UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana telah
memb Kuliah Penyakit dan Cidera Akibat Kerja yang berjudul
“Audiometri dan Spirometri” dapat selesai seperti waktu yang telah
kami rencanakan.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu Kami pun menyadari
bahwa makalah yang telah Kami susun dan Kami kemas masih memiliki
banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis
maupun non-teknis. Untuk itu kami membuka pintu yang selebar-lebarnya
kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan
apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak
berkenan di hati mohon dimaafkan.
Kelompok 3
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II Pembahasan............................................................................................4
2.1 Audiometri..............................................................................................4
2.2 Prosedur Pemeriksaan Audiometri.........................................................5
2.3 Teknik Pemeriksaan Audiometri.............................................................6
2.4 Interprestasi Pemeriksaan Audiometri....................................................6
2.5 Studi Kasus Audiometri..........................................................................6
2.6 Spirometri...............................................................................................8
2.7 Prosedur Pemeriksaan Spirometri..........................................................9
2.8 Interpretasi Pemeriksaan Spirometri.....................................................10
2.9 Studi Kasus Spirometri..........................................................................13
BAB III Penutup.................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...........................................................................................14
3.2 Saran....................................................................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................................15
iii
BAB I
Pendahuluan
1
Hal tersebut terjadi karena ketidaktaatan pekerja dalam menggunakan alat
perlindungan diri seperti masker.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam (Author et al.,
2020) memperkirakan pada tahun 2014, penyakit pernapasan kronis,
salah satunya adalah PPOK, menyumbang 5% dari total kematian akibat
penyakit tidak menular di Indonesia (WHO, 2014). Berdasarkan data yang
diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes-RI) (2013), PPOK memiliki
prevalensi 3,7% (pada kelompok umur ≥30 tahun) per satu juta penduduk
di Indonesia.
Gangguan paru merupakan salah satu penyebab utama morbiditas
dan mortalitas. Infeksi saluran pernapasan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu
biasa dengan gejala serta gangguan yang relatif ringan sampai
pneumonia berat. Gangguan paru diklasifikasikan berdasarkan etiologi,
letak anatomis, sifat kronik penyakit, perubahan struktur serta fungsi dan
sesuai dengan disfungsi ventilasi akan dibagi menjadi Gangguan Paru
Obstruktif dan Gangguan Paru Restrikif (Prof et al., 2020).
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu Audiometri
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan Audiometri
3. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Audiometri
4. Untuk mengetahui interprestasi dari pemeriksaan Audiometri
5. Untuk mengetahui contoh kasus Audiometri
6. Untuk mengetahui apa itu Spirometri
7. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan Spirometri
8. Untuk mengetahui interprestari dari pemeriksaan Spirometri
9. Untuk mengetahui contoh kasus Spirometri
3
BAB II
Pembahasan
2.1 Audiometri
4
terpajan dengan kebisingan, karakteristik kebisingan serta frekuensi suara
yang ditimbulkan.
5
Ada 4 jenis tipe pemeriksaan yang berbeda, pada Audiometri Nada
Murni, Audiometri Tutur, Audiometri Impedansi Dan Auditory Brainstem
Response (ABR) Atau Brainstem Evoked Response Auditoru (BERA).
6
Audiometer
Timpanometri
7
Elektroda
Earphone
Komputer
Pasien harus duduk dengan tenang, tidak berbicara, tidak minum, tidak
makan, tidak merokok, tidak mengunyah, atau perilaku tambahan apa pun
yang dapat mengganggu pemeriksaan.
2.3.4 Prosedural
Sebelum dilakukan audiometri, diperlukan anamnesis secara
lengkap untuk mengetahui riwayat penyakit pasien untuk menentukan
teknik mana yang terbaik dan tujuan utama dari pemeriksaan.
8
Alat bantu dengar harus dilepas
9
2.4 Interprestasi Pemeriksaan Audiometri
Normal: 0-25 dB
Ganguan ringan: 25-40 dB
Ganguan sedang: 41-65 Db
Ganguan berat: 66-90 dB
Ganguan sangat berat: lebih dari 90 dB
10
hilangnya kemampuan konduksi udara atau tulang. Sementara
ketidakmampuan mendengar nada murni di bawah 25 dB akan
menandakan gangguan pendengaran.Jenis dan derajat ketulian dapat
memberikan informasi terkait penyebab gangguan pendengaran yang
dialami oleh pasien. Beberapa kondisi yang dapat memicu hasil
audiometri tidak normal meliputi:
Neuroma akustik
Trauma akustik dari suara ledakan atau suara yang sangat keras
Ketulian karena usia
Sindrom Alport
Infeksi telinga kronis
Labirintitis
Penyakit Meniere
Paparan suara keras dalam waktu lama, misalnya ahli mesin di
pabrik, atau kebiasaan mendengarkan musik yang nyaring
Pertumbuhan tulang tidak normal pada telinga tengah (otosklerosis)
Gendang telinga pecah atau berlubang
11
dan jenis ketulian yang dialami oleh pasien. Beberapa tindakan ini meliputi
penggunaan penutup telinga ketika terpapar suara keras serta alat bantu
dengar.
12
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dewi dan Agustian yang
meneliti tentang gangguan pendengaran pada para pekerja di pabrik
tekstil di Majalaya, Bandung, Jawa Barat selama 2 bulan. Dalam
penelitian ini para pekerja pabrik tekstil mendapatkan sumber bising yang
berasal dari mesin tekstil dengan kebisingan rata-rata 81–98 dB.
Audiometer yang dipakai tipe EB-390/220 V nomor seri 7664 yang
dilengkapi dengan earphone tipe audiotone TDH 39 + enclosed audiocap
head set no. 3695 dan vibrator bone conduction tipe B 71 yang telah
dilakukan kalibrasi pada tahun 2004. Alat ini berguna untuk mengukur
fungsi pendengaran dengan menilai berapa besar intensitas suara melalui
hantaran udara dan hantaran tulang pada frekuensi 500, 1.000, 2.000,
4.000, dan 8.000 Hz. Pemeriksaan audiometri dilakukan di dalam ruangan
yang sunyi dengan jarak 50 m dari jalan utama dan tingkat kebisingan
kurang dari 35 dB. Tingkat kebisingan di atas diukur dengan
menggunakan Sound Level Meter Kanomax. Hasil yang didapat adalah :
2.6 Spirometri
13
Pemeriksaan ventilasi paru umumnya dilakukan dengan
menggunakan suatu alat yang disebut spirometer dan melalui prosedur
yang sudah ditentukan akan dapat memberikan gambaran mengenai
keadaan fungsi paru tenaga kerja yang diperiksa. Data hasil pemeriksaan
tersebut dipertemukan dengan data kondisi lingkungan kerjanya untuk
mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan kerja dengan kondisi
kesehatan kerja (Charles, 1993).
14
4. Gangguan campuran (restriksi dan obstruktif) bila FEV1/FVC < 75%
dan FVC < 80%.
15
dengan cepat dan sekuat-kuatnya dihembuskan udara melalui mouth
tube.
6. Manuver dilakukan tiga kali untuk mengetahui FVC dan FEV1.
7. Hasilnya dapat dilihat pada print out.
16
pasien berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi badan (beberapa tipe
spirometri dapat menghitung nilai normal dengan memasukkan data
pasien). Kemudian pilih 3 hasil FEV1 dan FVC yang konsisten dari
pemerikssan spirometri yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai
normal yang sudah ditentukan sebelumnya untuk mendapatkan
persentase nilai prediksi (Knowledge & Respirology, n.d.).
≥ 80 NORMAL ≥ 75
60 – 79 RINGAN 60 – 74
30 – 59 SEDANG 30 – 59
< 30 BERAT < 30
17
Obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran udara karena
adanya sumbatan atau penyempitan saluran napas. Sindrom
penyumbatan ini terjadi apabila kapasitas ventilasi menurun akiba
menyempitnya saluran udara pernafasan. Biasanya ditandai dengan
terjadi penurunan FEV1 yang lebih besar dibandingkan dengan FVC
sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari 80%. Pengetahuan mengenai faal
paru seseorang penderita penyakit paru amat penting untuk mengetahui
tingkat invaliditas pernapasan, disamping itu juga penting untuk program
pengobatan selanjutnya dan kepentingan rehabilitasi. Pemeriksaan faal
paru merupakan suatu pemeriksaan yang lebih peka untuk mengetahui
perubahan patologi dari saluran napas dibanding dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan radiologik.
18
Desa Lampuuk dan Desa Lamtimpeng Kecamatan Darussalam
Kabupaten Aceh Besar. Subjek penelitian sebanyak 40 orang ibu-ibu
penderita batuk. Rekapitulasi kuisioner sebanyak 40 buah yang diedarkan
kepada ibu-ibu penderita batuk, hasil jawaban pertanyaan dalam kuisioner
seperti table 1.Hasil pemeriksaan pernapasan dengan spirometer
terhadap ibu-ibu penderita batuk sebanyak 40 orang yang terdiri dari lima
desa, menunjukkan nilai spirometer yang dilakukan dengan menghembus
napas paksa di bawah patokan normal (tidak mencapai ≥75%) berarti di
jalan pernapasan ada obtruksi dengan tingkat ringan 30 orang (75%),
sedang 8 orang (20%), berat 2 orang (5%).
19
Dari hasil pengukuran pernapasan ekspirasi terhadap 40 orang ibu-
ibu penderita batuk semuanya nilai FEV1 tidak mencapai ≥75% (dibawah
normal), penderita batuk ada obtruksi di saluran napas. Penyakit-penyakit
paru dengan obtruksi saluran napas biasanya jauh lebih sukar melakukan
ekspirasi dari pada inspirasi karena kecenderungan menutupnya jalan
napas sangat bertambah dengan tekanan positif pada dada selama
ekspirasi, sementara tekanan pleura negatif pada saat inspirasi akan
menarik jalan napas sehingga membuka saat yang sama dengan
perkembangan alveoli, oleh karena itu udara cenderung untuk lebih
mudah memasuki paru, tetapi kemudian terperangkap didalamnya, bila
hal itu terjadi selama sebulan atau bertahun-bertahun efek ini akan
menaikkan kapasitas total paru dan residu, obstruksi jalan napas lebih
mudah terjadi kolaps saluran napas, sehingga aliran ekspirasi maksimum
jauh berkurang (Ward dkk, 2004 dan Price, 1995)
20
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
21
Daftar Pustaka
Author, C., Bogor, K., Depok, K., Bogor, K., Depok, K., & Kunci, K. (2020).
Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pada
Pengendara Ojek Online di Kota Bogor dan Kota Depok Tahun
2018 ( Studi Kasus Pencemaran Udara ) Abstrak. 1(1), 1–9.
Healthline. https://www.healthline.com/health/audiology
Diakses pada 16 November 2020
22
https://adalah.top/audiometri/ Diakses pada 16 November 2020
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/telinga-hidung
tenggorokan/audiometri/teknik Diakses pada 16 November 2020
https://www.halodoc.com/kesehatan/pemeriksaan-audiometri Diakses 16
November 2020
23
Medline Plus. https://medlineplus.gov/ency/article/003341.htm
Diakses pada 16 November 2020
Saunders AZ, Stein AV, Shuster NL. Audiometry. In: Walker HK, Hall WD,
Hurst JW, editors. Clinical Methods: The History, Physical, and
Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990.
Chapter 133. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK239/
Tht, B., & Fk, K. L. (2009). dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL BAGIAN THT –
KL FK USU MEDAN 2009.
Walker JJ, Cleveland LM, Davis JL, Seales JS. Audiometry Screening and
Interpretation. Am Fam Physician. 2013; 87(1): 41-46.
24
Weber PC. Evaluation of hearing loss in adults. Uptodate, 2020.
https://www.uptodate.com/contents/evaluation-of-hearing-loss-in-
adults
25