Nutrisi Gizi Lansia
Nutrisi Gizi Lansia
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang di anjurkan untuk lansia
dalam sehari
2. Penilaian Antropometri
a. Tinggi Badan
Tinggi badan menurun dengan kecepatan 0,003 cm per tahun sampai usia
45 tahun, dan 0,28 cm per tahun setelah itu. Pemendekan ini diduga akibat
penipisan lempeng tulang belakang, di samping pengurangan masa tulang.
Susutan ini ditaksir sebanyak 12 % (lelaki) dan 25 % (wanita), yang
kemudian tampak sebagai osteoporosis dan kifosis.1
- Menghitung tinggi lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan seseorang dan dapat
digunakan untuk mengukur tinggi badan penderita gangguan tulang
belakang (seperti osteoporosis atau kifosis) atau seseorang yang tidak
dapat berdiri.3 Menghitung tinggi lutut menggunakan rumus Chumlea:
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutu dalam
cm)
b. Berat Badan
Berat badan sebaiknya ditimbang setiap minggu bagi lansia yang dirawat
di rumah sakit, atau diasuh di panti wreda: dan cukup 2-3 bulan sekali
bagi meraka yang masih sanggup, melakukan kegiatan fisik. Berat badan
ideal lansia sulit ditentukan karena acuan berat mereka yang seusia sulit
diperoleh. Oleh karena itu, perubahan berat badan dijadikan indikator
yang peka dalam penentuan risiko gizi. Penyusutan berat badan 10% atau
lebih, terutama jika berlangsung kurang dari tiga bulan, menandakan
malnutrisi telah terjadi.
Menggunakan rumus Brocca.
Cara ini digunakan untuk menggukur berat badan ideal dengan
menggunakan rumus:
BB ideal = (TB-100) – 10%(TB-100)
Batas ambang yang diperbolehkan adalah +10%. Bila >10% sudah
kegemukan dan bila +20% terjadi obesitas.1
c. IMT
Berbagai cara pengukuran antropomentri yang dapat digunakan untuk
menentukan status gizi. Cara yang palig sederhana dan banyak digunakan
dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Brocca. Cara
lain yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi lansia, yaitu dengan
mengukur tinggi lutut (knee high).1 Cara pengukuran antropometri lansia
antara lain:
Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat Badan(kg)
IMT =
Tinggi Badan x Tinggi badan(m 2)
3. Pemeriksaan Biokimiawi
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosis penyakit
serta untuk menentukan intervensi gizi, pemeriksaan laboratorium antara lain:
a. Darah : Hb, kolestrol total, HDL, LDL, albumin, transferin, gula darah,
urrum, creatinin,asam urat, dan trigliserida serta kadar vitamin dan
mineral
b. Urine : Glukosa/kadar gula, dan lemak
c. Feses : Fungsi pencernaan, serat dan lemak
Dalam pengkajian gizi umumnya digunakan nilai-nilai biokimia bersama
dengan hasil pemeriksaan antropometrik akan membantu memberi
gambaran tentang status gizi dan respon imunologi seseorang
4. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu riwayat
medis dan pemeriksaan fisik. Riwayat medis yaitu catatan mengenai
perkembangan penyakit individu. Sedangkan pemeriksaan fisik yaitu melihat
dan mengamati gejala dan tanda gangguan gizi. Data seperti berat dan tinggi
badan, tanda- tanda vital, kondisi lidah, bibir, gusi, turgor kulit, kelembaban
kulit, warna kulit, kondisi rambut dan penampilan secara keseluruhan dapat
menunjukkan tanda-tanda klinis seseorang tentang status gizinya.
Tanda-tanda klinis malnutrisi atau ketidakseimabangan gizi tidak
spesifik karena ada beberapa penyakit yang memiliki gejala yang sama, tetapi
penyebabnya berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan klinis ini harus dipadukan
dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, pemeriksaan biokimia, dan
survei asupan makanan sehingga keseimpulan dalam penilaian status gizi
dapat lebih tepat dan lebih baik. Cara ini relatif murah dan tidak memerlukan
peralatan canggih namun hasilnya sangat subjektif dan memerlukan tenaga
terlatih. Oleh karena itu, pemeriksaan ini jarang dilakukan untuk menilai
status gizi pada lansia keculai dilakukan oleh tenaga yang sudah terlatih.2
3. Pengaturan menu makanan bagi lansia dan contoh menu lansia dalam 1
hari
Menu makanan lansia dalam sehari dapat disusun berdasarkan
konsep “ Gizi Seimbang”.
a. Kelompok makanan pangan pokok (utama), yaitu nasi (1 porsi =200
gram).
b. Kelompok lauk pauk, misalnya daging (1 potong=50 gram) atau
tahu (1 potong=25 gram).
c. Kelompok sayuran, misalnya sayur bayam (1 mangkok=100 gram).
d. Kelompok buah-buahan, misalnya pepaya (1 potong=100 gram)
e. Susu (1 gelas=100gram).
SIANG
Nasi
Ikan gurame bakar
Sayur asam :
Labu siam
Jagung manis
Kacang panjang
Kacang tanah
Melon
Air putih
SELINGAN jam 16.00
Susu
Dadar pisang
MALAM
Nasi
Perkedel tempe :
Tempe
Ikan
Sup Sayuran
Pepaya
Air putih