Bab I
Bab I
kesehatan di negara manapun di dunia termasuk di negara-negara ASEAN. Obat tradisional yang sering
lebih diterima secara budaya oleh masyarakat dibandingkan dengan obat konvensional. Salah satunya
yaitu belimbing wuluh. Tanaman belimbing wuluh, umumnya ditanam dipekarangan, banyak
digunakan sebagai bumbu masakan maupun sebagai peneduh di halaman rumah. Oleh
massyarakat tradisional, tanaman ini sudah lama dikenal sebagai tanaman obat. Buah belimbing
wuluh dapat juga digunakan sebagai obat menurunkan tekanan darah tinggi, gusi berdarah, jerawat
Di dalam penelitian kali ini, digunakan tanaman obat tradisional yang sudah sangat dikenal yaitu
belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L. ). Peneliti memilih tanaman obat tradisional jenis ini karena
tanaman ini mudah didapatkan, banyak orang yang mengenal tanaman ini, namun masih sedikit
penelitian lebih lanjut mengenai khasiatnya. Tanaman belimbing wuluh dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari hari. Bagian yang dapat digunakan diantaranya bunga, buah, daun dan batangnya.
Bunga belimbing wuluh digunakan sebagai obat batuk dan sariawan. Buah belimbing wuluh selain
digunakan sebagai bumbu masak juga dapat digunakan sebagai obat menurunkan tekanan darah
tinggi, gusi berdarah, jerawat dan batuk. Daun belimbing wuluh selain digunakan sebagai penyedap
rasa juga dapat digunakan sebagai obat batuk, obat kompres pada sakit gondokan dan obat rematik,
antidiare, sedangkan batang belimbing wuluh dapat digunakan sebagai obat sakit perut (Atang, 2009).
Menurut (Pendit, dkk 2015) menyatakan bahwa buah belimbing wuluh mengandung
tanin, sulfur, asam format, flavonoid, dan triterpenoid. Adapun dari buah belimbing wuluh yang
mempunyai zak aktif flavonoid sebagai zat antibakterial. Salah satu penyebab penyakit infeksi kulit dari
bakteri Staphyococcus aureus. adalah jerawat. Dimana jerawat merupakan salah satu masalah terbesar
bagi remaja dan pra dewasa untuk tingkat kepercayaan diri mereka. Menurut penelitian Sabir tahun
2005 menjelaskan bahwa senyawa flavonoid memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri
dengan beberapa mekanisme yang berbeda, antara lain flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan
permeabilitas dinding bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan
DNA bakteri.
Ada pun kandungan lain yang terdapat di dalam buah belimbing wuluh yaitu tannin.
Tanin merupakan senyawa yang dapat mengikat dan mengendapkan protein berlebih dalam
tubuh, pada bidang pengobatan tanin digunakan sebagai obat diare. Biasanya zat antibakteri
alami tanin, sulfur, asam format, alkaloid, flavonoid, saponin dan triterpenoid merupakan
kandungan dari belimbing wuluh yang dapat dipertimbangkan sebagai antibakteri. Hasil uji
skrining fitokimia pendahuluan terhadap ekstrak kental metanol buah belimbing diketahui
positif mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan minyak atsiri dengan
senyawa fenol, dimana senyawa fenol dapat bersifat fungistatik atau antijamur (Yulianingtyas
Ekstrak etanol dari buah belimbing menunjukkan uji positif pada pengujian flavanoid dan
terpenoid yang bersifat aktif sebagai antimikroba. Senyawa flavonoid merupakan salah satu
antimikroba yang bekerja dengan menganggu fungsi membran sitoplasma (Fahrunnida, 2015).
salmonicida smithia. Konsentrasi terbaik sari buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang
menghambat pertumbuhan bakteri A.salmonicida smithia adalah 0,125 gr/ml, karena pada
konsentrasi tersebut cukup peka bila dibandingkan dengan ampicillin (Prayogo dkk, 2011).
Adapun sediaan yang akan dibuat untuk ekstrak tersebut adalah nanoemulsi.
transparan atau translucent dan memiliki perpanjangan lama pengendapan disebabkan karena
resultan gaya kebawah akibat gravitasi sudah berkurang, hal ini disebabkan massa tiap partikel
dan peningkatan luas permukaan total yang signifikan menghasilkan interaksi tolak menolak
antar partikel yang besar dan muncul fenomena gerak brown mempunyai tingkat solubilisasi
yang tinggi sehingga dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kulit, selain itu kelebihan lain
dari nanoemulsi yaitu adanya peningkatan afinitas dari sistem karena peningkatan luas
permukaan kontak pada jumlah yang sama (Kawashima, 2000). Adapun metode yang akan
Optimasi dengan metode simplex lattice design bertujuan untuk menentukan konsentrasi bahan
yang tepat sehingga akan diperoleh formula yang memiliki sifat fisik yang optimum dan respon
yang diterima oleh konsumen. Metode Simplex Lattice Design (SLD) dapat digunakan untuk
optimasi formula pada berbagai jumlah komposisi bahan yang berbeda sehingga menghasilkan
formula optimum yang memiliki sifat-sifat fisik yang diharapkan. Metode ini cepat dan praktis
karena dapat menghindarkan penentuan formula secara coba-coba (trial and error). Berdasarkan
uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai FORMULASI
NANOEMULSI EKSTRAK BELIMBING WULUH : OPTIMASI DAN
KARAKTERISASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
SIMPLEX LATTICE DESIGN (SLD)
dengan tiga komponen bahan yang akan dioptimasi.