Anda di halaman 1dari 3

Dalam hal pelayanan kesehatan, obat tradisional dapat menjadi bagian penting dari sistem

kesehatan di negara manapun di dunia termasuk di negara-negara ASEAN. Obat tradisional yang sering

lebih diterima secara budaya oleh masyarakat dibandingkan dengan obat konvensional. Salah satunya

yaitu belimbing wuluh. Tanaman belimbing wuluh, umumnya ditanam dipekarangan, banyak

digunakan sebagai bumbu masakan maupun sebagai peneduh di halaman rumah. Oleh

massyarakat tradisional, tanaman ini sudah lama dikenal sebagai tanaman obat. Buah belimbing

wuluh dapat juga digunakan sebagai obat menurunkan tekanan darah tinggi, gusi berdarah, jerawat

dan batuk. (Atang, 2009).

Di dalam penelitian kali ini, digunakan tanaman obat tradisional yang sudah sangat dikenal yaitu

belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L. ). Peneliti memilih tanaman obat tradisional jenis ini karena

tanaman ini mudah didapatkan, banyak orang yang mengenal tanaman ini, namun masih sedikit

penelitian lebih lanjut mengenai khasiatnya. Tanaman belimbing wuluh dapat dimanfaatkan dalam

kehidupan sehari hari. Bagian yang dapat digunakan diantaranya bunga, buah, daun dan batangnya.

Bunga belimbing wuluh digunakan sebagai obat batuk dan sariawan. Buah belimbing wuluh selain

digunakan sebagai bumbu masak juga dapat digunakan sebagai obat menurunkan tekanan darah

tinggi, gusi berdarah, jerawat dan batuk. Daun belimbing wuluh selain digunakan sebagai penyedap

rasa juga dapat digunakan sebagai obat batuk, obat kompres pada sakit gondokan dan obat rematik,

antidiare, sedangkan batang belimbing wuluh dapat digunakan sebagai obat sakit perut (Atang, 2009).

Menurut (Pendit, dkk 2015) menyatakan bahwa buah belimbing wuluh mengandung

tanin, sulfur, asam format, flavonoid, dan triterpenoid. Adapun dari buah belimbing wuluh yang

mempunyai zak aktif flavonoid sebagai zat antibakterial. Salah satu penyebab penyakit infeksi kulit dari

bakteri Staphyococcus aureus. adalah jerawat. Dimana jerawat merupakan salah satu masalah terbesar

bagi remaja dan pra dewasa untuk tingkat kepercayaan diri mereka. Menurut penelitian Sabir tahun

2005 menjelaskan bahwa senyawa flavonoid memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri
dengan beberapa mekanisme yang berbeda, antara lain flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan

permeabilitas dinding bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan

DNA bakteri.

Ada pun kandungan lain yang terdapat di dalam buah belimbing wuluh yaitu tannin.

Tanin merupakan senyawa yang dapat mengikat dan mengendapkan protein berlebih dalam

tubuh, pada bidang pengobatan tanin digunakan sebagai obat diare. Biasanya zat antibakteri

alami tanin, sulfur, asam format, alkaloid, flavonoid, saponin dan triterpenoid merupakan

kandungan dari belimbing wuluh yang dapat dipertimbangkan sebagai antibakteri. Hasil uji

skrining fitokimia pendahuluan terhadap ekstrak kental metanol buah belimbing diketahui

positif mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan minyak atsiri dengan

kemungkinan kandungan utamanya adalah flavonoid. Flavonoid merupakan golongan terbesar

senyawa fenol, dimana senyawa fenol dapat bersifat fungistatik atau antijamur (Yulianingtyas

& Kusmartono, 2016).

Ekstrak etanol dari buah belimbing menunjukkan uji positif pada pengujian flavanoid dan

terpenoid yang bersifat aktif sebagai antimikroba. Senyawa flavonoid merupakan salah satu

antimikroba yang bekerja dengan menganggu fungsi membran sitoplasma (Fahrunnida, 2015).

Sari buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) menghambat pertumbuhan bakteri A.

salmonicida smithia. Konsentrasi terbaik sari buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang

menghambat pertumbuhan bakteri A.salmonicida smithia adalah 0,125 gr/ml, karena pada

konsentrasi tersebut cukup peka bila dibandingkan dengan ampicillin (Prayogo dkk, 2011).

Adapun sediaan yang akan dibuat untuk ekstrak tersebut adalah nanoemulsi.

Nanoemulsi mempunyai beberapa kelebihan yaitu stabil secara termodinamik, relatif

transparan atau translucent dan memiliki perpanjangan lama pengendapan disebabkan karena

resultan gaya kebawah akibat gravitasi sudah berkurang, hal ini disebabkan massa tiap partikel
dan peningkatan luas permukaan total yang signifikan menghasilkan interaksi tolak menolak

antar partikel yang besar dan muncul fenomena gerak brown mempunyai tingkat solubilisasi

yang tinggi sehingga dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kulit, selain itu kelebihan lain

dari nanoemulsi yaitu adanya peningkatan afinitas dari sistem karena peningkatan luas

permukaan kontak pada jumlah yang sama (Kawashima, 2000). Adapun metode yang akan

digunakan ialah metoda Simplex Lattice Design.

Optimasi dengan metode simplex lattice design bertujuan untuk menentukan konsentrasi bahan
yang tepat sehingga akan diperoleh formula yang memiliki sifat fisik yang optimum dan respon
yang diterima oleh konsumen. Metode Simplex Lattice Design (SLD) dapat digunakan untuk
optimasi formula pada berbagai jumlah komposisi bahan yang berbeda sehingga menghasilkan
formula optimum yang memiliki sifat-sifat fisik yang diharapkan. Metode ini cepat dan praktis
karena dapat menghindarkan penentuan formula secara coba-coba (trial and error). Berdasarkan
uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai FORMULASI
NANOEMULSI EKSTRAK BELIMBING WULUH : OPTIMASI DAN
KARAKTERISASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
SIMPLEX LATTICE DESIGN (SLD)
dengan tiga komponen bahan yang akan dioptimasi.

Anda mungkin juga menyukai