Anda di halaman 1dari 7

ISSN(Cetak) : 2620-6048

ISSN(Online) : 2686-6641

SUMBER BAHAN BAKAR DARI LIMBAH PADAT PADA


PEMBANGKIT LISTRIK DI PABRIK KELAPA SAWIT

Arnawan Hasibuan1, Muzamir Isa2, Widyana Verawaty Siregar3, I Made Ari Nrartha4

1,2
School of Electrical System Engineering, University Malaysia Perlis, Malaysia
1)
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Malikussaleh, Indonesia
2)
School of Electrical System Engineering, University Malaysia Perlis, Malaysia
3)
Jurusan Manajemen, Universitas Malikussaleh, Indonesia
4)
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Mataram, Indonesia

ABSTRAK
Dalam paper ini memaparkan bagaimana limbah padat (cangkang dan serat) pada pabrik kelapa
sawit dapat digunakan untuk sumber energi sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik. Potensi
jumlah bahan bakar (cangkang dan serat) 12.480 Kg/jam dan kebutuhan bahan bakar boiler
sebesar 10.804,26 Kg/jam. Dari kapasitas turbin-generator sebesar 1592 kW yang dimanfaatkan
untuk keperluan proses minyak sawit dalam pabrik sebesar 1.326,92 kWh. Dari kajian ini
menyimpulkan bahwa limbah padat dari pabrik kelapa sawit jika dimanfaatkan sebagai bahan
bakar pembangkit listrik tenaga uap dapat memenuhi kebutuhan energi listrik pada barik itu.
Kelebihan bahan bakar yang tersedia sebesar 1675,74 kg/jam dapat juga dimanfaatkan untuk
kebutuhan energi listrik di luar kebutuhan pengolahan kelapa sawit, misalnya untuk menyikapi
kurangnya pasokan daya listrik untuk masyarakat daripada PLN, juga dapat dipasarkan untuk
dijual pada pihak lain yang memerlukannya seperti untuk pupuk dan lain sebagainya
Kata kunci : Limbah padat, Bahan Bakar, Pembangkit Listrik Tenaga Uap

I. PENDAHULUAN
Pemanfaatan limbah padat yang berasal dari hasil proses industri minyak sawit sebagai bahan bakar
sagat baik demi memenuhi kebutuhan energi listrik pada pabrik kelapa sawit (PKS). Pemanfaatannya
dijadikan bahan bakar pada boiler untuk menghasilkan energi uap untuk penggerak turbin-generator
sebagai pembangkit listrik.
Salah satu PKS swasta yang melaksanakan proses industri minyak sawit yaitu PT Asam Jawa yang
berada di Desa Pangarungan Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan Sumatera Utara.
Pada (PKS) PT. Asam Jawa ini mengolah bahan baku kelapa sawit menjadi minyak mentah sawit
(CPO). Untuk mengolah kelapa sawit tersebut menggunakan boiler sebagai pembangkit listrik tenaga uap
(turbin-generator).Dalam proses pengolahan kelapa sawit dibutuhkan daya listrik sebesar 641,14 kW/jam
sedangkan daya yang dihasilkan oleh setiap turbin uap tidak selamanya mencukupi dalam pengolahan
kelapa sawit dikarenakan produksi uap dari boiler tidak stabil (kurang). Kekurangan daya tersebut
disuplai dari genset.
Dalam paper ini akan memaparkan berapa konsumsi energi listrik pada proses pengolahan kelapa
sawit pada sebuah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan berapa besar potensi energi yang dapat dihasilkan dari
limbah padat dari pengolahan kelapa sawit sebagai bahan bakar pada pembangkit tenaga listrik pada PKS
PT. Asam Jawa.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Limbah Padat Kelapa Sawit
Dari sisa pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit curd palm oil (CPO)
diperoleh limbah yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar. Limbah yang
dimaksud adalah limbah padat yang termasuk dalam kategori biomassa. Energi biomassa limbah padat
kelapa sawit merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energi

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 187
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

alternatif. Limbah kelapa sawit ini memiliki kandungan kalori adalah cangkang memiliki nilai kalori
3890 kkal/kg, serabut 2309 kkal/kg, dan tankos (tandan kosong) 2250 kkal/kg.
Persentasi dari hasil pengolahan kelapa sawit di PT. Asam Jawa dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Persentasi penfolahan minyak sawit

Dari gambar 1 dapat kita ketahui bahwa persentasi untuk limbah padat cangkang 6,4 %, serabut 14,4
%, dan tankos (tandan kosong) 21 %.
2.2 Ketel Uap (Boiler) Pada Pabrik Kelapa Sawit
Dalam pabrik kelapa sawit ketel uap (Boiler) merupakan jantung dari sebuah pabrik kelapa sawit.
Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber tenaga dan sumber uap yang akan dipakai untuk
mengolah kelapa sawit. Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah air menjadi uap
dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari pembakaran
bahan bakar pada ruang bakar ketel uap.

Gambar 2. Boiler dan ketel uap jenis pipa api

Sebagian besar ketel uap yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel uap yang
menghasilkan uap superheated, dimana uap ini digunakan pertama kali untuk memutar turbin sebagai
pembangkit tenaga listrik kemudian sisa uap dari pembangkit yang disebut kondensat digunakan sebagai
pemanasan TBS pada sterilizer.
Menurut jenisnya ketel uap terbagi menjadi 2 bagian yaitu, ketel pipa air dan ketel pipa api. Ketel
yang digunakan pada pabrik kelapa sawit PT. Asam Jawa adalah adalah ketel pipa api, maksudnya adalah
api berada didalam pipa memanskan air yang berada diluar pipa.
2.3 Proses Konversi Energi Limbah Padat Kelapa Sawit
Untuk memperoleh energi listrik terdapat tahapan-tahapan dari sumber bahan bakar menjadi energi
listrik. Dari Gambar 2 terlihat bahwa cangkang dan serabut dimasukkan ke dalam ruang bakar digunakan
sebagai bahan bakar untuk memanaskan ketel uap sehingga menghasilkan uap yang betekanan tingggi.
Ketel uap yang digunakan dalam proses pembakaran limbah ini adalah tipe khusus yang
menggunakan sistem grate. Berbeda dengan bahan bakar lain yang tidak menggunakan sistem grate.
Cangkang dan serabut ini dalam penggunaannya menggunakan 25% cangkang dan serabut 75%, hal ini
dikarenakan spesifikasi boiler.
Bila penggunaannya tidak sesuai maka akan merusak grate-nya. Setelah dari pembakaran cangkang
dan serabut akan memanaskan air sehingga menghasilkan uap. Uap yang bertekanan tinggi dari boiler (20

188 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

kg/cm2 280 C0) mengalir melalui nozzle yang sekalius mengurangi tekanan uap sampai menjadi
bertekanan (19 kg/cm2 260 C0) diatur dengan efisiensi 85%. Poros turbin berputar dengan kecepatan
yang cukup tinggi direduksi kecepatan putarnya oleh reduction gear yang dipasang antara turbin dan
generator sehingga diperoleh sinkronissi kecepatan anatara turbin dan generator. Dan karena generator
berputar maka akan menimbulkan medan magnet listrik sehingga akan membangkitkan tenaga listrik.

Gambar 3. Proses konversi limbah padat menjadi energi listrik dan energi uap panas (kalor)

2.4 Energi Listrik


Energi merupakan hal yang terpenting dalam suatu industri, termasuk industri pertanian. Dalam
kegiatan usaha industri diperlukan input produksi pada tiap-tiap tahapan proses. Energi yang sering
digunakan dalam bidang industri adalah energi listrik. Hal ini dikarenakan energi listrik memilki
keunggulan sebagai seperti mudah memindahkannya, mudah dalam instalasinya, mudah
menggunakannya, mudah dalam pengaturannya.
Secara umum energi listrik didekati dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

P  E fm  PF  3600
EL  (1)
M
Dimana :
EL = Energi Listrik (kJ/kg)
P = Daya peralatan/motor (kW) Efm = Faktor Efisiensi (%)
PF = Faktor Daya (%)
M = Kapasitas produksi (kg/jam)

Sedangkan untuk menghitung daya listrik (fasa tiga) digunakan rumus:

P  3  V  I  cos  (2)
Dimana:
P = Daya listrik (kW)
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere) Cos φ = Faktor daya

III. METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengumpulan data-data dari
lapangan dan analisis data untuk mendapatkan kesimpulan.

3.1 Metode Pengumpulan Data


Dalam peaksanaan penelitian ini, dilakukan pengumpulan data lapangan dalam bentuk survey.
Data lapangan berupa data produksi pabrik PKS PT. Asam Jawa berupa data produksi rata-rata berupa
persentasi hasil produksi dan neraca bahan diambil untuk melihat jumlah limbah yang dihasilkan
khususnya data limbah padat biomassa yaitu tandan kosong, cangkang dan serabut.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 189
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Tabel 1. Spesifikasi Mesin Pembangkit Tenaga Listrik

3.2 Metode Analisis Data


Dari data kuantitatif yang dihasilkan dari data kinerja pabrik, selanjutnya dianalisisi secara
kuantitatif untuk mendapatkan nilai potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan dari limbah biomassa
yang dihasilkan oleh PKS.
Analisis yang dilakukan adalah analisis ketersediaan bahan bakar untuk pembangkit listrik dari
biomassa. Analisis kedua adalah analisis potensi energi yang dihasilkan dari limbah biomassa.
Selanjutnya dengan menggunakan data hasil analisis ketersediaan bahan bakar, dilakukan analisis
potensi energi yang dapat dibangkitkan dengan bahan bakar yang tersedia dari dua pabrik kelapa sawit.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar
PKS PT. Asam Jawa mempunyai kapasitas pengolahan pabrik sebesar 60 ton TBS/jam yang terdiri
dari dua line. Bahan bakar yang dihasilkan dari limbah padat kelapa sawit (LPKS) berupa cangkang,
serabut, dan tankos (tandan kosong). Namun yang dimanfaatkan menjadi bahan bakar boiler hanya
cangkang dan serabut.
Untuk mengetahui jumlah potensi limbah padat kelapa sawit (LPKS) menjadi bahan bakar
boiler pada PLTU di PKS diuraikan perhitungan sebagai berikut:

1. Perhitungan ketersediaan bahan bakar cangkang


Produksi = 30.000 Kg TBS/jam x 6,4 %
= 1.920 Kg/jam
Untuk 2 line maka produksi ketersediaan bahan bakar cangkang menjadi 3.840 Kg/jam

2. Perhitungan ketersediaan bahan bakar serabut


Produksi = 30.000 Kg TBS/jam x 14,4 %
= 4.320 Kg/jam
Untuk 2 line maka produksi ketersediaan bahan bakar cangkang menjadi 8640 Kg/jam

Maka, total ketersediaan bahan bahan bakar cangkang dan serabut adalah :

Biomassa = Cangkang + Serabut


= 3.840 Kg/jam + 8.640 Kg/jam
= 12.480 Kg/jam

Dari perhitungan di atas dapat dikatakan jumlah bahwa potensi produksi limbah padat kelapa sawit
cukup besar. Dengan kapasitas olah pabrik 60 ton (30.000 kg TBS/jam) dihasilkan limbah padat kelapa
sawit (LPKS) cangkang sebesar 3840 kg/jam dan serabut sebesar 8640 kg/jam. Maka, total ketersediaan
bahan bahan bakar cangkang dan serabut sebesar 12480 kg/jam.
Kebutuhan bahan bakar boiler dapat dihitung sebagai berikut:

Diketahui :
Kapasitas uap boiler (Mu) = 45.000 kg Uap/jam
Efesiensi teknis boiler (%) = 85 %
Nilai kalor cangkang (NK) = 3890 kkal/kg

190 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Nilai kalor serabut (NK) = 2309 kkal/kg


∆ Entalpi = 620,87 kkal/kg

Perhitungan :
a. Komposisi antara cangkang dan serabut dalam 1 kg bahan umpan boiler yaitu 25 % : 75 % atau 1 :
3. Maka nilai kalor bahan bakar umpan yaitu :
= (0,25 x 3890) + (0,75 x 2309)
= 2704,25 kkal/kg

b. Kebutuhan bahan bakar boiler:

Mu  Entalphy
Gbb 
NK  
40.000  620,87
Gbb 
2704,25  0,85
= 10.804,26 kg/jam

Dengan komposisi yaitu:


 Cangkang = 0,25 x 10.804,26 kg/jam
= 2701,065 kg/jam
 Serabut = 0,75 x 10.804,26 kg/jam
= 8103,195 kg/jam

c. Sisa bahan bakar (ketersediaan – kebutuhan)


 Sisa bahan bakar = 12.480 - 10.804,26
= 1675,74 kg/jam
- Cangkang
= 3.840 – 2701,065 kg/jam
= 1.138,935 kg/jam
- Serabut
= 8.640 - 8103,195 kg/jam
= 536,805 kg/jam

Perbedaan jumlah kebutuhan bahan bakar boiler dengan bahan bakar yang dihasilkan
mengakibatkan adanya sisa bahan bakar cangkang dan serabut. Dan ini bisa dimanfaatkan untuk
kebutuhan energi lainnya seperti misalnya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di luar
PKS itu sendiri.
4.2 Analisis Kebutuhan Energi Listrik Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Pengamatan untuk menganalisis kebutuhan energi listrik pada proses pengolahan kelapa sawit pada
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dilakukan dengan melihat atau membaca pada alat ukur yang terpasang pada
panel utama di stasiun kamar mesin. Beberapa alat ukut yang diamati seperti nilai arus listrik, tegangan
listrik, dan cos φ.
Perhitungan daya listrik terukur pada panel listrik utama adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan daya listrik terukur pada kegiatan pengolahan TBS :
a. Stasiun penerimaan buah & perebusan
P  3  V  I  cos 
P  3  380  162  0,8
= 85,3 kW
Dikalikan 2 unit = 170,6 kW
b. Stasiun penebahan
P  3  380  88  0,8
= 46,34 kW
Dikalikan 2 unit = 92,68 kW

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 191
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

c. Stasiun pengempaan
P  3  380  240  0,8
= 126,37 kW
Dikalikan 2 unit = 252,74 kW
d. Stasiun pemurnian minyak
P  3  380  238  0,8
= 125,32 kW
Dikalikan 2 unit = 250,64 kW
e. Stasiun pengolahan biji
P  3  380  230  0,8
= 121,11 kW
Dikalikan 2 unit = 242,22 kW
2. Perhitungan daya listrik terukur pada kegiatan sarana pendukung
a. Penyediaan Energi
P  3  380  200  0,8
= 105,31 kW
Dikalikan 2 unit = 210,62 kW
b. Penyediaan air
P  3  380  102  0,8
= 53,71 kW
Dikalikan 2 unit = 107,42 kW

Hasil perhitungan daya listrik terukur pada panel listrik utama dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Persentase kebutuhan energi listrik terhadap jumlah kegiatan pada stasiun
kegiatan proses pengolahan kelapa sawit

Dari pengamatan dan perhitungan di atas dapat kita ketahui bahwa kebutuhan daya listrik pada
proses pengolahan kelapa sawit (PKS) di PT. Asam Jawa sudah terpenuhi (cukup). Sedangkan kebutuhan
daya listrik di luar pengolahan kelapa sawit dapat dikatakan juga terpenuhi, sesuai dengan kebutuhan
listrik di luar pengolahan kelapa sawit untuk pabrik berkapasitas 60 ton TBS/jam.

V. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, perhitungan dan analisis terhadap pemanfaatan limbah padat pada penyedian
energi listrik pada pabrik kelapa sawit PT. Asam Jawa yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemanfaatkan LPKS berupa ampas serabut (fiber) & cangkang (shell) sebagai bahan bakar pada
stasiun boiler sehingga menghasilkan uap guna pembangkitan tenaga listrik untuk menggerakkan
mesin-mesin pabrik pada proses pengolahan kelapa sawit. Sedangkan potensi jumlah bahan bakar
yang dihasilkan dari LPKS dengan kapasitas pabrik 60 ton TBS/jam sebesar 12.480 kg/jam, dan
kebutuhan bahan bakar boiler yang digunakan sebesar 10.804,26 kg/jam, maka kelebihan bahan bakar

192 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

cangkang dan serabut sebesar 1675,74 kg/jam.


2. Total output daya listrik dari turbin uap sebesar 1592 kW, sedangkan kebutuhan energi listrik sebesar
1326,92 kWh, ini artinya bahwa kebutuhan energi listrik pada proses pengolahan kelapa sawit sudah
terpenuhi (cukup).
3. Kelebihan bahan bakar yang tersedia dalam perhitungan yaitu sebesar 1675,74 kg/jam dapat juga
dimanfaatkan untuk kebutuhan energi listrik di luar kebutuhan pengolahan kelapa sawit, misalnya
untuk menyikapi kurangnya pasokan daya listrik untuk masyarakat daripada PLN, dan juga dapat
dipasarkan untuk dijual pada pihak lain yang memerlukannya seperti untuk pupuk dan lain
sebagainya.

REFERENSI
[1] Arifin, Zainul. 2015. Buku Pintar Pabrik Kelapa Sawit. https://pakinyo46.files.wordpres
s.com/2012/09/buku-pintar.pdf
[2] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit
2013 – 2015. Jakarta.
[3] Ditjen PPHP. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan
Lingkungan, Direktorat Pengolahan hasil Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.
[4] Dokumen Intern PT. Perkebunan Nusantara (Persero). 2009. Buku Panduan Pedoman
Operasional Pengolahan Kelapa Sawit (Bagian Pengolahan). Medan, Sumatera Utara.
[5] Emmoy, Ivan. 2013. Kelistrikan Pabrik Kelapa Sawit. https://ivanemmoy.wordpress.co
m/2013/11/29/kelistrikan- kelapa-sawit/
[6] Loekito, Henry. 2002. Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Kelapa sawit. Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol. 3, No. 3.
[7] Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga. Jakarta.
[8] Sekretariat Jendral Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.
Departemen Perindustrian. Jakarta Selatan.
[9] Sunarwan, Bambang dan Riyadi Juhana. 2013. Pemanfaatan Limbah Sawit Untuk Bahan Bakar
Energi Baru Dan Terbarukan (EBT) (Studi Kasus: Limbah Produksi Sawit Daerah
Kabupaten Boven Digonel Papua). Jurnal Tekno Insentif Kopwil 4, Volume 7, No. ISSN: 1907-
4964, halaman 1 s.d. 14.
[10] Suyitno. 2011. Pembangkit Energi Listrik. Rineke Cipta. Jakarta.
[11] . 2012. Ketel Uap Boiler Di Pabrik Kelapa Sawit. http://belajarsawit.blogspot.com/2012/12/ketel-
uap-boiler-di- pabrik-kelapa-sawit.html.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 193

Anda mungkin juga menyukai