dan membangun lingkungan pem- adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
belajaran yang efektif Arends (2013, p. 101). untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
Alokasi waktu dibedakan dalam tiga tahapan penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
yaitu: sebelum, saat dan setelah pembelajaran. perasaan, perhatian dan minat serta perhatian
pemilihan isi mengacu pada tujuan yang ingin siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
dicapai, sedangkan pemilihan materi disesuai- terjadi.
kan dengan tujuan dan relevan dengan kebu- Berdasarkan kedua pendapat tersebut, da-
tuhan peserta didik, disusun secara sistematis pat ditarik kesimpulan bahwa media pembel-
dan logis. ajaran adalah segala sesuatu yang mempermu-
Beberapa hal yang diperhatikan dalam dah guru dalam menyampaikan materi pembel-
merencankan pembelajaran adalah (1) penyu- ajaran dan dapat dapat memfokuskan perhatian,
sunan indikator pembelajaran, (2) pendekatan minat peserta didik untuk belajar agar penyam-
pembelajaran, (3) pemilihan tema, (4) pemilih- paian materi ajar menjadi lebih kongkrit.
an materi, dan (5) pemilihan media. Kelima Dengan demikian, tujuan pemanfaatan media
elemen tersebut dituangkan dalam rencana pembelajaran adalah untuk mengefektifkan dan
pelaksanaan pembelajaran. mengefesienkan proses pembelajaran itu sendiri
Indikator merupakan KD spesifik yang Munadi (2013, p. 8).
dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui Sebelum menggunakan media dalam
ketercapaian hasil pembelajaran Majid (2012, p. pembelajaran, guru harus mengetahui kriteria

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 158
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

dan pertimbangan pemilihan media. Susilana mengeksplorasi atas nilai-nilai yang dibuat
dan Riyana (2008, p. 64) membagi menjadi dua Alberta (2010, p. 15).
dasar pertimbangan pemilihan media pembel-
Pelaksanaan Pembelajaran
ajaran yaitu alasan teoritis dan alasan praktis.
Alasan teoritis disebabkan karena tujuan, isi Pembelajaran yang efektif dan efesien
menjadi dasar untuk menetapkan komponen didukung oleh instruksional yang baik. Menurut
pembelajaran lain seperti strategi pembelajaran Stronge (2007, pp. 67-77), penyusunan instruk-
yang sesuai dengan karakteristik tujuan materi. sional pembelajaran mencakup; penggunaan
Alasan praktis dimaksudkan karena media pem- strategi belajar, merespon kebutuhan peserta
belajaran dapat dipergunakan untuk mende- didik di kelas, mengkomunikasikan harapan
monstrasikan sebuah konsep, alat, objek dan yang tinggi, memahami kompleksitas pengajar-
lain sebagainya, demikian juga karena media an, menggunakan teknik bertanya dan mendu-
tersebut telah dikuasai guru. kung keterlibatan peserta didik dalam pembel-
Pemanfaatan multimedia mencakup teks, ajaran.
audio, grafis dan lain sebagainya meningkatkan Perbedaan antar peserta didik membutuh-
motivasi sukses dan berprestasi peserta didik, kan perlakuan yang berbeda. Sebagaimana
pembelajaran dengan teks saja tidak menim- dikemukakan oleh Felder dan Brent (2005, p.
bulkan kebermaknaan, sementara dengan grapik 68) bahwa guru disarankan untuk memvalidasi
dapat memvisualisaikan pembelajaran yang instrumen yang digunakan untuk menilai gaya
bermakna Kim & Gilman, (2008, p. 124). Pemi- belajar, orientasi belajar, dan tingkat perkem-
lihan media menentukan keberhasilan belajar. bangan intelektual.
Pemilihan media tersebut mempertimbangkan Menurut Gurney (2007, p. 91), ada 5
keterbatasan waktu, keterampilan dan pengeta- faktor kunci untuk menciptakan pembelajaran
huan yang terbatas yang memunculkan ketidak- yang efektif yaitu pengetahuan guru, gairah dan
relevanan. rasa tanggung jawab, aktifitas kelas yang men-
Perencanaan dalam pembuatan atau pe- dorong pembelajaran, aktifitas penilaian yang
milihan media pembelajaran penting dilakukan mendorong pembelajaran melalui pengalaman,
untuk mempermudah proses pembelajaran. efektifitas penguatan dan efektifitas interaksi
Nurseto (2011, p. 19) mengklasifikasi hal-hal antara guru dan peserta didik. Transformasi
yang harus dilakukan dalam merencanakannya, belajar mengajar akan bermakna apabila guru
diantaranya adalah Identifikasi kebutuhan dan dapat menciptakan lingkungan yang berbeda
karakteristik siswa, Perumusan tujuan, memilih, secara fundamental, berbeda melalui praktik
merubah dan merancang media pembelajaran, pembelajaran interaktif Sessoms (2008, p. 94).
perumusan materi, pelibatan siswa dan evaluasi Menurut Trianto (2011, pp. 216-219),
(Evaluation). prosedur pelaksanaan pembelajaran tematik-
Setelah memilih media, guru juga diha- integratif dilakukan dengan tiga tahapan yaitu;
rapkan dapat mengintegrasikan tema dengan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
materi pelajaran. Penetapan tema dipilih dengan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan
pertimbangan-pertimbangan diantaranya yaitu: merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk
(a) tema yang dipilih memungkinkan terjadinya mencairkan suasana nyaman antara guru dan
proses berfikir peserta didik, (b) ruang lingkup peserta didik. kegiatan ini ditandai dengan
tema disesuaikan dengan perkembangan usia, aktifitas guru dalam menyampaikan tujuan
minat kebutuhan, dan kemampuannya, (c) pembelajaran, garis besar materi yang dipelajari
penetapan tema dimulai dari lingkungan yang secara lisan maupun tulisan, memfasilitasi
terdekat dan dikenali oleh peserta didik. peserta didik dalam belajar untuk menemukan
Tema yang dipilih memberi makna men- sendiri pengetahuan yang dipelajari. Sedangkan
dalam pada peserta didik. Pembelajaran ber- kegiatan penutup ditandai dengan kegiatan
makna ketika peserta didik memiliki kesem- menyimpulkan materi yang diajarkan.
patan untuk membangun pemahaman yang Warso (2013, p. 61) mengklasifikasi ke-
mendalam dan bermakna dari materi, mentrans- giatan yang dilakukan saat kegiatan pendahulu-
fer pemahaman pada konteks yang berbeda, an, inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan
mengembangkan pemahaman dan keterampilan mencakup kegiatan; menyiapkan, memotivasi,
berfikir kritis, mengajukan pertanyaan yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menjelas-
relevan dengan kondisinya, bertindak dan kan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi
secara umum kepada peserta didik selama

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 159
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan inti didik dari pada pendekatan konvensional
lebih menitikberatkan pada pemilihan metode, Chumo (2014, p. 43).
media dan model pembelajaran berbasis sain- Komunikasi adalah sebuah proses dima-
tifik. Sedangkan pada kegiatan penutup, guru na informasi dipertukarkan antara individu
melakukan refleksi, umpan balik dan meng- melalui sistem umum dari simbol, tanda-tanda,
informasikan rencana pembelajaran berikutnya. atau perilaku. Ada empat fondasi komunikasi
Pendekatan saintifik pada kurikulum yaitu; mendengar, berbicara, membaca dan me-
2013 merupakan proses pembelajaran yang nulis. Komunikasi tersebut menyangkut Komu-
dirangsang sedemikian rupa agar peserta didik nikasi non-verbal dan verbal. Komunikasi dila-
secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau kukan dengan cara mengintegrasikan isi pel-
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, ajaran dengan kegiatan di dalam dan di luar
merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, kelas, dengan menhindari overlading isi materi
mengumpulkan dengan berbagai teknik, mena-
Pengelolaan Kelas
rik kesimpulan dan mengkomunikasikannya.
Pembelajaran saintifik penting menekankan Empat komponen utama yang dilakukan
pada kolaborasi dan kerja sama antar-peserta guru dalam pengelolaan kelas menurut Ming-
didik, membimbing belajar dan menemukan Tak & Shing-Wai (2008, p. 47) yaitu pengelola-
sendiri pengetahuan yang diajarkan. Pembel- an linkungan fisik (Management of the physical
ajaran scienifik menyangkutproses, isi, sikap, environment), manajemen pembelajaran (Mana-
dan teknologi Evans (1990, p. 349). gement of learning), menetapkan aturan dan
Praktek pendekatan saintifik dalam pem- prosedur kelas (Classroom procedures and
belajaran mencakup kegiatan mengamati, me- rules), mengatur disiplin (Managing discipline).
nanya, mencoba, mengolah, menyajikan, me- Pengelolaan lingkungan fisik dapat dila-
nyimpulkan dan mencipta. Mengamati menge- kukan dengan penatan ruang yang baik seperti
depankan pengamatan langsung pada objek pengaturan tempat duduk, pengaturan dinding
yang akan dipelajari sehingga peserta didik dan ruang yang didekorasi untuk menempel
mendapatkan fakta objektif yang kemudian di- karya peserta didik, dan pengaturan meja guru
analisis sesuai dengan tingkatan perkembangan yang dekat dengan jendela. Pengaturan tempat
peserta didik. Kegiatan observasi dapat dilaku- duduk yang berbeda mempengaruhi partisipasi,
kan di dalam maupun di luar kelas. motivasi dan interaksi peserta didik di dalam
Keterampilan menanya adalah keteram- kelas. Beragam faktor yang menyebabkan guru
pilan sepanjang hidup. Keterampilan bertanya belum mampu mengelola lingkungan kelas
tergantung dari rasa ingin tahu peserta didik, dengan efektif, dalam pembelajaran lingkungan
sikap bertanya penting dalam belajar. Peserta misalnya Faktor internal dipengaruhi oleh (1)
didik sebagai penanya memiliki kemampuan kurangnya pengetahuan guru tentang lingkung-
yang berbeda didorong oleh rasa ingin tahu an kelas, (2) lingkungan pembelajaran tidak
Kurangnya rasa ingin tahu telah diidentifikasi relevan dengan apa yang diajarkan Chankook &
sebagai akibat temperamen, pengalaman, ling- Fortner (2006, p. 19).
kungan dan kendala sosial (Johston, (2007, p. Perilaku peserta didik di dalam kelas ter-
82). Oleh karena itu, teknik bertanya yang tepat kadang ditunjukkan dengan prilaku asosial de-
juga dapat meningkatkan partisipasi peserta ngan menghina rekan sejawat, tidak menghargai
didik di dalam kelas Keterampilan eks-perimen pendapat temannya bahkan meninggalkan kelas
dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik sebelum jam istirahat. Oleh karena itu, harus
melalui praktik laboratorium maupun di luar dibangun aturan untuk mengantisifasi perilaku
kelas. Keterampilan eksperimen dapat dilaku- menyimpang, dengan menciptakan aturan, dan
kan oleh semua peserta didik tanpa terkecuali, struktur rasa kebersamaan Cruickshank (2014,
karena keterampilan eksperimen dapat mening- p. 174).
katkan keterampilan praktik sains dasar peserta Tidak semua peserta didik mentaati atur-
didik Olufunke & Adebayo (2014, p. 679). an yang disepakati, untuk dapat mengetahui
Dimanapun pelaksanaan eksperimen diharap- loyalitas terhadap aturan yang dibuat, guru
kan memberikan kenyamanan peserta didik, harus dapat menganalisis aturan kelas tersebut.
kenyamanan tersebut memberikan rangsangan Marzano (2007, pp. 149-152) mengemukakan
untuk dapat berfikir divergen melalui proses tiga cara menganalisis aturan kelas adalah seba-
ilmiah. Proses eksperimen investigatif lebih gai berikut: (1) menggunakan pengetahuan ver-
dapat meningkatkan kreatifitas ilmiah peserta bal dan non verbal, (2) menggunakan penghar-

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 160
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

gaan disaat yang tepat, (3) melibatkan keluarga (Popham, 1995, p. 183). domain penilaian sikap
dalam penghargaan terhadap perilaku yang dikategorikan menjadi empat kategori dasar
positif. yaitu sikap peserta didik, ketertarikannya, ke-
Agar tercipta suasana menyenangkan di yakinan dan persepsi individu. Penilaian sikap
kelas, guru perlu menata ruangan yang me- dapat menggunakan observasi, jurnal, penilaian
mungkinkan peserta didik berkelompok dan antar tema, dan penilaian diri.
memudahkan guru dalam pembelajaran. Menu- Pengetahuan merupakan potensi intelek-
rut Djamarah dan Zain (2013, pp. 204-2016) tual yang dimiliki seseorang baik diperoleh
bahwa pengaturan kelas dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun informal.
dengan pengaturan tempat duduk, alat-alat Penilaian pengetahuan terdiri atas tingkatan
pengajaran, penataan keberhasilan dan keindah- mengetahui, memahami, menerapkan, meng-
an. pengaturan tempat duduk dilakukan untuk analisis, mengevaluasi, dan mencipta. Bentuk
menyelaraskan antara format dan tujuan pem- tes dibedakan menjadi tes obyektif dan non-
belajaran, karena penempatan murid yang ber- obyektif Mardapi (2008, p. 69). Tes pengetahu-
beda dan bervariasi mempengaruhi efektifitas an dapat menggunakan berbagai jenis tes seperti
penyampaian pelajaran yang berbeda Reynolds pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan dan
& Muijs, 2008, pp. 119). lain sebagainya.
Penilaian pencapaian kompetensi kete-
Penilaian Pembelajaran
rampilan merupakan penilaian yang dilakukan
Penilaian merupakan suatu upaya untuk terhadap peserta didik untuk menilai sejauh
mengetahui kualitas pembelajaran. Mardapi mana pencapaian standar kompetensi lulusan
(2012, pp. 12-15) menyatakan bahwa Penilaian (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi
yang dilakukan guru mencakup semua aspek dasar (KD) khusus dalam dimensi keterampil-
baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. an. Penilaian keterampilan dapat menggunakan
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh penilaian praktek, produk, dan portofolio.
tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang ter- Produk adalah hasil yang diperoleh dari
sedia untuk memeriksa lembar jawaban, cakup- pemahaman mendalam, reasonoing dan skill se-
an materi, dan karakteristik mata pelajaran. perti paper, projek dan tugas lainnya McMillan
Penilaian autentik merupakan kegiatan (2014, p.215). Sebelum menghasilkan produk,
menilai peserta didik yang menekankan pada terlebih dahulu dilakukan simulasi. simulasi ha-
apa yang seharusnya dinilai, baik proses mau- rus mempertimbangkan waktu praktiknya yaitu
pun hasil dengan berbagai instrumen penilaian dengan menentukan kriteria yang paling krusial
yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang dijadikan aspek yang dinilai, mengem-
yang ada di KI dan KD Kunandar, (2013, p. bangkan skema yang dapat mewakili semua
35). Menurut Bagnato (2007, p. 23), penilaian aspek dengan keterbatasan waktu yang ada.
autentik memperhatikan dua hal yaitu: pertama, Penilaian performans pada umumnya lebih
konteks penilaian, konten dan prosedur sesuai dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan
perkembangan, kedua yaitu tulus dan kerja penilaian kinerja berkualitas tinggi, mengukur
sama aktif dengan orang tua. keterampilan berfikir tingkat tinggi untuk
Menurut Bagnato (2007, pp. 24-26), ter- mencapai keberhasilan dalam pekerjaan.
dapat 10 standar yang dapat membimbing guru
Analisis Faktor
dalam menerapkan penilaian autentik dengan
baik. Kesepuluh standar tersebut adalah; kegu- Analisis faktor merupakan suatu prosedur
naan (utility), akseptabilitas (acceptability), ke- yang dipergunakan untuk mereduksi atau
aslian (authenticity), keadilan (equity), kepeka- meringkas data dari variabel banyak menjadi
an (sensitivity), konvergensi (convergence), variabel yang lebih sedikit Supranto (2004,
kolaborasi (collaboration), kongruen p.114). Analisis faktor terdiri atas sejumlah tek-
(congruence), teknologi (technology), hasil nik statistik yang tujuannya untuk menyeder-
(outcomes). Dari sepuluh standar tersebut, ada 4 hanakan data yang kompleks Kline (2008, p. 3).
hal yang urgen dibutuhkan dalam penilaian esensinya sebuah faktor adalah sebuah dimensi
autentik disekolah dasar yaitu kegunaan atau konstruk yang pernyataanya diringkas
(utility), akseptabilitas (acceptability), keaslian karena memiliki keterkaitan antara satu set
(authenticity), dan kolaborasi (collaboration). variabel.
Penilaian sikap mendorong peserta didik Dalam melakukan analisis faktor, ada
untuk menghargai diri dan masa depannya tujuh langkah yang harus dilewati menurut

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 161
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

Supranto (2004, p. 136) yaitu; (1) merumuskan segi interkorelasinya untuk menetapkan apakah
masalah (2) membentuk matrik korelasi (3) variasi-variasi yang nampak pada observasi ter-
menentukan metode analisis faktor, (4) mela- sebut berdasar atas sejumlah kategori dasar
kukan rotasi, (5) menginterpretasikan faktor, (6) yang jumlahnya lebih sedikit daripada yang
menghitung skor faktor, dan (7) memilih nampak dalam observasi tersebut.
variabel surrogate (wakil).
Hasil dan Pembahasan
Analisis eksploratori bertujuan untuk
mengeksplorasi, menggali atau menemukan Perencanaan pembelajaran merupakan
faktor-faktor yang tidak langsung tampak tetapi persiapan yang dilakukan guru sebelum melak-
mendasari hasil pengukuran. Hasil temuan ini sanakan pembelajaran yang mencakup pem-
dapat dijadikan konsep/konstruk atau bangunan buatan media pembelajaran, pemilihan tema,
teori pada objek yang diteliti. pendekatan pembelajaran, penyusunan indika-
tor, RPP dan penentuan materi. Pelaksanaan
Metode Penelitian
pembelajaran adalah implementasi dari peren-
Jenis Penelitian canaan yang telah dipersiapkan guru di dalam
maupun di luar kelas. Pengelolaan kelas meru-
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
pakan usaha guru dalam mengelola kelas agar
Survey dengan pendekatan kuantitatif yang
tercipta situasi dan kondisi pembelajaran yang
bertujuan untuk mengeksplorasi variabel-varia-
kondusif. Sedangkan Penilaian pembelajaran
bel atau indikator-indikator dominan yang
adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan,
mempengaruhi kesulitan guru pada pembelajar-
dan penggunaan informasi tentang proses dan
an tematik integratif di SD Kota Mataram.
hasil belajar peserta didik secara berkelanjutan
Penemuan konstruk atau dimensi utama dengan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
memasukkan sebanyak mungkin variabel rele-
Hasil analisis uji KMO dan Barlett’s
van yang kemudian melihat faktor relevan yang
angket perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan
mempengaruhi kesulitan guru.
kelas dan penilaian pembelajaran diperoleh ni-
Waktu dan Tempat Penelitian lai KMO lebih dari 0,5 dengan rincian sebagai
Penelitian ini dilaksanakan di SD Kota berikut:
Mataram yang tersebar di 6 (enam) Kecamatan Tabel 1. Nilai KMO
yaitu Kecamatan Ampenan, Selaparang, Cakra-
No KMO Barlett’s Angket
negara, Sekarbela, Sandubaya, dan Mataram.
1 ,829 870,124 Perencanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2 ,792 702,073 Pelaksanaan
sampai Februari 2015. 3 .795 408.224 Pengelolaan Kelas
Populasi dan Sampel Penelitian 4 .869 1261.902 Penilaian

Populasi dalam penelitian ini adalah selu- Berdasarkan tabel 1, maka keempat ang-
ruh guru SD Kota Mataram dan sampel dalam ket tersebut layak dilakukan analisis faktor.
sampel penelitian ini berjumlah 15 SD dengan Hasil ekstraksi analisis faktor pada angket pe-
83 orang guru. rencanaan pembelajaran diperoleh empat faktor
yang memiliki nilai eigenvalue > 1. Faktor 1
Teknik dan Instrumen Penelitian mampu menjelaskan 38,25%; faktor 2 mampu
Angket merupakan teknik pengumpulan menjelaskan 12,58%, faktor 3 mampu menje-
data yang dilakukan dengan cara memberi laskan 8,241% dan faktor 4 mampu menjelas-
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kan 6,466% atau keempat faktor keseluruhan
kepada responden untuk dijawabnya, sedangkan mampu menjelaskan 65,54%.
instrumen dalam penelitian ini adalah angket Pada angket pelaksanaan pembelajaran
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pem- total nilai eigen di atas 1 adalah komponen 1
belajaran, pengelolaan kelas dan penilaian yang mampu menjelaskan faktor sebesar
pembelajaran. 38,271%, faktor 2 sebesar 17,859%, dan 3 sebe-
sar 10,684%, sehingga diperoleh jumlah faktor
Teknik Analisis Data yang terbentuk adalah sebanyak tiga faktor.
Analisis data yang digunakan dalam Pada angket pengelolaan kelas menun-
penelitian ini adalah analisis faktor eksploratori. jukkan bahwa hasil ekstraksi mengelompokkan
Analisis faktor adalah metode untuk meng- menjadi tiga faktor yaitu faktor 1 mampu men-
analisis sejumlah observasi yang dilihat dari jelaskan 42,454% variasi, Faktor 2 mampu

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 162
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

menjelaskan 15,421% variasi sedangkan Faktor guru harus mampu menyusun indikator pem-
3 mampu menjelaskan 9,689% variasi. Demiki- belajaran. Indikator merupakan alat ukur yang
an juga pada angket penilaian pembelajaran akan digunakan oleh guru dalam teknis pembel-
mengelompok menjadi tiga faktor. ajaran (Daryanto & Sudjendro, 2014, p.93).
Berdasarkan hasil ekstraksi tersebut, ma- Pelaksanaan pembelajaran adalah imple-
ka langkah selanjutnya adalah melakukan rotasi mentasi dari apa yang direncanakan sebelum
matrik komponen. Rotasi ini bertujuan untuk melaksanankan pembelajaran. berbagai persoal-
mengetahui hubungan interdependensi antar an dalam melaksanakan pembelajaran, sebagian
indikator. lagi oleh Ayoti (2013, p. 110) disebabkan oleh
Hasil rotasi matrik komponen diperoleh kesulitan guru dalam mengintegrasikan media
pengelompokan sejumlah indikator. Pengelom- dalam pembelajaran, demikian juga tidak didu-
pokan tersebut selanjutnya dinamai sesuai kung oleh dana, waktu dan pengetahuan.
dengan indikator yang mengelompok tersebut. Bucholz dan Sheffler (2009, p. 1) menya-
Faktor-faktor kesulitan guru pada perencanaan takan bahwa lingkungan kelas yang diciptakan
pembelajaran tematik integratif berdasarkan guru dapat menurunkan atau mendorong ke-
hasil penelitian disebabkan oleh empat faktor mampuan peserta didik belajar dengan rasa
yaitu faktor penjabaran Kompetensi yang rele- nyaman sebagai warga kelas, maka lingkungan
van dengan konten pembelajaran, pemilihan kelas didesain sedemikian rupa untuk men-
metode dan media berorientasi lingkungan, dorong kerja sama sebagai metode pengajaran.
penyusunan indikator pembelajaran, dan penja- Senada dengan Hannah (2013, p.1), jika ruang
baran materi yang sesuai dengan tema. Ke- kelas tidak diatur dengan baik, maka dapat
empat faktor tersebut belum maksimal dimiliki menghambat kreatifitas dan tidak dapat meng-
guru dalam pembelajaran tematik integratif. hadirkan lingkungan belajar yang positif.
Faktor kesulitan guru pada pelaksanaan Pengelolaan kelas memungkinkan peserta didik
pembelajaran tematik integratif meliputi; (1) merassa nyaman dalam belajar.
penguasaan konsep dalam pembelajaran scien- Penilaian dalam pembelajaran tematik
tifik yang interaktif, (2) pemanfaatan media integratif menyangkut penilaian autentik sikap,
dalam menciptakan karya, dan (3) penguasaan keterampilan dan pengetahuan. Dari jenis peni-
keterampilan apersepsi. Ketiga faktor tersebut laian tersebut guru dihadapkan pada pilihan
merupakan penamaan bersumber dari peneliti jenis penilaian yang bervariasi disesuaikan de-
berdasarkan pengelompokan sejumlah indikator ngan apa yang hendak diukur. Untuk mengukur
variabel. Faktor kesulitan guru pada pengelola- sikap peserta didik, guru dapat menggunakan
an kelas yaitu: (1) penataan kelas yang variatif, observasi, penilaian antar teman dan penilaian
educative, dan mudah terjangkau, (2) pengkor- diri. Selanjutnya untuk penilaian pengetahuan
dinasian belajar sesuai dengan konteks pembel- guru dapat menggunakan tes dan nontes,
ajaran, (3) pengkondisian kelas dengan regulasi sedangkan pada penilaian keterampilan dapat
yang simple dan terukur. Sedangkan pada peni- menggunakan penilaian proyek, portofolio dan
laian pembelajaran tematik integratif faktor- lain sebagainya.
faktor kesulitannya adalah; (1) pengembangan
Simpulan dan Saran
perangkat penilaian yang terstandar, (2) pendes-
kripsian hasil belajar kualitatif dan kuantitatif, Simpulan
(3) pemilihan instrumen sikap, keterampilan Berdasarkan hasil analisis data dan pem-
dan pengetahuan. bahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
Pembelajaran tematik integratif merupa- tentang faktor-faktor kesulitan guru pada
kan pembelajaran terpadu yang menggunakan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut:
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajar- pada aspek perencanaan pembelajaran, terdapat
an sehingga dapat memberikan pengalaman empat faktor yang mempengaruhi kesulitan
yang bermakna kepada peserta didik. Agar da- guru yaitu; (1) penjabaran kompetensi yang
pat berjalan dengan baik dan lancar dalam relevan dengan konten pembelajaran, (2) pemi-
pelaksanaan pembelajaran, guru perlu mema- lihan metode dan media berorientasi lingkung-
hami secara komperhensif tentang perencanaan an, (3) penyusunan indikator pembelajaran, dan
pembelajaran. Pengetahuan guru tentang peren- (4) penjabaran materi yang sesuai dengan tema.
canaan pendekatan tematik membantu guru Terdapat tiga faktor kesulitan guru pada pelak-
menjadikan pembelajaran lebih mudah (Min, sanaan pembelajaran tematik integratif. Ketiga
Rashid & Nazri, 2012, p.280). Demikian juga

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 163
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

faktor tersebut adalah; (1) penguasaan konsep Arends, R. I. (2013). Belajar untuk mengajar.
dalam pembelajaran scientifik yang interaktif, learning to teach. Jakarta Salemba
(2) pemanfaatan media dalam menciptakan Humanika.
karya, dan (3) penguasaan keterampilan mem-
Akbar, S. & Sriwiyana, H. (2012). Pengem-
buka pelajaran.
bangan kurikulum dan pembelajaran
Pada aspek pengelolaan kelas, terdapat
ilmu pengetahuan sosial. Yogyakarta:
tiga faktor kesulitan guru pada pembelajaran
Cipta Media.
tematik integratif yaitu; (1) penataan kelas yang
variatif, edukatif, dan mudah terjangkau, (2) Arthur, J., Graigner, T & Wray, D. (2006).
pengkordinasian belajar sesuai dengan konteks Learning to teach in the primary
pembelajaran, dan (3) pengkondisian kelas de- school. New York: Routledge.
ngan regulasi yang simple dan terukur. Sedang- Ayoti, C., et al. (2012). Factors influencing
kan terdapat tiga faktor kesulitan guru pada preparation and utilization of instruc-
penilaian pembelajaran tematik integratif yaitu; tional media in teaching kiswahili in
(1) pengembangan perangkat penilaian terstan- selected public secondary schools in
dar, (2) pendeskripsian hasil belajar kualitatif Kenya. Greener Journal Of Education
dan kuantitatif, (3) Pemilihan instrumen sikap, Research, 3, 108-114.
keterampilan dan pengetahuan.
Bagnato, S. J. (2007) . Authentic assessmentfor
Saran early childhoodintervention. New
Berdasarkan simpulan tersebut beberapa York: The Guilford Press.
hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru Bucholz, J. L. & Sheffler J. L. (2009). Creating
dalam pembelajaran tematik integratif diantara- warm and inclusive classroom environ-
nya adalah: (1) pada aspek perencanaan, sebaik- ment: planning for all children to feel
nya guru memahami KD, mempertimbangkan welcome. Electronic Journal For
media dan metode yang tepat sesuai materi Inclusive Education, 2, 2-13.
yang tercakup dalam KD (2) kebiasaan guru
menyusun indikator kognitif berdasarkan hasil Cruickshank, D. R., Jenkins, D. & Metcalf, K.
penelitian mengakibatkan guru kesulitan me- K. (2014). Perilaku mengajar edisi ke-
nyusun indikator aspek afektif dan psikomo- 6. Jakarta Selatan: Salemba Humanika.
torik, sehingga perlu berdiskusi dengan rekan Chankook, K. & Rosanne W. F. (2006). Issue-
sejawat dan lainnya dalam menyusun indikator specific barriers to addressing
tersebut (3) pada aspek pelaksanaan, sesering environmental issues in the classroom:
mungkin guru bertanya mengenai pendekatan an exploratory study. Spring, 37, 15-22.
scientifik dan aplikasinya dalam pembelajaran,
memanfaatkan media yang mampu menarik Chumo, C. C. (2014). Effeect of practical in
minat dan menggugah rasa ingin tahu peserta investigation on scientific creativity
didik. amongst secondary schools biology
Pada pengelolaan kelas, sekolah sejati- students in kericho district, Kenya.
nya mempersiapkan perlengkapan yang men- Journal Of Education And Practice, 8,
dukung guru dalam mengefektifkan pembelajar- 43-51.
an melalui penataan kelas yang baik dan peng- Daryanto & Sudjendro, H. (2014). Siap
koordinasian belajar. Demikian juga pada aspek menyongsong kurikulum 2013.
penilaian hendaknya guru secara bersama-sama Yogyakarta: Gava Media.
mengembangkan perangkat penilaian terstan-
dar, mengikuti pelatihan-pelatihan atau melaku- Djamarah, S. B & Zain, A. (2013). Strategi bel-
kan diskusi melalui focus group discussion ajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
(FGD) dan lain sebagainya. Diane, T. R. (2007). Integrative learning.
Daftar Pustaka Journal Of Enginering Education, 3,
275-277.
Alberta. (2010). Making a difference: Meeting
diverse learning needs with differentiat- Ellis, R. (2005). Planning and task performance
ed instruction. Edmonton: Alberta in a second language. Philadelphia:
Education. John Benjamins Publishing Co.

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 164
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

Evans, J. M. & Cain, S. E. 1990. Sciencing: an McMillan, J. H. (2014). Classroom assesment


involvement approach to elementary principles and practice for effective
science methods 3rd edition. standars-based instruction. New York:
Colombus: merill publishing company. Pearson Education Inc.
Felder, R. M & Brent, R. (2005). Under- Ming-Tak, H And Wai-shing L. (2008):
standing student differences. Jurnal Of Classroom management: creating a
Enginering Education, 94(1), 57-72. positive learning environment:
Aberdeen: Hongkong University Press.
Gibbs, G. & Coffey, M. (2004). The impact
training of university teachers on their Min, K. C., Rashid, A. M., & Nazri, M. I.
teaching skills, their approach to (2012). Teacher’s understanding and
teaching and the approach to learning practice towards thematic approach in
of their students. Sage Publications, teaching integrated living skill (ILS) in
5,87-100. Malaysia. International Journal Of
Humanities And Social Science: 23,
Gurney, P. (2007). Five factors for effective
273-281.
teaching. New Zealand. Journal of
Teachers’ Work. 4, 2, 89-98. Muijs, D. & Reynolds, D. (2008). Effective
teaching teori dan aplikasi.
Hamalik, O. (2009). Dasar-dasar pengembang-
(Terjemahan Soetjipto, H. P., &
an kurikulum. Bandung: PT Remaja
Soetjipto, S. M). London (Buku Asli
Rosdakarya.
Diterbitkan 2008).
Hannah, R. (2013). The effect of classroom
Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan imple-
environment on student learning.
mentasi kurikulum 2013. Bandung: PT
Honor. Paper: 2375.
Remaja Rosdakarya
Jacobs, H. H. (2009). Essential education for a
Munadi, Y. (2013). Media pembelajaran.
changing world. Alexandria: ASCD.
Jakarta Selatan: GP Press Group.
Killen, R. (2009). Effective teaching strategies.
Nasution. (2005). Asas-asas kurikulum. Jakarta:
Albany: Cengage Learning.
PT Bumi Aksara.
Kim, D. & Gilman, D. A. (2008). Effects of tex,
Nurseto, T. (2011). Membuat media
audio, and grafhic aids in multimedia
pembelajaran yang menarik. Jurnal
instruction for vocabulary learning.
Ekonomi & Pendidikan, Volume 8
Educational Technology & Society. 11
Nomor 1, April 2011.
(3), 114-126.
Pasa, A.E., et al. (2008). Design and use of
Kunandar. (2013). Penilaian autentik. Jakarta:
instructional materials for student-
Rajawali Pers.
centered learning: a case in learning
Kline, P. (2008). An easy guide to factor ecological concepts. The Asia Fasific
analysis. New York: Routlege. Education Researcher, 17, (109-120).
Majid, A. (2009). Perencanaan pembelajaran : Popham, W. J. (1995). Classroom assesment
mengembangkan standar kompetensi what teachers need to know. London:
guru. Bandung: PT Remaja Allyn & Bacon
Rosdakarya.
Popham, W. J. & Baker, E.L. (2005).
Majid, A. (2014). Pembelajaran tematik Bagaimana mengajar secara
terpadu. Bandung: PT Remaja sistematis. Diterjemahkan oleh R.H. Dj.
Rosdakarya. Sinurat et al. Yogyakarta: Kanisius.
Mardapi, D. (2012). Pengukuran penilaian & Sessoms, D. (2008). Interactive instruction:
evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha creating interactive learning
Medika. environments through tomorrow’s
Mardapi, D. (2012). Teknik penyusunan teachers. International Journal of
instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Technology in Teaching and Learning,
MITRA CENDEKIA. 4(2), 86-96.

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli 2015 - 165
Muhamad Ahyar Rasidi, Farida Agus Setiawati

Sukiman. (2012). Pengembangan media pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi


pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia Aksara.
Susilana, R & Riyana C. (2008). Media Trianto. (2011). Desain pengembangan
pembelajaran: Hakikat, pengembang- pembelajaran tematik bagi anak usia
an, pemanfaatan dan penilaian. dini TK/RA & anak kelas awal SD/MI.
Bandung: Kurtekpend FIP UPI. Jakarta: Kencana.
Supranto, J. 2004. Analisis multivariat arti dan Warso, A. W. D. D. (2013). Pembelajaran
isi. Jakarta: Rineka Cipta. tematik terpadu dan penilaiannya pada
sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
Trianto, (2010). Model pembelajaran terpadu:
sesuai Kurikulum 2013. Yogyakarta:
konsep, strategi dan implementasinya
Graha Galia.
dalam kurikulum tingkat satuan

Copyright © 2015, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927

Anda mungkin juga menyukai