Isi Penilaian Kinerja
Isi Penilaian Kinerja
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kinerja?
2. Apa saja aspek yang mempengaruhi kinerja?
3. Bagaimanakah teori kinerja?
4. Apakah yang dimaksud dengan penilaian kinerja?
5. Apa pentingnya penilaian kinerja?
6. Bagaimana syarat sistem penilaian kinerja?
7. Apa jenis penilaian kinerja?
8. Apa saja metode penilaian kinerja?
9. Apa saja alat ukur penilaian kinerja?
10. Bagaimana proses penilaian kinerja?
11. Apa sajakah bias pengukuran penilaian kinerja?
12. Apa saja metode untuk meningkatkan kualitas sistem penilaian
kinerja?
13. Apa saja feedback / umpan balik dari penilaian kinerja?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami definisi kinerja;
2. Untuk mengetahui aspek yang mempengaruhi kinerja;
3. Untuk memahami teori kinerja;
4. Untuk memahami definisi penilaian kinerja;
5. Untuk mengetahui pentingnya penilaian kinerja;
6. Untuk mengetahui syarat sistem penilaian kinerja;
7. Untuk mengetahui jenis penilaian kinerja;
8. Untuk mengetahui metode penilaian kinerja;
9. Untuk mengidentifikasi alat ukur penilaian kinerja;
10. Untuk mengetahui proses penilaian kinerja;
11. Untuk mengetahui bias pengukuran penilaian pekerja;
12. Untuk mengetahui metode untuk meningkatkan kualitas sistem
penilaian kinerja;
13. Untuk mempelajari feedback dari penilaian kerja.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sedangkan menurut Robin (2002) aspek yang mempengaruhi kinerja suatu
organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan
Kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai
tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari dua segi:
a. Kemampuan intelektual yaitu kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan mental;
b. Kemampuan fisik yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan
tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.
2. Kemauan
Kemauan atau motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya
yang tinggi untuk tujuan organisasi. Kemauan atau motivasi kerja seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a. Pengaruh lingkungan fisik yaitu setiap pegawai menghendaki lingkungan
fisik yang baik untuk bekerja (lampu yang terang, venilasi udara yang
nyaman, sejuk, bebas dari gangguan bising);
b. Pengaruh lingkungan social yaitu sebagai makhluk sosial dalam
melaksanakan dalam melaksanakan pekerjaan tidak semata-mata hanya
mengejar penghasilan saja, tetapi juga mengharapkan penghargaan oleh
pegawai lain, pegawai lebih berbahagia apabila dapat menerima dan
membantu pegawai lain.
3. Energi
Energi adalah kemercik api yang menyalakan jiwa tanpa adanya energi psikis
dan fisik yang mencukupi, perbuatan kreatif pegawai terhambat.
4. Teknologi
Teknik adalah tindakan fisik dan mental oleh seseorang untuk mengubah
bentuk atau isi dari objek atau ide. Teknologi dapat dikatakan sebagai
tindakan yang dikerjakan oleh individu atau suatu objek tanpa dengan
bantuan alat mekanikal, untuk membuat beberapa perubahan terhadap objek
tersebut. Penerapan teknologi menurut Bill creech (1996) adalah lebih
cenderung positif dan proaktif pegawai dalam melakukan pekerjaan, karena
4
mereka memandang teknologi sebagai teman, bukan sebagai musuh untuk
meningkatkan kinerja.
5. Kompensasi
Kompensasi adalah sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa
atas kinerja dan bermanfaat bagi pegawai tersebut. Jika pegawai dapat
kompensasi yang setimpal dengan hasil kerjanya, maka pegawai dapat
bekerja dengan tenang dan tekun. Akan tetapi bila pegawai merasa
kompensasi yang diterima jauh dari memadai, maka pegawai berpikir ulang
dengan berusa mencari penghasilan tambahan diluar.
6. Kejelasan tujuan kinerja
Kejelasan tujuan merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian
kinerja. Oleh karena pegawai yang tidak mengetahui dengan jelas tujuan
pekerjaan yang hendak dicapai, maka tujuan yang tercapai tidak efisien dan
kurang efektif. Hal ini sejalan dengan pendapat widodo (2006) yang
menyatakan bahwa seorang pemimpin birokrasi harus menentukan apa yang
menjadi tujuan dari organisasi pemerintah dan menentukan pula kriteria
kinerjanya.
7. Keamanan
Keamanan pekerja menurut Geeorge strauss dan Leonard Sayles (1990)
adalah suatu kebutuhan manusia yang fundamental, karena pada umumnya
orang menyatakan lebih penting keamanan pekerjaan dari pada gaji atau
kenaikan pangkat. Seseorang yang merasa aman dalam melakukan pekerjaan
berpengaruh terhadap kinerjanya.
5
a. Ability adalah kemampuan untuk menetapkan dan melaksanakan suatu system
pemanfaatan sumberdaya dan teknologi secara efektif dan efesien guna
mencapai hasil yang optimal;
b. Motivation adalah keinginan dan kesungguhan seorang pekerja untuk
mengerjakan pekerjaan dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi
kerja yang maksimal;
c. Opportunity adalah kesempatan yang dimiliki oleh karyawan secara individu
dalam mengerjakan, memanfaatkan waktu dan peluang untuk mencapai hasil
tertentu. Dengan demikian kinerja ditentukan oleh faktor kemampuan,
motivasi dan peluang.
Menurut Mathis dan Jackson (2006) menyatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi
bagaimana individu dalam bekerja, yang disebut dengan kinerja individual, yaitu
kinerja (performens-P) = kemampuan (Ability-A) x usaha (effort-E) x dukungan
(support-S). kinerja individu ditingkatkan sampai tingkat dimana ketiga
komponen tersebut ada pada karyawan atau pegawai.
6
sekelompok orang yang bekerjasama dalam mencapai tujuan. Antara lain dapat
digunakan untuk :
1. Pengambilan keputusan kepegawaian (kenaikan pangkat, pemindahan tugas,
pendidikan dan pelatihan atau pemberhentian kerja);
2. Untuk mengidentifikasi pelatihan dan program pengembangan yang
dibutuhkan pelaku kerja;
3. Sebagai alat ukur manajemen yang digunakan untuk menilai tingkat
pertanggung jawaban seseorang dalam melakukan pekerjaan, sehingga dapat
memperlihatkan tingkat keterampilan dan kompetensi yang dimiliki
seseorang;
4. Jembatan antara perencanaan strategis dengan akuntabilitas pemerintah
daerah dalam mempertanggungjawabkan proses penyelenggaraan
pemerintahan dan sistem pelayanan publik yang dioperasikan;
5. Perbaikan prestasi kerja
Umpan balik pelaksanana kerja dapat membuat karyawan, manajer dan
departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan mereka untuk
memperbaiki prestasi;
6. Penyesuaian kompensasi
Evaluasi prestasi kerja dapat membantu para pengambil keputusan untuk
menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi
lainnya;
7. Keputusan penempatan
Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa
lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan
terhadap prestasi kerja masa lalu;
8. Kebutuhan latihan dan pengembangan
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian
juga prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus
dikembangkan;
9. Perencanaan dan pengembangan karir
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan karier, yaitu tentang jalur
karier tertentu yang harus diteliti.
7
10. Mengetahui kekurangan dalam proses penempatan staf
Menempatkan pekerja dari satu jabatan ke jabatan lain, akan tetapi jika
pekerja tersebut setelah dilakukan evaluasi ternyata mendapatkan prestasi
kerja staf rendah. Maka atasan tidak boleh langsung menyalahkan staf
tersebut memiliki kinerja yang buruk, tetapi mungkin penempatan jabatannya
yang kurang tepat;
11. Dasar dalam menganalisis informasi analisis jabatan
Membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam
manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi job-analysis,
job-design, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia.
12. Mencegah adanya diskriminasi
Misalnya pekerja A dipromosikan dan pekerja B tidak dipromosikan.
Sedangkan Kedua pekerja tersebut pada posisi yang sama. Hal ini akan
mengakibatkan pekerja B dapat merasakan adanya suatu diskriminasi atau
merasa tidak adil. Akan tetapi, jika promosi tersebut berdasarkan hasil
penilaian kinerja, hal tersebut tidak akan dirasakan sebagai suatu diskriminasi
Werther dan Davis (1996).
Penilaian kinerja dilakukan oleh beberapa pihak terkait yaitu:
1. Orang yang dinilai (karyawan)
2. Penilai (atasan, supervisor, pimpinan, manager, konsultan)
3. Perusahaan.
2.2.2 Syarat Sistem Penilaian Kinerja
Diperlukannya empat syarat untuk menilai prestasi kerja suatu individu:
a. Bersifat job-related.
Artinya, penilaian kinerja harus berkaitan dengan proses analisis
jabatan. Dalam penilaian kinerja, unsur subjektivitas pasti masih ada.
Dalam hal ini, yang dinilai bukan hanya sifat pribadi saja, tetapi yang
dinilai adalah sifat pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan dan hal
lainnya yaitu kemampuan karyawan.
b. Bersifat practical
Artinya, alat ukur yang digunakan harus dapat diterapkan dan
dimengerti oleh penilai dan oleh yang dinilai.
8
c. Harus mempunyai ukuran baku/standar
Artinya, harus ada tolok ukur yang seragam. Jika tidak ada tolok
ukur yang baku, dapat terjadi diskriminasi. Standar digunakan sebagai
benchmark, yaitu suatu tanda yang harus kita tuju.
d. Menggunakan ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan
Alat ukur harus mudah, reliabel, dan valid, serta memberi laporan
tentang kinerja yang sebenarnya.
9
2.2.3 Jenis Penilaian Kinerja
10
yang berorientasi pada masa lalu) dan future oriented appraisal methods
(penilaian kinerja yang berorientasi ke masa depan).
Tabel 2.1 Perbandingan kelebihan dan kekurangan orientasi masa lalu dan masa depan
Kelebihan Kekurangan
Orientasi 1. Terdapat umpan balik 1. Kinerja yang diukur
Masa Lalu bagi karyawan untuk tidak dapat diubah
memperbaiki sehingga kadang
kinerjanya di masa kadang justru salah
datang; menunjukkan seberapa
2. Mudah diukur, terutama besar potensi yang
secara kuantitatif. dimiliki oleh seseorang;
2. Metode ini biasanya
sangat subyektif dan
banyak biasnya.
Orientasi 1. Dapat menetapkan 2. Keakuratannya, karena
Masa Depan kinerja yang tidak ada yang bisa
diharapkan pada masa memastikan 100%
datang. bagaimana kinerja
seseorang pada masa
datang.
Berikut adalah penjabaran dari metode penilaian yang berorientasikan masa lalu:
1. Laporan tertulis (written essay)
Metode essay adalah metode evaluasi kinerja yang penilainannya
merumuskan hasil penilaian dalam bentuk esai. Isi dari esai karyawan
11
berupa persepsi menyeluruh penilai mengenai kinerja ternilai termasuk
keunggulan dan kelemahan setiap indikator kinerja, kemungkinan promosi
ternilai, jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan ternilai sekarang, kekuatan
dan kelemahan ternilai, kebutuhan pengembangan sumber daya manusia
(SDM) ternilai. Berikut contohnya:
12
terhadap perilaku dan mengevaluasi kinerja para karyawannya setiap hari.
Berikut contohnya:
13
SKALA PENILAIAN PERILAKU & KINERJA
Instruksi : Pada setiap kategori dibawah, catat peristiwa – peristiwa khusus
perilaku karyawan yang sangat baik atau buruk kemudian tempatkan karyawan
pada daftar hasil kerja dari yang paling tinggi ke paling rendah.
Pengawasan Sisa Bahan
Karyawan Karyawan
Tanggal Penilaian Positif Tanggal Penilaian Negatif
Gambar 2.3 Formulir Penilaian Kinerja dengan BARS
4. Ranking Method
Metode ini mengurutkan para pegawai dari yang nilainya tertinggi sampai
yang paling rendah. Raking Method ini dimulai dengan mengobservasi dan
menilai kinerja para karyawan, kemudian me-ranking kinerja mereka.
Sebagai contoh pegawai dengan pangkat tertinggi dan kinerjanya tinggi
ditempatkan pada urutan pertama, sedangkan pegawai yang pangkatnya
terendah dengan kinerja rendah ditempatkan pada urutan terakhir. Berikut
contoh dari metode ranking:
14
FORMULIR PERINGKAT
Untuk ciri yang anda ukur, tulislah semua karyawan yang ingin anda peringkat. Letakkan nama karyawan
dengan peringkat tertinggi pada garis 1. Letakkan nama karyawan dengan peringkat terendah pada garis 20.
Kemudian, tuliskan peringkat tertinggi berikutnya pada garis 2, peringkat terendah berikutnya pada garis 19, dll.
Lanjutkan sampai semua nama ada pada skala.
1.
2.
3.
5. Model Checklist
Evaluasi kinerja model checklist berisi daftar indikator hasil kerja, perilaku
kerja, atau sifat pribadi yang diprilakukan dalam melaksanakan pekerjaan.
15
Proses penilaian metode ini adalah penilai mengobservasi, kemudian
memberikan tanda cek di indikator kinerja yang ada di instrumen. Setiap
indikator mempunyai bobot dan jumlah bobot kemudian dijumlahkan.
16
Sumber: Wirawan 2008
Gambar 2.6 Instrumen Graphic Rating Scale
Tabel 2.8 Kelebihan dan Kekurangan Metode rating scale
No Kelebihan Kekurangan
1. Waktu yang digunakan sebentar Terdapat bias
dalam melakukan penilaian
2. Biaya yang dikeluarkan sedikit Penjelasan deskriptif yang
digunakan dalam sekala dapat
memiliki arti yang berbeda pada
setiap penilai.
3. Tidak membutuhkan pelatihan -
yang rumit bagi penilai
4. Dapat digunakan untuk banyak -
karyawan
17
Tabel 2.9 Kelebihan dan Kekurangan Forced Choice Method
No Kelebihan Kekurangan
1. Mudah dan praktis untuk Lebih bersifat umum tidak dapat
digunakan mencerminkan hubungan pekerjaan
yang spesifik
2. Memiliki cakupan yang luas -
untuk pekerjaan yang beraneka
ragam
3. Mengurangi bias penilai -
18
7. Model Behavior Expectation Scale (BES)
Ketika merekrut seorang oegawai, organisasi/perusahaan mengharapkan
(expectation) agar pegawai tersebut melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Seorang pegawai mendapat tugas tertentu yang tercermin dalam uraian
tugasnya. Ia harus menyelesaikan tugasnya dengan cara tertentu agar mampu
menciptakan kinerja sesuai dengan standar kinerja yang disusun oleh
organisasi. Untuk mengukur kinerja yang diharapkan oleh organisasi,
disusunlah instrumen evaluasi kinerja Behavior Expectation Scale (BES) atau
skala perilaku yang diharapkan.
19
sampai tujuan setiap pegawai anggota unit kerja tertentu. Evaluasi kinerja
model MBO dapat dilaksanakan pada pekerjaan yang output-nya dapat diukur
secara kuantitatif. Misalnya untuk mengukur kinerja karyawan bagian
produksi, kinerjanya dapat dihitung atau di unit pelayanan pelanggan.
Tabel 2.12 Kelebihan dan Kekurangan MBO
No Kelebihan Kekurangan
1. Karyawan dapat mengetahui apa Titik berat MBO hanya terhadap
yang diharapkan dirinya, dan apa hasil-hasil saja dapat mencegah
yang mereka capai jika mereka kepada kurangnya perhatian pada
ingin dinilai positif oleh bagaimana hasil-hasil tersebut
atasannya. dicapai.
2. Penentuan tujuan secara sistematis MBO sulit untuk membandingkan
di seluruh perusahaan dan tingkat kinerja dari individu yang
meudahkan dalam perencanaan berbeda, karena penilan
dan koordinasi. berdasarkan sasaran-sasaran
pribadinya.
3. Sangat mudah bagi penyelia Teknik MBO tidak efektif dalam
untuk melakukan penilaian lingkungan dimana manajemen
dengan objektif karena kriterianya tidak mempercayai karyawannya.
jelas yakni berorientasi pada hasil
4. Dengan mendorong setiap Memerluukan banyak waktu
individu karyawan menentukan
sendiri sasaran spesifik dan
menantang. MBO memiliki
potensi memotivasi karyawan di
samping sebagai basisi penilaian
karyawan.
20
10. Penilaian 360 Derajat
Hal yang membedakan model evaluasi kinerja 360 derajat dengan system
lainnya seperti essay, MBO, BARS, Checklist adalah penilaiannya lebih dari
satu atau penilai multiple. Penilaian dapat terdiri atas atasan langsung,
bawahan, rekan kerja, pelanggan, nasabah, klien atau diri sendiri. Bentuk
penilaian 360 derajat ini merupakan bentuk yang paling tepat untuk
meningkatkan partisipasi berbagai pihak dalam kegiatan penilaian unjuk kerja
serta meningkatkan keakuratan hasil penilaian unjuk kerja.
21
2. Kualitatif (seberapa baik)
Menggambarkan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus
dicapai. Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi,
penampilan (kecantikan dan ketampanan), kemanfaatan dan
efektivitas. Standar kualitas dapat diekspresikan sebagai tingkat
kesalahan seperti jumlah atau persentase kesalahan yang diperbolehkan
per unit hasil kerja.
3. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk
Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi
suatu produk, membuat suatu atau melayani sesuatu. Kriteria ini
menjawab pertanyaan, seperti kapan, berapa cepat, atau dalam periode
apa.
4. Efektivitas penggunaan sumber organisasi
Efektivitas penggunaan sumber dijadikan indikator jika untuk
mengerjakan suatu pekerjaan diisyaratkan menggunakan jumlah
sumber tertentu, seperti uang dan bahan baku. Contohnya melakukan
penghematan pemakaian listrik sampai 10% dari tahun yang lalu.
5. Cara melakukan pekerjaan
Cara melakukan pekerjaan dilakukan sebagai standar kinerja jika
kontak personal, sikap personal, atau perilaku karyawan merupakan
faktor penentu keberhasilan melaksanakan pekerjaan. Contohnya
berkata dengan sopan kepada teman sekerja, atasan, dan pelanggan.
6. Efek atas suatu upaya
Pengukuran yang diekspresikan akibat akhir yang diharapkan akan
diperoleh dengan bekerja. Standar jenis ini menggunakan kata-kata
sehingga dan agar supaya yang digunakanjika hasilnya tidak dapat
dikualifikasikan. Contohnya mematikan lampu dan air condition (AC)
ketika meninggalkan ruang kerja sehingga biaya listrik dapat dihemat.
7. Metode melaksanakan tugas
Standar yang digunakan jika ada perundangan kebijakan, prosedur
standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas atau jika
cara pengecualian ditentukan tidak dapat diterima.
22
8. Standar Sejarah
Standar sejarah yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu
dengan standar sekarang. Standar masa sekarang dinyatakan lebih
tinggi atau dari pada standar masa lalu dalam pengertian kuantitas dan
kualitas.
9. Standar nol atau absolut
Standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu. Standar ini
dipakai jika tidak ada alternatif lain. Misalnya, tidak terjadi kesalahan
dalam menghitung uang.
organisasi.
1) Mempunyai standar;
3) Mudah digunakan.
23
Mempunyai standar berarti mempunyai dimensi-dimensi yang
sama. Misalnya, ukuran kehadiran yang baik berarti tidak pernah absen
4. Evaluasi penilaian
masa mendatang.
24
2.2.6 Bias Pengukuran Kinerja
Menurut (Hani handoko, 2011) Bias adalah distorsi pengukuran yang tidak
akurat. Kemungkinan bias terutama bila ukuran yang digunakan bersifat
subyektif. penilaian bias yang paling umum terjadi adalah:
a. Hallo effect
Hallo effect terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan
mempengaruhi pengukuran prestasi kerja. Contonya bila seorang atasan
senang kepada seorang karyawan, maka pandangan ini bias mengubah
estimasi atasan terhadap prestasi kerja karyawan. Masalah ini paling mudah
terjadi bila para penilai harus mengevauasi rekan kerja mereka.
b. Kesalahan kecenderungan terpusat
Banyak penilai yang tidak suka menilai para karyawan sebagai yang efektif
atau tidak efektif dan sangat baik atau sangat jelek sehingga penilaian prestasi
kerja cenderung dibuat rata-rata. Pada formulir penilaian distorsi ini
menyebabkan penilai menghindari penilaian ekstrim tersebut dan
menempatkan penilaian dekat dengan nilai tengah.
c. Bias telalu lunak dan telalu keras
Kesalahan terlalu lunak (leniency bias) disebabkan oleh kecenderungan
penilai untuk telalu mudah memberikan nilai baik dalam evaluasi prestasi
kerja karyawan. Kesalahan tarlalu keras (strickness bias) adalah sebaliknya,
yang terjadi karena penilai cenderung terlau ketat dalam evaluasi mereka.
Kedua kesalahan ini pada umumya terjadi bila standar prestasi tidak jelas.
d. Prasangka pribadi
Faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seseorang atau kelompok
bias mengubah penilaian. Sebagai contoh, seorang atasan pria mungkin
cenderung memberikan penilaian rendah kepada karyawan wanita karena
sesuatu hal. Prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian
mencangkup faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan
status sosial.
25
e. Pengaruh pesan terakhir
Bila menggunakan ukuran prestasi kerja subyektif, penilaian sangat
dipengaruhi oleh kegiatan karyawan yang paling akhir (recency effect).
Kegiatan terakhir baik atau buruk cenderung lebih diingat oleh penilai.
26
mereka yang membutuhkan perbaikan dan memiliki tekad untuk memperbaiki
kekurangan mereka. Selain itu, penilaian kinerja harus dirancang lebih sebagai
aktivitas konseling daripada proses penghakiman. Hal ini bisa dicapai bila
evaluasi melibatkan dan menyadarkan karyawan terhadap kekurangannya sendiri.
27
BAB III
CONTOH APLIKATIF
Prosedur yang akan dilakukan dalam kegiatan penilaian kinerja seorang teller
di bank BNI ’46 cabang UPI 1 Bandung adalah dilakukan pada hari selasa,
1 Desember 2009. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
(http://syukronali.files.wordpress.com/2010/05/17/laporan-hasil-penilaian-kinerja-
teller-bank-bni-46-cabang-upi-1-bandung)
a. Pagi, pkl. 09.30 – 11.00 WIB
Penilaian pertama ini, dilakukan untuk menilai kriteria sebagai berikut:
1. Doing
job quickly
2. Result
job is precisely
3. Explain
resulted job quickly
4. Easy to
walk to
5. Respons
ibility of job
6. Hard
worker
b. Siang, pkl 11.00 – 11.30 WIB
Penilaian kedua ini, dilakukan untuk menilai kriteria sebagai berikut:
1. Kemampuan antusias memberikan solusi pelayanan kepada para nasabah
(customer)
2. Kemampuan menampilkan sikap ramah-tamah, sopan santun dan
senyuman kepada para nasabah (customer)
3. Keadaan psikologis dan mental yang baik saat bekerja
4. Leadership in Group Activities
Standar penilaian kriterianya adalah sebagai berikut:
28
Nominal Rata-rata/ masih
Hasil rata- Di atas Di bawah Deviasi jauh di
Deviasi jauh di di sekitar daerah
rata rata-rata rata-rata bawah rat-rata
atas rata-rata rata-rata
Nilai 1 2 3 4 5
Hasil Penilaian Kinerja Teller Bank BNI ’46 Cabang UPI 1 Bandung
DEPARTEMEN HRD
(Human Research and Development)
BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG
Skor Akhir
Bobot
29
Mengetahui,
Penilai,
Direktu Utama: Manajer SDM:
DEPARTEMEN HRD
(Human Research and Development)
BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG
Skor Akhir
Bobot
30
Mengetahui,
Penilai,
Direktu Utama: Manajer SDM:
DEPARTEMEN HRD
(Human Research and Development)
BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG
Skor Akhir
Bobot
31
Jumlah 100 220 220/5 = 44
Mengetahui,
Penilai,
Direktu Utama: Manajer SDM:
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil penilaian kinerja seorang teller di bank BNI ’46 cabang UPI 1 Bandung
tersebut menggunakan metode campuran yaitu:
1. Metode essay
Terlihat pada isi form yaitu essay evaluation yang berisikan evaluasi kinerja
bentuk esai yang mencangkup kelemahan dan kelebihan teller dalam
memenuhi indikator penilaian, akan tetapi uraian atau deskripsi dari penilaian
tersebut kurang terperinci yaitu hanya menyebutkan keunggulan dan
kelemahannya saja. Seharusnya ditambah dengan kemungkinan promosi
ternilai. Adapun kekurangan dari metode ini yaitu sebagian penilai kurang
mampu menyusun esai sehingga perlu mendapatkan pelatihan. Selain itu,
penyusunan esai juga memerlukan waktu yang cukup lama karena penilai
harus mengumpulkan informasi tentang ternilai dan mendokumentasikan
informasi tersebut.
2. Metode critical incident
Pada penilaian kerja di bank BNI ’46 cabang UPI 1 Bandung supervisor
melakukan pencatatan atau penilaian pada teller (pekerja dibawahnya),
terlihat pada rincian hari dan waktu dalam melakukan penilaian serta menilai
sudah sesuai dengan peraturan atau standar si pekerja tersebut bekerja. Akan
tetapi pada perusahaan ini tidak melakukan penilaian setiap hari sehingga ada
kemungkinan penilaian kerja tidak lengkap. Pada metode ini terdapat
kekurangan yaitu ketika supervisor mempunyai 10 pekerja dibawahnya maka
33
waktunya akan habis membuat catatan sehingga ia tidak dapat
mengembangkan pekerjaan dan produktivitas unit kerjanya.
3. Metode ranking
Perusahaan ini menggunakan metode penilaian kinerja ranking yaitu
membandingkan nilai yang diperoleh dari hasil observasi antara teller 2, teller
3 dan teller 4. Kemudian diurutkan dari mulai nilai yang tertinggi hingga nilai
yang terendah.
34
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil implementasi dan evaluasi pada
35
5. Pentingnya penilaian kinerja yang paling utama adalah sebagai alat ukur
telah direncanakan;
5.2 Saran
36
Hasil penilaian kinerja tersebut, seharusnya menjadi acuan seorang
pimpinan untuk program pengembangan karyawan ataupun program lain
serta meningkatkan produktivitas kinerja karyawan, efesiensi waktu
pelayanan, kualitas pelayanan yang lebih baik. Penilaian tersebut seharusnya
juga di lakukan tidak sekali waktu dalam satu tahun namun di lakukan
setiap bulan agar kualitas kinerja karyawan tetap bagus dan terkontrol, jika
ada suatu masalah maka masalah tersebut dapat segera di selesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan hasil penilaian kinerja teller bank BNI 46 cabang upi Bandung, viewed
23 September 2013, 19.30 pm
<http://syukronali.files.wordpress.com/2010/05/17/laporan-hasil-penilaian-
kinerja-teller-bank-bni-46-cabang-upi-1-bandung>
37
(https://www.google.com/#q=self+assessment.12 september 2013)
38