Anda di halaman 1dari 14

ERY NOOR|1

ANALISIS YURIDIS TERHADAP MAHAR YANG TERHUTANG


SAMPAI TERJADI PERCERAIAN
(Studi Putusan 0DKNDPDK 6\DU¶L\DK %LUeuen Nomor:
178/Pdt-G/2013/MS-Bir)

ERY NOOR

ABSTRACT

A marriage with owed dowry in the Islamic law is legitimate when it


fulfills all marriage requirements. The obligation of giving dowry is not the
requirement in a marriage. An owed dowry does not affect the validity of a
marriage, but it has to be given by a husband to his wife. Some factors which
cause a husband not to give a dowry to his wife are as follows: first, economic
factor in which a man with low income feels that he cannot afford to provide
dowry. Secondly, it is a socio-cultural reason in which the value of dowry in the
Acehnese culture is a symbol of honor and prestige for both families. For the
ZRPHQ¶V VLGH WKH KLJK YDOXH RI GRZU\ LQGLFDWHV KHU VRFLDO SRVLWLRQ 7KLUGO\ D
KXVEDQG¶V ODFN RI NQR ZOHGJH RI GRZU\ LI ODWHU RQ LW LV SDLG RII LW LV by the
FRXUW¶V verdict DQG QRW E\ WKH KXVEDQG¶V ZLOOLQJQHVV 7KH 3DQHO RI -XGJHV DOVR
consider that the complaint about dowry as the result of divorce is a kind of
MXGJPHQW WRZDUG WKH ZLIH E\ SURYLGLQJ SURWHFWLRQ DQG LQFUHDVLQJ D ZRPDQ¶V
dignity in getting her right for dowry.

Keywords: Owed Dowry, Marriage

I. Pendahuluan

Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan manusia yang


akan menimbulkan akibat lahir dan bathin karena dengan perkawinan rumah
tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma agama dan tata hidup
masyarakat, kuat lemahnya perkawinan yang ditegakkan dan dibina oleh suami-
istri, sangat tergantung pada kehendak dan niat suami-istri yang melaksanakan
perkawinan tersebut, oleh karena itu dalam suatu perkawinan diperlukan cinta
lahir bathin antara pasangan suami istri.1 Perkawinan merupakan suatu perjanjian
perikatan antara laki laki dan perempuan, dalam hal ini perkawinan merupakan
perjanjian yang sakral untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
menyebutkan, Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

1
Abdul Manan, Aneka masalah Hukum Materil dalam Praktek Peradilan Agama,
(Jakarta: Pustaka Bangsa, 2003), hlm.1.
ERY NOOR|2

seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah


tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Undang-
undang Nomor 1 tahun 1974 terdapat beberapa asas dan prinsip serta rukun dan
syarat perkawinan. Sehingga dapat terciptanya sebuah kehidupan rumah tangga
yang bahagia dan sejahtera.
Dalam melangsungkan perkawinan hal yang pertama menjadi kewajiban
calon suami disebutkan dalam Pasal 30 Kompilasi Hukum Islam, Calon mempelai
pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk
dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak. Mahar dalam ajaran Islam
merupakan hak calon mempelai wanita. Oleh karena itu, bentuk dan jenis mahar
ditentukan oleh calon istri (mempelai wanita) bukan oleh walinya, kemudian
disepakati oleh kedua belah pihak. Namun, tidak mengapa apabila mempelai
wanita tersebut berunding dengan walinya untuk menentukan berapa besar,
bentuk dan jenis mahar tersebut. Meski demikian, keputusan terakhir tetap di
tangan mempelai wanita. Oleh karena mahar adalah hak si wanita, maka si wali
ataupun yang lainnya tidak boleh mengambil seluruh atau sebagian jumlah mahar
tersebut tanpa ada izin dari mempelai wanita. Kompilasi Hukum Islam Pasal 32
menyebutkan, Mahar diberikan langsung kepada calon mempelai wanita, dan
sejak itu menjadi hak pribadinya. Selanjutnya pada Pasal 33 Kompilasi Hukum
Islam menegaskan :
(1) Penyerahan mahar dilakukan dengan tunai.
(2) Apabila calon mempelai wanita menyetujui, penyerahan mahar boleh
ditangguhkan baik untuk seluruhnya atau untuk sebagian.
Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 14 yang termasuk rukun perkawinan
adalah :
1. Calon suami;
2. Calon istri;
3. Wali nikah;
4. Dua orang saksi;
5. Ijab dan Kabul.
Membayar mahar, memang hal ini bukanlah suatu syarat atau rukun dalam
perkawinan, tetapi mahar ini merupakan suatu kewajiban yang harus diberikan
ERY NOOR|3

oleh suami kepada istri. Sebagaimana dalam firman Allah Swt,³%HULkanlah maha)
kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan,
kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu
dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan)
yang sedap lagi baik akibatnya. ". (QS. An-Nisa : 4)
Dilihat dari ayat di atas Allah SWT telah memerintahkan, pada suami-
suami untuk membayar mahar pada istrinya. Karena perintah tersebut tidak di
sertai dengan qarinah (tanda) kepada hukum sunnat atau mubah, maka ia
menghendaki kepada makna wajib.2 Jadi mahar adalah wajib bagi suami terhadap
isterinya, karena tidak ada qarinah yang memalingkan dari makna wajib kepada
makna yang lain.
Hadist Rasulullah SAW sebagai dalil yang menyatakan bahwa mahar
adalah suatu kewajiban yang harus di pikul setiap calon suami yang akan
menikahi calon istrinya.
³'DUL 6DKO ELQ 6DL¶GL VHVXQJJXKQ\D 5DVXOXOODK 6$: NHGDWDQJDQ WDPX
VHRUDQJ ZDQLWD \DQJ PHQJDWDNDQ´<D 5DVXOXOODK VHVXQJJXKQ\D DNX VHUDKNDQ
GLULNX NHSDGDPX´ /DOX ZDQLWD LQL EHUGLUL FXNXS ODma sekali. Kemudian tampil
seorang laki-ODNL GDQ EHUNDWD ³ \D 5DVXOXOODK 6$: QLNDKNDQODK DNX GHQJDQQ\D
MLND PHPDQJ HQJNDX WDN DGD PLQDW NHSDGDQ\D´ 5DVXOXOODK 6$: ODOX EHUWDQ\D
apakah kamu mempunyai sesuatu yang bisa di berikan sebagai mas kawin
kepadanyD" ³ODNL-ODNL LWX PHQMDZDE ³VD\D WLGDN PHPSXQ\DL DSD-apa kecuali kain
VDUXQJ \DQJ VD\D SDNDL LQL´ 1DEL EHUNDWD ODJL ´ MLND VDUXQJ WHUVHEXW HQJNDX
berikan kepadanya, maka engkau akan duduk dengan tidak mengenakan kain
sarung lagi.Karena itu carilah yang lDLQ´ /DOX LD PHQFDUL WLGDN PHQGDSDWNDQ
VHVXDWX 1DEL EHUVDEGD ODJL NHSDGDQ\D ´&DULODK PHVNLSXQ KDQ\D VHEHQWXN FLQFLQ
GDUL EHVL´ /HODNL LWXSXQ PHQFRED PHQ\DULQ\D QDPXQ WLGDN PHQGDSDW DSD-apa.
Lalu Rasulullah bertanya lagi kepada laki-ODNL WDGL ´$SDNDK .DPX hapal sedikit
saja ayat ayat Al-Quran´ /DNL-ODNL LWX PHQMDZDE ´7HQWX VDMD DNX KDSDO VXUDK LQL
GDQ VXUDK LQL´ $GD EHEHUDSD VXUDW \DQJ LD VHEXWNDQ /DOX 5DVXOXOODK 6$:

2
Mohammadar, $QDOLVLV 3HQGDSDW ,PDP 6\DIL¶L 7HQWDQJ 0DKDU 0XTDGGDP, diakses
tanggal 14 April 2016, http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1-2006-
mohammadar-1591-bab4_219-2.pdf
ERY NOOR|4

EHUVDEGD NHSDGDQ\D ´.DODX EHJLWX DNX QLNDKNDQ NDPX GHQJDQQ\D GHQJDQ


maskawin surat Al-Quran \DQJ NDPX KDIDO´ 'LULZD\DWNDQ ROHK $W-Tirmidzi)3
Mengenai mahar terhutang sampai terjadi perceraian, kasus ini pernah
WHUMDGL GL .DEXSDWHQ %LUHXHQ \DQJ GLSXWXV ROHK 0DKNDPDK 6\DU¶L\DK %LUHXHQ
pada tahun 2013, yaitu Putusan Nomor : 178/Pdt-G/2013/MS-Bir
Berdasarkan uraian di atas, dalam sebuah perkawinan mahar suatu syarat
yang wajib di penuhi atau diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita.
Terhadap mahar yang terhutang dan belum dilunasi yang telah ditentukan pada
saat akad nikah merupakan suatu permasalahan dalam perkawinan. Hal ini
menjadi salah satu alasan yang melatarbelakangi penelitian dengan judul
³$QDOLVLV <XULGLV 7HUKDGDS 0DKDU <DQJ 7HUKXWDQJ 6DPSDL 7HUMDGL 3HUFHUDLDQ
6WXGL 3XWXVDQ 0DKNDPDK 6\DU¶L\DK %LUHXHQ 1RPRU 3G-G/2013/MS-%LU ´
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang merupakan permasalahan
yang menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah :
1. Bagaimana keabsahan perkawinan ditinjau dari Hukum Islam apabila mahar
masih terhutang?
2. Apakah faktor faktor yang menyebabkan suami yang maharnya masih
terhutang?
3. Bagaimanakah pertimbangan hukum hakim dalam mengadili perkara
perceraian dengan tuntutan hutang mahar GDODP SXWXVDQ 0DNDPDK 6\DU¶L\DK
Bireuen : 178/Pdt-G/2013/MS-Bir?
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keabsahan perkawinan ditinjau dari hukum Islam apabila
mahar masih terhutang
2. Untuk mengetahui faktor faktor yang menyebabkan suami yang maharnya
masih terhutang.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah pertimbangan hukum hakim dalam
mengadili perkara perceraian dengan tuntutan hutang mahar dalam putusan
0DNDPDK 6\DU¶L\DK %LUHXHQ 3GW-G/2013/MS-Bir?

3
Abu Isa Muhammad Ibn,Surah At-Tirmidzi,Sunan Al- Tirmidzi,(Muhammad Jamin
Al-$¶WKDU %DLUXW-Lebanon: Dar Al-fikr Juz 2), hlm. 360-361
ERY NOOR|5

II. Metode Penelitian


Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memperoleh data dengan
kegunaan dan tujuan tertentu. Jadi setiap penelitian yang dilakukan itu memiliki
kegunaan serta tujuan tertentu. Umumnya tujuan dari penelitian itu dengan
bersifat penemuan, bersifat pembuktian dan bersifat pengembangan.4
Secara umum data yang didapat dari suatu penelitian bisa digunakan
untuk memecahnya, memahami serta untuk mengantisipasi masalah. Maksudnya
memahami disini yaitu memperjelas informasi atau masalah yang sebelumnya
tidak diketahui dan kemudian menjadi tahu. Sedangkan memecahkan maksudnya
meminimalkan atau menghilangkan masalah sementara mengantisipasi adalah
agar tidak terjadi lagi masalah. Maka dengan ini penulis menggunakan metode
penelitian.
Penelitian ini mengunakan jenis penelitian Hukum dengan metode
pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum dokriner yang mengacu pada
norma-norma hukum,5 yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
Hukum Islam, pendekatan ini digunakan untuk mengkaji secara mendalam
tentang analisis yuridis terhadap mahar yang terhutang sampai terjadi perceraian
melalui Undang-undang yang berlaku dan analisa kasus yang ada di Mahkamah
6\DU¶L\DK %LUHXHQ.
Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, maksudnya dari
penelitian ini diharapkan memperoleh gambaran secara rinci dan sistematis
tentang permasalahan yang di teliti. Analisis dimaksud berdasarkan gambaran,
fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab
Permasalahan,6 dan penyusunan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kualitatif.

III. Hasil Penelitian


Pemberian mahar suami sebagai lambang kesungguhan suami terhadap
istri. Selain itu ia mencerminkan kasih sayang dan kesediaan suami hidup bersama

4
Informasi Pendidikan, Definisi Metode Pendidikan, diakses pada tanggal 30 Maret
2016,http://www.informasi-Pendidikan.com/2013/08/definisi-metode-penelitian.html
5
Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum,(PT. Ghalia Indonesia, Semarang, 1996).
hlm.13.
6
6XPDU\DWL +DUWRQR 3HQHOLWLDQ +XNXP ,QGRQHVLD3DGD $NKLU $EDG .H
%DQGXng:Alumni,1994)hlm.101
ERY NOOR|6

istri serta sanggup berkorban demi kesejahteraan rumah tangga dan keluarga.
Mahar juga merupakan penghormatan seorang suami terhadap istri. Walau
bagaimana pun mahar tidaklah merupakan rukun nikah atau syarat sahnya suatu
pernikahan. Kompilasi Hukum Islam pasal 34 ayat (1) disebutkan, kewajiban
menyerahkan mahar bukan merupakan rukun dalam perkawinan dan selanjutnya
dalam pasal (2) di sebutkan Kelalaian menyebutkan jenis dan jumlah mahar pada
waktu akad nikah, tidak menyebabkan batalnya perkawinan, begitu pula halnya
dalam keadaan mahar masih terhutang, tidak mengurangi sahnya perkawinan.
Perkawinan dengan mahar terhutang dalam pandangan Islam dibolehkan,
perkawinan tetap sah, apabila telah memenuhi rukun dan syarat perkawinan,
mahar bukanlah rukun dan syarat sahnya perkawinan., tetapi sunah kalau
membayar kontan sebagian, seperti diterangkan dalam hadist, yang diriwayatkan
Ibnu Abas bahwa Nabi Muhammad Saw, melarang Ali mengumpuli Fatimah
sampai ia memberikan sesuatu kepadanya. Lalu jawabanya: ´ saya tidak punya
apa-DSD´ Maka sabdanya: ³'LPDQDNDK baju besi "´ lalu di berikanlah baju besi
itu kepada Fatimah (H.R Abu 'DXG 1DVD¶, dan hakim). Abu Daud dan Ibnu
Majah meriwayatkan, ³GDUL Aisyah, ia berkata: ´ Rasulullah menyuruh saya
memasukkan perempuan kedalam tanggungan suaminya sebelum ia membayar
sesuatu (maharnya). Hadist ini menunjukkan bahwa boleh mencampuri
istri sebelum diberi mahar sedikitpun.
Mahar yang belum ditunaikan penyerahannya menjadi hutang calon
mempelai pria, terdapat dalam Pasal 33 KHI. Kewajiban menyerahkan mahar
bukan merupakan rukun dalam perkawinan. Kelalaian menyebut jenis dan jumlah
mahar pada waktu akad nikah, tidak menyebabkan batalnya perkawinan, diatur
dalam Pasal 34 KHI. Begitu pula halnya dalam keadaan mahar masih terutang,
tidak mengurangi sahnya perkawinan. Kedudukan mahar dalam perkawinan yaitu
suatu kewajiban bagi suami untuk diberikan kepada istrinya dan sebagai syarat.
Penyerahan mahar itu pada dasarnya tunai, namun dapat ditangguhkan/
dihutangkan pembayarannya apabila kedua belah pihak mempelai
menyepakatinya
Mahar merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi oleh calon suami
untuk melangsungkan perkawinan dan merupakan lambang kesungguhan suami
ERY NOOR|7

terhadap istri, dengan membayar mahar mengisyaratkan kejujuran dan


kesungguhan suami untuk menikahi istri, Yang merupakan upah atau ongkos
untuk dapat menggauli isterinya secara halal. Para ulama telah sepakat
bahwa mahar hukumnya wajib bagi seorang laki-laki yang hendak menikah.
Kewajiban menyerahkan mahar bukan merupakan rukun dalam perkawinan
begitu juga hal kelalaian dalam menyebut jenis dan jumlah mahar pada waktu
akad nikah tidak menyebabkan batalnya perkawinan, begitu pula halnya dalam
keadaan mahar masih terhutang, tidak mengurangi sahnya perkawinan. Dalam hal
mahar masih terhutang, faktor faktor penyebab suami tidak membayar mahar.
1. Alasan ekonomi
Sebagian orang yang mempunyai rizqi yang lebih tentu tidak keberatan
memenuhi syarat yang diberikan. Tapi bagi orang yang mempunyai ekonomi
rendah dan syarat yang diberikan terlalu tinggi, maka pasti tidak sanggup untuk
memenuhinya. Sehingga sebuah aqad pernikahan yang suci, tulus penuh kerelaan
tidak terlaksana karena materi, kalaupun terlaksana akan menimbulkan hutang
mahar. Padahal, dalam pasal 31 Kompilasi Hukum Islam menekankan segi-segi
kesederhanaan dan kemudahan.
Syarat dalam urusan mahar itu diperbolehkan asalkan sesuai dengan asas
kesederhanaan dan kesepakatan kedua belah pihak serta dilaksanakan dengan
penuh keikhlasan. Keputusan dari mempelai perempuan adalah yang terpenting,
karena dia yang berhak atas mahar dan yang menjalankan kehidupan rumah
tangga.
Bagi masyarakat Aceh mahar merupakan syarat mutlak bagi orang yang
melangsungkan perkawinan. hal ini sesuai dengan aturan agama Islam dimana
pihak laki-laki diharuskan membayar mahar kepada calon istri. Jumlah mahar
tersebut biasanya ditentukan menurut jumlah Mahar dari kakaknya yang
terdahulu. Apabila anak yang dinikahkan itu anak pertama, maka ukuran mahar
menurut kebiasaan yang berlaku dalam kerabat yang sesuai dengan tingkat sosial
ekonominya.7

7
Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo,Budaya Masyarakat Aceh, (Badan Perpustakaan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,2004)hlm.114.
ERY NOOR|8

2. Alasan sosial-budaya
Mengenai mahar di Aceh, nilai mahar di Aceh merupakan simbol
kehormatan dan gengsi keluarga baik dari pihak wanita maupun pihak lelaki. Bagi
pihak wanita, tingginya nilai mahar menunjukkan kedudukan sosial keluarga
wanita tersebut. Nilai mahar yang menjadi standar adat Aceh bagi seorang wanita
adalah sepuluh mayam emas. Nilai ini tidak termasuk ke dalam seserahan atau
hantaran lainnya yang berupa keperluan hidup sehari-hari si wanita, seperti
makanan, pakaian, sepatu, tas, kosmetika dan sebagainya.
Pada umumnya kewajiban membayar mahar, dalam masyarakat Aceh.
mahar dibebankan kepada orang tua pengantin laki-laki, apabila perkawinan itu
berlangsung untuk pertama kalinya. Dalam hal orang tua pengantin telah
almarhum, kewajiban itu beralih kepada keluarga, terutama mareka yang termasuk
dalam jalur wali mempelai laki laki.8
3. Alasan pendidikan
7XMXDQ V\DUD¶ VHFDUD XPXP GDODP PHQHWDSNDQ KXNXP-hukum Allah
adalah untuk kemaslahatan manusia seluruhnya, baik kemaslahatan di dunia yang
fana ini, maupun kemaslahatan di akhirat (kekal) kelak. Salah satu bidang hukum
Islam yang termasuk dalam muamalat adalah ahwal al-syakhsiyah, yakni hukum
yang menyangkut dan mengatur tentang masalah keluarga. fiqih muamalah
mengatur hubungan antara manusia dengan semuanya, seperti perikatan,
hubungan perkawinan, sanksi hukum dan aturan lain, agar terwujud ketertiban dan
keadilan, baik secara perorangan maupun kemasyarakat.
Mahar bagian pernikahan yang merupakan hak finasial perempuan dari
suami yang menikahinya, menunjukan kemuliaan wanita, laki-laki yang berusaha
mendapatkan wanita meskipun harus mengorbankan hartanya. Mahar dalam Al-
Quran diistilahkan dengan nihlah (pemberian dengan penuh kerelaan) bukan
sebagai pembayaran wanita. Allah SWT berfirman dalam surat Annisa ayat 4,
berilah mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan, kemudian mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu

8
_____________Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Istimewa Aceh,(pusat
Penelitian Sejarah Dan Budaya Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Proyek Penelitian Dan
Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1978/1979) hlm.59.
ERY NOOR|9

dengan senang hati maka makanlah (ambilah) pemberian itu sebagai makanan
yang sedap lagi baik akibatnya.
Uraian di atas menunjukan kurangnya pendidikan ( pengetahuan) suami
tentang mahar sehingga ada suami karena merasa maharnya telah diiklaskan sang
istri, kalaupun harus melunasi itu karena putusan Pengadilan, hal tersebut
dilakukan karena terpaksa bukan atas dasar kerelaan. Melaksanakan kewajiban
suami membayar mahar secara sukarela menunjukan kemuliaan kaum wanita
untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang seorang suami kepada istrinya,
lambang kesungguhan dalam melaksanakan kehidupan berumah tangga, karena
Islam meletakkan tanggung jawab kepada laki-laki.
Terhadap kasus penuntutan hutang mahar antara nyonya RM dengan tuan
EG tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dalam putusannya tertanggal 03
September 2013 nomor 178/Pdt.G/2013/MS-Bir, dalam amar putusannya Majelis
+DNLP 0DKNDPDK 6\DU¶\DK %LUHXHQ PHQJDEXONDQ WXQWXWDQ mahar nyonya RM
yang masih terhutang dan terhadap tuan EG, menjadi utang yang wajib dilunasi.
Pertimbangan Hakim bahwa, tidak benar tergugat meminjamkan emas dari
pengugat apa lagi sampai 10 manyam, yang ada emas mahar penggugat yang 10
manyam belum dibayar kepada penggugat, karena dulu telah diizikan oleh orang
tua penggugat (wali penggugat), maka penggugat tidak mau membayarnya.
Bahwa pada saat pelaksanaan nikah mahar penggugat formalitas saja/terhutang.
Tetapi oleh tergugat/keluarga tergugat sampai sekarang belum melunasi mahar
penggugat sebanyak 10 manyam emas.
Islam juga memberi hak kepada wanita untuk memegang urusannya,
termasuk dalam memanfaatkan mahar nya. Hal ini merupakan salah satu usaha
Islam untuk mengangkat harkat dan martabat wanita serta menghargai
kedudukannya. Karena pada zaman jahiliyyah hak perempuan telah dihilangkan
dan disia-siakan, sehingga walinya dengan semena-mena dapat menggunakan
harta (mahar) nya dan tidak memberikan kesempatan kepada wanita untuk
mengurus dan mempergunakan harta tersebut.
Pasal 32 KHI menyebutkan, mahar diberikan langsung kepada calon
mempelai wanita, dan sejak itu menjadi hak pribadinya. Salah satu dari sekian
banyak kehormatan dan kemuliaan yang diberikan Islam kepada kaum perempuan
ERY NOOR|10

adalah mahar, dimana pada masa jahiliyah mereka bahkan tidak mempunyai hak
kepemilikan. Kemudian Islam mengangkat derajat wanita dengan diwajibkannya
pemberian mahar dalam pernikahan, khusus untuk wanita yang akan dinikahi
tersebut, bukan untuk ayahnya, bukan untuk saudara terdekatnya, atau siapapun.
Oleh karena itulah tidak diperkenankan bagi siapapun untuk mengambil
seberapapun dari mahar tersebut tanpa seizinnya, karena mahar sudah menjadi
hak mutlak istri jika istri telah menerima maharnya, tanpa paksaan dan tipu
muslihat, lalu ia memberikan sebagian maharnya maka boleh diterima dan tidak
disalahkan jadi yang berhak mengiklaskan mahar baik sebagian atau seluruhnya
hanyalah istri tidak orang lain, Orang tua atau wali tidak berhak mengizikan atau
mengiklaskan mahar (seperti yang di ungkapkan tuan EG di persidangan). Firman
Allah SWT Allah berfirman dalam surah an-Nisa ayat 4 yang artinya Berikanlah
mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar
itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.
Pada dasarnya agama tidak membolehkan seorang laki-laki meminta
kembali mahar yang telah diberikan kepada isterinya. Karena, Allah Swt telah
berfirman di dalam surah An-Nisa ayat 20 Allah SWT berfirman yang artinya,
Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu
telah memberikan kepada seseorang diantara mereka harta yang banyak, maka
janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. apakah
kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan
(menanggung) dosa yang nyata.
Salah satu konsekuensi dari berakhirnya hubungan perkawinan terkait
dengan perkara ini dalam hukum Islam adalah pemenuhan hak mahar yang belum
dibayar oleh pihak suami. Dalam ketentuan hukum Islam, pemberian mahar yang
ditentukan tegas tentang jumlah dan jenis suatu barang yang dijadikan mahar
pada saat terjadi akad nikah disebut mahar musamma, mahar ini dapat dibayar
tunai bisa juga ditangguhkan sesuai persetujuan istri, tetapi apabila ditangguhkan
mahar, maka harus dibayarkan seluruhnya saat terjadinya perceraian. Oleh karena
dalam kasus ini perceraian terjadi setelah adanya hubungan suami-istri (ED¶GD
ERY NOOR|11

dukhul) maka pihak suami harus membayar seluruh sisa mahar yang
ditangguhkan. Allah berfirman dalam Al-4XU¶DQ Surah An-1DKO¶ ayat 91 yang
artinya Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya
sedangkan kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah
sumpahmu itu). Sesunggungnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
Sebagaimana dalam perkawinan memuat hak dan kewajiban antara suami
dan istri, demikian juga jika terjadi perceraian maka ada akibat hukum darinya,
hal ini untuk menjaga adanya keseimbangan dan keadilan. Salah satu tujuan
dibuat Undang undang adalah untuk melindungi hak hak istri sebab terjadi
perceraian yang tentunya peristiwa yang menyakitkan bagi wanita, seharusnya
tidak lagi membawa penderitaan, jika ia mendapatkan haknya yang seharusnya ia
dapat seperti hak mahar yang belum dilunasi suami.
Allah berfirman dalam Al-4XU¶DQ Surah An-1LVD¶ayat 58 yang artinya
³$SDELOD NDPX PHPXWXVNDQ SHUNDUD GLDQWDUD PDQXVLD PDND KHQGDNODK
memutuskannya dengan adil. Ayat ini memberi petunjuk hakim untuk
menempatkan pihak-pihak yang bersengketa dalam posisi yang sama. Mahar yang
idealnya menjadi hak milik nyonya RM, harus dilunasi meskipun tanpa
perceraian, putusan hakim tersebut telah memberi perlindungan dan peningkatan
martabat wanita memenuhi keadilan memperoleh hak maharnya, tujuan dari
proses Pengadilan adalah untuk menghasilkan hukum yang seadil-adilnya.

IV. Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
1. Keabsahan dari perkawinan dengan mahar terhutang dalam pandangan
Islam adalah perkawinan sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat
perkawinan. Kewajiban menyerahkan mahar bukan merupakan rukun
dalam perkawinan. Kelalaian menyebutkan jenis dan jumlah mahar pada
waktu akad nikah tidak menyebabkan batalnya perkawinan, begitu pula
halnya dalam keadaan mahar masih terhutang tidak menjadikan batalnya
perkawinan. Walau bagaimanapun hal tersebut tidak boleh ditiadakan
karena mahar merupakan pemberian wajib suami kepada istri. dengan
ERY NOOR|12

berlangsungnya akad nikah yang sah berlakulah kewajiaban membayar


mahar.
2. Faktor penyebab suami tidak membayar mahar, pertama alasan ekonomi
syarat mahar yang ditetapkan terlalu tinggi, calon suami berekonomi
rendah, perkawinan suci tulus dan penuh kerelaan terlaksana akan tetapi
menimbulkan hutang mahar. Kedua alasan sosial budaya, tingginya nilai
mahar dalam masyarakat Aceh menunjukan kedudukan sosial keluarga
wanita tersebut. Sehingga menghilangkan asas kesederhanaan dan
kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam, dan merupakan penyembab
timbulnya hutang mahar. Ketiga alasan pendidikan, Istri tidak pernah
menagih sehingga suami beranggapan bahwa istri tidak memerlukannya
dan merasa mahar telah diiklaskannya. Melunasi mahar kepada istri, tidak
periu menanti ditagih oleh sang istri. Bila suami sudah memiliki uang atau
barang untuk melunasi maharnya, ia wajib menyerahkannya disini terlihat
kurangnya pendidikan suami tentang kedudukan mahar dalam
perkawinan.
3. 3HUWLPEDQJDQ +DNLP 'DODP SHUNDUD &HUDL *XJDW 0DKNDPDK 6\DU¶L\DK
Bireuen : 178/Pdt-G/2013/MS-Bir. Salah satu konsekuensi dari
berakhirnya hubungan perkawinan terkait dengan perkara ini adalah
pemenuhan hak mahar yang belum diberikan oleh pihak suami sebesar 10
manyam kepada istri dengan pertimbangan, KHI Pasal 30, 32, 33, Dasar
kewajibnya menyerahkan mahar itu ditetapkan dalam Al-4XU¶DQ \DLWX
Surat An-Nisa ayat 4, 19, 21, dan surat Al-Baqarah ayat 237. Dalam
menyelesaikan persoalan sengketa mahar, Hakim membutuhkan kejujuran
dari para pihak yang berperkara. Mahar yang telah diucapkan dalam
proses pernikahan, tentunya didengar oleh orang-orang yang hadir dalam
acara tersebut (keluarga kedua mempelai mengetahuinya), dan telah dicatat
dalam buku kutipan akta nikah. dari keterangan pengugat tergugat dan
saksi serta ketentuan dalam Al-Quran dan KHI. Putusan hakim
menghukum Tergugat untuk membayar hutang mahar Penggugat sebanyak
10 (sepuluh) manyam emas atau 30 gram sudah tepat. Memenuhi rasa
keadilan dan perlindungan martabat wanita memperoleh hak maharnya.
ERY NOOR|13

B. Saran
1. Mahar adalah kewajiban suami melindungi dan memuliakan kaum wanita
dengan memberikan hak yang dimintanya, karena pemberian itu harus
diberikan secara ikhlas, sebaiknya mahar diberikan pada waktu akad nikah
dilangsungkan, sebagai lambang tanggung-jawab suami mengorbankan
hartanya untuk menafkahi isterinya, dengan demikian membuktikan
kesungguhan, kemampuan dan kewajiban calon suami untuk berumah-
tangga pertama kalinya, sebelum timbul kewajiban-kewajiban lain.
2. Perlunya memperhatikan faktor ekonomi suami dalam menentukan mahar,
ketentuan adat yang menentukan mahar terlalu tinggi tidak sesuai dengan
asas kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurkkan oleh ajaran Islam,
sehingga masyarakat lebih memakai adat sebagai patokan penentuan
mahar dari pada hukum Islam, tanpa memperhatikan keadaan ekonomi
mempelai pria. Diharapkan mempelai wanita dalam menetukan besarnya
mahar pernikahan harus disesuaikan dengan kemampuan suami agar tidak
terjadi sesuatu masalah setelah menikah. ³6HVXQJJXKQ\D SHUNDZLQDQ \DQJ
besar barakahQ\D DGDODK \DQJ SDOLQJ PXUDK PDKDUQ\D´
3. Mahar merupakan hak istri, agar hak-hak seorang istri benar-benar
terjamin, maka KHI yang merupakan Intruksi Presiden berkaitan tentang
mahar perlu di amandeman, kapan mahar tersebut harus diberikan, apabila
mahar tersebut hutang dan sanksi terhadap suami apabila tidak
dilaksanakan, karena selama ini apbila terjadi hutang mahar
pembayarannya dilakukan pada saat putusnya perkawinan baik itu karena
perceraian atau pun meninggalnya salah seorang pasangan.

Daftar Pustaka.
A. Buku-buku
Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Istimewa Aceh,(pusat Penelitian Sejarah
Dan Budaya Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Proyek Penelitian
Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1978/1979) hlm.59.

Abdul Manan, Aneka masalah Hukum Materil dalam Praktek Peradilan Agama,
(Jakarta: Pustaka Bangsa, 2003), hlm.1.

Abu Isa Muhammad Ibn,Surah At-Tirmidzi,Sunan Al- Tirmidzi,(Muhammad


Jamin Al-$¶WKDU %DLUXW-Lebanon: Dar Al-fikr Juz 2), hlm. 360-361
ERY NOOR|14

Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum,(PT. Ghalia Indonesia, Semarang,


1996). hlm.13.

Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo,Budaya Masyarakat Aceh, (Badan


Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,2004)hlm.114.

6XPDU\DWL +DUWRQR 3HQHOLWLDQ +XNXP ,QGRQHVLD3DGD $NKLU $EDG .H


%DQGXng:Alumni,1994)hlm.101
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
Kepres No.11 Tahun 2003 7HQWDQJ 0DNDPDK 6\DU¶L\DK 'DQ 0DNDPDK
6\DU¶L\DK 3URYLQVL GL 3URYLQVL 1DQJJURH $FHK
C. Media lain
Informasi Pendidikan, Definisi Metode Pendidikan,http://www.informasi-
Pendidikan.com/2013/08/definisi-metode-penelitian.html
Mohammadar, $QDOLVLV 3HQGDSDW ,PDP 6\DIL¶L 7HQWDQJ 0DKDU 0XTDGGDP,
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1-2006-
mohammadar-1591-bab4_219-2.pdf

Anda mungkin juga menyukai