Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

INSOMNIA PADA LANSIA

1. Definisi
Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa
tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang
tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga
mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun
dari tidur.

2. Etiologi
Beberapa faktor yang merupakan penyebab Insomnia yaitu :

a. Faktor Psikologi :

Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyebab dari Insomnia


jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi
penyebab insomnia transient.

b. Problem Psikiatri

Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya
yang tidak diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi,
Cemas, Neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab
dari gangguan tidur.

c. Sakit Fisik

Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung
yang tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama
penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan
baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.
d. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan


kereta api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab
susah tidur.

e. Gaya Hidup

Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak
teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

3. Klasifikasi Insomnia
Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :

a. Insomnia sementara (transient)


Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya
berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung
sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan
mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat
secara retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini
kurang lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang
juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat
lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat
jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja
baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan
terapi khusus dan jarang membawa pasien ke dokter.

b. Insomnia jangka pendek


Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga
minggu. Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang
mengalami stress, berada di lingkungan yang ribut-ramai, berada di
lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim.

c. Insomnia kronis
Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau
lebih. Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah
depresi. Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal
jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan
hyperthyroidism. Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan
oleh faktor perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, dan
substansi lain, siklus tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan
kegiatan malam hari lainnya, dan stres kronis.

4. Tanda Dan Gejala Insomnia

a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal


b. Wajah kelihatan kusam
c. Sering terbangun di tengah malam atau bangun sangat pagi
d. Sakit kepala dan kepala terasa tegang
e. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata
f. Lemas, mudah mengantuk
g. Resah dan mudah cemas
h. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang
tersinggung.

5. Komplikasi Insomnia

a. Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress,


terdapat peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol,
juga penurunan produksi melatonin.

b. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,


irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

c. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan


sebagainya.
d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.

e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang
terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita
insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

6. Gangguan Tidur Pada Lansia

Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat nonpatologik karena faktor usia
dan ada pula gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan pada lansia. Ada
beberapa gangguan tidur yang sering ditemukan pada lansia.

a. Insomnia Primer
Ditandai dengan :
Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak
segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu
bulan.
Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau
impairmentsosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya. Gangguan
tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental lainnya.
Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum

atau zat.

b. Insomnia Kronik
Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat
disebabkan oleh kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat kebiasaan
atau pembelajaran atau perilaku maladaptif di tempat tidur. Misalnya,
pemecahan masalah serius di tempat tidur, kekhawatiran, atau pikiran
negatif terhadap tidur ( sudah berpikir tidak akan bisa tidur). Adanya
kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan
seseorang berusaha keras untuk tidur tetapi ia semakin tidak bisa tidur.

c. Insomnia Idiopatik
Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan
dini.Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat
berlanjut selama hidup. Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan
oleh ketidakseimbangan neurokimia otak di formasio retikularis batang
otak atau disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal sendiri atau adanya rasa
ketakutan yang dieksaserbasi pada malam hari dapat menyebabkan tidak
bisa tidur. Insomnia kronik dapat menyebabkan penurunan mood (risiko
depresi dan anxietas), menurunkan motivasi, atensi, energi,
dankonsentrasi, serta menimbulkan rasa malas. Kualitas hidup berkurang
dan menyebabkan lansia tersebut lebih sering menggunakan fasilitas
kesehatan. Seseorang dengan insomnia primer sering mempunyai riwayat
gangguan tidur sebelumnya. Sering penderita insomnia mengobati sendiri
dengan obat sedatif-hipnotik atau alkohol. Anksiolitik sering digunakan
untuk mengatasi ketegangan dan kecemasan.

7. Penatalaksaan

Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan


memberikan saran juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari segi
kualitas ataupun waktunya. Terapi insomnia dapat dilakukan dengan
menggunakan obat ataupun tanpa obat. Terapi tersebut dapat berupa :

1.  Psikoterapi

Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan


pasien untuk santai dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar.
Terapi perilaku bisa menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini
efektif untuk segala usia, terutama pada pasien usia tua.

2.  CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam


memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.

3.  Sleep Restriction Therapy

Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si


penderita insomnia.

4.   Stimulus Control Therapy

Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun


pagi.secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan
melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.

5.   Relaxation Therapy

Relaxation Therapy berguna untuk membuat klien rileks pada saat


dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan.

6.  Imagery Training

Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran klien yang


tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

7.   Herbal

Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk


gangguan irama sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase
tidur laten, meningkatkan efisiensi tidur, dan meningkatkan persentasi
tidur REM (Rapid Eye Movement), dan chamomile (untuk mengurangi
kecemasan) banyak dipakai untuk terapi insomnia.

8.   Terapi cahaya

Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa
mengantuk dan kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.

9.  Farmakoterapi

Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk


meningkatkan kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan
derajat kewaspadaan pada siang harinya dan untuk menghilangkan
hyperarousal state.

8. Konsep Dasar Keperawatan

a) Pengkajian
 Data biografi di dapat melalui wawancara meliputi identitas pasien
(umur ,jenis kelamin) dan penanggung jawab.
 keluhan utama yang dirasakan pasien, pola makan (diet), perokok,
alkoholik, minum kopi, penggunaan obat-obatan tertentu.
 Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit
keturunan atau tidak, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit yang
dialami saat ini adanya alergi obat atau makanan.
 Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien tersebut pernah opname
atau tidak sebelumnya penyakit apa yang pernah diderita sebelumnya.
 Riwayat psikososial pasien : biasanya ada rasa stress , kecemayang sangat
tinggi yang dialami pasien menegnai kegawatan pada saat krisis.
 Pola aktivitas sehari-hari
 Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien
 Pemeriksaan Penunjang

b) Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Hambatan Lingkungan


(kebisingan, pencahayaan dll)
2. Ansietas Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi
3. Koping Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakpercayaan Terhadap
Kemampuan Diri Mengatasi Masalah.

c) Rencana Keperawatan

1. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Hambatan Lingkungan


(kebisingan, pencahayaan dll)

Tujuan :kualitas dan kuantitas tidur terpenuhi

Tindakan :

a. identifikasi pola aktivitas dan tidur


b. identifikasi faktor pengganggu tidur
c. modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan dll)
d. Tetapkan jadwal tidur rutin
e. lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat,
pengaturan posisi).

2. Ansietas Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi

Tujuan : Untuk memberi dukungan, melindungi, dan menurunkan

tingkat ansietas pada tkt sedang atau ringan

Tindakan :

a. Monitor tanda –tanda ansietas


b. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
c. Latih teknik relaksasi
d. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

3. Koping Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakpercayaan Terhadap


Kemampuan Diri Mengatasi Masalah
Tujuan :Untuk meningkatkan Kepercayaan/ Kemampuan Diri
Tindakan :
a. Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang
memicu konflik
b. Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
c. Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang diharapkan
d. Berikan informasi yang diminta pasien
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam menfasilitasi
pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut), Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Stockslager, Jaime L. 2007 . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta : EGC.

Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai