al)
Abstract
Shoaling always occurs in the sailing channel of Pulau Baai Bengkulu Harbour. To know the reason of the
shoaling, some information based on the result, of the analysis of several methods of marine geophysical
survey are therefore presented. The methods are echo-sounding, sea current and tide measurement.
Result of sounding shows that the deepest depth in the lagoon area is around 12 metres and the depth in the
channel area is also 12 metres.
Result of sea current measurement shows that current velocity during the spring tide is higher than the
velocity during the neap tide. Sedimentation is higher in the spring tide, moreover it is increased by the
existence of long shore current which transport the sediments into the channel. The type of the sea tide in the
harbour is a mixed semi diurnal type which means that the spring and the neap will occur once or twice a
day. The height of sea water level difference between spring tide and neap tide season is 1.53 metres.
Sari
Alur pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu selalu mengalami pendangkalan. Untuk mengetahui
penyebab pendangkalan tersebut maka akan diberikan beberapa informasi hasil kajian geofisika kelautan dari
beberapa metoda. Metoda tersebut terdiri dari pengukuran kedalaman laut, pengukuran arus dan pasang
surut.
Hasil pengukuran kedalaman laut memperlihatkan bahwa kedalaman yang paling dalam di bagian kolam
pelabuhan adalah sekitar 12 meter dan yang terdalam di daerah alur juga 12 meter. Pengukuran arus laut
memperlihatkan bahwa kecepatan arus pada saat pasang tertinggi lebih tinggi daripada kecepatan arus pada
saat surut terendah. Pengendapan lebih besar terjadi pada saat air pasang, apalagi ditambah dengan adanya
arus sepanjang pantai yang membawa sedimen ke arah alur. Tipe pasang surut laut di pelabuhan ini adalah
tipe campuran ganda, artinya pasang dan surut akan terjadi sekali atau dua kali dalam sehari. Adapun
perbedaan tinggi muka air pada saat air pasang dan saat air surut adalah 1,53 meter.
29
Jurnal Geologi Kelautan, vol. 1, no. 3, Desember 2003 : 29 - 37
30
Pendangkalan Alur Pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu (L. Arifin, et.al)
Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan terdapat di bagian tengah kolam dan di
Current meter DMC-3M. Pengambilan data bagian alur (jalur pintu masuk kapal). Di
dilakukan pada saat pasang purnama dan bagian luar pelabuhan atau di bagian lepas
pasang mati atau pada saat spring dan neap. pantai kedalaman laut mencapai 18 meter.
Morfologi dasar laut di pelabuhan Pulau Baai
umumnya tidak teratur dan membentuk
Data Penyelidikan cekungan di bagian tengah kolam (Arifin,
Sistem penentuan posisi yang digunakan
drr., 2001). Kedalaman cekungan tersebut
untuk pengambilan data adalah sistim GPS
ditunjukkan oleh garis kontur dengan kedalaman
(Global positioning System) dengan memakai
12 meter. Di bagian alur kapal morfologinya
seperangkat GPS Garmin 210 yang dilengkapi
membentuk alur yang memanjang dari kolam
dengan laptop Toshiba. Metoda ini digunakan
pelabuhan sampai ke arah laut lepas dengan
untuk menentukan posisi kapal pada saat
kedalaman alur antara 9 meter sampai 12
pemeruman dan pengukuran arus.
meter yang terdapat di bagian tengah alur. Di
Pasang surut diamati selama 15 hari. Dari bagian pantai sampai lepas pantai morfologi
data hasil pengukuran pasang surut diperoleh dasar laut agak tidak teratur, terutama di
kurva pasang surut seperti pada Gambar 2. bagian dekat pantai yaitu yang ditunjukkan
Panjang lintasan pemeruman yang diperoleh oleh garis kontur 6 meter sampai 15 meter.
sekitar 300 kilometer. Adapun lintasan Kontur kedalaman 12 meter sampai 18 meter
pemeruman seperti pada Gambar 3. menunjukkan morfologi dasar laut agak
Pengukuran kecepatan dan arah arus dilakukan teratur di mana kedalaman laut semakin
selama 25 jam dan pengambilan data dibaca dalam ke arah barat.
setiap 1 (satu) jam. Untuk mengetahui gambaran runtunan di
kolam pelabuhan, ditampilkan hasil rekaman
seismik pantul dangkal (Gambar 5).
HASIL PENYELIDIKAN Ditafsirkan bahwa runtunan sedimen terdiri
atas runtunan A dan B (Nasrun, drr., 1996).
1. Morfologi Dasar Laut Runtunan A mempunyai gambaran pantulan
Dari hasil pengukuran kedalaman dasar laut hampir paralel dan berbintik kacau dan
dibuat peta batimetri pelabuhan Pulau Baai runtunan B dengan gambaran pantulan
dengan skala 1:10.000 seperti terlihat pada hampir paralel dan terputus-putus yang
Gambar 4. membentuk bidang miring.
Kedalaman air di kolam pelabuhan antara 0
sampai 13 meter. Kedalaman 12 meter
31
Jurnal Geologi Kelautan, vol. 1, no. 3, Desember 2003 : 29 - 37
32
Pendangkalan Alur Pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu (L. Arifin, et.al)
33
Jurnal Geologi Kelautan, vol. 1, no. 3, Desember 2003 : 29 - 37
Gambar 5. Penafsiran rekaman seismik di Pelabuhan Padang Baai (Nasrun, drr., 1996)
34
Pendangkalan Alur Pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu (L. Arifin, et.al)
Dari penafsiran tersebut terlihat bahwa pasang, air laut memasuki kolam dengan
sedimen yang paling atas menutupi seluruh kecepatan cukup besar yaitu masing-masing
bagian runtunan yang ter-erosi dan runtunan 0,50, 0,46 dan 0,44 meter/detik. Sebaliknya
yang menggelombang dan miring. pada saat air surut, air di pelabuhan ke luar
menuju laut. Hal ini ditunjukkan oleh arah
arus pada saat surut, dengan arah dari
2. Karakteristik Pasang Surut
tenggara menuju ke baratlaut dengan
Data pasang surut hasil pengukuran selama kecepatan terbesar sekitar 0,03 meter/detik.
15 piantan (seri pendek) dianalisis dengan Demikian juga arah arus dikedalaman 1,3 dan
metoda The British Admiralty. 5 meter menunjukkan bahwa air di pelabuhan
Hasil analisis berupa amplitudo dari masing- menuju ke arah luar dengan kecepatan paling
masing konstanta harmonik pasang surut besar yaitu 0,46 meter/detik.
ditunjukkan oleh tabel 1.
So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
A( cm) 153,6 32,7 18,3 7,7 4,2 12,8 5,9 4,2 0,3 1,1
go 274,6 222,2 7,8 222,2 306,1 275 306,1 225,6 260,8
35
Jurnal Geologi Kelautan, vol. 1, no. 3, Desember 2003 : 29 - 37
transport rate) dan kecepatan pengendapan pasang mati, sedimen yang diendapkan
sedimen (depositional rate) di perairan Padang menuju keluar, tetapi tidak sebanyak yang
Baai dapat diperkirakan melalui pendekatan dibawa pada saat air pasang. Ketidak-
parameter hidrodinamika laut dan unsur seimbangan ini diduga karena kecepatan arus
kimia partikel sedimen. Berdasarkan pada saat pasang purnama lebih besar dari
perhitungan maka kecepatan pengangkutan kecepatan pada saat air pasang mati dan juga
sedimen sejajar pantai (longshore sediment dipicu oleh arus sejajar pantai yang
transport rate) di sekitar alur Pulau Baai yaitu mengendapkan sedimen dengan arah ke
sekitar 0.4 x 106 m3 per tahun. Dari hasil kajian baratdaya.
dapat diketahui bahwa sedimentasi yang
paling besar terjadi yaitu di bagian pir sebelah
KESIMPULAN
barat. Pelamparan sedimentasi ini melebar
kearah timur sehingga pendangkalannya Dari kajian data tersebut di atas menunjukkan
meluas ke arah pir bagian timur. Berdasarkan bahwa proses sedimentasi di pelabuhan
hasil analisis contoh sedimen, pendangkalan Padang Baai berlangsung cukup cepat. Peta
di bagian kolam umumnya diisi oleh sedimen batimetri hasil pengukuran menunjukkan
lanau dan pasir. Hal ini sesuai dengan hasil kedalaman laut di alur sekitar 12 meter. Bila
penafsiran rekaman seismik yang umumnya dibandingkan dengan hasil pengukuran
mempunyai gambaran pantulan sejajar dan sebelumnya (PT. Pelindo), maka kedalaman
hampir sejajar. pada saat penelitian dilakukan telah
mengalami pengerukan. Dari peta batimetri
dapat dilihat bahwa pendangkalan yang
2. Pasang surut
terjadi yaitu di bagian alur terutama di bagian
Perbedaan tinggi air pada saat pasang pir sebelah barat. Keadaan ini sesuai dengan
tertinggi dan surut terendah adalah 1.2 meter. arah arus pasang, di mana pada saat pasang
Perbedaan tinggi ini perlu diperhatikan oleh terjadi, sedimentasi diendapkan ke arah
kapal yang akan memasuki alur pelabuhan. tersebut. Demikian juga dari data arus,
Untuk kapal dengan draft 10 meter sebaiknya menunjukkan bahwa sedimen yang dibawa
masuk ke pelabuhan pada saat air pasang. arus sepanjang pantai cenderung kearah yang
Peta batimetri terbaru dan data pasang surut sama. Dari pemetaan sedimen permukaan
sangat perlu dimiliki oleh nakhoda kapal, dasar laut diketahui bahwa sedimen yang
karena kedua data ini dapat memandu kapal diendapkan adalah pasir yang berasal dari
sewaktu melewati alur. Perhitungan pasang sekitar pantai. Untuk mengatasi pendangkalan
surut yang dilakukan menghasilkan yang terjadi, pihak pelabuhan melakukan
pembacaan muka laut rata rata pada pengerukan setiap tahunnya. Pengerukan
kedudukan 1,52 meter. Untuk keperluan dilakukan setelah dilakukannya pengukuran
pelayaran maka peta batimetri yang dibuat kedalaman laut. Untuk mengurangi volume
disurutkan sampai 70 dm di bawah muka laut sedimentasi yang terjadi perlu dikaji lagi
rata-rata. penentuan arah pondasi pir. Posisi pir yang
ada sekarang ini tampaknya juga sebagai
perangkap sedimen yang menyebabkan
3. Arus
pendangkalan terjadi.
Hasil perhitungan arus menunjukkan bahwa
pada saat air pasang, air laut masuk ke kolam
DAFTAR PUSTAKA
pelabuhan dengan kecepatan rata-rata 0,54
meter/detik, sedangkan pada saat air surut, Arifin, L., J.P. Hutagaol, M. Hanafi, Y.Darlan.,
air dari kolam pelabuhan menuju ke laut Supryadi, 2001, Laporan Kajian Proses
lepas dengan kecepatan 0,03 meter/detik. Bila Sedimentasi Untuk Alur Transportasi
dibandingkan terlihat bahwa kecepatan arus Batubara di Pulau Baai Bengkulu.
pada saat air pasang lebih besar dari Tidak dipublikasi.
kecepatan arus pada saat air surut. Oleh Doodson, A.T., H.D. Warburg., 1936,
karena itu dapat dikatakan bahwa pada saat Admiralty Tide Tables Part III,
air pasang purnama lebih banyak sedimen Hydrographic Department Admiralty,
yang diendapkan ke kolam pelabuhan London.
khususnya dibagian alur. Pada saat air
36
Pendangkalan Alur Pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu (L. Arifin, et.al)
Nasrun, S. Lubis, H. Kurnio, M. Situmorang, PT. Pelindo, 2000, Peta Batimetri Pelabuhan
Y. Noviadi., Suprijadi, Budiman, Pulau Baai, Skala 1:10.000. Tidak
Hartono, 1996, Laporan Penyelidikan dipublikasi.
Geologi dan Geofisika Dalam
Pengelolaan, Pengembangan dan
Pemanfaatan Kawasan P. Baai dan
Sekitarnya, Bengkulu. Pusat
Pengembangan Geologi Kelautan
Bandung. Tidak dipublikasi.
37