Anda di halaman 1dari 18

Aplikasi Teori Patient Safety di Unit Pelayanan Kesehatan Era Pandemi Covid-19

Oleh

1. I Gusti Agung Wibawa (18089014061)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


S1 KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
untuk memenuhi mata kuliah K3 dengan judul ” Aplikasi Teori Patient Safety di unit
Pelayanan Kesehatan Era Pandemi Covid-19” Penulisan ini di maksudkan untuk
melengkapi tugas-tugas yang sudah diberikan kepada kami.

Dengan menyelesaikan tugas ini tidak jarang penulis memenuhi kesulitan. Namun
penulis sudah berusah sebaik mungkin untuk menyelesaikannya, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca yang sifatnya membangun
untuk dijadikan bahan masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi lebih
baik lagi. Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya.

Bungkulan, 9 Mei 2020

Penyususn

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….. 1


2.1 Rumusan Masalah…………………………………………………. 2
3.1 Tujuan………………………………………………………………2
4.1 Manfaat……………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

2.1 Definisi coronavirus………………………………………………... 3


2.2 Karakteristik coronavirus…………………………………………... 3
2.3 Gejala coronavirus…………………………………………………..4
2.4 Patogeneis coronavirus……………………………………………...5
2.5 Patofisiologi coronavirus……………………………………………5
2.6 Pathway COVID-19…………………………………………………7
2.7 Gejala Klinis………………………………………………………...8
2.8 Klasifikasi klinis…………………………………………………….8
2.9 Tatalaksana………………………………………………………….9
2.10 Definisi Patien Safety……………………………………………….10
2.11 Tujuan Patient Safety………………………………………………. 11
2.12 Aplikasi Patient Safety Era Pandemic Covid-19……………………11
2.13 Prinsip Pencegahan dan Strategi Pengendalian Secara Umum…….. 13

BAB III PENUTUP......................................................................................14

3.1 Kesimpulan.........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius


yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah
44 pasien dan terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus. Pada awalnya data
epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood
atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti
dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru,
diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020, World
Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severa acute respiratory syndrome
coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019
(COVID-19). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat
melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu.
Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu
pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”. Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi
pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini virus ini dengan
cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Coronavirus ?


1.2.2 Bagaimanakah Karekteristik Coronavirus ?
1.2.3 Bagaimanakah Gejala Virus Corona (COVID-19) ?
1.2.4 Bagaimana Patogenesis Coronavirus ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi Coronavirus ?
1.2.6 Bagaimanakah Pathway Covid-19

iv
1.2.7 Bagaimana Gejala Klinis
1.2.8 Bagaimana Klasifikasi Klinis
1.2.9 Bagaimana Tatalaksana
1.2.10 Bagaimana Definisi Patient Safety
1.2.11 Bagaimana Tujuan Sistem Patient Safety
1.2.12 Bagaimana Aplikasi Patient Safety Era Pandemic Covid-19
1.2.13 Bagaimana Prinsip Pencegahan dan Strategi Pengenalian Secara Umum

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi Coronavirus


1.3.2 Untuk mengetahui Karekteristik Coronavirus
1.3.3 Untuk mengetahui Gejala Virus Corona (COVID-19)
1.3.4 Untuk mengetahui Patogenesis Coronavirus
1.3.5 Untuk mengetahui Patofisiologi Coronavirus
1.3.6 Untuk mengetahui Pathway Covid-19
1.3.7 Untuk mengetahui Gejala klinis
1.3.8 Untuk mengetahui Klasifikasi klinis
1.3.9 Untuk mengetahui Tatalaksana
1.3.10 Untuk mengetahui Definisi Patient Safety
1.3.11 Untuk mengetahui Aplikasi Patient Safety Era Pandemic Covid-19
1.3.12 Untuk mengetahui Prinsip Pencegahan dan Strategi Pengendalian Secara
Umum

1.4 Manfaat

Bagi pembaca agar bisa menambah pengetahuan terhadap Coronavirus

Untuk mengetahui

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Coronavirus

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik
genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus
dan gamma coronavirus.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada
banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun,
virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru
(pneumonia).

Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus
penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari
kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan
SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.

2.2 Karekteristik

Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik
dengan diameter sekitar 50-200m.5 Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak
bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang.12 Struktur
coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan
virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan

vi
merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan
dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang)

Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan
oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter,
alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform.
Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.

2.3 Gejala Virus Corona (COVID-19)

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu
demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat
hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa
mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada.
Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.

Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona,
yaitu:

 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)


 Batuk kering
 Sesak napas

Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih
jarang, yaitu:

 Diare
 Sakit kepala
 Konjungtivitis
 Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau
 Ruam di kulit

vii
Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu
setelah penderita terpapar virus Corona.

2.4 Patogenesis

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus


menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan
penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut
dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak
hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit
menular tertentu.

Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk
Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe
acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS).
Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru
ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka sebagai host alamiah.

2.5 Patofisiologi

Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel manusia.
Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang
mambantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang.
Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan
genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.

severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor


angiotensin converting enzyme 2 (ACE2), yang ditemukan pada traktus respiratori bawah
manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus
melekat pada reseptor ACE2 pada pernukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi

viii
sebagai pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi
dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.

Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang.
RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk kompleks
replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis
subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.

Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid, dan
glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian akan berfusi
ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-
virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit
T, dan traktus respiratori bawah, yang kemudian menyebakan gejala pada pasien.

ix
2.6 Pathway covid 19

x
2.7 Gejala Klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38˚C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain
itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti
diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu.
Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik,
asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi
dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak
disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian
kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal

2.8 Klasifikasi Klinis

Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.

a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul erupa gejala yang
tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai
dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai
dengan batuk atau susah bernapas
c. Pneumonia berat
Pada pasien dewasa
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar. 26

xi
Kriteria definisi Severe Community-acquired Pneumonia (CAP) menurut
Diseases Society of America/American Thoracic Society.
Pada pasien anak-anak:
Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi berikut:
- Sianosis central atau SpO2 <90%
- Distress napas berat (retraksi dada berat)
- Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum; letargi
atau penurunan kesadaran; atau kejang)

d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui
kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia.
Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi fraksi oksigen
inspirasi (FIO₂) kurang dari< 300 mmHg.

2.9 Tatalaksana

1. Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan
maupun sedang. Pasien bed-rest dan hindari perpindahan ruangan atau pasien.

2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit

4. Suplementasi oksigen Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan SARI,
distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5l/menit
dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien
hamil.

5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat Pasien dengan distress napas yang gagal
dengan terapi standar oksigen termasuk gagal napas hipoksemia berat.

xii
6. Terapi cairan Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok Pasien
dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian
cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi.
Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit.

7. Pemberian antibiotik empiris

8. Terapi simptomatik Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan
lainnya jika memang diperlukan.

9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana pneumonia


viral atau ARDS selain ada indikasi lain.

10. Observasi ketat Kondisi pasien perlu diobservasi ketat terkait tanda-tanda
perburukan klinis, kegagalan respirasi progresif yang cepat, dan sepsis sehingga
penanganan intervensi suportif dapat dilakukan dengan cepat.

11. Pahami komorbid pasienKondisi komorbid pasien harus dipahami dalam tatalaksana
kondisi kritis dan menentukan prognosis. Selama tatalaksana intensif, tentukan
terapi kronik mana yang perlu dilanjutkan dan mana yang harus dihentikan
sementara.

2.10 Definisi patient safety

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko

xiii
Keselamatan petugas pelayanan kesehatan pun sangatlah penting dalam menjamin
semua petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien juga
memerlukan perlindungan terhadap infeksi/mikroorganisme dengan penggunaan Alat
Pelindung Diri

2.11 Tujuan Sistem Patient Safety

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit


2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan
KTD

2.12 Aplikasi patient safety pandemic covid-19

1. Triase
 Masker medis untuk pasien suspek
 Ruang isolasi atau area terpisah
 Jarak minimal 1 meter dari pasien lain
 Ajari etika batuk dan bersin
 Hand hygiene

2. Kewaspadaan Pencegahan transmisi droplet


 Gunakan masker medis jika bekerja dalam 1-2 meter dari pasien
 Satu ruang khusus atau disatukan dengan etiologi yang sama
 Jika etiologi tidak pasti, satu group pasien dengan diagnosis klinis sama dan
risiko epidemiologi sama, dengan pemisahan spasial

xiv
 Gunakan pelindung mata jika menangani dekat pasien
 Batasi aktivitas paesien keluar ruangan

3. Kewaspadaan Pencegahan kontak


 Mencegah dari area atau peralatan yang terkontaminasi
 Gunakan APD lengkap, dan lepas jika keluar
 Jika memungkinkan gubakan alat sekali pakai contoh stetoskop, termometer,
 Hindari mengkontaminasi daerah yang tidak secara langsung terkait
perawatan pasien seperti gagang pintu
 Ventilasi ruangan adekuat
 Hand hygiene
 Hindari pemindahan pasien

4. Kewaspadaan pencegahan Airborne ketika melakukan Prosedur alat saluran napas


 Seperti: suction, intubasi, bronkoskopi, RJP.
 APD lengkap mencakup sarung tangan, jubah, pelindung mata, masker N95
 Gunakan ruangan ventilasi tunggal jika memungkinkan , ruangan tekanan
negatif,
 Hindari keberadaan individu yang tidak dibutuhkan
 Setelah tindakan tatalaksana sesuai dengan tipe ruangannya

2.13 Prinsip pencegahan dan strategi pengendalian secara umum

xv
 Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan hand
sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60 %, jika air dan
sabun tidak tersedia.
 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
 Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
 Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau
segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.
 Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue
pada tempat yang telah ditentukan.
 Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering
disentuh.

BAB III

xvi
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus
adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus
ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Meski
disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki
beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran
dan keparahan gejala.

DAFTAR PUSTAKA

xvii
1. WHO. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report-1. Januari 21, 2020.
2. The Straits Times. China reports first death in Wuhan pneumonia outbreak
[Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th 2020. Available on:
https://www.straitstimes.com/asia/east-asia/china-reports-first-death-in-wuhan-
pneumonia-outbreak.
3. Centers for Disease Control and Prevention. Human Coronavirus types. Cited Feb
13rd 2020. Available on: https://www.cdc.gov/coronavirus/types.html
4. AFP, Institute Pasteur. How deadly coronavirus is transmitted from animals to
humans. [Homepage on The Internet]. cited Jan 28th 2020. Available on:
https://ewn.co.za/2020/01/23/how-the-deadly-coronavirus-is-transmitted-from-
animals-to-humans.
5. World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory
infection when novel coronavirus (2019-nCoV) infection is suspected. interim
guidance. [Serial on The Internet]. Cited Jan 30th 2020. Available on:
https://www.who.int/publications-detail/clinical-management-of-severe-acute-
respiratory-infection-when-novel-coronavirus-(ncov)-infection-is-suspected.
6. WHO. Global Surveillance for human infection with novel coronavirus (2019-
nCoV). [Serial on The Internet]. Cited Feb 3rd 2020. Available on:
(https://www.who.int/publications-detail/globalsurveillance-for-human-infection-
with-novelcoronavirus-(2019-ncov)
7. WHO. Infection prevention and control during health care when novel coronavirus
(nCoV) infection is suspected, interim guidance. [serial on The Internet]. cited Feb
2nd 2020. Available on:https://www.who.int/publications-detail/infection-
prevention-and-control-during-health-care-when-novel-coronavirus-(ncov)-
infection-is-suspected-20200125. (Jan 25th 2020)

xviii

Anda mungkin juga menyukai