Anda di halaman 1dari 5

Strategi Pelaksana Komunikasi Terapeutik pada Pasien Halusinasi

Kasus:
Ibu A berusia 35 tahun, dirawat di rumah sakit jiwa sejak 3 hari yang lalu. Ibu
A dulunya adalah seorang janda lalu, menikah dengan seorang duda yang
mempunyai 1 anak perempuan berusia 5 tahun. Lantaran anak tersebut nakal,
Ibu A sering melakukan perlakuan yang kasar hingga tanpa sengaja Ibu A
mendorong anaknya hingga jatuh dari tangga. Akibat perdarahan hebat, anak
tersebut meninggal. Sejak saat itu, Ibu A mengalami halusinasi karena
perasaan bersalah pada anaknya. Ia sering terlihat ketakutan, bingung, dan
berteriak karena ia mengaku melihat bayangan hitam yang diduga anaknya
yang telah meninggal ingin membalas dendam padanya. Dalam sehari,
terhitung 2-3 kali Ibu A melihat bayangan hitam tersebut.

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
- Klien mengatakan melihat bayangan hitam
- Klien mengatakan bayangan tersebut adalah bayangan anaknya
yang ingin membalas dendam padanya
- Klien mengaku takut melihat bayangan tersebut
- Klien mengatakan melihat bayangan hitam dalam sehari 2-3
kali
DO:
- Klien tampak ketakutan, kebingungan, dan sering berteriak
- Beberapa kali klien menunjuk-nunjuk ke arah tertentu

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
3. Tujuan khusus:
- Menumbuhkan hubungan saling percaya antara perawat-klien
- Mendiskusikan waktu, frekuensi, dan kondisi yang menjadi
pemicu klien berhalusinasi
- Mendiskusikan respon klien terhadap halusinasi yang muncul
- Mengajarkan klien mengatasi dan menghilangkan
halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Menumbuhkan hubungan saling percaya antara perawat-klien
Hubungan saling percaya dapat ditumbuhkan melalui komunikasi
terapeutik
b. Mendiskusikan waktu, frekuensi, dan kondisi yang menjadi pemicu
klien berhalusinasi
Melalui sikap dan teknik komunikasi yang tepat yaitu menunjukkan
sikap kepedulian perawat terhadap klien dan mengajukan pertanyaan
secara perlahan
c. Mendiskusikan respon klien terhadap halusinasi yang muncul
Menanyakan kepada klien bagaimana perasaan dan apa yang
dilakukannya ketika halusinasinya muncul
d. Mengajarkan klien mengatasi dan menghilangkan halusinasinya
Mengajarkan klien untuk mengenali halusinasi dan mengontrol
halusinasi tersebut

B. Strategi Komunikasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi Ibu perkenalkan nama saya Nurma
atau dapat dipanggil Ners Nurma. Kalau nama Ibu siapa? Ibu senang
dipanggil dengan sapaan apa?”
b. Evaluasi
“Bagaimana kondisi ibu hari ini? Apakah ibu merasa baik-baik saja?
c. Kontrak topik, waktu, dan tempat
“Ibu, hari ini kita akan berbincang mengenai permasalahan yang Ibu
alami seperti rasa cemas dan ketakutan yang Ibu rasakan saat ini,
hanya sekitar 15 menit. Ibu nyaman kalau kita berbincang di sini? Atau
hendak pindah ke tempat lain?
d. Tujuan
“Tujuan kita mengobrol di sini agar kita dapat menghadapi masalah
yang sedang Ibu alami”

5. Fase Kerja
a. “Saya sering melihat ibu kebingungan dan ketakutan sambil berteriak
hingga menunjuk-nunjuk sekitar, apa yang Ibu lihat?”
b. “Ibu melihat bayangan itu berapa kali dalam sehari?”
c. “Pada saat apa Ibu melihat bayangan itu?”
d. “Saat melihat bayangan itu, apa yang Ibu rasakan?”
e. “Lalu apa yang Ibu lakukan untuk mengatasi bayangan itu?”
f. “Apakah cara yang Ibu lakukan dapat berhasil untuk menghilangkan
bayangan itu?”
g. “Apakah Ibu ingin tahu cara mengatasai bayangan itu? Mari saya ajarkan
caranya”
h. “Saya akan mengajarkan agar Ibu dapat menghilangkan bayangan itu “jika
ibu melihat bayangan itu, tutup kedua mata Ibu lalu katakan saja “Pergi
kamu! Kamu bayangan palsu dan tidak nyata! Kamu bukan anak saya!” di
ulangi terus sampai bayangan itu hilang di depan mata Ibu”
i. “Jika Ibu melihat bayangan itu lagi, ibu bisa lakukan apa yang saya
ajarkan”

6. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang dengan saya? Apakah
merasa lebih baik?”
b. Evaluasi Objektif
“Apakah Ibu dapat mengulang apa yang sudah saya ajarkan untuk
mengusir bayangan yang ibu lihat?”
“wah hebat sekali ibu dapat melakukan apa yang saya jelaskan”
c. Rencana tindak lanjut
“Ibu, sekian dulu perbincangan kita untuk hari ini. Ingat ya lakukan
apa yang tadi Ibu praktikkan kalau ibu melihat bayangan itu lagi. Oh
iya, bagaimana kalau kita membuat jadwal latihannya? Mau jam
berapa Ibu latihannya?”

d. Kontrak yang akan datang


“Baik Ibu, besok saya Ners Nurma akan mengunjungi ibu lagi untuk
melatih Ibu lagi mengatasi bayangan itu. Saya akan datang jam 11,
kalau di tempat ini lagi bagaimana Ibu? Oke baik besok kita bertemu
di sini lagi ya Ibu. Sampai bertemu esok hari”
Daftar Pustaka
Keliat, B. (2007). Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai