Anda di halaman 1dari 12

R. A.

Mitha Aulia
04011281722078
A1
LI Skenario A Blok 28
Traumatologi Forensik

A. Definisi Traumatologi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas
jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Traumatologi adalah cabang
ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada
tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan
dengan luka adalah suatu keadaan ke-tidak-sinambungan jaringan tubuh akibat
kekerasan.

B. Penyebab Trauma
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang
bersifat:
1. Mekanik: Kekerasan oleh benda tajam, kekerasan oleh benda tumpul, tembakan
senjata api
2. Fisika: Suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara, akustik Radiasi
3. Kimia: Asam atau basa kuat

MEKANIK

LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TUMPUL


Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda
yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio,
hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).
1. Luka memar (contusion)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya
kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar
kadangkala memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban
yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal haemorrhage).
Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis
jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna
kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit kardio vaskular,
diatesis hemoragik).
Pada bayi, hematom cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang
longgar dan masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut
sehubungan dengan menipisnya jaringan lemak subkutan dan pembuluh darah yang
kurang terlindung.
Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak benturan,
misalnya kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebra atau
kekerasan benda tumpul pada paha dengan patah tulang paha menimbulkan hematom
pada sisi luar tungkai bawah.
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya.
Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau
hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah
menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari (fase pemulihan), dan akhirnya menghilang
dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi dan
waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan hal
yang penting, apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi.
Dengan perjalanan waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan
memberi gambaran yang makin jelas. Hematom ante-mortem yang timbul beberapa
saat sebelum kematian biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi
darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara
melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipos-tasis pascamati) darah akan
mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air,
penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang
sayatan tetap berwarna merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada
pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan
ini.
Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika diperiksa
dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan-perbedaannya, yaitu:
Memar Lebam mayat
Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah
Pembengkakan Positif Negatif
Bila ditekan Warna tetap Memucat/hilang
Mikroskopik Reaksi jaringan (+) Reaksi jaringan (-)

2. Luka lecet (abrasion)


Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda
yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu
lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan
bersentuhan dengan kulit.
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar
dari kulit, yang ciri – cirinya adalah:
- Bentuk luka tak teratur
- Batas luka tidak teratur
- Tepi luka tidak rata
- Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan
- Permukaannya tertutup oleh krusta (serum yang telah mongering)
- Warna coklat kemerahan
- Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih di
tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)
Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka lecet
juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda – tanda sebagai
berikut:
- Warna kuning mengkilat
- Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang
- Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa – sisa epitel dan tidak
di temukan reaksi jaringan.
Manfaat interpretasi luka lecet ditinjau dari aspek medikolegal seringkali
diremehkan, padahal pemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan di TKP
dapat mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Misalnya suatu luka lecet
yang semula diperai rakan sebagai akibat jatuh dan terbentur aspal jalanan atau tanah,
seharusnya dijumpai pula aspal atau debu yang menempel di luka tersebut. Bila
setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti ternyata tidak jumpai benda asing tersebut,
maka harus timbul pemikiran bahwa hal tersebut bukan terjadi akibat jatuh ke
aspal/tanah, tapi mungkin akibat tindak kekerasan.
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai
luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (compression,
impact abrasion) dan luka lecet geser friction abrasion).
Luka lecet gores diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang
menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya
dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah
kekerasan yang terjadi.
Luka lecet serut adalah variasi dari luka lecet gores yang caerah persentuhannya
dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah Kekerasan ditentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.
Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul cada kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan
bentuk permukaan benda tumpul tersebut, - tetapi masih memungkinkan identifikasi
benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas misalnya kisi-kisi radiator mobil,
jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat
adalah caerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat
menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya cengeringan yang
berlangsung pasca mati.
Luka lecet geser disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser,
misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Luka lecet geser
yang terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari luka lecet geser yang terjadi
segera pasca mati.

3. Luka robek (vulnus laceratum)


Luka robek terjadi bila benda yang mengenai tubuh menyebabkan bagian kulit
dan jaringan di bawah kulit robek dn luka robek ini mudah terjadi pada daerah yang
menutupi tulang. Trauma tumpul juga dapat menyebabkan luka robek yang
menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui,
maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka robek dapat menentukan arah trauma,
kuat trauma, penyebab trauma dan secara kasar dapat menentukan benda penyebab
dari luka tersebut.
Ciri-cirinya:
- Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
- Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagaian jaringan hancur)
- Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
- Di sekitar garis batas luka di temukan memar
- Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
(misalnya daerah kepala, muaka atau ekstremitas).
Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari luka
tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda tumpul
yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala maka luka
robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi

LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA SETENGAH TAJAM


Yang dimaksud dengan kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat
kekerasan benda tumpul yang mempunyai tepi rata, misalnya tepi meja, lempengan besi,
gigi dan sebagainya. Luka yang terjadi adalah luka dengan ciri-ciri luka akibat kekerasan
tumpul namun bentuknya beraturan. Jejas-gigit (bite-mark) merupakan luka lecet tekan
atau hematoma berbentuk garis lengkung terputus-putus. Pada luka tersebut dilakukan
pengukuran, pemotretan berskala dan swab air liur (untuk penentuan golongan darah
pelaku). Cetakan gigi tersangka perlu dibuat untuk digunakan pada perbandingan. Pada
korban hidup, luka gigitan umumnya masih 'baik' bentuk dan ukurannya sampai 3 jam
pasca trauma, setelah itu dapat berubah bentuk akibat elastisitas kulit.

LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TAJAM


Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah
benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari
alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu,
bahkan tepi kertas atau rumput.
Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang
rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau
titik. Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka tusuk
dan luka bacok.
Selain gambaran umum luka tersebut di atas, luka iris atau sayat dan luka bacok
mempunyai kedua sudut luka lancip dan dalamnya tidak melebihi panjang luka. Sudut
luka yang lancip dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran
senjata sewaktu ditarik atau akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar,
dapat menghasilkan luka yang tidak selalu berupa garis.
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan renda penyebabnya,
apakah berupa pisau bermata satu atau berita dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang
lain tumpul, berarti renda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sjdut
luka lancip, luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam rermata dua. Benda tajam
bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila
hanya bagian ujung renda saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh
sisi tajamnya. Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak
menunjukkan adanya luka lecet atau luka memar, kecuali bila ragian gagang turut
membentur kulit.
Pada luka tusuk, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam
penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang
benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan
korban.
Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri
atau kecelakaan memiliki ciri-ciri berikut:
Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilh Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada
Cidera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada
Ciri-ciri pembunuhan di atas dapat dijumpai pada kasus pembunuhan yang
disertai perkelahian. Tetapi bila tanpa perkelahian maka lokasi luka biasanya pada
daerah fatal dan dapat tunggal. Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat
perlawanan korban dan umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari
tangan, punggung lengan bawah dan tungkai.
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat
interaksi antara pisaukain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan,
adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi),
serat kain dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya.
Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat
yang cepat mematikan misalnya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut (harakiri) dan
lipat paha. Bunuh diri dengan senjata tajam tentu saja akan menghasilkan luka-luka pada
tempat yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian
karena umumnya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu
Luka terjadi sebagai akibat korban berusaha menangkap senjata penyerang.
Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata
tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan tersebut dapat
berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar.
Yang dimaksud dengan kecelakaan pada tabel di atas adalah kekerasan tajam
yang terjadi tanpa unsur kesengajaan misalnya kecelakaan industri, kecelakaan pada
kegiatan sehari-hari; sedangkan cedera sekunder adalah cedera yang terjadi bukan akibat
benda tajam penyebab, misalnya luka yang terjadi akibat terjatuh.
C. Akibat Trauma
1. Aspek medik
Konsekuensi dari luka yang di timbulkan oleh trauma dapat berupa:
a. Kelainan fisik / organic Bentuk dari kelainan fisik atau organic ini dapat berupa:
- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
- Hilangnya sebagaian atau seluruh organ tertentu
b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu
Bentuk dari gangguan fungsi tergantung dari organ atau bagaian tubuh
yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta, tuli
atau terganggunya fungsi organ – organ dalam.
c. Infeksi
Kulit atau membran mukosa merupakan barier terhadap infeksi. Bila kulit
atau membrane tersebut rusak maka kuman akan masuk lewat pintu ini. Bahkan
kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bahkan iritasi akibat benda yang
terkontaminasi oleh koman. Jenis kuman dapat berupa streptococcus,
staphylococcus, echeria coli, proteus vulgaris, clostridium tetani serta kuman
yang menyebabkan gas gangrene.
d. Penyakit
Trauma sering di anggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit
jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam
kontroversi.
e. Kelainan psikis
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan
dapat menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang
spketrumnnya amat luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis, anxiety
neurosis, dementia praecox primer (schizophrenia), manic depressive atau
psikosis. Kepribadian serta potensi individu untuk terjadinya reaksi mental yang
abnormal merupakan factor utama timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi
jenis, derajat serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada setiap gangguan
mental posttrauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri atas latar
belakang mental dan emosi serta nilai relative bagi yang bersangkutan atas
jaringan atau organ yang terkena trauma.
Secara umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan
tubuh atu organ dengan psikosis post trauma di dasarkan atas:
- Keadaan mental benar – benar sehat sebelum trauma
- Trauma telah merusak susunan syaraf pusat
- Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang.
Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur dan fungsinya
dapat mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata, tangan atau wajah.
- Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan
- Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal
- Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang menimpanya.
2. Aspek yuridis
Jika dari sudut medis, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau tidak
disertai diskontuinitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut hukum, luka
merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang
bersifat intensional (sengaja), reckless ( ceroboh ) atau negligence (kurang hati –
hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu
berat ringannya luka.
Kebijakan hokum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut
didasarkan atas pengaruhnya terhadap Kesehatan jasmani, kesehatan rohani,
kelangsungan hidup janin di dalam kandungan, estetika jasmani, pekerjaan jabatan
atau pekerjaan mata pencarian, dan fungsi alat indera.
a. Luka ringan
Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencariannya.
b. Luka sedang
Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabtan atau mata pencariaanya untuk sementara waktu.
c. Luka berat
Luka berat adalah luka yang sebagaiman diuraikan didalam pasal 90KUHP,
yang terdiri atas:
1) Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan
sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu
mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah di jahit sembuh, tetapi
mata tersebut tidak dapat melihat;
2) Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut;
3) Dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memeiliki potensial
untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh;
4) Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau mata pencariaanya. Luka yng dari sudut medic tidak
membahayakan jiwa, dari sudut hokum dapat dikatagorikan sebagai luka
berat. Contonya trauma pada tangan kiri pemain biola atau pada wajah
seorang peragawati dapat dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka
tidak dapat lagi menjalankan pekerjaanya tersebut selamanya;
5) Kehilangan salah satu dari panca indera;
6) Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilngan pendengran
satu telinga, tdiak dapat digolongkan kehilangan ondera. Meskipun
demikian tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butir (a) di
atas;
7) Cacat besar atau kudung;
8) Lumpuh;
9) Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir
tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia,
disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya;
10) Keguguran atau kematian janin seorang perempuan;
11) Keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak di
dahului oleh proses yang sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita
ketika melahirkan. Sedang kematian janin mengandung pengertian bahwa
janin tidak lagi menunjukan tanda – tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi
keluar atau tidak dari perut ibunya.
D. Konteks peristiwa penyebab luka
Latar belakang penyebab luka dapat disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, bunuh diri
atau kecelakaan.
1. Pembunuhan
Ciri – ciri lukannya adalah:
- Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan maupun yang
tidak mematikan
- Luka tersebut di daerah yang dapat di jangkau maupun yang tidak dpat di
jangkau oleh tangan korban
- Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata
- Dapat di temukan luka tangkisan (defensive wounds), yaitu pada korban yang
sadar ketika mengalami serangan. Luka tangkisan tersebut terjadi akibat reflek
menahan serangan sehingga letak luka tangkisan biasanya pada lengan bawah
bagian luar.
2. Bunuh diri
Ciri- ciri lukanya adalah:
- Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat.
- Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan.
- Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata
- Ditemukan luka –luka percobaan (tentative wounds)
Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan masih ragu – ragu atau
karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil mengumpulkan keberaniaanya,
sehingga ciri-ciri luka percobaan adalah:
- Jumlahnya lebih dari satu
- Lokasinya disekitar luka yang mematikan
- Kualitasnya lukanya dangkal
- Tidak mematikan
3. Kecelakaaan
Jika ciri- ciri luka yang ditemukan tidak menggambarkan pembunuhan atau bunuh
diri maka kemungkinannya adalah akibat kecelekaan. Untuk lebih memastikannya
perlu di lakukan pemeriksaan di tempat kejadian.

Daftar Pustaka
Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 67-91.
Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai