Anda di halaman 1dari 9

1.

Angka kecukupan energi dan zat gizi yang di anjurkan untuk lansia
dalam sehari

Karbohidrat Serat Air


Berat Tinggi Lemak (g)
Kelompok Energi Protein (g) (g) (ml)
Badan Badan
Umur (kkal) (g) Omega Omega
(kg) (kg) Total
3 6
Laki-Laki
50-64 tahun 60 166 2550 65 70 1.6 14 340 30 2500
65-80 tahun 58 164 1800 64 50 1.6 14 275 25 1800
80+tahun 58 164 1600 64 45 1.6 14 235 22 1600
Perempuan
50-64 tahun 56 158 1800 60 50 1.1 11 280 25 2350
65-80 tahun 53 157 1550 58 45 1.1 11 230 22 1550
80+ tahun 53 157 1400 58 40 1.1 11 200 20 1400

2. Penentuan status gizi lansia

Keadaan status gizi mempengaruhi penampilan, pertumbuha, perkembangan,


kondisi kesehatan dan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Dalam memnentukan
status gizi pada lansia sebaiknnya dengan menggunakan lebih dari satu parameter,
agar hasil yang didapatkan lebih mendekati atau lebih akurat.

1. Survei asupan makanan


Survei konsumsi dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai
kebiasaan makan, jenis makanan, dan faktor yang dapat mempengaruhi status
gizi. Survei konsumsi dilakukan untuk mengetahui zat gizi yang berpengaruh
pada terjadinya masalah. Untuk menghitung konsumsi makanan dapat
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dialakukan untuk
mengetahui pola makan dan metode kuantitatif untuk mengetahui jumlah
asupan makanan per hari. Secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode
24-h food recall, food record untuk metode jangka pendek sementara food
frequency questionnaire, sedangkan metode kulitatif dilakukan dengan
menanyakan frekuensi makan dan riwayat makanan.
Dalam pengkajian asupan makanan, ada empat tingkat kegiatan, yaitu:
a. Pengukuran asupan makanan
b. Pengukuran asupan zat gizi
c. Pehitungan absorbsi zat gizi
d. Membandingkan antara asupan zat gizi dan kebutuhannya
Dalam survei makanan terhadap lansia diperlukan konfirmasi, karena hal ini
sesungguhnya kurang tepat dilakukan karena tidak satu pun pengkajian
menghasilkan estimasi kebutuhan energi umum yang akurat pada lansia
karena terjadi defisit memori atau gangguan kognitif lainnya. Sehingga,
diperlukan wawancara lebih lanjuta untuk mengkonfirmasi kebenaran dari
data yang didapatkan kepada orang atau keluarga terdekat yang merawat
lansia tersebut.2

2. Penilaian Antropometri
a. Tinggi Badan
Tinggi badan menurun dengan kecepatan 0,003 cm per tahun sampai usia
45 tahun, dan 0,28 cm per tahun setelah itu. Pemendekan ini diduga akibat
penipisan lempeng tulang belakang, di samping pengurangan masa tulang.
Susutan ini ditaksir sebanyak 12 % (lelaki) dan 25 % (wanita), yang
kemudian tampak sebagai osteoporosis dan kifosis.1
- Menghitung tinggi lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan seseorang dan dapat
digunakan untuk mengukur tinggi badan penderita gangguan tulang
belakang (seperti osteoporosis atau kifosis) atau seseorang yang tidak
dapat berdiri.3 Menghitung tinggi lutut menggunakan rumus Chumlea:

TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutu dalam
cm)

TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut


dalam cm)

Cara menghitung tinggi lutut


- Untuk orang sehat (dapat duduk)
1. Orang yang diukur duduk di kursi
2. Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas ke bawah dan
muka menghadap ke depan).
3. Lutut kedua kaki (yang diukur) membentuk sudut siku (90°)
4. Telapak kaki kiri (yang diukur) juga membentuk sudut siku (90°)
5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri bagian tumit dan
lutut
6. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
7. Catat angka hasil pengukur
- Untuk orang sakit (tidak dapat duduk)
1. Pasien tidur telentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat
tidur/kasur rata/horizontal)
2. Tempat alat penyangga di antara lipatan pada paha dan betis kaki
kiri membentuk sudut siku (90°)
3. Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat pasien jika alat
penyangga terlalu tinggi
4. Telap kaki kiri pasien membentuk susut siku (90°)
5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri pada bagian timit
dan lutut
6. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
7. Catat angka hasil pengukur

b. Berat Badan
Berat badan sebaiknya ditimbang setiap minggu bagi lansia yang dirawat
di rumah sakit, atau diasuh di panti wreda: dan cukup 2-3 bulan sekali
bagi meraka yang masih sanggup, melakukan kegiatan fisik. Berat badan
ideal lansia sulit ditentukan karena acuan berat mereka yang seusia sulit
diperoleh. Oleh karena itu, perubahan berat badan dijadikan indikator
yang peka dalam penentuan risiko gizi. Penyusutan berat badan 10% atau
lebih, terutama jika berlangsung kurang dari tiga bulan, menandakan
malnutrisi telah terjadi.
Menggunakan rumus Brocca.
Cara ini digunakan untuk menggukur berat badan ideal dengan
menggunakan rumus:
BB ideal = (TB-100) – 10%(TB-100)
Batas ambang yang diperbolehkan adalah +10%. Bila >10% sudah
kegemukan dan bila +20% terjadi obesitas.1
c. IMT
Berbagai cara pengukuran antropomentri yang dapat digunakan untuk
menentukan status gizi. Cara yang palig sederhana dan banyak digunakan
dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Brocca. Cara
lain yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi lansia, yaitu dengan
mengukur tinggi lutut (knee high).1 Cara pengukuran antropometri lansia
antara lain:
Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat Badan(kg)
IMT =
Tinggi Badan x Tinggi badan(m 2)

Kategori Ambang Batas Indeks Massa Tubuh


Menurut Depkes Ri Tahun 2003
Kategori Laki-laki Perempuan
Kurus < 17 kg/m2 < 18 kg/m2
Normal 17 – 23 kg/m2 18 - 25 kg/m2
Kegemukan 23 – 27 kg/m2 25 - 27 kg/m2
Obesitas > 27 kg/m2 > 27 kg/m2

d. Tebal lipatan Kulit


Pengukuran ketebalan lipatan kulit merupakan salah satu cara menentukan
presentasi lemak pada tubuh. Lemak tubuh merupakan penyusun
komposisi tubuh yang merupakan salah satu indikator yang bisa
digunakan untuk memantau keadaan nutrisi melalui kadar lemak dalam
tubuh. Pengukuran lipatan kulit mencerminkan lemak pada jaringan
subkutan, massa otot dan status kalori. Pengukuran ini dapat juga
digunakan untuk mengkaji kemungkinan malnutrsi, berat badan normal
atau obesitas.
e. Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas merupakan pengkajian umum yang digunakan untuk
menilai status nutrisi. Pengukuran LLA dilakukan dengan menggunakan
sentimeter kain (tape around). Pengukuran dilakukan pada titik tengah
lengan yang tidak dominan. Menurut Depkes RI (1994), nilai normal
lingkar lengan atas pada lansia adalah 21 hingga 22 cm.
Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai berikut :
1) LLA < 21 = buruk

2) LLA 21 sampai ≤ 22 = sedang

3) LLA > 22 = baik/normal

3. Pemeriksaan Biokimiawi
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosis penyakit
serta untuk menentukan intervensi gizi, pemeriksaan laboratorium antara lain:
a. Darah : Hb, kolestrol total, HDL, LDL, albumin, transferin, gula darah,
urrum, creatinin,asam urat, dan trigliserida serta kadar vitamin dan
mineral
b. Urine : Glukosa/kadar gula, dan lemak
c. Feses : Fungsi pencernaan, serat dan lemak
Dalam pengkajian gizi umumnya digunakan nilai-nilai biokimia bersama
dengan hasil pemeriksaan antropometrik akan membantu memberi
gambaran tentang status gizi dan respon imunologi seseorang

4. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu riwayat
medis dan pemeriksaan fisik. Riwayat medis yaitu catatan mengenai
perkembangan penyakit individu. Sedangkan pemeriksaan fisik yaitu melihat
dan mengamati gejala dan tanda gangguan gizi. Data seperti berat dan tinggi
badan, tanda- tanda vital, kondisi lidah, bibir, gusi, turgor kulit, kelembaban
kulit, warna kulit, kondisi rambut dan penampilan secara keseluruhan dapat
menunjukkan tanda-tanda klinis seseorang tentang status gizinya.
Tanda-tanda klinis malnutrisi atau ketidakseimabangan gizi tidak
spesifik karena ada beberapa penyakit yang memiliki gejala yang sama, tetapi
penyebabnya berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan klinis ini harus dipadukan
dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, pemeriksaan biokimia, dan
survei asupan makanan sehingga keseimpulan dalam penilaian status gizi
dapat lebih tepat dan lebih baik. Cara ini relatif murah dan tidak memerlukan
peralatan canggih namun hasilnya sangat subjektif dan memerlukan tenaga
terlatih. Oleh karena itu, pemeriksaan ini jarang dilakukan untuk menilai
status gizi pada lansia keculai dilakukan oleh tenaga yang sudah terlatih.2

3. Pengaturan menu makanan bagi lansia dan contoh menu lansia dalam 1
hari
Menu makanan lansia dalam sehari dapat disusun berdasarkan
konsep “ Gizi Seimbang”.
a. Kelompok makanan pangan pokok (utama), yaitu nasi (1 porsi =200
gram).
b. Kelompok lauk pauk, misalnya daging (1 potong=50 gram) atau
tahu (1 potong=25 gram).
c. Kelompok sayuran, misalnya sayur bayam (1 mangkok=100 gram).
d. Kelompok buah-buahan, misalnya pepaya (1 potong=100 gram)
e. Susu (1 gelas=100gram).

Contoh Menu Lansia dalam 1 hari


PAGI :
Nasi Megono :
         Bayam
         Kangkung
         Kacang panjang
         Wortel
Telur rebus
Air putih
Pisang
SELINGAN JAM 10.00
Jus wortel
Dadar sayuran :
         Jamur
         Bayam
         Telur
         Susu
         Wortel

SIANG
Nasi
Ikan gurame bakar
Sayur asam :
         Labu siam
         Jagung manis
         Kacang panjang
         Kacang tanah
Melon
Air putih
SELINGAN jam 16.00
Susu
Dadar pisang

MALAM
Nasi
Perkedel tempe :
         Tempe
         Ikan
Sup Sayuran
Pepaya
Air putih

4. Nutrisi dan mineral yang dapat meningkatkan sistem imun lansia


VITAMIN DAN MINERAL
a. Vitamin C berperan penting dalam penyusunan kolagen. Apabila kolagen
kurang kulit akan tampak keriput
b. Vitamin C membantu penyerapan zat besi, sebagai anti oksidan
c. Sumber vitamin C : buah-buahan dan sayuran hijau
d. Vitamin E diperlukan sebagai Anti Oksidan, penangkal sel-sel kanker,
memperlambat keriput dan beruban
e. Sumber vitamin E : kuning telur, susu, lemak daging, hati, kacang ijo
KALSIUM
a. Fungsi utama kalsium adalah pembentukan tulang dan gigi, mencegah
keropos tulang
b. Sumber : susu, sayuran hijau, serelia, keju, udang, teri, telur, daging
ayam

Anda mungkin juga menyukai