Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti,
secara bertahap mengubah struktur dan fungsinya untuk memberi reaksi
terhadap tantangan dan tekanan yang selalu berubah. Bila tekanan atau
rangsangan terlalu berat, struktur dan fungsi sel cenderung bertahan dalam
jangkauan yang relatif sempit. Penyesuaian sel mencapai perubahan yang
menetap, mempertahankan kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut.
Tetapi bila batas kemampuan adaptasi tersebut melampaui batas maka
akan terjadi jejas sel atau cedera sel bahkan kematian sel. Dalam bereaksi
terhadap tekanan yang berat maka sel akan menyesuaikan diri, kemudian
terjadi jejas sel atau cedera sel yang akan dapat pulih kembali dan jika
tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan mengalami kematian sel.
Dalam kaitan nya dengan pertumbuhan dan perkambangan sel,
kematian menjadi salah satu aspek yang tidak terelakkan. Beberapa faktor
dapat ,menjadi alasan kematian, yaitu akibat penuaan, kematian
terprogram, dan pengaruh dari lingkungan luar. Kematian sekelompok sel
atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut
Nekrosis. Nekrosis biasa nya disebabkan karena stimulus yang bersifat
patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi
melalui mekanisme kematian sel yang sudah terprogram dimana setelah
mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sel ?
2. Apa pengertian jejas sel ?
3. Bagaimana proses injuri sel ?
4. Bagaimana proses kematian sel ?
5. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan apoptosis ?
6. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan nekrosis ?

1
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui pengertian sel.
2. Mampu mengetahui pengertian jejas sel.
3. Mampu mengetahui proses injuri sel.
4. Mampu mengetahui proses kematian sel.
5. Mampu mengetahui penyakit yang berhubungan dengan apoptosis.
6. Mampu mengetahui penyakit yang berhubungan dengan nekrosi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Sel

Sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan
merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan
semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk
mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Kebanyakan
makhluk hidup tersusun atas sel tunggal, atau disebut organisme
uniseluler, misalnya bakteri dan amoeba. Makhluk hidup lainnya,
termasuk tumbuhan, hewan, dan manusia, merupakan organisme
multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel terspesialisasi dengan
fungsinya masing-masing. Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas lebih
dari 1013 sel. Namun, seluruh tubuh semua organisme berasal dari hasil
pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh bakteri berasal dari pembelahan sel
bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal dari pembelahan sel telur
induknya yang sudah dibuahi.

Sel-sel pada organisme multiseluler tidak akan bertahan lama jika


masing-masing berdiri sendiri. Sel yang sama dikelompokkan menjadi
jaringan, yang membangun organ dan kemudian sistem organ yang
membentuk tubuh organisme tersebut. Contohnya, sel otot jantung
membentuk jaringan otot jantung pada organ jantung yang merupakan
bagian dari sistem organ peredaran darah pada tubuh manusia. Sementara
itu, sel sendiri tersusun atas komponen-komponen yang disebut organel.

Sel terkecil yang dikenal manusia ialah bakteri Mycoplasma


dengan diameter 0,0001 sampai 0,001 mm, sedangkan salah satu sel
tunggal yang bisa dilihat dengan mata telanjang ialah telur ayam yang
belum dibuahi. Akan tetapi, sebagian besar sel berdiameter antara 1
sampai 100 µm (0,001–0,1 mm) sehingga hanya bisa dilihat dengan
mikroskop. Penemuan dan kajian awal tentang sel memperoleh kemajuan

3
sejalan dengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop pada abad ke-
17. Robert Hooke pertama kali mendeskripsikan dan menamai sel pada
tahun 1665 ketika ia mengamati suatu irisan gabus (kulit batang pohon ek)
dengan mikroskop yang memiliki perbesaran 30 kali. Namun, teori sel
sebagai unit kehidupan baru dirumuskan hampir dua abad setelah itu oleh
Matthias Schleiden dan Theodor Schwann. Selanjutnya, sel dikaji dalam
cabang biologi yang disebut biologi sel.

B. Jejas Sel
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara
berlebih atau sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi
secara normal. Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi
dapat beradaptasi terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila
rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari
cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera.
Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami
perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan
sifat transportasinya. Penyebab terjadinya jejas sel (Cedera Sel) antara
lain :
1. Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :
a. Iskemia (kehilangan pasokan darah)
Dapat terjadi bila aliran arteri atau aliran vena dihalangi oleh
penyakit vaskuler atau bekuan didalam lumen.
b. Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi.
Misalnya pneumonia.
c. Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia,
keracunan karbon monooksida.
2. Faktor fisik
a. Trauma
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata,

4
pada organisasi organel intrasel atau pada keadaa lain yang
ekstrem, dapat merusak sel secara keseluruhan.
b. Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan
perbekalan darah untuk sel. Jejas pada pengaturan vasomotor dapat
disertai vasodilatasi, bendungan aliran darah dan kadang-kadang
pembekuan intravaskular. Bila suhu menjadi cukup rendah aliran
intrasel akan mengalami kristalisasi.
c. Suhu Tinggi
Suhu tinggi yag merusak dapat membakar jaringan, tetapi jauh
sebelum titik bakar ini dicapai, suhu yang meningkat berakibat
jejas dengan akibat hipermetabolisme. Hipermetabolisme
menyebabkan penimbunan asam metabolit yang merendahkan pH
sel sehingga mencapai tingkat bahaya.
d. Radiasi
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan jejas,
baik akibat ionisasi langsung senyawa kimia yang dikandung
dalam sel maupun karena ionisasi air sel yang menghasilkan
radikal “panas” bebas yang secara sekunder bereaksi dengan
komponen intrasel. Tenaga radiasi juga menyebabkan berbagai
mutasi yang dapat menjejas atau membunuh sel.
e. Tenaga Listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh
karena itu dapat menyebabkan luka bakar dan dapat mengganggu
jalur konduksi saraf dan berakibat kematian karena aritmi jantung.
3. Bahan kimia dan obat-obatan
Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya
perubahan pada beberapa fungsi vital sel, seperti permeabilitas selaput,
homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor. Masing-
masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh, mengenai
beberapa sel dan tidak menyerang sel lainnya. Misalnya barbiturat

5
menyebabkan perubahan pada sel hati, karena sel-sel ini yang terlibat
dalam degradasi obat tersebut. Atau bila merkuri klorida tertelan,
diserap dari lambung dan dikeluarkan melalui ginjal dan usus besar.
Jadi dapat menimbulkan dampak utama pada alat-alat tubuh ini.
Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat menyebabkan jejas sel :
a. Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b. Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
c. Bahan penginfeksi atau mikroorganisme

Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai


virus, ricketsia, bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini
menginfeksi manusia melalui akses langsung misalnya inhalasi,
sedangkan yang lain menginfeksi melalui transmisi oleh vektor
perantara, misalnya melalui sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh
dapat mengalami kerusakan secara langsung oleh mikroorganisme,
melalui toksis yang dikeluarkannya, atau secara tidak langsung akibat
reaksi imun dan perandangan yang muncul sebagai respon terhadap
mikroorganisme.

4. Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen.


Antigen endogen (misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
5. Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi
suatu enzim kelangsungan.
6. Ketidakseimbangan nutrisi, antara lain :
a.    Defisiensi protein-kalori.
b.    Avitaminosis.
c.    Aterosklerosis, dan obesitas.
7. Penuaan.

6
Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera/jejas sel dikelompokkan
menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas
irreversible (kematian sel).

1. Jejas Sel Reversible


Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke
fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan. Proses
terjadinya jejas sel adalah Mula-mula hipoksia menyebabkan hilangnya
fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP oleh mitikondria. Penurunan
ATP (dan peningkatan AMP secara bersamaan) merangsang fruktokinase
dan fosforilasi, menyebabkan glikosis aerobic. Glikogen cepat menyusut,
dan asam laktat dan fosfat anorganik terbentuk, sehingga menurunkan pH
intrasel. Pada saat ini, terjadi penggumpalan kromatin inti.
Contoh penyakitnya adalah: degenerasi hidropik.
Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraselular, yaitu adanya
peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan
kandungan air pada mitokondria dan retikulum endoplasma. Pada mola
hidatidosa telihat banyak sekali gross (gerombolan) mole yang berisi
cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya generasi ini yaitu
kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh osmotik.
2. Jejas Sel Irreversible
Jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung
secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan semula
dan sel itu akan mati. Jejas ini ditandai oleh vakuolisasi keras mitokondria,
kerusakan membrane plasma yang luas, pembengkakan lisosom, dan
terlihatnya densitas mitokondria yang besar dan amorf. Jejas membrane
lisosm disusul oleh bocornya enzim ke dalam sitoplasma, dank arena
aktivitasnya terjadi pencernaan enzimatik komponen sel dan inti. Terdapat
dua jenis jejas irreversible (kematian sel) yaitu apotosis dan nekrosis.
Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram. Sedangkan nekrosis

7
merupakan kematian sel/jaringan pada tubuh yang hidup di luar dari
kendali.

C. PROSES INJURI SEL

SEL NORMAL

Jejas Ringan Jejas Sedang Jejas Berat

Peningkatan Kebutuhan Kerusakan Sel Kerusakan Sel

Fungsional Reversible Irreversible

Adaptasi Sel : Terjadi Degenerasi kematian sel

- Atrofi
- Hipertrofi
- Metaplasia sel kembali normal
- Hiperplasia
- displasia

Jejas Reda

8
D. PROSES KEMATIAN SEL
Kematian sel merupakan peristiwa penting dalam perkembangan
dan pertumbuhan homeostasis dan jaringan organisme multiseluler. Proses
kematian sel fisiologis berlangsung dalam mengembangkan sistem dan
dalam jaringan dewasa, dan juga dalam beberapa proses proliferasi
abnormal seperti tumor. Akibat  jejas yang paling ekstrim adalah kematian
sel ( cellular death ). Kematian sel dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic
death ) atau kematian umum dan dapat pula setempat, terbatas mengenai
suatu daerah jaringan teratas atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Terdapat
dua jenis utama kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis.
1. Apoptosis
Apoptosis adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya
urutan teratur tahap molekular yang menyebabkan disintegrasi sel.
Apoptosis tidak ditandai dengan adanya pembengkakan atau peradangan,
namun sel yang akan mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh
oleh sel di sebelahnya. Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel
relatif konstan dan merupakan suatu mekanisme yang dapat mengeliminasi
sel yang tidak diinginkan, sel yang menua, sel berbahaya, atau sel
pembawa transkripsi DNA yang salah.
Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus
berlanjut sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan
apoptosis meliputi isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan
sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi.
Virus yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang
pada akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host).
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :
a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya

9
2. Nekrosis
Nekrosis adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi
tertentu dalam tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang
bersifat patologis. Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik
adalah hipoksia berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan
radikal bebas, dan kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya
sel. Respon imun dan peradangan terutama sering dirangsang oleh
nekrosis yang menyebabkan cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar.
Nekrosis sel dapat menyebar di seluruh tubuh tanpa menimbulkan
kematian pada individu. Istilah nekrobiosis digunakan untuk kematian
yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-menerus. Nekrobiosis misalnya
terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya
hilangnya fungsi organ, peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise,
lekositosis, peningkatan enzim serum.
Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu :
a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel
mati) atau heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna
dan sering meninggalkan cacat jaringan yang diisi oleh leukosit
imigran dan menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi
protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis
sel sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan. Kematian
sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya organa
sitoplasma hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler
(autolysis).

10
E. Penyakit Yang Berhubungan dengan Apoptosis
1. Penyakit Stroke

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak


terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga
terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak. Stroke adalah
kondisi kesehatan yang serius yang membutuhkan penanganan cepat.
Ketika pasokan darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak
terputus, maka sel-sel otak akan mulai mati. Karena itu semakin cepat
penderita ditangani, kerusakan yang terjadi pun semakin kecil bahkan
kematian bisa dihindari

2. Penyakit Huntington

Penyakit Huntington merupakan penyakit turunan yang


menyebabkan kerusakan sel-sel saraf di otak secara progresif
(degenerasi). Penyakit Huntington berdampak luas terhadap

11
kemampuan fungsional seseorang dan biasanya mengakibatkan
gangguan gerakan, berpikir (kognitif) dan gangguan kejiwaan.
Kebanyakan orang dengan penyakit Huntington mengembangkan
tanda-tanda dan gejala pada usia 40-an atau 50-an tahun, namun
timbulnya penyakit mungkin bisa lebih awal atau malah di kemudian
hari. Apabila munculnya penyakit dimulai sebelum usia 20 tahun,
kondisi ini disebut penyakit Huntington remaja.

Penyakit Huntington biasanya menyebabkan gangguan gerak, kognitif


dan kejiwaan dengan spektrum yang luas.

3. Penyakit Alzimer

12
Penyakit Alzheimer adalah suatu kondisi di mana sel-sel saraf di
otak mati, sehingga sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan dengan
baik. Gejala penyakit Alzheimer sulit dikenali sejak dini. Seseorang
dengan penyakit Alzheimer punya masalah dengan ingatan, penilaian,
dan berpikir, yang membuat sulit bagi penderita penyakit Alzheimer
untuk bekerja atau mengambil bagian dalam kehidupan sehari-hari.
Kematian sel-sel saraf terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun.
Gejala mungkin tidak diperhatikan sejak dini. Sering anggota keluarga
penderita menyadari adanya gejala ketika sudah terlambat.
Penyakit Alzheimer merupakan salah satu bentuk demensia yang
paling sering ditemukan di klinik. Demensia merupakan suatu kelainan
pada otak yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Saat ini di Amerika terdapat
kurang lebih 5 juta orang yang menderita Alzheimer, yang
menghabiskan biaya kurang lebih 148 juta dollar setiap tahunnya.
Setiap 72 detik seseorang akan terdeteksi menderita Alzheimer.
Penyakit ini biasanya dimulai ketika seseorang berumur 60 tahun, dan
resiko makin besar seiring dengan bertambahnya umur.

4. Penyakit Parkinson

13
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson
(Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan
pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman
dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal
dopamine deficiency).
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif
yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik
terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas substansia nigra
pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang
terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies.
Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain
termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert,
hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, sistem
saraf otonom.

F. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Nekrosis


1. Penyakit Osteonecrosis

Osteonekrosis, atau disebut juga sebagai nekrosis tulang avaskuler,


nekrosis aseptik, atau nekrosis tulang iskemik, merupakan suatu
keadaan dimana terjadi kematian pada jaringan tulang yang disebabkan
oleh gangguan suplai darah. Penyakit ini disebabkan oleh trauma yang
terjadi pada tulang dan sendi serta disebabkan oleh penyakit atau

14
kondisi tertentu yang menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah ke
tulang misalnya penyakit hati, tumor, merokok, gout, terapi radiasi,
kemoterapi, dan pemakaian kortikosteroid dengan dosis tinggi.

2. Penyakit Sifilis

Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit


tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat
Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat
akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat
dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis
dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal
dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin.
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik,
bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.

15
3. Penyakit Pankrearitis

Pankreatitis adalah reaksi peradangan pankreas. Pankreatitis


(inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas
dengan intensitas yang dapat berkisar dari kelainan yang relatif ringan
dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan
fatal yang tidak bereaksi dengan pengobatan. Terdapat beberapa teori
tentang penyebab atau mekanisme terjadinya pankreatitis yang pada
umumnya dapat dikatakan sebagai otodigesti pankreas. Umumnya
semua teori ini menyatakan bahwa duktus pankaretis tersumbat disertai
oleh hipersekresi enzim-enzim eksotrin dari pankreas. Enzim-enzim ini
memasuki saluran empedu serta diaktifkan disana dan kemudian
bersama-sama getah empedu mengalir balik (refluksi) ke dalam duktus
pankreatis sehingga terjadi pankreatitis.

16
4. Penyakit Diabetes Mellitus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan


atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan
individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative
insensitivitas sel terhadap insulin.

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara


genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis
maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati.

17
5. Hipoksia

Hipoksia yaitu kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh


yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal
dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila sudah
beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh
normal kembali. Penyebab dari hipoksia yaitu : Keracunan gas, keracunan
zat kimia, memiliki kadar oksigen yang rendah, berkurangnya aliran
darah menuju organ tertentu, anemia, dan efek obat-obatan tertentu
yang menyebabkan terganggunya aliran oksigen ke jaringan tubuh.

18
6. Penyakit Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau


kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung
udara (alveolus, jamak: alveoli). Kantung udara akan terisi cairan atau
nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam,
menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi tersebut disebabkan oleh
berbagai organisme, termasuk bakteri, virus dan jamur.

19
7. Penyakit Torsi Testis

Torsi testis adalah kondisi di mana testis terbelit tali-tali kristal.


Testis adalah bagian dari kelenjar reproduksi pria yang terletak di
dalam skrotum. Testis berfungsi untuk produksi dan penyimpanan
sperma, juga terlibat dalam sistem endokrin untuk memproduksi
hormon testosteron. Testis menggantung di tempatnya berkat tali-tali
kristal. Di samping fungsi tersebut, kristal pengikat juga mengandung
pembuluh darah dan saraf ke testis juga ke saluran endokrin lain
seperti saluran sperma. Belitan oleh tali-tali kristal memotong suplai
darah ke dalam testis. Apabila terus terbelit, testis akan terluka dan
mungkin dapat terjadi necrosis. Torsi testis dapat terjadi tiba-tiba tanpa
alasan atau karena cedera.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jejas sel adalah cedera pad sel karena suatu sel tidak lagi
dapat beradaptasi terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi
bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel
dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut
dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami
cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam
ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat
transportasinya. Proses kematian sel dapat dibagi menjadi 2
jenis yaitu Nekrosis dan Apoptosis. Akibat dari kematian sel
dalam jumlah besar disebut Gangren.

B. Saran
Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas
sel atau cedera sel agar dapa terhindar dari kematian sel. Maka
kita harus mempraktekkan gaya hidup sehat, dengan makan
makanan yang sehat dan melakukan aktivitas yang teratur
sebelum mendapatkan hal yang tidak diinginkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Edisi 3. Jakarta:


EGC.
2. Lestari, Ajeng S.P. dan Agus Mulyono. 2011. Analisis Citra Ginjal untuk
Identifikasi Sel Psikonosis dan Sel Nekrosis. Jurnal Neutrino Vol.4, No.1,
p:48-66.
3. Robbins & Cotran., 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit (ed.7).
Mitchell, R.N., Kumar,V., Abbas, A.K., Fausto, N (editor). Jakarta: EGC.
4. Sarjadi. 2003. Patologi Umum. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

22

Anda mungkin juga menyukai